Anda di halaman 1dari 19

Gangguan Buang Air Kecil pada Laki-Laki 65 Tahun

Muhammad Naqib Syahmi Bin Said Jaafar


102013494
Fakultas Kedokteran UKRIDA
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
muhammad.2013fk494@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Benign Prostatic Hyperplasia(BPH), juga dikenal sebagai hipertrofi prostat jinak, adalah
diagnosis histologis ditandai oleh proliferasi elemen selular prostat, akumulasi sel dan
pembesaran kelenjar mungkin hasil dari epitel dan stroma proliferasi, gangguan kematian sel
terprogram(apoptosis), atau keduanya. BPH dianggap sebagai bagian normal dari proses
penuaan pada pria dan hormon tergantung pada testosteron dan dihidrotestosteron produksi
( DHT ). Diperkirakan 50 % dari laki-laki menunjukkan histopatologi BPH pada usia 60
tahun. Jumlah ini meningkat menjadi 90 % pada usia 85 tahun.
Kata kunci: Benign Prostatic Hyperplasia, pria, testosteron
Abstract
Benign prostatic hyperplasia (BPH), also known as benign prostatic hypertrophy, is a
histologic diagnosis characterized by proliferation of the cellular elements of the prostate.
Cellular accumulation and gland enlargement may result from epithelial and stromal
proliferation, impaired preprogrammed cell death (apoptosis), or both. BPH is considered a
normal part of the aging process in men and is hormonally dependent on testosterone and
dihydrotestosterone(DHT) production. An estimated 50% of men demonstrate histopathologic
BPH by age 60 years. This number increases to 90% by age 85 years.
Keywords: Benign Prostatic Hyperplasia, men, testosterone

Pendahuluan
Buang air kecil memang menjadi aktifitas untuk mengeluarkan semua kotoran dan zat-zat
dalam tubuh yang tidak diperlukan oleh tubuh. Pada dasarnya buang kecil yang normal bisa
antara 4 hingga 8 kali dalam sehari penuh. Kurang atau lebih dari jumlah itu maka bisa
menjadi indikasi serius untuk masalah kesehatan. Biasanya buang air kecil lebih sering
dilakukan pada pagi hingga sore hari, namun frekuensinya akan menurun saat malam hari
karena kita tidak banyak minum air pada malam hari. Namun ternyata kurang buang air kecil
dalam sehari ternyata bisa menunjukkan adanya gangguan kesehatan kesehatan seseorang.
Struktur Makroskopis
Ginjal
Secara anatomi, letak ginjal adalah sebagai berikut:
Terletak di retro peritoneal dengan batas-batasnya yaitu sebelah kiri atau kanan columna
vertebralis. Pada bagian kiri setinggi iga 11/ L 2-3 dan di sebelah kanan setinggi iga 12/ L 34. Jarak kutub atas kedua ginjal: 7 cm. Jarak kutub bawah kedua ginjal: 11 cm. Jarak kutub
bawah ke crista iliaca: 3-5 cm.1
Pembungkus Ginjal terdiri dari 3 bagian yaitu
1. Capsula fibrosa
Melekat pada ginjal,hanya menyelubungi ginjal (gl. supra renalis tidak)

dan mudah dikupas.1

Gambar 1. Pembungkus ginjal.


2. Capsula adiposa
Mengandung banyak lemak berfungsi untuk membungkus ginjal dan glandula supra
renalis. Pada bagian depan capsula ini berupa capsula tipis dan bagian belakang
berupa capsula yang tebal tebal.1
3. Fascia renalis :
Fascia ini terletak di luar capsula fibrosa berupa 2 lembar fascia yaitu :
Depan berupa fascia prerenalis dan bagian belakang berupa fascia retro renalis .
Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga
kantong ginjal terbuka ke bawah. oleh karena itu sering terjadi ascending infection.1
Bagian-Bagian Ginjal terdiri dari 2 bagian yaitu
a. Cortex Renis
Terdiri dari :
glomerolus
pembuluh darah

Di glomerulus darah disaring menjadi filtrat, kemudian disalurkan ke dalam medulla,


saluran- saluran tsb. akan bermuara pada papilla renalis terdapat garis- garis dari
medulla: processus medullaris ( FERHEINI )1
b. Medulla Renis
Papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga yaitu pyramid renalis
(malphigi). Saluran-saluran yang menembus papilla = ductuli papillares ( Bellini).
Papilla renalis menonjol ke dalam calix minor.Beberapa calyx minor ( 2 4 )
membentuk calyx major. Beberapa calyx major menjadi pyelum = pelvis renis,
kemudian menjadi ureter. Ruangan tempat calyx disebut hillus renalis. 1

Pendarahan Ginjal
A. renalis merupakan cabang Aorta abdominalis setinggi vert. L I-II
A. renalis kanan lebih panjang A. renalis kiri, karena harus menyilang V. cava inferior
di belakangnya. A. renalis masuk ke dalam ginjal melalui hillus renalis dan bercabang
2:
Yang satu ke depan ginjal, mengurus ginjal bagian depan & lebih panjang dan satu
lainnya ke belakang ginjal, mengurus ginjal bagian belakang. Bercabang lagi &
berjalan di antara lobus ginjal adalah A. interlobaris.
A. Interlobaris pada perbatasan cortex & medula bercabang menjadi A. arcuata.
A. arcuata mempercabangkan : A. interlobularis berjalan sampai tepi ginjal (cortex).
Pembuluh balik mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sbg. kapiler berkumpul
dlm. V. interlobularis disbut Vv stellatae ( Verheyeni )1
Ureter
Terdiri dari dua bagian : ureter pars abdominalis dan ureter pars pelvina.
Panjang ureter kira-kira 25 30 cm dan merupakan lanjutan pelvis renis, menuju
distal dan bermuara pada vesica urinaria.2
Tiga tempat penyempitan pada ureter yaitu:
4

1. uretero- pelvic junction


2. tempat penyilangan ureter dg.vassa iliaca disebut flexura marginalis
3. muara ureter ke dalam vesica urinaria

Persarafan ureter
Berasal dari plexus hypogastricus inf. T11- L2 melalui neuron simpatis.1
a. Ureter Pars Abdominalis2
Jalannya ureter pada wanita sama dengan laki- laki
Topografi ventral berupa
Peritoneum
vassa colica
vassa spermatica int. / ovarica (menyilang)
Ureter kanan berbatasan dengan:
pars desc.duodeni ( atas )
ileum ( bawah )
tepi lateral V. cava inferior (medial)
Ureter kiri berbatasan dengan:
tertutup colon sigmoideum & meso colonnya (di blkg. recessus
intersigmoideus)
b. Ureter Pars Pelvina
Jalannya ureter pada pria dan wanita berbeda misalnya alat- alat panggul.
Mula anterior terhadap A. iliaca comm. flexura marginalis tepi depan incisura
ischiadica major(di depan A.hypogastrica), med.terhadap A.V.N. obturatorius /
AV.vesicales superior & inferior. Jalan berupa ventro medial.2
Perbedaan ureter pria dan wanita yaitu :

Ureter pria :
depan atas gl.vesiculosa
menyilang duct.defferens di sebelah lateral untuk bermuara ke dalam vesica
urinaria
Ureter wanita:
para metrium sampai lateral cervix uteri & bagian atas vagina
sejajar & medial thdp. A. uterina, menyilang nadi tersebut. Di atasnya.2
5

Vesica urinaria
Disebut juga bladder atau kandung kemi. Adapun fungsi vesica urinaria adalah
sebagai reservoir urine (200 - 400 cc). Letak nya di belakang os. Pubis. Pada vesica
urinaria yang kosong, seluruhnya terletak dalam rongga panggul,di belakang os pubis.
Pada bagian vesica urinaria yang terisi, letaknya di regio hypogastric. Bentuk vesica
urinaria yang penuh seperti telur ( ovoid ) dan vesica urinaria yang kosong berbentuk
seperti limas. Pada bagian vesica urinaria kosong, apex ( puncak ) berbatasan di
belakang symphysis pubis.2
Bagian-bagian vesica urinaria yaitu : apex,corpus, fundus
Dinding Vesica Urinaria
Dasar vesica urinaria berbentuk segitiga, pada sudut laterosuperior kiri dan kanan
terdapat ureter dan pada sudut inferior terdapat urethra.Permukaan latero inferior
berhubungan dengan M. obturator internus (cranial) dan M. levator ani (distal). 2
Collum Vesica Urinaria
Berbatasan dengan permukaan atas gl.prostata. Difiksasi oleh ligamentum.
puboprostaticus (pria), ligamentum pubovesicale ( wanita). Antara vesica urinaria dan
rectum terdapat lekukan peritoneum = excavatio recto vesicalis. Antara dinding
posterior vescia urinaria dan rectum terdapat vesicula seminalis. Pada sudut
laterosuperior kiri dan kanan terdapat ureter. Pada sudut inferior terdapat urethra.2
Spatium Para Vesicale
Terdiri dari spatium praevesicale (Retzii) yang merupakan ruang antara symphysis
pubis dan vesica urinaria, excavatio rectovesicale, dan excavatio vesico uterine. 2
Lapisan Vesica Urinaria
Mukosa vesica urinaria berlipat- lipat, , vesica urinaria terisi penuh dan
lapisan.mukosa yang sangat halus membuat lipatan hilang.
Trigonum vesica Liutaudi dibentuk oleh ureter kanan dan kiri (orificium
ureteris),bekerja sebagai katup mencegah urine balik ke ginjal dan orificium urethra
inernta.
Uvula vesica merupakan tonjolan kecil di belakang orificium urethrae int.disebabkan
oleh lobus medial glandula. prostata. Pada wanita permukaan dorsal vesica urinaria
berhubungan dengan vagina dan rectum. Spatium utero vesicale merupakan rongga
antara permukaan superior vesica urinaria dengan corpus uteri.2
Lapisan otot vesica urinaria terdiri atas 3 lapisan otot yang saling menutupi:4
1.
M. detrusor
Terdapat pada lapisan dalam
Dapat mengeluarkan isi vesica urinaria
6

2.

M. trigonal
Terdapat dalam segitiga Liutaudi (di fundus vesica urinaria)
Ikut membentuk uvula
Membuka orificium urethra interna
3.
M. sphincter vesica
Dapat menahan urine di dalam vesica urinaria
Vaskularisasi dan Sistem Limfatik Vesica Urinaria
a. Nadi :
1. Aa. vesicales superior
Cabang dari A. umbilicalis bagian proximal (bagian distal akan menjadi lig.
Umbilicalis lateralis) yang memperdarahi fundus dan beranastomosis dengan A.
epigastrica inferior. 4
2. Aa.vesicales inferior
Untuk bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria. Juga memperdarahi
glandula prostate.4
3. A. vesiculodeferentialis
Cabang dari A. iliaca interna dan memperdarahi 1/3 permukaan posterior vesica
urinaria, juga memperdarahi glandula vesiculosa, ductus deferentialis . Pada wanita,
memperdarahi ovarium dan vagina.4
Vena:
Plexus venosus vesicales yg. berhubungan dengan plexus venosus prostaticus menuju
V.iliaca interna. 4
Persarafan Vesica Urinaria
Cabang plexus hypogastricus inferior yaitu
serabut post ganglioner simpatis gll.para vert.L1-2
serabut preganglioner parasimpatis N.S2,3,4 melalui N. splancnicus dan plexus
hypogastricus inf.mencapai dinding Vesica urinaria disini terjadi sinapsis dengan
serabut-serabut post ganglioner
serabut-serabut sensoris visceral afferent: N.splancn cus menuju SSP
serabut afferen mengikuti srbt.simpatis pada plexus hypogastricus menuju medulla
spinalis L1-2.4
Urethtra
a. Pria
Pada pria terdiri atas 3 bagian yaitu
1. Urethtrae pars prostatica
Urethra yang panjangnya kira-kira 3 cm, mulai dari collum vesica urinaria sampai
sedikit ke ventral apex glandula prostate. Pada dinding posterior terdapat crista
urethralis, sinus prostaticus, utriculus prostaticus (uterus musculina). 2
2. Urethtrae pars membranacea
Bagian yang paling sempit dari 1-2 cm disebabkan adanya otot yang mengelilingi yaitu

m.spinchter urethtrae. Letak dari urethrae ini antara fascia diphragmatis urogenitalis
superior dan inferior yang kira-kira terletak 2,5 cm dorso inferior symphisis pubis.
muaranya pada glandula bulbo urethtralis Cowperi. 2
3. Urethtrae pars spongiosa/ cavernosa
Seluruhnya dikelilingi oleh coprpus spongiosum/ cavernosum. Bagian ini mulsi
memasuki bulbus urethtra superior ujung glands penis bagian yang terpanjang kira-kira
15 cm. muara dari urethtrae berakhir sebagai orificium externum urethtrae. Pada bagian
anteriornya bermuara galndula urethtralis Littrei.2

Struktur Mikroskopis
1. Ginjal.
Ginjal adalah organ besar berbentuk kacang yang letaknya retroperitoneal pada
dinding posterior tubuh. Diatas setiap ginjal, terdapat kelenjar adrenal yang terbenam
didalam jaringan ikat ginjal. 3
Ginjal dibagi menjadi korteks di luar dan medulla di dalam. Medulla ginjal
berbentuk kerucut atau pyramid, yaitu pyramid medulla. Dari dasar setiap pyramid
medulla, terjulur berkas-berkas tubulus yang parallel, yaitu berkas medulla, yang
menyusup ke dalam korteks. Setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. Setiap nefron
terdiri atas bagian yang melebar, yakni korpuskel renalis, tubulus kontortus proximal;
segmen tipis dan tebal ansa henle; tubulus kontortus disatal; dan tubulus dan duktus
koligentes.3
2. Korpuskel renalis dan filtrasi darah.
Korteks ginjal terdiri atas satuan penyaring darah dan berbagai jenis tubulus.
Di tengah foto mikrograf, terdapat sebuah korpuskulum renal dan tubuli di sekitarnya.
Setiap korpuskel renalis terdiri atas seberkas kapiler, yaitu glomerulus, yang
dikelilingi oleh epitel berdinding ganda yang disebut kapsula bowman. Lapisan dalam
kapsul ini (lapisan visceral) menyelubungi kapiler glomerulus. Lapisan luar
membentuk batas luar korpuskel renalis dan disebut lapisan parietal kapsula bowman.
Setiap korpuskel ginjal memiliki kutub vascular, tempat masuknya arteriol aferen dan

keluarnya arteriol eferen, dan memiliki kutub urinarius, tempat tubulus kontortus
proximal berasal.3
3. Tubulus Kontortus Proximal
Pada kutub urinarius di korpuskel ginjal, epitel gepeng di lapisan parietal
kapsula bowman berhubungan langsung dengan epitel tubulus kontortus proximal
berbentuk kuboid, atau silindris rendah. Sel-sel epitel ini memiliki sitoplasma
asidofilik yang disebabkan oleh adanya mitokondria panjang dalam jumlah besar.
Apeks sel banyak memiliki mikrovili yang membentuk suatu brush border. Tubulus
kontortus proksimal menyekresi kreatinin dan substansi asing bagi organism, seperti
asam para aminohippurat dan penisilin, dari plasma interstitial ke dalam filtrate.3
4. Ansa Henle
Terdiri dari segmen tebal desendens, segmen tipis desendens, dan segmen tebal
descendens. Segmen tebal memiliki struktur yang sangat mirip dengan tubulus
kontortus distal. Di bagian luar medulla, segmen tebal desendens tiba-tiba menyempit
dan berlanjut sebagai segmen tipis desendens. Lumen di segmen nefron ini lebar
karena dindingnya terdiri atas sel epitel selapis gepeng dengan inti yang hanya sedikit
menonjol ke dalam lumen. Kira-kira sepertujuh dari semua nefron terletak dekat
perbatasan korteks medulla dan disebut nefron jukstamedula. Nefron lainnya disebut
nefron kortikal. Nefron juxtamedula penting untuk mempertahankan gradient
hipertonik dalam interstitium medulla yaitu dasar kemampuan ginjal dalam
menghasilkan urin hipertonik. Nefron jukstamedula memiliki lengkung henle yang
sangat panjang, yamg masuk jauh ke dalam medulla.3
5. Tubulus kontortus distal
Tubulus ini, seperti segmen asendens, dilapisi oleh epitel selapis kuboid.
Tubulus kontortus distal tidak memiliki brush border, tidak ada kanalikuli apikal, dan
ukuran sel yang lebih kecil. Karena sel tubulus distal lebih gepeng dan lebih kecil dari
sel tubulus proksimal. Tubulus kontortus distal mengadakan kontak dengan kutub
vascular di kopuskel ginjal yang berasal dari induk nefronnya. Pada tempat kontak ini,
tubulus distal mengalami modifikasi, seperti halnya dengan arteriol aferennya. Di
daerah jukstaglomerular ini, sel-sel tubulus kontortus distal biasanya menjadi silindris
dan intinya berhimpitan. Kebanyakan selnya menjadi kompleks golgi di bagian basal.
9

Dinding sel tubulus distal yang termodifikasi ini, yang tampak lebih gelap disebut
makula densa.3
6. Tubulus dan duktus koligentes
Urin mengalir dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligentes, yang saling
bergabung membentuk duktus koligentes yang lebih besar dan lebih lurus, yang
berangsur dan melebar sewaktu mendekati puncak pyramid. Tubulus koligentes yang
lebih kecil dilapisi oleh kuboid. Sewaktu tubulus memasuki medulla lebih dalam, selselnya meninggi sampai berbentuk silindris.3

7. Vesika urinaria: dinding (potongan melintang)


Lapisan otot polos dinding vesika urinaria serupa dengan lapisan otot di ureter,
kecuali ketebalannya. Dinding vesika urinaria terdiri atas mukosa, muskularis, dan
serosa.3
Mukosa organ-organ ini terdiri atas epitel transisional dan lamina propia di
jaringan ikat yang padat sampai longgar. Epitel transisional kandung kemih dalam
keadaan tidak teregang, memiliki tebal lima atau enam sel; sel superficial membulat
dan menonjol ke dalam lumen.3
Muskularis vesika urinaria tebal dan ketiga lapisan di bagian leher vesika
tersusun dalam berkas yang saling beranastomosis dengan jaringan ikat longgar di
antaranya. Jaringan ikat interstisial menyatu dengan jaringan ikat serosa dan mesotel
merupakan jaringan terluar.3
8. Uretra
Uretra adalah suatu tabung yang membawa urin dari kandung kemih ke luar.
Uretra pria terdiri atas 4 bagian: pars prostatika, pars membranosa, pars bulosa, dan
pars pendulosa. Di bagian distal dan dorsal uretra pars prostatika, terdapat bagian ynag
meninggi, yaitu verumontanum, yang menonjol ke bagian dalam uretra. Uretra pars
membranosa dilapisi epitel berlapis atau bertingkat silindris. Di sekeliling uretra
bagian ini terdapat sfingter otot rangka yaitu sfingter uretra eksterna. Uretra pars
bulbosa dan pendulosa berlokasi di korpus spongiosumpenis. Lumen uretra melebar
10

kea rah distal, yang membentuk fossa naviculare. Epitel di bagian uretra ini
kebanyakan berupa epitel bertingkat dan silindris, dengan daerah epitelgepeng dan
berlapis. Kelenjar littre adalah kelenjar mukosa yang dijumpai di sepanjang uretra
namun kebanyakan berada di uretra pars pendulosa. Bagian sekresi dari beberapa
kelenjar ini langsung terhubung dengan lapisan epitel uretra, sebagai kelenjar lainnya
memiliki duktus ekskretorius.3
Uretra wanita merupakan suatu tabung dengan panjang 4-5 cm, yang dilapisi
dengan epitel gepeng berlapis dan memiliki area dengan epitel silindris bertingkat.
Bagian tengah uretra dikelilingi sfingter lurik volunter eksterna.3
Uretra pria Panjang : ~20 cm. Mukosa : Epitel transisional sampai berlapis
gepeng. Muskularis : Otot polos
9. Ureter
Ureter yang tidak diregangkan memiliki lumen berkelok karena adanya lipatan
memanjang. Dinding ureter terdiri atas mukosa, muskularis, dan adventisia.3
Mukosa terdiri atas epitel transisional dan lamina propia yang lebar. Epitel
transisional terdiri atas beberapa lapis sel, lapisan sel luar ditandai sel-sel kuboid
besar. Sel-sel intermediat berbentuk polihedral karena sel di basal berbentuk kuboid
atau silindris rendah. Permukaan basal epitel ini licin, tanpa lekukan papil0papil
jaringan ikat.3
Lamina propia rerdiri dari jaringan ikat fibroelastis dengan fibroblas lebih
padat di bawah epitel dibandingkan dengan fibroblas di dekat muskularis yang lebih
longgar. Jaringan limfoid difus dan kadang-kadang limfonodus kecil mungkin terlihat
di lamina propia.3
Pada ureter bagian atas. Muskularis terdiri atas lapisan otot polos longitudinal
dalam dan sirkular luar; lapisan-lapisan ini tidak terlalu jelas. Lapisan longitudinal luar
tambahan terdapat pula sepertiga ureter bagian bawah.3
Adventisia menyatu dengan jaringan ikat fibroelastis dan jaringan lemak di
sekitarnya yang mengandung banyak arteri, vena, dan saraf kecil.
Mekanisme Pembentukan Urin
11

1. Filtrasi
Filtrasi glomerulus disebabkan oleh adanya gaya gaya fisik pasif yang serupa
dengan gaya gaya yang terdapat dibagian tubuh lainnya. Gaya gaya yang terlibat
dalam filtrate glomerulus adalah :
a. Tekanan darah kapiler
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan
oleh darah dalm kapiler glomerulus. Tekanan ini bergantung pada kontraksi
jantung dan resistensi arteriol aferen dan eferen. Tekanan ini bernilai rata
rata 55mmHg. Kerena darah lebih mudah masuk ke kapiler glomerulus
melalui arteriola aferen yang lebih lebar dan lebih sulit keluar melalui
arteriola eferen yang lebih sempit, tekanan darah kapiler glomerulus
meningkat akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu,
karena tingginya resistensi arteriola eferen, tekanna darah tidak
mengalalami kecenderungan menurun disepnjan kapiler glomerulus. Tekan
fdarah glomerulus yang meningkat ini cenderung mendorong cairan keluar
dari glomerulus untuk masuk ke kapsula bowman. Dan ini merupakan gaya
utama yan menghasilkan filtrasi glomerulus.5
b. Tekanan darah osmotic koloid plasma
Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, kedua
gaya lain yang bekerja melintasi membrane glomerulus (tekanan osmotic
plasma dan hidrostatik kapsula bowman) melawan filtrasi. Tekanan
osmotic koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi protein protein plasma
yang tidak imbang di kedua sisi glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi,
protein protein plasma yang terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak
ditemukan di kapsula bowman. Dengan demikian, konsentrasi H2O di
kapsula bowman lebih tinggi dibanding di glomerulus. Akibatnya
kecenderungan H2O untuk berpindah secara osmotis mengikuti penurunan
gradient konsentrasinya dari kapsula bowman ke kapiler glomerulus
melawan filtrasi glomerulus. Tekanan osmotic ini bernilai sekitar 30mmHg,
yang sedkit lebih tinggi dari pada di kapiler lain. Maka konsentrasi protein
di plasma lebih tinggi.5
c. Tekanan hidrostatik kapsula bowman
Cairan dalam kapsula bowman menimbulkan tekanan hidrostatik yang
besarnya diperkirakan 15mmHg. Tekanan ini cenderung mendorong cairan
keluar dari kapsula bowman, melawan filtrasi dari glomerulus ke kapsula
bowman.5
12

Gaya total yang medorong filtrasi adalah sebesar 55mmHg (tekanan


darah kapiler glomerulus). Jumlah total kedua gaya yang melawan sebesar
45mmHg (tekanan osmotic

+ tekanan hidrostatik). Perbedaan netto yang

mendorong filtrasi adalah 10mmHg atau disebut tekanan filtrasi netto.5


GFR atau glomerular filtration rate normal dalam tubuh manusia kira kira
sebesar 125mL/mnt. Besar nilai sebanding dengan luas permukaan tubuh . Namun,
meskipun telah dikoreksi dengan besar luas permukaan tubuh, nilai GFR wanita 10%
lebih rendah dari pria. Nilai GFR sebesaar 125mL/mnt sama dengan 7,5 L/jam atau
180L/hari, sedangkan volume urine yang dikeluarkan hanya sekitar 1L/hari. Hal ini
berarti bahwa dalam keadaan normal, lebih dari 99% filtrate direbsorbsi. GFR dapat
dengan sengaja diubah dengan mengubah tekanan darah kapiler glomerulus sebagai
hasil dari pengaruh simpatis pada arteriol aferen. Vasokonstriksi arteriol aferen
menurunkan aliran darah ke glomerulus, sehingga tekanan darah di glomerulus
menurun dan GFR juga menurun. Sebaliknya vasodilatasi arteriol aferen
meningkatkan aliran darah glomerulus dan GFR. Control simpatis atas GFR
merupakan bagian dari respons reflex baroreseptor untuk mengkompensasi perubahan
tekanan darah arteri. Jika GFR berubah, jumlah cairan yang keluar melalui urin juga
berubah, sehingga volume plasma dapat diatur sesuai kebutuhan untuk membantu
memulihkan tekanan darah ke normal.6
2. Reabsorbsi
Reabsorbsi Na+
80% kebutuhn energy total ginjal digunakan untuk transportasi Na +. Dari semua yang
difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5% direabsorbsi, dengan rata rata 67%
direabsrobsi di tubulus proximal, 25% di lengkung henle dan 8% di tubulus distal dan
tubulus pengumpul. Reabsrobsi natrium memiliki peranan yang berbeda di setiap
segmen tersebut :
Reabsrobsi natrium di tubulus proximal berperan penting dalam reabsrobsi

glukosa, asam amino, H2O, Cl- dan urea.


Reabsorbsi di lengkung henle, bersama dengan reabsrobsi Cl- berperan penting
dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume
yang berbeda beda, bergantung pada kebutuhan tubuh menyimpan atau
menabung H2O.

13

Reabsrobsi natrium di bagian distal dan berada di bawah control hormone,


menjadi penting dalam mengatur volume CES. Reabsrobsi tersebut juga
sebagian berkaitan dengan sekresi K+ dan H+.5

Dalam reabsorbsi dikenal dengan system rennin-angiotensin-aldosteron yaitu


ginjal

mensekresikan

hormone

rennin

sebagai

respon

terhadap

penurunan

NaCl/volume CES/tekanan darah arteri. Rennin mengaktifkan angiotensinogen, suatu


protein plasma yang diproduksi oleh hati, menjadi angiotensin I. angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme yang dproduksi oleh paru.
Angiotensin II merangsang kortex adrenal untuk mensekresikan hormone aldosteron,
yang merangsang reabsrobsi Na+ oleh ginjal. Retensi Na+ menimbulkan efek osmotic
yang menahan lebih banyak H2O di CES. Retensi Na+ dan H2Otersebut bersama
sama membantu menoreksi rangsangan semuala yang mengaktofkan system renninangiotensin-aldosteron ini. Angiotensin II juga menimbuljan efek efek lain yang
membantu menghilangkan rangsangan semula.5
Reabsorbsi Glukosa
Glukosa, asam amino dan bikarbonat direabsorbsi bersama sama dengan Na+
dibagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na + akan direabsorbsi
bersama sama dengan Cl-. Glukosa merupakan contoh zat yang direabsorbsi melalui
transport aktif sekunder. Laju filtrasi glukosa kira kira 100mg/menit. Hampir seluruh
glukosa direabsorbsi, dan hanya beberpa milligram saja yang dapat dijumpai di urin.
Jumlah yang direabsorbsi sebanding dengan jumlah yang difiltrasi, dan nilai sebanding
dengan kadar glukosa dalam plasma. Dengan jumlah plasma yang difiltrasi per menit
dalam keadaan normal adalah 125ml (=rata rata GFR/menit), setiap menit 125mg
glukosa difiltrasi/ menit. Jumlah beban yang difiltrasi tiap menit dapat dihitung
dengan :
Beban filtasi suatu bhan konsentrasi bahan
dalam plasma m
x GFR

Batas Tm untuk glukosa adalah 375mg/menit.

Bila batas Tm

(jumlah

maksimum suatu bahan yang dapat di angkut oleh tubulus) telah terlamapaui, jumlah
glukosa yang terdapat dalam urine akan meningkat. Konsentrasi plasma pada saat T m
suatu bahan tertentu tercapai dan bahan tersebut mulai muncul di urine disebut
ambang ginjal (renal threshold). Pada Tm normal 375mg/menit dan GFR 123ml/menit,
14

ambang ginjal untuk glukosa adalah 300 mg/100ml. Di atas Tm reabsorbsi akan tetap
konstan pada kecepatan maksimum, dan setiap penambahan lebih lanjut akan diiringi
oleh peningkatan eksresi bahan yang bersangkutan secara proporsional.6
Reabsorbsi fosfat
Ginjal secara langsung berperan dalam pengaturan banyak elektrolit misalnya
kalsium dan fosfat, karena keseimbangan ginjal untuk ion ion anorganik ini setara
dengan konsentrasi plasma normal. Sebagai contoh fosfat, makanan yang dimakan
biasanya banyak mengandung fosfat. Tetapi tubulus hanya dapat mereabsorbsi fosfat
sampai konsentrasi plasma normal. Jadi kelebihan fosfat yang tidak dapat direabsorbsi
oleh ginjal, akan diekskresikan ke dalam urine. Denngan cara itulah ginjal
mempertahankan konsentrasi fosfat plasma.5
Reabsorbsi Urea
Urea adalah suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein. Reabsorbsi
H2O yang diinduksi secara osmotic di tubulus proximal yang sekunder terhadap
reabsorbsi aktif Na+ menimbulkan gradient konsentrasi untuk urea yang mendorong
reabsorbsi pasif zat sisa bernitrogen ini. Karena reabsorbsi ekestensif H2O di tubulus
proksimal, filtrate awal 125ml/menit secara progresif berkurang, sampai di akhir
tubulus proksimal cairan yang tersisa hanya 44ml/menit (karena 65% dari H 2O dari
filtrate semula atau sekitar 81ml/menit telah di reabsorbsi). Zat yang difiltrasi tetapi
tidak direabsorbsi secara progresif menjadi lebih terkonsentrasi di cairan tubulus
karena H2O direabsorbsi sedangkan mereka tertinggal. Urea adalah salah satu zat
tersebut. Konsentrasi urea di glomerulus setara dengan di kapeler perritubulus. Namun
jumlah urea yang di dalam 125ml mengalami pemekatan 3x lipat dalam volume hanya
44ml d akhir reabsorbsi. Akibatnya konsentrasi urea di dalam tubulus jauh lebih besar
daripada di kapiler.5

3. Sekresi
Sekresi tubulus mengacu pada perpindahan selektif zat-zata dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupaka rute dua bagi zat dari darah untuk
masuk ke lumen tubulus. Sekresi tubulus menyediakan suatu mekanisme yang dapat
lebih cepat mengeliminasi zat-zat tertentu dari plasma dengan mengekstrasi lebih
banyak zat tertentu dari 80% plasma yang tidak difiltrasi di kapiler peritubulus dan
15

menambahkan zat yang sama ke jumlah yang sudah ada di dalam tubulus akibat proses
filtrasi.5
Bahan yang penting yang diekskresikan oleh tubulus adalah ion hydrogen yang
penting untuk mengatur keseimbangan asam basa, ion kalium yang menjaga
konsentrasi ion kalium plasma pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan
eksitabilitas normal membrane sel otot dan saraf; dan anion dan kation organic yang
melaksanakan eliminasi senyawa-senyawa organic asing dari tubuh. 5
4. Eksresi
Klierens Plasma
Klierens plasma didefinisikan sebagai volume plasma yang dibersihkan
seluruhnya dari bahan yang diangkut per menit (volume plasma yang seharusnya
mengandung jumlah total bahan yang diekskresikan oleh ginjal dalam satu menit).5
Laju klierens berbeda beda tergantung dari bahan tersebut.
a. Apabila suatu bahan difiltrasi tetapi tidak direabsorbsi atau disekresi, laju
klierens plasmanya sama dengan GFR.
Sewaktu 125ml/menit plasma difiltrasi dan kemudian di reabsorbsi,
jumlah bahan X yang semula terkandung dalam 125ml tertinggal dalam
tubulus untuk diekskresikan. Dengan demikian 125ml plasma
dibersihkan dari bahan X setiap menitnya. 5
b. Jika suatu bahan difiltrasi dan direabsrobsi tetapi tidak ada selresi, laju
klierens plasmanya selalu lebih rendah daripada GFR.
Sebagai contoh klierens plasma untuk glukosa dalam keadaan
normal adalah nol. Semua glukosa yang difiltrasi akan direabsorbsi
bersama dengan filtrate yang kembali ke plasma, sehingga tidak ada
plasma yang dibersihkan dari glukosa.5
c. Apabiala suatu bahan difiltrasi dan disekresi tetapi tidak direabsorbsi, maka
lahu klierens plasmanya selalu lebih tinggi daripada GFR.5
Proses Berkemih
Kontraksi perilstatik otot polos di dalam dinding uretra juga mendorong urin
bergerak maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung
kemih secara oblik, melalui dinding kandung kemih beberapa centimeter sebelum
bermuara di rongga kandung kemih. Dinding kandun g kemih terdiri dari otot polos
yang dilapisi epitel jenis khusus. Sebagaimana sifat otot polos, otot polos kandung
kemih dapat sangat meregang tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan dinding
kemih. Selain itu, dinding kandung kemih yang berlipat-lipat menjadi rata sewaktu
16

kandung kemih terisi untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih. Karena urin
secara terus-menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki kapasitas
penyimpanan yang cukup, sehingga urin tidak perlu terus-menerus dikeluarkan. 5
Proses pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme, yaitu reflex
berkemih dan control volunter. Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor
regang di dalam dinding kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada seorang
dewasa dapat menampung sampai 250/400 ml urin sebelum tegangan di dindingnya
meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. 5
Peranan Hormon Aldosteron
Aldosteron berpengaruh untuk membuat ginjal menahan natrium dan air tetapi
meningkatkan ekskresi kalium dalam urin. Fungsi aldosteron dalam mengatur
keseimbangan natrium berhubungan dengan angiotensin II. Yaitu dengan penurunan
asupan natrium, peningkatan kadar angiotensin II yang terjadi merangsang sekresi
aldosteron yang kemudian membantu untuk menurunkan ekskresi natrium dalam urin
dan oleh karena itu mempertahankan keseimbangan natrium. 7
Peranan ADH
ADH membantu ginjal untuk membentuk sedikit volume urin pekat sementara
mengeluarkan garam dalam jumlah normal. Pengaruh ini sangat penting selama
kehilangan air, yang dengan kuat meningkatkan kadar ADH plasma yang kemudian
meningkatkan reabsorpsi air oleh ginjal dan membantu memperkecil penurunan
volume cairan ekstrasel dan tekanan arteri yang terjadi. Apabila pengaruh ADH
dihambat dengan obat yang bersifat antagonis terhadap kerja ADH untuk
meningkatkan reabsorpsi air, masa kehilangan air yang sama akan menyebabkan
penurunan cairan ekstrasel dan tekanan arteri yang besar (menyebabkan volume urin
menurun.7

Uji clearance
Kreatinin
Kreatinin merupakan produk metabolik kreatin fosfat dalam otot rangka dan substansi
tersebut diekskresikan oleh ginjal. Clearance kreatinin dipandang sebagai pemeriksaan yang
andal untuk mengestimasi LFG (Laju Filtrasi Glomerulus).9

17

Nilai clearance kreatinin normal pada anak-anak dan dewasa yaitu 85-135ml/menit.
Pada insufisiensi ginjal, LFG akan menurun, sementara kadar kreatinin serum meningkat.
LFG menurun seiring pertambahan usia, dan pada dewasa tua, clearance kreatinin mungkin
akan berkurang sampai serendah 60 ml/menit.9
Uji clearance kreatinin memerlukan pengumpulan urin selama 12 atau 24 jam dan
pengumpulan sampel darah.9
Rumus untuk menghitung clearance kreatinin adalah:
Clearance kreatinin =

Kreatinin urin( mg/dl) x volume urin(dl )


kreatinin serum(mg/dl)

Clearance kreatinin <40 ml/menit menunjukkan adanya kerusakan ginjal sedang sampai
berat. Selain itu, penurunan kadarnya dapat akibat hipertiroidisme dan distrofi otot progresif,
dan pengaruh obat tertentu, seperti Fenasetin, steroid dan Thiazide.9
Prosedur pemeriksaan
Beri

minum

pasien

sebelum

pemeriksaan,

kemudian

anjurkan

klien

tidak

mengkonsumsi makanan dengan protein tinggi selama 6 jam sebelum pengujian. Minta klien
berkemih sebelum uji dimulai dan buang urin yang keluar. Tampung semua urin yang
dikeluarkan selama waktu tertentu (12 atau 24jam) dalam wadah urin, tanpa penambahan zat
pengawet, yang kemudian disimpan dalam lemari pendingin. Selama pengujian usahakan
klien banyak minum sekitar 100ml/jam.9
Inulin
Uji clearance inulin merupakan uji andal untuk mengkaji laju filtrasi glomerulus (LFG).
Zat yang diberikan untuk uji ini adalah inulin, gula inert yang tidak dimetabolisme atau
diserap di tubulus ginjal tetapi dengan cepat difiltrasi melalui glomerulus. Jika filtrasi
glomerulus normal, clearance inulin harus ekuivalen dengan LFG. Penurunan kadar terjadi
jika sel ginjal sebesar >50% tidak berfungsi sehingga mengindikasikan terjadinya kerusakan
filtrasi glomerulus, seperti pada glomerulonefritis akut dan kronis, nekrosis tubular akut,
nefrosklerosis dan juga pengaruh obat tertentu seperti fenasetin dan obat penisilin. Penurunan
normal filtrasi glomerulus dapat terjadi selama penuaan. Uji clearance inulin sangat
menghabiskan waktu dan jarang dilakukan.9
Prosedur pemeriksaan
Sebelum pemeriksaan klien harus dianjurkan tidak boleh makan selama 4 jam dan
latihan fisik harus dihindari. Kumpulkan 7 ml darah vena dalam tabung bertutup hijau sebagai
sampel darah kontrol. Klien minum sebanyak empat gelas air penuh selama 30 sampai 60
18

menit sebelum uji dilakukan. Masukkan kateter Foley (kateter urin menetap) dan simpan urin
untuk uji. Pasang set IV dan berikan 500 ml cairan dekstrosa 5% dalam air dengan
menggunakan set selang. Setelah itu, injeksikan 25 ml inulin 10% per intravena selama 4
menit dan tunggu selama 30 menit dan mulai berikan cairan infus inulin 1,5% sebanyak
500ml, dengan menggunakan pompa IV dengan kecepatan 4 ml/menit. Kumpilkan 4 sampel
urin: saat 30, 50, 70, dan 90 menit setelah larutan inulin 1,5% dimulai. Masukkanempat
sampel darah yang masing-masing berjumlah 10 ml dalam tutup bertutup hijau, dengan jarak
masing-masing 40, 60, 80 dan 95 menit setelah larutan inulin 1,5% mulai diberikan. Setelah
selesai, lepas kateter Foley.9
Kesimpulan
Dalam hal ini laki-laki usia 65 tahun yang mempunyai keluhan kesulitan buang air
kecil di perkirakan mengalami gangguan pada ginjal yang mengakibatkan adanya gangguan
proses reabsorbsi sekresi dan ekskresi bahan-bahan yang melalui ginjal tersebut.
Daftar Pusaka
1. Faiz, Omar. At a Glance Anatomi. Jakarta : Penerbit Erlangga; 2003.
2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Urinaria. Edisi Maret 2008. Diunduh dari http://fajareq99.blogspot.com/2008/03/tentang-sistem-urinaria.html .
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar teks & atlas. Edisi 10. Bab : Sistem
Urinaria. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2003.
4. Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerjemah:
Brahm U.P. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2001.
5. William,FG. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 2008.
6. Guyton, Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit EGC; 2007.
7. Sudianto, Herawati, Ign. Siskandar, et al. Urinalisis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2008.
8. Kee JL; editor bahasa Indonesia: Ramona P. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan
diagnostik. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2007.

19

Anda mungkin juga menyukai