Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan
masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara di dunia,Hipertensi
adalah salah satu penyakit mematikan di dunia. Prevalensi hipertensi di Indonesia
terjadi penurunan dari 31,7 persen tahun 2007 menjadi 25,8 persen tahun 2013
dengan provinsi prevalensi hipertensi tertinggi yaitu Kalimantan Selatan sebesar
39,6% (Rikesdas 2013). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di
pembuluh darah meningkat secara kronis yang disebabkan karena jantung bekerja
lebih dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Hipertensi disebut juga silent killer karena seseorang dapat menderita
hipertensi tanpa gejala apapun sebelum terjadi komplikasi (Escott 2008).
Penderita hipertensi yang tidak diberikan penanganan dengan segera dapat
menimbulkan penyakit degenaratif seperti kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
penyakit jantung koroner dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai (Escott 2008).
Menurut Kemenkes RI (2013), hipertensi dapat didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik lebih daari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu 5
menit dalam keadaan istirahat atau tenang (tekanan darah normal yaitu sebesar
120/80 mmHg). Beberapa faktor resiko penyebab hipertensi adalah usia, etnis,
jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat
diubah/dikontrol), dan faktor lingkungan seperti gaya hidup, kebiasaan merokok,
konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan
konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurangnya aktifitas fisik, stres,
dan penggunaan estrogen (Hurst 2008). Sebagian besar para ahli menyimpulkan
bahwa faktor resiko yang utama meningkatnya hipertensi adalah perilaku atau
gaya hidup (life style). Perilaku di Indonesia pada umumnya kurang makan buah
dan sayur 93,6 % dan 24,5 % yang berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi
makanan asin setiap hari. Menurut penelitian Aisyiyah (2009) menunjukkan
hubungan bermakna antara konsumsi buah dan sayur dengan kejadian hipertensi.
Gaya hidup modern yang serba cepat menuntut segala sesuatunya serba instan
yang menyebabkan kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan menyantap makanan
instan, menggunakan zat pengawet seperti natrium benzoate dan penyedap rasa
seperti Monosodium Glutamate (MSG). Asupan natrium akan meningkat
menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume darah dan
tekanan darah.
Hipertensi dapat dicegah sejak dini dengan cara membenahi gaya hidup
seperti mengatur pola makan yang baik yaitu dengan mengonsumsi makanan
sehat dan seimbang secara teratur sesuai dengan kebutuhan, melakukan aktivitas
fisik secara teratur, dan mengonsumsi buah sayur serta membatasi makanan kaya
lemak. Aktifitas fisik secara teratur dapat membakar lemak dalam simpanan tubuh
dan memperbaiki metabolisme tubuh. Perilaku hidup sehat perlu diterapkan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang baik dengan melakukan pencegahan sejak dini

terhadap hipertensi (Wolf 2008).. Berikut adalah patofisiologi terjadinya


hipertensi pada Gambar 1:
Gaya Hidup

Aktivitas fisik :
Jarang olahraga

Pola makan kurang baik:


Gorengan
Seafood
Jarang makan buah dan
sayur

Merokok dan
suka minum
bir

Peningkatan fraksi lipid dalam darah


(Peningkatan trigliserida dan kolesterol total, serta
penurunan HDL)
Dislipidemia
Resiko penyakit degeneratif

Resistensi Insulin
DM Tipe 2

Gagal Ginjal

Artherosklerosis
HIPERTENSI

Stroke
Penyakit jantung
koroner

Gambar 1 Diagram alir patofisiologi hipertensi (Escott 2008)

Escott Stump, M. K. (2008). Krauses Food Nutrition and Therapy. Kanada:


Elsevier.
Wolf, Hanns Peter. (2008). Hipertensi, Cara Mendeteksi dan Mencegah Tekanan
Darah Tinggi Sejak Dini. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer kelompok
Gramedia.
Aisyiyah F. (2009). Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota
Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi di Jawa dan Sumatera. [Skripsi]
Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta:
Balitbang Kemenkes RI
Hurst, Marlane. 2008. Hurst Review: Pathophysiology Review. McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai