SP Idk2
SP Idk2
Puji Syukur kami ucapakan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, krena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Ilmu Dasar Keperawatan 2.
Adapun makalah yang sederhana ini membahas tentang SISTEM SARAF OTONOM
beserta pengaturan fungsi perannya, makalh ini saya susun agar pembaca khususnya
mahasiswa dapat memperluas ilmu tentang sistem saraf otonom.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, pelajar. Khususnya pada
diri saya sendiri dan semua yang membaca makalah kami ini, Dan mudah-mudahan juga
dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Demi perbaikan makalh ini
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Saraf otonom adalah sistem saraf yang melayani organ, otot polos, dan sejumlah
kelenjar yang bekerja secara otonom (gerak tak sadar). Saraf otonom bekerjanya tidak
dapat disadari dan bekerja secara otomatis atau disebut juga otot tak sadar. Sistem saraf
otonom dibagi menjadi dua, yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Pada kedua
sistem tersebut terdapat ganglion yang berfungsi sebagai penghubung antara sistem saraf
pusat dengan struktur tubuh yang dilayani oleh sistem saraf otonom. Saraf simpatik dan
parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya berlawanan
sehingga keduanya bersifat antagonis.
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran
impul saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistem saraf adalah sel saraf atau
neuron.
Cara kerja sistem saraf
Pada sistem saraf ada bagian-bagiannya yang disebut :
a.
Reseptor
indra
b.
Efektor
kelenjar
c.
d.
Sel sarafmotorik
e.
saraf lain.
b.
c.
a.
b.
c.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Sistem Saraf Otonom merupakan sistem motorik aferen visceral. Sistem ini
menginervasi jantung; seluruh otot polos, seperti pada pembuluh darah dan
visera serta kelenjar-kelenjar. Sistem Saraf otonom tidak memiliki input
volunteer; walaupun demikian, sistem ini dikendalikan oleh pusat dalam
hipotalamus, medulla dan korteks serebral serta pusat tambahan pada formasi
reticular batang otak .
Serabut aferen sensorik (visera) menyampaikan sensasi nyeri atau rasa
kenyang dan pesan-pesan yang berkaitan dengan frekuensi jantung., tekanan
darah dan pernapasan, yang dibawa ke Sistem saraf Otonom di sepanjang jalur
yang sama dengan jalur serabut saraf motorik viseral pada sistem saraf otonom.
Divisi Sistem saraf Otonom memeiliki 2 divisi yaitu divisi simpatis dan
divisi parasimpatis. Sebagian besar organ yang diinervasi oleh Sistem saraf
Otonom menerima inervasi ganda dari saraf yang berasal dari kedua divisi.
Divisi simpatis dan parasimpatis pada Sistem saraf Otonom secara anatomis
berbeda dan perannya antagonis.
B. Peran dan fungsi sistem saraf otonom
Peran sistem saraf otonom adalah untuk terus menyempurnakan fungsi organ dan
sistem organ sesuai dengan rangsangan baik internal maupun eksternal. Sistem
saraf otonom membantu untuk mempertahankan homeostasis (stabilitas internal
dan keseimbangan) melalui koordinasi berbagai kegiatan seperti sekresi hormon,
sirkulasi, respirasi, pencernaan dan ekskresi. Sistem saraf otonom selalu on dan
berfungsi secara tidak sadar, jadi kita tidak menyadari tugas pentingnya
yangdilakukannya setiap bangun (dan tidur) setiap menit setiaphari. Sistem saraf
otonom memiliki fungsi dengan ciri perbedaann dari jenis-jenis sistem saraf
otonom
naun
ada
juga
beberapa
yang
menghambat
kerja
organ
tubuh.
Sistem saraf simpatik sistem saraf simpatik memicu apa yang dikenal sebagai respon
melawan atau lari atau disebut juga respon darurat : Neuron simpatik umumnya
dianggap milik sistem saraf perifer, meskipun beberapa neuron simpatik terletak di ssp
(sistem saraf pusat) Neuron simpatik dari ssp (sumsum tulang belakang) berinteraksi
dengan neuron simpatik perifer melalui serangkaian badan sel-sel saraf simpatik yang
dikenal sebagai ganglia Melalui sinapsis kimia dalam ganglia, neuron simpatik
bergabung dengan neuron simpatik perifer (untuk alasan ini, istilah presinaptik dan
postsinaptik masing-masing digunakan untuk merujuk pada kabel neuron simpatik
tulang belakang dan neuron simpatik perifer) Neuron simpatik presinaptik melepaskan
asetilkolin pada sinapsis dalam ganglia simpatik. Asetilkolin (ach) adalah pembawa
pesan kimia yang mengikat reseptor nicotinic asetilkolin ke neuron postsinaptik
Neuron postsinaptik melepaskan norepinefrin (ne) dalam menanggapi stimulus ini
Aktivasi berkepanjangan respon stimulus ini dapat memicu pelepasan adrenalin dari
kelenjar adrenal (khususnya medula adrenal) Sekali dirilis, mengikat ne dan adrenalin
ke reseptor adrenergik pada berbagai jaringan, sehingga menghasilkan efek
karakteristikmelawan-atau-lari
Peningkatan keringat
Penurunan peristalsis
Pelebaran pupil
Memperbesar bronkus
Menghambat ereksi
lanjutan (medula oblongata). Sistem saraf parasimpatik disebut juga sistem saraf
kraniosakral, dikarenakan saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah sakral.
Saraf simpatik berupa jaring-jaring yang saling terhubung dengan ganglion yang
tersebar pada seluruh tubuh. Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi kerja yang
berlawanan dengan fungsi kerja sistem saraf simpatik. Jika fungsi utama sistem saraf
simpatik adalah mempercepat kerja organ tubuh, namun beda halnya dengan fungsi
utama sistem saraf simpatik yakni memperlambat kerja organ tubuh. Dari kerja kerja
kedua sistem saraf yang berlawanan tersebut menghasilkan keadaan yang normal.
Sistem saraf parasimpatik (ssp) sistem saraf parasimpatik kadang-kadang disebut
sebagai sistem beristirahat dan mencerna. Secara umum, sistem saraf parasimpatik
bertindak dengan cara yang berlawanan dengan sistem saraf simpatik, membalikkan
efek dari respon darurat. Namun, mungkin lebih tepat untuk mengatakan bahwa sistem
saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik memiliki hubungan saling melengkapi,
bukan salah seorang oposisi dari yang lain. Sistem saraf parasimpatik menggunakan
ach sebagai neurotrsistem saraf otonommitter utama Jika dirangsang, saraf presinaptik
melepaskan asetilkolin (ach) pada ganglion Ach pada gilirannya bekerja pada reseptor
nicotinic neuron postsynaptic Saraf postsinaptik kemudian melepaskan asetilkolin
untuk merangsang reseptor muscarinic dari organ target
Efek berikut dilihat sebagai hasil dari aktivasi sistem saraf parasimpatik :
Penurunan keringat
Peningkatan peristalsis
Penyempitan pupil
Memperkecil bronkus
Merangsang ereksi
dalam substansi abu-abu lateral pada segmen sacral kedua, ketiga dan keempat
medulla spinalis dan keluar melalui radiks ventral.
Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf
simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak jantung,
memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan,
merangsang ereksi, dan mempercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua
saraf berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal.
3. Neurotransmiter Sistem Saraf Otonomo
Asetilkolin dilepas oleh serabut preganglionik simpatis dan serabut kolinergik.
Norepinefrin dilepas oleh serabut post ganglionik simpastis, yang disebut serabut
adrenergic. Norepinefrin dan substansi yang berkaitan, epinefrin juga dilepas oleh
medulla adrenal.
DAFTAR PUSTAKA
Heryati,Euis dan Nur Faizah 2008.Psikologi Faal, Diktat Kuliah,Fakultas Ilmu
Pendidikan UPI.
Price, Sylvia anderson dan Lorraine McCarty Wilson.2005.Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit,alih bahasa, Brahm U. Pendit,dkk; editor edisis bahasa
Indonesia, Huriawan Hertanto.dkk. Volume 2. Edisi 6 jakarta: Penerbit Buku kedokteran
EGC.
Syaifuddin,2011.Anatomi Fisiologi: kurikulum berbasis kompetensi untuk
keperawatan dan kebidanan,Editor,Monica Ester-Ed.4.-,Jakarta:EGC