Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN


MEDIA PEMBELAJARAN SCIENCE EXPLORING PAPER
Inas Aulia Majid
150321605545
inas.aulia2@gmail.com
Abstrak Artikel ini membahas tentang internalisasi pendidikan karakter dalam
pembelajaran IPA. Media pembelajaran bernama Science Exploring Paper dipilih untuk
membenahi karakter siswa dalam pembelajaran IPA. Pada pembelajaran ini, siswa secara
individu diberi tugas untuk mencari berbagai informasi dari berbagai sumber, baik dari
buku, majalah ataupun internet, mengenai teknologi atau pengaplikasian dalam kehidupan
sehari - hari yang relevan dengan materi IPA yang sedang dibahas di dalam kelas. Hasil
yang diharapkan dari penerapan strategi ini, siswa dapat memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, lebih kreatif, mandiri, dan memiliki kepercayaan diri dalam mengungkapkan
pendapatnya sebagai bekal menjadi warga masyarakat yang bermanfaat bagi lingkungan
sekitarnya.
Kata Kunci: Pendidikan karakter, Science Exploring Paper
Abstract This article discusses the internalization of character education in science
learning. Instructional media named Science Exploring Paper was chosen to fix the
character of the students in learning science. On learning this, the students individually
given the task to find a variety of information from various sources, both from books,
magazines or the Internet, the technology or application in daily life - the day relevant to
materials science that is being discussed in the classroom. The expected results of the
implementation of this strategy, students may have the curiosity is high, more creative,
independent, and have confidence in expressing his opinion as a preparation to become
citizens that are beneficial to the surrounding environment.

Karakter merupakan hal yang sangat


penting dan mendasar. Karakter
adalah
mustika
hidup
yang
membedakan manusia dan binatang.
Manusia tanpa karakter adalah
manusia yang sudah membinatang.
Oleh
karena
itu,
penguatan
pendidikan karakter dalam konteks
sekarang menjadi sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang
sedang terjadidi Negara kita.
Saat ini pelan pelan tapi
pasti, nilai nilai akhlak mulia mulai
tergerus oleh sikap materialistik.
Budaya spiritual berganti dengan
budaya material yang menjadikan
kemajuan dan sukses seseorang
diukur pada penguasaan seseorang
terhadap materi, dan bukan lagi pada
ketinggian
akhlak
dan
budi
pekertinya.

Sejalan
dengan
berkembangnya budaya material
tersebut, tak heran para koruptor dan
manipulator tumbih subur bagai
jamur di
musim hujan, hingga
berkembangnya sifat sifat jelek,
seperti serakah, tidak jujur, khianat,
nepotism, kolusi dan lain lain.
Dampak dari semua itu, budi
kemanusiaan menjadi mati sehingga
ketidakjujuran,
kekerasan,
rasa
benci,
individualis,
melanggar
amanah, menjual jabatan, mafia
hukum, narkoba dan lain lain
menjadi fakta keseharian kita. Di
bidang pendidikan yang tugasnya
membangun Sumber Daya Manusia
(SDM), noda hitam juga banyak
menandai, seperti menyepelekan
kualitas yang tergantikan oleh
orientasi gelar akademik, soal Ujian
1

Nasional (UN) dijawabkan oleh


pendidik,
tawuran
antarpelajar,
pergaulan bebas di kalangan pelajar
dan mahasiswa, dan lain lain.
Maraknya kasus degradasi
moral, krisis dalam dunia pendidikan
dan krisis krisis yang lain,
menyadarkan pemerintah bahwa
krisis berkepanjangan yang terjadi
pada bangsa kita saat ini berakar dan
bersumber pada krisis karakter.
Karena strategi implementasi
nilai karakter kepada masyarakat
yang paling utama melalui sektor
pendidikan
maka
pemerintah
menyiapkan berbagai kebijakan
terkait dengan penguatan pendidikan
karakter. Hal ini dapat dilihat dari
rencana pemerintah menerapkan
kurikulum baru tahun 2013. Jelas hal
ini sejalan dengan maksud Undang
Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional,
yang mana pendidikan nasional
harus berfungsi secara optimal
sebagai wahana utama dalam
pembangunan bangsa dan karakter.
Mengingat
pentingnya
pembentukan karakter tersebut,
pendidik IPA juga mempunyai tugas
dan
tanggung
jawab
untuk
membentuk
karakter
peserta
didiknya.
Harre
(Darmodjo&Kaligis,1992:4)
mendefinisikan
IPA
sebagai
kumpulan teori yang telah diuji
kebenarannya, yang menjelaskan
pola pola keteraturan dari gejala
alam yang diamati secara seksama.
Sedangkan
Kemeny
(1961)
mendefinisikan IPA sebagai aktifitas
dalam menentukan hukum hukum
alam dalam bentuk teori teori
berdasarkan fakta fakta. Berbeda
dengan kedua ahli tersebut, Bybee
(1979:86) menyatakan bahwa IPA
merupakan proses, IPA mengandung
sikap ilmiah yang merupakan sikap

yang diperlukan dalam meakukan


proses IPA. Sikap ilmiah yang
dimaksud adalah memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi, tidak pantang
menyerah, obyektif, tekun, berani,
terbuka, optimis, dan mendekatkan
diri pada Tuhan. (Darmiyati:
2011:302)
Tujuan penulisan jurnal ini
adalah (1) Untuk memenuhi tugas
akhir Pengantar Pendidikan; (2)
Untuk memberi solusi kepada para
pendidik
mengenai
media
pembelajaran yang tepat untuk
mengembangkan karakter siswa; (3)
Untuk
menambah
pengetahuan
peserta didik.
Media Pengajaran
Salah satu hal yang dapat
membantu tercapainya pendidikan
karakter adalah media pembelajaran.
Media pengajaran digunakan dalam
rangka upaya peningkatan atau
mempertinggi mutu proses kegiatan
belajar-mengajar. Menurut Sudjana
dan Rivai (1992;2) mengemukakan
manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar peserta didik, yaitu:
(1) Pembelajaran akan lebih menarik
perhatian peserta didik sehingga
dapat
menumbuhkan
motivasi
belajar; (2) Bahan pembelajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh peserta didik dan
memungkinkannya mencapai tujuan
pembelajaran; (3) Metode mengajar
akan lebih bervariasi, tidak sematamata komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata oleh pendidik;
(4) Peserta didik dapat lebih banyak
melakukan aktivitas lain seperti
mengamati,
melakukan,
mendemonstrasikan, memerankan,
dan lain-lain. (Herminegari.2012)

Science Exploring Paper


Science Exploring Paper
adalah
salah
satu
media
pembelajaran yang bisa digunakan
oleh pendidik dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah. Science
Exploring Paper adalah media
pembelajaran berupa tugas rumah
yang dibebankan kepada setiap
peserta didik. Melalui tugas ini,
peserta
didik
dituntut
untuk
mengeksplorasi pengetahuan mereka
mengenai materi yang sedang
dibahas di kelas. Peserta didik harus
menuliskan
berbagai
informasi
mengenai suatu teknologi atau
pengaplikasian suatu konsep dalam
kehidupan sehari hari. Informasi
dapat diperoleh dari buku, majalah,
surat kabar, jurnal ilmiah maupun
internet.
Tidak
cukup
hanya
menuliskan, peserta didik juga harus
mempresentasikan hasil kerjanya di
depan kelas, serta siap untuk
menjawab berbagai pertanyaan yang
diajukan oleh peserta didik lainnya
(sebagai audience).
Media
pembelajaran
ini
bertujuan untuk membentuk karakter
peserta didik yang memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi. Sehingga
diharapkan samapai dewasa nanti,
peserta didik tersebut dapat selalu
aktif berpikir untuk kemajuan
kehidupannya maupun bangsanya.
Kegiatan mencari teknologi atau
aplikasi dari suatu konsep dapat
melatih peserta didik untuk berpikir
dan
bertindak
lebih
kreatif.
Pemahaman terhadap materi yang
telah dijelaskan oleh pendidik di
kelas juga menentukan kegiatan
eksplorasinya
tersebut.
Melalui
kegiatan presentasi hasil kerja di
depan kelas, pendidik dapat melatih
peserta didiknya untuk berani
mengungkapkan pendapatnya, baik
itu berupa pertanyaan, tanggapan

ataupun sanggahan. Sehingga tujuan


membentuk warga Negara yang
berdemokrasi dapat tercapai.
Implementasi
Pendidikan
Karakter Dalam Pendidikan IPA
Sesuai dengan hakikat IPA
dan hakikat pendidikan IPA yang
telah
dibahas
dimuka,
pada
hakikatnya pendidikan IPA adalah
pendidikan
karakter.
Karakterkarakter dikembangkan melalui kerja
ilmiah/pemecahan masalah ilmiah
dalam bidang IPA yang pada
umumnya mempunyai pola.
Dimulai dengan adanya suatu
masalah ilmiah, kemudian masalah
ini dipecahkan secara rasional.
Pemecahan
rasional
dapat
menghasilkan: hipotesis, paradigma,
teori, atau prediksi. Untuk dapat
melakukan pemecahan rasional ini
diperlukan:
keterampilan
serta
produk IPA (konsep, prinsip, teori,
hukum yang relevan). Selanjutnya
hasil pemecahan rasional ini diuji
dengan pemecahan secara empirik.
Pemecahan
empirik
dapat
menghasilkan: fakta (bukti empirik),
generalisasi, prinsip, atau hukum.
Untuk dapat melakukan pemecahan
secara
empirik
diperlukan
keterampilan
proses
terutama
keterampilan manual dan sosial,
sikap ilmiah, dan produk IPA
(pengetahuan
prosedural,
pengetahuan
tentang
alat-alat).
Selanjutnya hasil pemecahan rasional
dan
pemecahan
empirik
ini
dipertemukan sehingga akhirnya
diperoleh kesimpulan akhir jawaban
terhadap permasalahan tersebut yang
secara tentatif merupakan produk
IPA baru.
Bentuk dasar kerja ilmiah
inilah
yang
menjadi
dasar
pengembangan pembelajaran IPA.
Dalam
realisasinya
dilakukan

melalui
kegiatan
perkuliahan,
praktikum (eksperimen), kolokium/
proyek dan penelitian. Karakterkarakter yang dapat dikembangkan
dalam kegiatan ini meliputi aspekaspek nilai IPA (ilmiah) antara lain:
sikap ingin tahu, jujur, obyektif,
kritis, terbuka, disiplin, teliti, kreatif
dan rasional.
Kegiatan
perkuliahan
terutama
dimaksudkan
mengembangkan
kemampuan
peserta didik dalam pemecahan
masalah IPA secara rasioanal,
menginterpretasikan
hasil-hasil
pemecahan
empirik,
dan
mempertemukan hasil pemecahan
masalah secara rasionaldan empirik.
Dalam hal ini karakter yang dapat
dikembangkan adalah skeptic, kritis,
terbuka, rasional. Agar dalam
mengembangkan karakter-karakter
ini menginspirasi berkembangnya
karakter
mandiri,
kerjasama
(koperatif),
serta
kompetitif,
perumusan
tujuan
perkuliahan
hendaknya meliputi tujuan yang
bersifat individual, koperatif, dan
kompetitif, dan ini direalisasikan
secara konsisten dalam pemilihan
model pembelajaran, pendekatan,
strategi, serta evaluasinya.
Kegiatan
praktikum
(eksperimen) dimaksudkan untuk
mengembangkan
kemampuan
peserta didik dalam pemecahan
masalah IPA secara empirik serta
eksplorasi
obyek-obyek
fisik.
Karakter yang dapat dikembangkan
melalui kegiatan ini antara lain teliti,
obyektif,
jujur,
ingin
tahu,
menghargai
alam,
disamping
keterampilan
teknis
dalam
menggunakan
alat-alat
serta
merancang
dan
melakukan
percobaan (eksperimen).
Kegiatan
proyek
atau
kolokium terutama dimaksudkan

untuk mengaplikasikan produkproduk IPA dalam bentuk teknologi,


sehingga
dimanfaatkan
oleh
masyarakat. Melalui kegiatan ini
karakter-karakter
yang
dapat
dikembangkan antara lain kreatif,
peduli, fleksibel (tidak kaku), gotong
royong. Kepedulian yang dapat
dikembangkan melalui dua sisi yakni
kepedulian terhadap pelestarian alam
serta
kepedulian
terhadap
permasalahan masyarakat melalui
penciptaan teknologi produk IPA
yang bebasis pelestarian lingkungan.
Dewasa
ini
Dikjen
Dikti
menyediakan
wadah
dalam
pengembangan
kreatifitas
yang
terkait dengan kegiatan ini yakni
program kreatifitas mahapeserta
didik dalam teknologi (PKMT) dan
program kreatifitas mahapeserta
didik dalam Pengabdian masyarakat
(PKMM). Melalui kegiatan ini
kreatifitas mahapeserta didik dalam
menciptakan produk teknologi atau
bentuk pengabdian pada masyarakat
dikembangkan.
Kegiatan
penelitian
merupakan pelaksanaan pelaksanaan
pemecahan masalah IPA secara
lengkap dan terintegrasi, meliputi
pemecahan secara rasional dan
empirik. Wadah atau fasilitas
kegiatan penelitian dapat berupa
penulisan skripsi, penelitian SUG,
program kreatifitas mahapeserta
didik dalam penelitian (PKMP),
lomba inovasi teknologi mahapeserta
didik bidang IPA (LITM-IPA).
Tentu saja agar sifat sifat tidak
terpuji seperti plagiat, ketidakjujuran,
ketidaksportifan, dan sejenisnya
tidak muncul, maka monitoring dan
evaluasiharus
melekat
secara
continue.

Model Belajar IPA Dengan Media


Science Exploring Paper
Sintaks pembelajaran mata
pelajaran IPA dengan media Science
Exploring
Paper,
untuk
mengembangkan rasa ingin tahu dan
kreatifitas peserta didik adalah
sebagai berikut: seperti yang telah
dijelaskan di atas, bahwa Science
Exploring Paper disusun setelah
pembahasan mengenai suatu bab
terselesaikan.
Sehingga,
pada
pertemuan pertama hingga ketiga,
pendidik menyampaikan materi
melalui ceramah dan tanya jawab.
Jadi kira kira dibutuhkan empat
jam pelajaran untuk menyampaikan
materi hingga akhir bab.
Pada pertemuan keempat,
peserta didik mengumpulkan Science
Exploring Paper secara individual
sebagai syarat untuk mengikuti tes
atau Ulangan Harian pada pertemuan
berikutnya. Dalam mengerjakan
Science Exploring Paper, peserta
didik harus mencari informasi dari
berbagai sumber, misalnya: buku,
majalah, surat kabar jurnal ilmiah
san situs situs di internet.
Sebagai contoh, saat ini kelas
AC sedang membahas materi IPAFisika yaitu listrik. Salah satu subab
yang dibahas yaitu superkonduktor.
Berkaitan dengan subab tersebut,
salah satu peserta didik bernama
Andi
mengambil
tema
superkonduktor
dalam
Science
Exploring Paper-nya. Sehingga, ia
mencari
teknologi
atau
pengaplikasian dari superkonuktor
tersebut. Teknologi yang telah ia
temukan adalah MAGLEV Train
(Magnetic Levitaion Train), sebuah
kereta listrik buatan Jepang yang
memanfaatkan
prinsip
super
konduktor.
Setelah semua hasil kerja
peserta didik terkumpul, pendidik

menunjuk beberapa orang peserta


didik untuk mempresentasikan hasil
karyanya di depan kelas pada
pertemuan kelima. Saat peserta didik
tersebut selesai presentasi, peserta
didik
lainnya
dipersilahkan
mengajukan pertanyaan beberapa
pertanyaan yang berdasarkan apa
yang telah disampaikan dalam
presentasi.
Kesimpulan
Sebagai warga yang baik,
setiap peserta didik harus melakukan
suatu perilaku atau perbuatan yang
sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku,
bahkan
bila
perlu
berkontribusi positif di lingkungan
sekitarnya untuk menegakkan nilainilai positif. Karakter positif tersebut
tidak muncul begitu saja pada diri
seseorang,
perlu
pembiasaan
termasuk dalam pembelajaran IPA
dalam pendidikan formal. Salah satu
media pembelajaran IPA yang dapat
digunakan oleh pendidik dalam
membina karakter positif peserta
didik berupa keingintahuan dan
kreatifitas yang tinggi adalah Science
Exploring Paper. Melalui media ini,
peserta
dapat
mencari
dan
mempelajari suatu hal baru secara
mandiri. Dan dapat mempertanggung
jawabkan apa yang telah mereka
pelajari di depan kelas.
Untuk
mengetahui
keberhasilan
penerapan
media
pembelajaran
tersebut,
perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut
sehingga lebih bermakna dan dapat
menjadi sumbangan yang bermakna
dalam
meningkatkan
kualitas
pendidikan,
khususnya
dalam
pembelajaran IPA.

Daftar Pustaka
Darmodjo,
H
&
Kaligis,
J.1992.Pendidikan
IPA
II.
Jakarta: Proyek Pembinaan
Tenaga Kependidikan Ditjen
Dikti Depdikbud.
Herminegari.2012.
Fungi
dan
Manfaat Media Pembelajaran.

https://herminegari.wordpress.co
m/sk-kd/ (Online) diakses pada
tanggal 27 November 2015
Zuchdi, Darmiyati.2011.Pendidikan
Karakter Dalam Perspektif
Teori
dan
Praktik.Yogyakarta:UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai