Anda di halaman 1dari 15

Limfoma Maligna

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jalan. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Pendahuluan
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem limfatik
dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai dengan kelainan umum yaitu
pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali, hepatomegali dan kelainan sumsum
tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai ekstra nodul yaitu diluar sistem limfatik dan
imunitas antara lain pada traktus digestivus, paru, kulit dan organ lain.1
Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama dengan LH dan leukemia menduduki urutan
keenam tersering. Sampai saat ini belum diketahui sepenuhnya mengapa angka kejadian
penyakit ini terus meningkat. Adanya hubungan yang erat antara penyakit AIDS dan penyakit
ini memperkuat dugaan adanya hubungan antara kejadian limfoma dengan kejadian infeksi
sebelumnya.1
Secara umum, limfoma diklasifikasikan menjadi dua, yaitu limfoma hodgkin dan
limfoma non-hodgkin. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan perbedaan histopatologis dari kedua
penyakit di atas, di mana pada limfoma hodgkin terdapat suatu gambaran yang khas yaitu
adanya sel Reed-Sternberg.2
Sebagian besar limfoma ditemukan pada stadium lanjut yang merupakan penyulit
dalam terapi kuratif. Penemuan penyakit pada stadium awal masih merupakan faktor
penting dalam terapi kuratif walaupun tersedia berbagai jenis kemoterapi dan radioterapi.
Akhir-akhir ini, angka harapan hidup 5 tahun meningkat dan bahkan sembuh berkat
manajemen tumor yang tepat dan tersedianya kemoterapi dan radioterapi.2

Isi
Anamnesis
Pada pemeriksaan klinis, hal yang pertama dilakukan seorang dokter adalah
1

anamnesis pada pasien. Dimana dari hasil anamnesis yang baik dan terarah akan sangat
membantu nantinya dalam menentukan diagnosis kerja. Anamnesis sendiri di bagi menjadi
dua yaitu alloanamnesis dan autoanamnesis. Hal hal yang perlu ditanyakan pada pasien
adalah yang terutama adalah identitas,yang terdiri dari nama , usia, pekerjaan. Lalu keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan
riwayat sosial ekonomi.3
Dimulai dari keluhan utama : rasa sakit yang menyebabkan pasien datang berobat.
Apa yang menjadi keluhan utamanya atau apa yang menyebabkan pasien untuk datang
berobat : ada benjolan pada leher. Tanyakan berapa lama keluhan ini telah diderita, sejak
kapan? 2 bulan yang lalu. Tanyakan karakteristik dari benjolan. Apakah ada rasa nyeri,
konsistensi nya, mobile atau imobile. Riwayat penyakit sekarang apakah ada keluhan
sistemik, seperti demam, keringat dingin, mual, muntah, sakit kepala. Pasien mengatakan
bahwa ada demam dan disertai keringat malam. Riwayat penyakit dahulu apakah sebelumnya
pernah mengalami sakit seperti ini? Apakah sudah sembuh atau belum? Riwayat keluarga
apakah ada anggota keluarga mengeluhkan hal yang sama ? Riwayat sosial ekonomi,
bagaimana dengan lingkungan tempat tinggal, kebersihan lingkungannya, bagaimana
kebiasaan makan, bagaimana kebiasaan kebersihan. Bagaimana dengan pekerjaannya.
Riwayat obat-obatan, apakah pasien sedang mengkonsumsi obat yang secara teratur
dihidupnya ? Apakah pasien sudah pernah meminum obat untuk menghilangkan
benjolannya ? jika ya, obat apa yang diminum dan apakah ada perkembangan setelah
meminum obat ?
Pemeriksaan fisik
Pertama kita nilai keadaan umum pasien kemudian lakukan pemeriksaan tanda tanda
vital, keadaan dan kesadaran umum. Kemudian dilanjutkan pemeriksaan fisik di daerah
sekitar leher.
Inspeksi: kelenjar getah bening leher terletak di sepanjang bagian anterior dan posterior dari
leher tepat di bagian bawah dagu. Jika kelenjar getah bening cukup besar, dapat terlihat
adanya pembengkakan di bawah kulit dan lebih mudah lagi jika pembesarannya asimetris
(akan lebih mudah untuk melihat adanya pembesaran kelenjar getah bening jika hanya satu
bagian saja yang membesar).4
Hal-hal yang harus diperhatikan pada inspeksi:4
-Pembesaran kelenjar getah bening
-Skar bekas operasi (cancer exision)
2

-Massa yang jelas


Palpasi: palpasi kelenjar getah bening harus menggunakan empat ujung-ujung jari karena
ujung jari adalah bagian yang paling sensitif. Palpasi dilakukan dengan membandingkan
antara bagian kiri dan kanan secara simultan, dari atas ke bawah dan dengan sedikit tekanan.4
Palpasi kelenjar limfe submental dan submandibular yaitu pemeriksa berada dibelakang
penderita kemudian palpasi dilakukan dengan kepala penderita condong ke depan
sehingga ujung-ujung jari-jari meraba di bawah tepi mandibula. Kepala dapat dimiringkan
dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga palpasi dapat dilakukan pada kelenjar yang
superficial maupun yang profunda. Juga dapat dilakukan dengan palpasi bimanual.4

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hematologi
Dilakukan pemeriksaan darah lengkap (complete blood count), sediaan hapusan darah tepi,
dan hitung sel. Pada limfoma sering terdapat anemia normositik normokrom pada darah tepi,
anemia sering kali disebabkan menurunnya produksi dan meningkatnya destruksi. Granulosit
sering meningkat hingga timbul leukositosis.5
Radiologi

USG

Toraks foto PA lateral

Ct scan seluruh abdomen

Ct scan toraks

Limfografi

Biopsi
Biopsi KGB hanya 1 kelenjar yang paling representatif,superficial dan perifer.
Spesimen kelenjar diperiksa histopatologi nya. Kemudian dinilai berdasarkan sel apa yang
ditemukan.5
Perbedaan antara LH dengan LNH ditandai dengan adanya sel Reed-Sternberg yang
bercampur dengan infiltrat sel radang yang bervariasi. Sel Reed-Sternberg adalah suatu sel
besar berdiameter 15-45 mm, sering berinti ganda (binucleated), berlobus dua (bilobed),
atau berinti banyak (multinucleated) dengan sitoplasma amfofilik yang sangat banyak.
Tampak jelas di dalam inti sel adanya anak inti yang besar seperti inklusi dan seperti mata
3

burung hantu (owl-eyes), yang biasanya dikelilingi suatu halo yang bening.2

(a)

(b)

Gambar 1. Gambaran histopatologis (a) Limfoma Hodgkin dengan Sel Reed Sternberg dan
(b) Limfoma Non Hodgkin2

Aspirasi sumsum tulang


Dari sini akan ditemukan hiperproliferasi granulosit, sering disertai peningkatan histiosit
dan sel plasma, sehingga myerupai gambaran sumsum tulang infeksius.5
Diagnosis Kerja
Limfoma Maligna
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Terjadi kelainan dalam proses
proliferasi sel, dimana menghasilkan sel yang bersifat mirip dengan sel aslinya. Pembentukan
tumor awal pada jaringan limfatik sekunder misal kelenjar getah bening atau lien tempat
limfosit abnormal menggantikan struktur normal. Dua kategori besar limfoma dilakukan atas
dasar histopatologi mikroskopik dari kelenjar getah bening yang terlibat. Kategori tersebut
adalah Limfoma Non-Hodgkin dan Limfoma Hodgkin. Wlaupun memiliki tan dan gejala
yang sama kedua penyakit ini harus tetap dibedakan karena memiliki cara terapi yang
berbeda. Maka suatu hal yang penting untuk menegakkan diagnosis secara tepat. Limfoma
Non Hodgkin dan Limfoma Hodgkin dibedakan berdasarkan jenis sel yang terdapat didalam
kelenjar getah bening serta penyebarannya. Sel sel tersebut bisa tersebar dalam bentuk
nodular atau difus. Sel sel itu merusak arsitektur normal kelenjar getah bening.3
4

Limfoma Non Hodgkin


Limfoma jenis ini biasanya diderita oleh pasien 50an thn. Klasifikasi dari LNH
sampai saat ini masih belum diresmikan. Tapi klasifikasi yang masih dipergunakan sampai
saat ini adalah klasifikasi Rappaport yang didasarkan pada sitologi dan susunan arsitektur
limfosit maligna dalam kelenjar limfe. Klasifikasi ini membagi limfoma menjadi (1) jenis
nodular ; sel sel neoplastik berkelompok dalam agregat kohesif yang merangsang folikel
limfoid dan (2) jenis difus ; pada jenis ini tidak terjadi agregasi.kemajuan ilmu pengetahuan
dalam bidang imunologi dan fisiologi limfosit, memberikan klasifikasi yang lebih pasti dari
LNH. Klasifikasi yang lebih baru mengklasifikasikan berdasarkan pada imunologi, fisiologi
limfosit, dan morfologi serta tingkah laku biologi pada limfoma. Tiga kategori prosnostik
telah diidentifikasi : Limfoma derajat rendah, derajat menengah dan derajat tinggi.6
Seorang pasien dengan limfoma derajat rendah, jaringan limfoid terkait mukosa yang
berbatasan dengan lambung dianggap terkait dengan infeksi Helicobacter pylori dan
memberikan respon terhadap antibiotik. Sampai saat ini, belum tersedia obat penyembuhan
limfoma derajat rendah. Harapan hidup median adalah 8-10 tahun tapi kematian bervariasi.
Pasien dengan limfoma derajat sedang, jenis limfositik noduler, pada awalnya
cenderung berada pada stadium yang lebih lanjut, dengan sekitar 60% insiden metastasis ke
sum sum tulang. Jaringan limfatik tonsiler pada orofaring dan nasofaring juga merupakan
tempat yang paling sering diserang.6
Limfoma Burkitt dan imunoblastik merupakan limfoma derajat tinggi dan mempunyai
kecenderungan mengenai SSP. SSP juga merupakan daerah yang sering terkena pada pasien
relaps dengan penyakit stadium IV bersama dengan daerah lain yang sebelumnya terkena.6
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka
sering tetap tidak terdeteksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering ditemukan secara
kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini,
dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada pemeriksaan fisik
rutin.Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan
sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak dan lipat paha.6
Limfoma Hodgkin
Penyakit hodgkin termasuk dalam keganasan limforetikular dimana secara
5

histopatologi penyakit hodgkin ditemukan sel Reed stemberg. Penyakit Hodgkin adalah
kanker yang berawal dari sel-sel sistem imun. Penyakit Hodgkin berawal saat sel limfosit
yang biasanya adalah sel B (sel T sangat jarang) menjadi abnormal. Sel limfosit yang
abnormal tersebut dinamakan sel Reed Sternberg.7
Sel Reed Sternberg tersebut membelah untuk memperbanyak dirinya. Sel Reed
Sternberg yang terus membelah membentuk begitu banyak sel limfosit abnormal. Sel-sel
abnormal ini tidak mati saat waktunya tiba dan mereka juga tidak melindungi tubuh dari
infeksi maupun penyakit lainnya. Pembelahan sel abnormal yang terus menerus ini
menyebabkan terbentuknya massa dari jaringan yang disebut tumor. 7
Limfoma jenis ini adalah yang terutama yang ditemukan pada orang dewasa muda
antara umur 18 dan 35 tahun dan pada orang diatas umur 50 tahun. Penyebab sampai saat ini
belum diketahui tapi banyak pendapat yang mengakatan bahwa infeksi Epstein-Barr virus
memiliki pengaruh yang cukup besar. Sel Reed-Sternberg yang merupakan sel berinti dua
atau banyak, besar, maligna yang mengandung dua atau lebih nukleioli besar merupakan
gambaran khas pada penyakit Hodgkin. Cara penyebaran umum penyakit ini adalah
menyerang dari tempat tempat yang berdekatan. LNH adalah kelompok keganasan primer
limfosit yang bisa berasal dari dari limfosit B, limfosit T dan kadang tetapi jarang berasak
dari sel NK( natural killer ) yang berada dalam system. Pada LNH sebuah sel limfosit
berproliferasi secara tak terkendaliyang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH
berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel memiliki imuniglobulin yang sama pada
permukaan sel nya.7
Sel Reed Sternberg secara konsisten menghasilkan antigen CD15 dan CD30. CD15
adalah marker dari sel granulosit, monosit, dan sel T teraktifasi yang normalnya tidak
dihasilkan oleh garis keturunan sel B. CD30 adalah marker dari aktifasi limfosit yang
dihasilkan oleh sel limfosit reaktif dan malignan dan pada awalnya diidentifikasi sebagai
antigen permukaan sel-sel Reed Sternberg.7
Klasifikasi patologis yang sering dipakai sekarang ini adalah menurut Lukas dan Butler
sesuai keputusan simposium penyakit Hodgkin dan Ann Arbor. Menurut klasifikasi ini
penyakit Hodgkin dibagi menjadi 4 tipe, yaitu: 7
1. Tipe Lymphocyte Predominant
Pada tipe ini gambaran patologis kelenjar getah bening terutama terdiri dari sel-sel
limfosit yang dewasa, beberapa sel Reed Sternberg. Biasanya didapatkan pada anak
muda. Prognosisnya baik.
2. Tipe Mixed Cellularity
6

Mempunyai gambaran patologis yang pleimorfik dengan sel plasma, eosinofil,


neutrofil, limfosit dan banyak didapatkan sel Reed Sternberg. Dan merupakan penyakit
yang luas dan mengenai organ ekstra nodul. Sering pula disertai gejala sistemik seperti
demam, berat badan menurun dan berkeringat. Prognosisnya lebih buruk.
3. Tipe Lymphocyte Depleted
Gambaran patologis mirip diffuse histiocytic lymphoma, sel Reed Sternberg banyak
sekali dan hanya ada sedikit sel jenis lain. Biasanya pada orang tua dan cenderung
merupakan proses yang luas (agresif) dengan gejala sistemik. Prognosis buruk.
4. Tipe Nodular Sclerosis
Kelenjar mengandung nodul-nodul yang dipisahkan oleh serat kolagen. Sering
dilaporkan sel Reed Sternberg yang atipik yang disebut sel Hodgkin. Sering didapatkan
pada wanita muda/remaja. Sering menyerang kelenjar mediastinum.
5. Tipe Nodular lymphocyte predominant Hodgkin disease (NLPHD)
Nodular lymphocyte predominant Hodgkin disease (NLPHD) menyumbang 5% dari kasus
penyakit Hodgkin. Berbeda dengan subtipe histologis lain, sel Reed Sternberg yang
khas jarang atau bahkan tidak ada pada NLPHD. Sebaliknya yang paling banyak justru
adalah sel limfositik atau histiositik (L&H), atau yang sering disebut sel popcorn
karena inti mereka yang berbentuk menyerupai jagung meledak, yang terlihat sebagai
latar belakang sel-sel inflamasi, terutama sel limfosit yang jinak.5
Diagnosa banding
Limfadenitis spesifik (Tb)
Disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri TBC bisa masuk
melalui makanan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai kelenjar limfe di leher, sering
tanpa tanda TBC paru. Kelenjar yang sakit akan membengkak, dan mungkin sedikit nyeri.
Mungkin secara berangsur kelenjar didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan
dingin ini.selain itu, dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat
satu sama lain membentuk massa. Yang dikeluhkan pasien sebagai benjolan di kelenjar limfe
nya. Bila mengenai kulit, kulit akan meradang, merah, bengak, mungkin sedikit nyeri. Kulit
akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan seperti keju.3
Etiologi
Etiologi dari limfoma sebenarnya belum diketahui secara pasti. Namun disebutkan
bahwa ada beberapa faktor resiko yang dapat mengakibatkan terjadinya limfoma:5
7

Imunodefisiensi. Diperkirakan 25% kelainan herediter langka yang sering dikaitkan


dengan limfoma, seperti penyakit hipogamma globulinemia.

Agen infeksius. Infeksi awal Epstein-Barr virus dan faktor lingkungan dapat
meningkatkan resiko terjadinya kerusakan genetik.

Paparan lingkungan dan pekerjaan. Paparan lingkungan yang dimaksud adalah


terkena paparan sinar ultraviolet. Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan
dengan resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik.

Diet. Diperkirakan orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani dan
merokok memiliki kemungkinan lebih besar menderita limfoma dibandingkan dengan
orang yang lebih banyak mengkonsumsi sayuran.

Epidemiologi
Limfoma Non-Hodgkin (LNH)
Pada tahun 2000 di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 54.900 kasus baru dan
26.100 orang meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat terjadi 5% kasus LNH baru terjadi
pada pria setiap tahunnya dan 4% pada wanita pertahunnya. Saat ini angka pasien LNH di
Amerika semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan populasi. Dengan
kenaikan 4-5% per tahunnya. Di Perancis penyakit ini menduduki peringkat keganasan ke
tujuh. Di indonesia sendiri LNH bersama sama dengan leukimia dan penyakit Hodgkin
menduduki urutan ke enam tersering. Masih belum diketahui secara jelas mengapa setiap
tahunnya penderita LNH di Indonesia selalu mengalami kenaikan. Adanya hubungan yang
erat dengan AIDS memperkuat dugaan antara LNH dan infeksi.5
Limfoma Hodgkin
Di Amerika Serikat terdapat 7500 kasus baru penyakit Hodgkin setiap tahunnya.
Perbandingan angka kejadian antara laki laki dan perempuan adala 1,4 : 1. Terdapat
distribusi umur dimana sering terjadi pada usia 13-34 tahun dan lebih dari 55 tahun.5
Patogenesis
Sel limfosit kecil atau matang mampu mengadakan perubahan morfologi dan
berproliferasi sebagai reaksi terhadap rangsangan lectin nabati. Seperti sel darah lainnya,
sel limfosit dalam kelenjar limfe juga berasal dari sel sel induk multipotensial didalam
8

sumsung tulang. Sel induk multipotensial pada tahap awal bertransformasi menjadi sel
pregenitor limfosit yang kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur. Sebagian mengalami
pematangan dalam kelenjar timus untuk menjadi sel limfosit T, dan sebagian lagi menuju
kelenjr limfe atau tetap berada dalam sumsum tulangdan berdiferensiasi menjadi sel
Limfosit B. apabila ada rangsangan dari antigen yang sesuai maka limfosit T dan B akan
bertransformasi menjadi bentuk aktif dan berproliferasi. Limfosit T aktif menjalankan
fungsi respon imunitas seluler, sedangkan limfosit B aktif menjadi imunoblas yang
kemudian menjadi sel plasma yang membentuk imunoglonulin. Terjadi perubahan
morfologi yang mencolok pada perubahan ini, dimana sitoplasma yang kecil pada limfosit
B tua menji barsitoplasma yang banyak pada sel plasma. Perubahan ini terjadi pada sel
limfosit B disekitar atau dalam centrum germinativum, sedangkan sel limfosit T aktif
berukuran sedikit lebih besar dibandingkan limfosit T tua.5
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya
mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada dalam
proses transformasi menjadi imunoblas terjadi akibat adanya rangsangan dari imunogen.
Hal yang perlu diketahui ini adalah proses ini terjadi didalam kelenjar getah bening,
dimana sel limfosit tua berada diluar centrum germintivum sedangkan imunoblas berada
dibagian paling sentral dari centrum germinativum.beberapa perubahan yang terjadi pada
limfosit tua antara lain ukurannya menjadi lebih besar, krimatin inti menjadi lebih halus,
nukleiolinya terlihat dan protein permukaan sel mengalami perubahan. Hal mendasar lain
yang perli diingat adalah bahwa sel yang berubah menjadi sel kanker seringkali tetap
mempertahankan sifat dasarnya. Misalnya sel kanker dari limfosit tua tetap
mempertahankan sifat mudah masuk aliran darah namun dengan tingkat mitosis yang
rendah, sedangkan sel kanker dari imunoblas sangat jarng masuk kedalam aliran darah,
namun dengan tingkat mitosis yang tinggi.5

Gejala Klinis
Baik tanda maupun gejala limfoma hodgkin dan limfoma non-hodgkin dapat dilihat
pada tabel berikut ini.1

Tabel 1. Manifestasi Klinis dari Limfoma


9

Limfoma Hodgkin

Anamnesis

Limfoma Non-Hodgkin

Asimtomatik limfadenopati

Gejala sistemik (demam

Asimtomatik limfadenopati
Gejala sistemik (demam

intermitten, keringat

intermitten, keringat

malam, BB turun)

malam, BB turun)

Nyeri dada, batuk, napas

Mudah lelah

Gejala obstruksi GI tract

pendek

Pruritus

Nyeri tulang atau nyeri

dan Urinary tract.

punggung

Teraba pembesaran

limfonodi pada satu

Melibatkan banyak kelenjar


perifer

kelompok kelenjar (cervix,


axilla, inguinal)

Cincin Waldeyer dan


kelenjar mesenterik sering

Cincin Waldeyer &

terkena

kelenjar mesenterik jarang


terkena

Pemeriksaan
Fisik

Hepatomegali &
Splenomegali

Hepatomegali &
Splenomegali

Massa di abdomen dan


testis

Sindrom Vena Cava


Superior

Gejala susunan saraf pusat


(degenerasi serebral dan
neuropati)

10

Selain tanda dan gejala di atas, stadium limfoma maligna secara klinis juga dapat
ditentukan berdasarkan klasifikasi Ann Arbor yang telah dimodifikasi Costwell.3
Tabel 2. Klasifikasi Limfoma Menurut Ann Arbor yang telah dimodifikasi oleh Costwell
Keterlibatan/Penampakan
Stadium
I

Kanker mengenai 1 regio kelenjar getah bening atau 1 organ

II

ekstralimfatik (IE)
Kanker mengenai lebih dari 2 regio yang berdekatan atau 2 regio yang

III

letaknya berjauhan tapi masih dalam sisi diafragma yang sama (IIE)
Kanker telah mengenai kelenjar getah bening pada 2 sisi diafragma

IV
Suffix
A
B

ditambah dengan organ ekstralimfatik (IIIE) atau limpa (IIIES)


Kanker bersifat difus dan telah mengenai 1 atau lebih organ ekstralimfatik
Tanpa gejala B
Terdapat salah satu gejala di bawah ini:

Penurunan BB lebih dari 10% dalam kurun waktu 6 bulan


sebelum diagnosis ditegakkan yang tidak diketahui penyebabnya

Demam intermitten > 38 C

Berkeringat di malam hari


Bulky tumor yang merupakan massa tunggal dengan diameter > 10 cm,
atau , massa mediastinum dengan ukuran > 1/3 dari diameter transthoracal
maximum pada foto polos dada PA

Manifestasi klinis lainnya yang mungkin dapat terjadi:7

Limfadenopati
Yang tampil dengan gejala pembesaran kelenjar limfe superfisial menempati 60%
lebih kasus limfoma. Pembesaran kelenjar limfe sring kali asimetris, konsistensi padat

dan kenyal, tidak nyeri, pada stadium dini tidak saling melekat.
Kelainan limpa
Umumnya ditemukan pada limfoma Hodgkin, dapat timbul splenomegali,

hipersplenisme.
Kelainan skeletal
Kelainan tulang rangka menenpati sekitar 0-15%, paling sering ditemukan di vertebra
torakal dan lumbal, lalu kosta dan kranium. Manifestasi berupa nyeri tulang, fraktur
tulang. Pada Limfoma Hodgkin lebih sering ditemukan invasi sum sum tulang.
11

Destruksi kulit
Kelainan kulit ada yang spesifik dan non spesifik. Kelainan spesifik adalah invasi
kulit limfoma malignum, tampil bervariasi, massa, nodul, plakat, ulkus, papel,
makula, ada kalanya berupa eritroderma maligna. Yang non spesifik hanya
transformasi dari dermatitis biasa , gejalanya berupa pruritus, prurigo, herpes zoster.
Kelainan sistem neural
Yang sering ditemukan adalah paralisis neural, sefalgia, serangan epileptik,

peninggian tekanan intrakranial, kompresi spinal.

Gejala sistemik
Demam , dapat berupa semam irreguler atau demam rekuren periodik spesifik, kausa
demam mungkin terkait dengan masuknya sel ganas ke dalam sirkulasi, keringat
malam, penurunan berat badan, dalam setahun terjadi penurunan kira kira 10% lebih
tanpa sebab yang jelas.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan limfoma maligna dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu:
a. Pembedahan
Tata laksana dengan pembedahan atau operasi memiliki peranan yang terbatas dalam
pengobatan limfoma. Untuk beberapa jenis limfoma, seperti limfoma gaster yang
terbatas pada bagian perut saja atau jika ada resiko perforasi, obstruksi, dan
perdarahan masif, pembedahan masih menjadi pilihan utama. Namun, sejauh ini
pembedahan hanya dilakukan untuk mendukung proses penegakan diagnosis melalui
surgical biopsy.6
b. Radioterapi
Radioterapi memiliki peranan yang sangat penting dalam pengobatan limfoma,
terutama limfoma hodgkin di mana penyebaran penyakit ini lebih sulit untuk
diprediksi. Beberapa jenis radioterapi yang tersedia telah banyak digunakan untuk
mengobati

limfoma

hodgkin

seperti

radioimunoterapi

dan

radioisotope.

Radioimunoterapi menggunakan antibodi monoclonal seperti CD20 dan CD22 untuk


melawan antigen spesifik dari limfoma secara langsung, sedangkan radioisotope
menggunakan

131

Iodine atau 90Yttrium untuk irradiasi sel-sel tumor secara selektif7.

Teknik radiasi yang digunakan didasarkan pada stadium limfoma itu sendiri, yaitu:

12

Untuk stadium I dan II secara mantel radikal

Untuk stadium III A/B secara total nodal radioterapi

Untuk stadium III B secara subtotal body irradiation

Untuk stadium IV secara total body irradiation

Gambar 4. Berbagai macam teknik radiasi

c. Kemoterapi
Merupakan teknik pengobatan keganasan yang telah lama digunakan dan banyak
obat-obatan kemoterapi telah menunjukkan efeknya terhadap limfoma.6
d. Imunoterapi
Bahan yang digunakan dalam terapi ini adalah Interferon-, di mana interferon-
berperan untuk menstimulasi sistem imun yang menurun akibat pemberian
kemoterapi.6
Limfoma Non Hodgkin
Metode terpenting adalah kemoterapi, terutama terhadap tingkat keganasan sedang dan
tinggi. Radioterapi juga memiliki peranan tertentu dalam terapi LNH.sedangkan operasi juga
merupakan pilihan berguna dalam terapi gabungan terhadap sebagian lesi ekstranodus, misal
pada terapi limfoma gastrointestinal, terutama bila terdapat bahaya perforasi di lokasi tumor.
Terapi terhadap LNH berkaitan erat dengan subtipe patologik nya.5
Limfoma Hodgkin
Pengobatan Limfoma Hodgkin adalah radioterapi ditambah kemoterapi, tergantung stadium
penyakit dan faktor resiko. Radioterapi meliputi Extended Field Radiotherapy (EFRT),
Involved Field Radiotherapy (IFRT) dan radioterapi pada limfoma residual atau Bulkit
Disease. Faktor resiko untuk terapi menurut German Hodgkins Lymphoma Study Group
13

(GHSG) meliputi :5

Masaa mediastinal yang besar

Ekstranodal

Peningkatn laju endap darah

Tiga atau lebih regio yang terkena.

Pencegahan
Pencegahan dapat dibagi menjadi 2 cara yaitu pencegahan primer dan pencegahan
sekunder. Sasaran pencegahan primer adalah etiologi penyakitnya. Mengubah gaya hidup
dengan cara tidak merokok, makan makanan bernutrisi dan berolahraga teratur. Menghindari
faktor pajanan seperti sinar radioaktif dan menghindari pajanan di tempat bekerja misalnya
dengan menggunakan masker, baju dan alat pelindung. Dan pencegahan sekunder nya adalah
deteksi dini dengan cara memeriksakan diri kita secara teratur.6
Komplikasi
Ada dua jenis komplikasi yang dapat terjadi pada penderita limfoma maligna, yaitu
komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dan komplikasi karena penggunaan
kemoterapi. Komplikasi karena pertumbuhan kanker itu sendiri dapat berupa pansitopenia,
perdarahan, infeksi, kelainan pada jantung, kelainan pada paru-paru, sindrom vena cava
superior, kompresi pada spinal cord, kelainan neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada
traktus gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit sudah memasuki tahap leukemia.
Sedangkan komplikasi akibat penggunaan kemoterapi dapat berupa pansitopenia, mual dan
muntah, infeksi, kelelahan, neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah, toksisitas jantung
akibat penggunaan doksorubisin, kanker sekunder, dan sindrom lisis tumor.1,6
Prognosis
Ada tujuh faktor risiko independen untuk memprediksi prognosis, yaitu jenis kelamin,
usia, stadium, kadar Hb, kadar leukosit, limfosit dan serum albumin.1
Kesimpulan
Limfoma merupakan keganasan sistem limfatik. Terjadi kelainan dalam proses
proliferasi sel, dimana sel menghasilkan sel yang bersifat mirip dengan sel aslinya. Limfoma
di bedakan menjadi 2 kelompok besar berdasarkan histopatologinya yaitu Limfoma Non14

Hodgkin dan Limfoma Hodgkin. Tidak ada perbedaan seracara klinis antara dua penyakit ini,
yang membedakannya adalah hasil pemeriksaan sel patologinya. Masing masing kelompok
bisa diklasifikasikan lagi berdasarkan stadiumnya. Penetapan stadium penting untuk
menentukan prognosis dan terapi yang akan diberikan. Tidak ada obat yang bisa
menyembuhkan keganasan pada sistem limfatik, pengobatan yang diberikan bersifat
menghambat pertumbuhan sel ganas nya saja.
Daftar Pustaka
1. Reksodiputro, A. dan Irawan, C. 2006. Limfoma Non-Hodgkin. Disunting oleh
Sudoyo, Setyohadi, Alwi, Simadibrata, dan Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Kumar, Abbas, dan Fausto. 2005. Phatologic Basis of Diseases 7th Edition. Philadelphia:
Elsevier & Saunders
3. Price SA, Wilson LM. Patofisioloi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke 6.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2006
4. Tjarta A, Sutisna H, Vivin S. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC ; 2005. H. 388-400.
5. Sudoyo AW, Bambang S, Idrus A, Marcellus S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
ke 5. Jakarta : Badan Penerbit FKUI ; 2009. Hal.1251-65
6. Rasjidi I. Buku Ajar Onkologi Klinik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2011.
7. Japaries W.buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi ke 2. Jakarta : Badan Penerbit FKUI ; 2008.
Hal.547-61

15

Anda mungkin juga menyukai

  • PNEUMONIA
    PNEUMONIA
    Dokumen25 halaman
    PNEUMONIA
    Ratna Pusvita Effendy's
    100% (1)
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA
    Dokumen25 halaman
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA
    Wendy Ardiansyah
    100% (10)
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA
    Dokumen25 halaman
    BAB II TINJAUAN PUSTAKA
    Wendy Ardiansyah
    100% (10)
  • Katarak Sekunder Fix
    Katarak Sekunder Fix
    Dokumen36 halaman
    Katarak Sekunder Fix
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Katarak Sekunder Fix
    Katarak Sekunder Fix
    Dokumen36 halaman
    Katarak Sekunder Fix
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Katarak Sekunder (PCO) FIX
    Katarak Sekunder (PCO) FIX
    Dokumen25 halaman
    Katarak Sekunder (PCO) FIX
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Absolute
    Glaukoma Absolute
    Dokumen11 halaman
    Glaukoma Absolute
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Absolute
    Glaukoma Absolute
    Dokumen11 halaman
    Glaukoma Absolute
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Absolute
    Glaukoma Absolute
    Dokumen11 halaman
    Glaukoma Absolute
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Case Digestive
    Case Digestive
    Dokumen56 halaman
    Case Digestive
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Case Digestive
    Case Digestive
    Dokumen67 halaman
    Case Digestive
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Absolute
    Glaukoma Absolute
    Dokumen19 halaman
    Glaukoma Absolute
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Katarak PKM Camplong
    Penyuluhan Katarak PKM Camplong
    Dokumen2 halaman
    Penyuluhan Katarak PKM Camplong
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Sudut Tertutup
    Glaukoma Sudut Tertutup
    Dokumen15 halaman
    Glaukoma Sudut Tertutup
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Cae IPD 'Grave Disease'
    Cae IPD 'Grave Disease'
    Dokumen40 halaman
    Cae IPD 'Grave Disease'
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Itha Holl
    Itha Holl
    Dokumen36 halaman
    Itha Holl
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Absolute
    Glaukoma Absolute
    Dokumen8 halaman
    Glaukoma Absolute
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Osteoporosis
    Leaflet Osteoporosis
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Osteoporosis
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Osteoporosis
    Osteoporosis
    Dokumen10 halaman
    Osteoporosis
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Osteoporosis
    Leaflet Osteoporosis
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Osteoporosis
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Case Keratitis Mata
    Case Keratitis Mata
    Dokumen7 halaman
    Case Keratitis Mata
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Osteoporosis
    Osteoporosis
    Dokumen10 halaman
    Osteoporosis
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Katarak
    Katarak
    Dokumen25 halaman
    Katarak
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Case Paru TB Paru Baru
    Case Paru TB Paru Baru
    Dokumen39 halaman
    Case Paru TB Paru Baru
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Katarak
    Katarak
    Dokumen25 halaman
    Katarak
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Katarak
    Katarak
    Dokumen25 halaman
    Katarak
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Mata DR Vanesa
    Mata DR Vanesa
    Dokumen12 halaman
    Mata DR Vanesa
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Otot Mata
    Otot Mata
    Dokumen1 halaman
    Otot Mata
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Vaksinasi Hepatitis B
    Vaksinasi Hepatitis B
    Dokumen2 halaman
    Vaksinasi Hepatitis B
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat
  • Klinefelter 02
    Klinefelter 02
    Dokumen12 halaman
    Klinefelter 02
    ItHa Sagiitariius BLue Loverz
    Belum ada peringkat