Anda di halaman 1dari 13

BAB V

MIX DESIGN

5.1 PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON


Dalam Mix design pembuatan aspal, diperlukan perencanaan campuran aspal
beton yang benar untuk memenuhi spesifikasi yang diinginkan. Oleh karena itu
diperlukan perencanaan yang terstruktur dan urut, dimulai dari menentukan
spesifikasi campuran hingga merencanakan campuran itu sendiri.

5.1.1 Tahap Perencanaan Mix Design


Tahap-tahap perencanaan campuran (mix design) aspal beton (hot mix) adalah
sebagai berikut :
1. Memeriksaan mutu bahan yang digunakan. Hasil pemeriksaan mutu bahan
untuk mengetahui apakah bahan yang digunakan memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan oleh aspal beton.
2. Menentukan spesifikasi yang akan dipakai. Spesifikasi adalah harga-harga
batas yang harus dipenuhi oleh campuran.
Spesifikasi dibagi dua macam yaitu:

Spesifikasi gradasi (analisa saringan)

Spesifikasi mutu campuran (mix property)

Untuk dijadikan pertimbangan yaitu:

Tipe konstruksi dimana lapisan aspal beton tersebut dilekatkan (ATB,


ATSB, Surface Course dan sebagainya).

Tebal lapisan yang direncanakan

Jenis dan fungsi jalan untuk menentukan sifat permukaan yang


dikehendaki.

3. Menentukan kombinasi dari bahan-bahan sehingga gradasi kombinasi


campuran memenuhi spesifikasi gradasi yang ditentukan. Menentukan
perbandingan bahan agregat ini dapat dilakukan dengan cara grafis atau
cara analitis.

4. Job Mix Design, yaitu melakukan pengujian mutu campuran dengan alat
tertentu (alat Marshall), campuran mempunyai beberapa variasi kadar
aspal (5 variasi kadar).
Dari job mix ini ditentukan kadar aspal optimum yang dapat memenuhi
spesifikasi mutu campuran.
Beberapa contoh spesifikasi untuk aspal beton dari beberapa sumber, yaitu:
a. Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
b. The Asphalt Institute III D
c. Japan Road Association
Dalam praktikum ini spesifikasi yang dipakai yaitu menurut The Asphalt
Institute III D.
5.1.2 Perencanaan Campuran
Perencanaan campuran aspal beton didasari pada hasil analisa saringan.
Dari grafik kumulatif hasil analisa saringan dapat ditentukan jumlah
prosentase masing-masing fraksi terhadap berat total seluruh agregat. Setelah
prosentase berat masing-masing ukuran, untuk selanjutnya dikontrol jumlah
prosen lolos terhadap spesifikasi yang diminta. Jika gradasi campuran sudah
memenuhi spesifikasi yang diminta, maka selanjutnya ditentukan berat
masing-masing ukuran dan berat aspal untuk membuat benda uji. Benda uji
yang diminta 5 (lima) buah benda uji, untuk masing-masing kadar aspal yaitu
4,23%, 4,73%, 5,23%, 5,73%, 6,23%. Untuk menentukan kadar aspal yang
paling optimum, benda uji diuji dengan Marshall Test, dimana pada kadar
aspal tersebut benda uji memenuhi persyaratan di bawah ini.
Perhitungan Gs Agregat

Gs efektif agregat kasar = . ( Gsa + Gsb ) = 2,702

Gs efektif agregat halus= . ( Gsa + Gsb )= 2,675

Gs efektif agregat sedang = . ( Gsagg kasar + Gsagg halus) = 2,69

S = (%F1/Gsagg kasar) + (%F2/Gsagg sedang) + (%F3/Gsagg halus) = 37,171

Gs agr. campuran (%) = 100 / S = 2,69


Perencanaan Kadar Bitumen

Kadar bitumen yang akan dipakai disesuaikan pula dengan gradasi campuran
yang terjadi di atas.
Rumus untuk menentukan kadar bitumen :
% bitumen = 0,035 A + 0,045 B + 1,5
dimana :
A = 100 - % lolos ayakan # 8
B = % lolos ayakan # 8 - % lolos ayakan # 200
Benda uji dibuat dalam 5 variasi kadar aspal (4,23; 4,73; 5,23; 5,73; 6,23)%,
masing-masing kadar aspal dibuat 3 benda uji (untuk 3 macam pembebanan
yaitu lalu lintas berat, sedang dan ringan). Setelah variasi kadar aspal
ditentukan, maka dapat dihitung berat masing-masing ukuran agregat yang
dipakai untuk kelima campuran, yang perhitungannya dapat dilihat pada Tabel
5.1 dan Tabel 5.2.
Tabel 5.1. Komposisi gradasi agregat
F1

F2

F3

100
79.68
13.44
3.732
0.646
0.64
0.626
0.624
0.6
0.592

100
100
71.43
15.37
10.5
8.64
8
6.5
4.31
1.1

100
100
100
100
97.53
65.7
29.36
23.73
13.24
8.26

Saringan
1"
3/4"
1/2"
3/8"
#4
#8
# 30
# 50
# 100
# 200

Proporsi Agregat Campuran


F1 (%)
F2 (%)
F3 (%)
34.745
5.772
59.483
34.745
27.755
4.630
0.927
0.204
0.182
0.298
0.287
0.208
0.206

5.772
5.772
4.093
0.537
0.506
0.439
0.462
0.285
0.249
0.063

59.483
59.483
59.483
59.483
57.804
38.300
20.014
13.915
7.956
5.213

Total

Selisih

Campuran

total
campuran

Spec

Mid.

100.00
93.01
68.21
60.95
58.51
38.92
20.77
14.49
8.41
5.48

0.00
6.99
24.80
7.26
2.44
19.59
18.15
6.28
6.08
2.93

100
80 - 100
60 - 80
48 - 65
35 - 50
19 - 30
13 - 23
7 - 15
1-8

Tabel 5.2. Komposisi Berat Agrerat


Berat Benda Uji

(gr)

1200

1200

1200

1200

1200

Kadar Aspal

(%)

4.17

4.67

5.17

5.67

6.17

Berat Aspal

(gr)

50.04

56.04

62.04

68.04

74.04

Berat Agregat

(gr)

1149.96

1143.96

1137.96

1131.96

1125.96

II

III

IV

Saringan
Lolos

Tertahan

1"

3/4"

6.99

80.4

79.9

79.5

79.1

78.7

3/4"

1/2"

24.79

285.1

283.6

282.1

280.6

279.1

1/2"

3/8"

7.26

83.5

83.0

82.6

82.2

81.7

3/8"

#4

2.44

28.1

27.9

27.8

27.6

27.5

#4

#8

19.58

225.2

224.0

222.9

221.7

220.5

#8

#30

18.15

208.7

207.6

206.5

205.4

204.3

Spec
100
90
70
56.5
42.5
24.5
18
11
4.5

#30

#50

6.28

72.2

71.8

71.4

71.1

70.7

#50

#100

6.08

69.9

69.5

69.2

68.8

68.4

#100

#200

2.93

33.7

33.5

33.3

33.2

33.0

#200

Pan

5.48

63.0

62.7

62.3

62.0

61.7

5.2 PEMERIKSAAN CAMPURAN DENGAN ALAT MARSHALL


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk Menentukan ketahanan (stabilitas)
campuran aspal dengan agregat terhadap kelelahan plastis (flows). Yang
dimaksud dengan ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran
aspal untuk menerima beban sampai terjadi kelelahan plastis, yang dinyatakan
dalam kilogram (kg) atau pound (lbs), sedangkan kelelahan plastis adalah
keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang terjadi akibat suatu
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam mm atau 0,1 inch.
5.2.1 Peralatan yang dibutuhkan
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4) dan tinggi 7,7
cm (3) lengkap dengan plat atas dan leher sambung
b. Alat pengeluar benda uji. Untuk benda uji yang sudah didapatkan dari
dalam cetakan dikeluarkan dengan alat ejektor
c. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata berbentuk silinder,
dengan berat 4,536 kg (10 lbs) dan tinggi jatuh bebas 35,7 cm (18)
d. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau sejenis) berukuran
kira-kira 20x20x45 cm yang dilapisi dengan plat baja berukuran
30x30x2,3 cm dan diikatkan pada lantai beton dengan 4 bagian siku
e. Silinder cetakan benda uji
f. Mesin tekan lengkap :
-

kepala penekan berbentuk lengkung (breaking head).

cincin penguji berkapasitas 2500 kg (5000 lbs) dengan ketelitian 12,5


kg (25 lbs) dilengkapi dial tekan dengan ketelitian 0,0025 cm
(0,0001").

dial

kelelehan

dengan

ketelitian

0,25

mm

(0,01")

dengan

perlengkapannya.
g. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai

(200 3)C
h. Bak perendam (waterbath) yang dilengkapi dengan pengatur suhu
minimum 20C
i. Perlengkapan lainnya :
-

panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal

pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250C


dan 100C dengan ketelitian 0,5 atau 1 % dari kapasitas

timbangan

yang

dilengkapi

dengan

penggantung

benda

uji

berkapasitas 2 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan


berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram
-

kompor

sarung asbes dan karet

sendok pengaduk dan perlengkapan lain

5.2.2 Pembuatan Benda Uji


a. Persiapan benda uji :
Agregat dikeringkan sampai berat tetap pada suhu (105 5)C.
Agregat dipisahkan dengan cara penyaringan kering ke dalam fraksifraksi yang dikehendaki.
b. Penentuan suhu pencampuran dan pemadatan
Suhu campuran ditetapkan pada daftar Tabel 5.3 :
Tabel 5.3 Suhu Campuran
Campuran
Pemadatan
Bahan
Kinematik Saybolt
Kinematik Saybolt
ENGLER
ENGLER
Pengikat
k
Furol
k
Furol
t
C,St
Det,S,F
C,St
Det,S,F
Aspal
17020
8510
28030
14045
Panas
Aspal
17020
8510
28030
14045
Dingin
Ter
253
405

c. Persiapan campuran
Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram
sehingga menghasilkan tinggi benda uji sekitar 6,25 0,125 cm (2,5"
0,05"). Panci dipanaskan beserta campuran agregat 28C di atas

suhu pencampur untuk aspal panas dan ter dan diaduk sampai merata.
Aspal dituangkan sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang
sudah dipanaskan, kemudian diaduk sesuai point b sampai agregat
melapis merata.
d. Pemadatan benda uji
Perlengkapan cetakan benda uji dan penumbuk dibersihkan dengan
seksama dan dipanaskan dengan suhu 93,3C dan 148,9C. Selembar
kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting sesuai
bentuk cetakan diletakkan ke dalam dasar cetakan, kemudian seluruh
campuran dimasukkan ke dalam cetakan tersebut dan ditusuk dengan
keras dengan sendok semen. Leher alat dilepaskan, permukaan
campuran diratakan dengan sendok, sehingga menjadi sedikit
cembung. Saat akan dipadatkan, suhu campuran harus dalam batasbatas pemadatan ( lihat point b). Cetakan diletakkan di atas landasan
pemadat, kemudian ditumbuk dengan penumbuk sebanyak 75 kali
dengan tinggi jatuh 45 cm. Setelah itu benda uji dikeluarkan dari
cetakannya ke atas permukaan rata yang halus, kemudian didiamkan
selama 24 jam pada suhu ruang.
5.2.3 Cara Kerja dan Pelaksanaan Tes Marshall
a. Benda uji dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel
b. Masing-masing benda uji diberi tanda pengenal
c. Tinggi dari benda uji diukur dengan ketelitian 0,1 mm
d. Benda uji ditimbang
e. Benda uji direndam dalam air selama 24 jam
f. Benda uji ditimbang dalam air untuk mendapatkan isi
g.

Sebelum melakukan pengujian, batang penuntun (guide rad) dan


permukaan dalam test head dibersihkan dan dilumasi, sehingga batang
penekan dapat meluncur dengan cepat dan bebas. Segmen dipasang di
atas benda uji dan keseluruhannya diletakkan dalam mesin penguji.
Arloji kelelehan (flow meter) dipasang pada kedudukannya, sementara
selubung tangki arloji dipegang teguh terhadap segmen atas kepala

penekan (breaking head). Selubung tangki arloji ditekan selama


pembebanan berlangsung. Kedudukan arloji tekan diatur pada angka
nol. Kemudian diberikan pembebanan kepada benda uji dengan
kecepatan 50 mm/menit sampai pembebanan maksimum tercapai.
Waktu tidak boleh melebihi 30 menit.
Tabel 5.4. Data contoh benda uji (BRIQUETTE) dan Marshall test
Nomor
Benda Uji
1
2
3
4
5

Diameter

Tinggi

10.1
10.1
10.1
10.1
10.1

6.4
6.5
6.2
6
6.5

Berat
Kering (BK)
1178.2
1155.3
1151.9
1175
1161

Berat Jenuh
(SSD)
1179.9
1160.9
1156.1
1176.9
1162.6

Tabel 5.5. Angka korelasi volume benda uji


ISI BENDA

TEBAL BENDA

ANGKA

Berat
Dalam Air (BA)
690
651
665
678
677

Marshall
Stabilitas Flow
600
7.6
450
4.5
725
4.4
550
5
530
5.8

UJI
( cm3 )
200-213
214-225
226-237
238-250
251-264
265-276
277-289
290-301
302-316
317-328
329-340
341-353
354-367
368-379
380-392
393-405
406-420
421-431
432-443
444-456
457-470
471-482
483-495
496-508
509-522
523-535
536-546
547-559
560-573
574-585
586-598
599-610
611-625

UJI
Inch
1
1 1/16
1 1/8
1 3/16
1 1/4
1 5/16
1 3/8
1 7/16
1 1/2
1 9/16
1 5/8
1 1/16
1 3/4
1 13/16
1 7/8
1 15/16
2
2 1/16
2 1/8
2 3/16
2 1/4
2 5/16
2 3/8
2 7/16
2 1/2
2 9/16
2 5/8
2 1/16
2 3/4
2 13/16
2 7/8
2 15/16
3

mm
25.4
27
28.6
30.2
31.8
33.3
34.8
36.5
38.1
39.7
41.3
41.9
44.4
46
47.6
49.2
50.8
52.4
54
56.6
57.2
58.7
60.3
61.9
63.5
64
65.1
66.7
68.3
71.4
73
74.6
46.2

KORELASI
5.56
5
4.55
4.17
3.85
3.57
3.38
3.03
2.78
2.5
2.27
2
1.92
1.79
1.67
1.56
1.47
1.39
1.32
1.25
1.19
1.14
1.09
1.04
1
0.96
0.93
0.89
0.86
0.83
0.81
0.79
0.76

Tabel 5.6. Data Hot Mix dengan cara Marshall (75 pukulan)
%

No.

Agregat

Koreksi
Ring

Ko.Bu

95,83

4,351

4,17

1178,2

1179,9

690

489,9

2,405

2,522

9,680

85,68

4,643

14,32

67,582

4,643

600

7,28

1983,1

1,09

2161,5

7,6

95,33

4,925

4,67

1155,3

1160,9

651

509,9

2,266

2,503

10,213

80,29

9,492

19,71

51,830

9,492

450

7,28

1487,3

1,00

1487,3

4,5

94,83

5,452

5,17

1151,9

1156,1

665

491,1

2,346

2,485

11,705

82,69

5,608

17,31

67,610

5,608

725

7,28

2396,2

1,09

2611,9

4,4

94,33

6,011

5,67

1175,0

1176,9

678

498,9

2,355

2,467

12,890

82,59

4,521

17,41

74,033

4,521

550

7,28

1817,8

1,04

1890,5

93,83

6,576

6,17

1161,0

1162

677

485

2,394

2,449

14,257

83,50

2,245

16,50

86,397

2,245

530

7,28

1751,7

1,09

1909,4

5,8

=
=

2,69
1,036
m=

% rongga terhadap aspal = i/l * 100%

Bj. Agg
Bj. Aspal
a=

% Aspal terhadap batuan

i=

Vol % Total aspal

b* g
i b=
% Aspal terhadap campuran
Bjc .=Aspal Berat kering (gram)
d=

Berat SSD (gram)

e=
f=
g=
h=

Berat dalam air (gram)


Volume = d-e (gram)
Berat isi benda uji = c/f
Berat maksimum (teoritis)

n=
o=
p=
j=

Vol % Total agregat


q=
r=

100 b * g

Bj . Agregat

100
% Agregat % Aspal

Bj . Agregat Bj . Aspal

k=
l=

Jumlah kandungan rongga = 100-i-j


% rongga terhadap agregat = 100-j

% rongga terhadap campuran = (100 - 100/h *g)


Pembacaan arloji stabilitas (lbs)
stabilitas x kalibrasi alat (kg)
o * 7,28 lbs * 0,454
kg
p x angka koreksi volume (kg)
Hasil pembacaan flow (mm)

Gambar 5.1. Grafik Marshall Flow untuk 75 pukulan

Gambar 5.2. Grafik Marshall Stability untuk 75 pukulan

Gambar 5.3. Grafik Rongga Terisi Aspal dengan Kadar Aspal untuk 75 pukulan

Gambar 5.4 Grafik Rongga dalam Campuran dengan Kadar Aspal untuk 75 pukulan

Tabel 5.7. Hasil Kadar Aspal Optimum yang sesuai dengan Spesifikasi
Stability
Flow
Void terisi aspal
Void terisi campuran
2

2.5

3.5

4.5 4.77 5 5.15


4.96

Jadi, dari tabel 5.7 didapatkan kadar aspal optimum sebesar 4,96 %.

Gambar 5.5. Mix design aspal

5.5

Gambar 5.6. Alat Marshall test

Anda mungkin juga menyukai