Disusun oleh :
NAMA: YAHYA NUR MARFUAD
NIM
: 24010115130079
JURUSAN : MATEMATIKA
MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN AKADEMIK 2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang LOGIKA, ETIKA DAN ESTETIKA DALAM
FILSAFAT ILMU
Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-quran
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas Ujian Akhir Semester Ilmu Sosial
Budaya Dasar. Kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua
kami yang selalu memberi nasehat serta dukungan dalam menjalankan
tugas-tugas serta kewajiban yang harus ditaati di dalam kampus. Dan
kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karenanya kritik dan saran dari pembaca dan teman-teman semua demi
kesempurnaan tugas ini. Semoga apa yang terdapat dan tertera dalam
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta
wawasan bagi para pembaca, teman-teman dan khususnya bagi penulis.
Amin..
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan Penulisan
BAB II PERMASALAHAN..........................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan
sejarah filsafat di Yunani, philosophia meliputi hampir seluruh pemikiran
teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dikemudian hari,
ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani
Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi
terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan
munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah
terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian
dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu
pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan
dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa
dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu
bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999),
filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan
menunjukkan bagaimana pohon ilmu pengetahuan telah tumbuh mekar3
Interaksi antara ilmu dan filsafat mengandung arti bahwa filsafat dewasa
ini tidak dapat berkembang dengan baik jika terpisah dari ilmu. Ilmu tidak
dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Dengan mengutip
ungkapan dari Michael Whiteman (dalam Koento Wibisono dkk.1997),
bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena
terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu
dari yang lain tidak mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati
sekarang sangat memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya
argumentasinya tidak salah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas serta dikaitkan dengan
permasalahan yang penulis akan jelajahi, maka penulisan ini akan
difokuskan pada pembahasan tentang: Filsafat Ilmu Sebagai Landasan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan pertimbangan bahwa
latar belakang pendidikan penulis adalah ilmu pengetahuan alam (MIPA
Kimia).
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa, Logika adalah salah satu cabang filsafat.
1.
2.
3.
4.
BAB II
PERMASALAHAN
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty),
yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya halhal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika
membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai
atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah
Problem estetis yang menyangkut ilmu pada dasawarsa terakhir ini mulai
menjadi topic perbincangan oleh sebgaian filsuf dan ilmuwan. Dalam
tahun 1980 didakan sebuah konferensi para ahli yang membahas dimensi
estetis dari ilmu. Antara lain dalam pertemuan itu disajikanuraian yang
berjudul science the search for the hidden beauty of the world (ilmu
sebagai pencarian terhadap keindahan yang tersembunyi dari dunia) oleh
seorang filsuf terkemuka Charles Hartshorne.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 FILSAFAT
2.1.1 Pengertian Filsafat
Secara Etimologi Filsafat berasal dari kata Yunani philosophia yang lazim
diterjemahkan sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia,
cinta) dan sophia (kearifan). Menurut pengertiannya yang semula dari
zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta kearifan. Filsafat adalah studi
tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara
kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak di dalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan,
tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk
itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika
bahasa.
2.1.2
Objek dari Filsafat Ilmu terbagi kedalam dua bagian, yaitu objek
material dan objek formal :
1.
10
Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam
berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan
sebagainya.
2.1.4. Tujuan dari Filsafat Ilmu
Tujuan filsafat ilmu adalah :
1. Mendalami unsure-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita
dapat memahami sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di
berbagai bidang, sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporer secara histories.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami
studi di perguruan tinggi, terutama untuk membedakan persoalan yang
alamia dan non-alamia.
4. Mendorong pada calon ilmuan dan iluman untuk konsisten dalam
mendalami ilmu dan mengembangkanya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan
agama tidak ada pertentangan.
3.1 Logika
3.1.1 Pengertian Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti
hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan
dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat. Logika
merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika
dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada
sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu
spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan. Filsafat juga bisa
berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang
biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang
mempertanyakan segala hal.
3.1.2 Logika Sebagai Cabang Filsafat
Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang
menyelidiki sekaligus mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa
makna dibalik kenyataan atau teori yang ada untuk disusun dalam sebuah
system pengetahuan rasional.
11
tetapi cara pertama atau kedua tidak lebih baik atau lebih buruk dari
sudut etika. Perbuatan itu boleh disebut tidak mempunyai relevansi etika.
14
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam skema besar filsafat berisi logika, etika dan estetika. Logika
adalah bagian ilmu filsafat yang mempelajari kesahihan premis-premis
secara benar dan tepat sesuai aturan-aturan logis matematis. Etika
merupakan bagian filsafat yang membicarakan problem nilai-nilai dalam
kaitanya dengan baik atau buruknya tindakan manusia secara individu
maupun dalam masyarakat. Sementara estetika sering diidentikkan
dengan filsafat seni yang dalam pengkajiannya diutamakan membahas
dimensi keindahan dan nilai rasa baik dalam karya seni, seni itu sendiri,
maupun pemikiran-pemikiran tentang seni dan karya seni.
17
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan
dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat
Etika berasal dari bahasa Yunani ethos, yang berarti tempat tinggal
yang biasa, padang rumpt, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan,
sikap.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Farhad,budi. Makalah: Filsafat Ilmu Sebagai Landasan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Alam.http://filsafat.kompasiana.com/2012/04/26/makalah-filsafatilmu-sebagai-landasan-pengembangan-ilmu-pengetahuan-alam/ (dia
kses tanggal 11 Juni 2016)
2. Ihsan, fuad. 2010. Filsafat ilmu. Jakarta: rineka cipta.
3. Hadiwijono, Harun. 1993. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Cet. IX;
Yogyakarta: Kanisius.
4. Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. 2008. Filsafat Umum
dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: Pustaka Setia
5. hida, taura. Dimensi aksiologi dalam filsafat
pendidikan.http://filsafat.kompasiana.com/2012/03/07/dimensiaksiologi-dalam-filsafat-pendidikan/ (diakses tanggal 11 Juni 2016)
6. kaharu, usman dan hamzah b. Uno. 2004 filsafat ilmu (suatu
pengantar pemikiran) gorontalo: BMT nurul jannah
7. Suryasumantri, Yuyun S. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar
Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
8. Annehira. pentinggnya etika dalam
kehidupan.http://www.anneahira.com/etika.html. (diakses tanggal
11 Juni 2016)
9. Alfan, Muhammad. 2011. Filsafat Etika Islam. Bandung. Pustaka
Setia.
10. Abdullah, M. Yatimin. 2006. Studi Etika. Jakarta. Rajawali Perss.
11. Esha, Muhammad Inam. 2010. Menuju Pemikiran Filsafat. Jakarta.
Maliki Perss.
12. Mufid, Muhamad. 2009. Etika Filsafat Komunikasi. Jakarta. Kencana.
13.
https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat (diakses tanggal 11 Juni
2016)
19