Anda di halaman 1dari 3

Ketek di Kota Tanah Pilih Besako Betuah

Kota Jambi mendapat julukan Tanah pilih besako betuah adalah


tempat diseleggarakannya Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) Tingkat
Nasional Ke-5 tahun 2014, Aceh ikut berperan serta dengan
mengirimkan 41 orang santri dan 10 orang pendamping. Duta Aceh
merupakan perwakilan Dayah Aceh yang telah diseleksi di Banda
Aceh pada tanggal 19 21 Juli 2014. Even ini diselenggarakan pada
tanggal 1 9 September 2014. Kafilah Aceh berangkat pada tanggal
1 September 2014 dengan rute penerbangan Banda Aceh Jakarta
Jambi. Pukul 14.30 Wib, kafilah Aceh tiba di Bandara Sulthan Taha
Jambi, setelah disambut oleh panitia, selanjutnya diantar ke arena
Musabaqah di Pondok Pesantren Asad Olak Kemang Danau Teluk
Kota Jambi, perjalanan ke arena ditempuh sekitar 30 menit lamanya.
Sekilas kita mengenang kembali Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK)
yang sempat berganti nama menjadi Musabaqah Fahmil Kutubit
Turast (MUFAKAT), MQK pertama kali diselenggarakan pada tahun
2004 di Pondok Pesantren Al-Falah Bandung Jawa Barat, selanjutnya
MQK II dilaksanakan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur,
MQK III diselenggarakan pada tahun 2008 di Kalimantan selatan,
tepatnya di Pondok Pesantren Al-Falah Banjar Baru Kalimantan
Selatan. Tahun 2011 terjadi perubahan nama menjadi MUFAKAT,
Pondok Pesantren Darun Nadhlatain Nahdhatul Wathan Pancor
Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi lokasi
pelaksanaan MUFAKAT IV, tahun ini merupakan penyelenggaraan
MQK yang kelima. Prestasi tertinggi yang diraih Aceh dalam even ini
adalah pada MUFAKAT IV di NTB, Aceh berhasil menempati posisi
lima besar. Untuk tahun ini hanya lima orang duta Aceh yang
berhasil masuk babak final.
Kalau ditanya mengapa tahun ini Aceh hanya mampu meloloskan
lima orang perwakilannya? Banyak faktor yang mempengaruhinya,
salah satunya adalah kurang intensifnya pembinaan peserta yang
sudah dinyatakan lulus seleksi, disamping bahwa tradisi
menerjemahkan kitab umumnya Dayah di Aceh masih belum
menggunakan standar bahasa Indonesia yang baik dan benar. MQK
Tahun ini hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi Dayah di Aceh
serta steakholder pendidikan di Aceh. Prestasi yang tidak
memuaskan tahun ini hendaknya dapat membangkitkan kembali
semangat semua pihak untuk terus berupaya meningkatkan kualitas
pendidikan Keagamaan, serta tidak larut dalam romantisme masa
lalu yang pernah gemilang.

Kegiatan inti dalam MQK adalah lomba baca kitab kuning dan debat
bahasa Arab, lomba baca kitab kuning merupakan perlombaan yang
menitikberatkan bagaimana menyampaikan pesan teks kitab arab
gundul dengan cara menerjemahkan dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, serta pengetahuan dan wawasan tentang kajian itu
sendiri, baik menyangkut kaidah-kaidah arab atau pun kandungan
hukum yang terkandung di dalamnya. Ada sembilan majelis yang
diperlombakan dengan tiga tingkatan (marhalah), yaitu majelis Fiqh,
Nahwu, Akhlak, Tarikh, Tafsir, Hadist, Ushul Fiqh, dan Balaghah. MQK
menjadi barometer bagi dunia Pondok Pesantren di Nusantara dalam
mengukur kualitas pendidikan, di samping menjadi ajang
silaturrahmi dan berbagi pengalaman. Idealnya, even ini menjadi
wahana berharga dalam pengembangan Pondok Pesantren Aceh di
masa yang akan datang.
Di samping menjadi tempat pelaksanaan MQKN V, hal menarik lain
dari Kota Jambi adalah sungai Batang Hari yang panjangnya
mencapai 800 km, dan termasuk sungai terpanjang di pulau
Sumatera. Sungai dengan lebar kira kira 650 m ini menggunakan
alat penyebrangan sampan yang disebut dengan ketek. Saya pun
tidak tahu persis mengapa disebut ketek, mungkin karena suara
mesinnya, demikian dibenarkan oleh salah seorang warga yang
saya tanya saat menyebrang. Sekali penyebrangan ongkosnya
hanya dua ribu rupiah, ongkos ini berlaku untuk semua baik tamu
atau penduduk asli. Para nahkoda ketek tidak pernah menaikkan
ongkos meskipun mereka tahu bahwa penumpangnya adalah tamu.
Pelajaran penting lain dari Kota Tanah Pilih Besako Betuah adalah
perhatian Pemerintah Daerah terhadap pendidikan Agama dan
Keagamaan, Gubernur Hasan Basri Agus (HBA) benar benar
memberikan perhatian bagi pendidikan Agama, meskipun Anggaran
dan Pendapatan Belanja Daerah (APBD) hanya 3,2 Trilyun, berbeda
jauh dengan APBA yang berjumlah 13,3 Trilyun. Jika dibandingkan
dengan Aceh. Tentunya dengan APBA yang begitu melimpah
Pemerintah Aceh hendaknya dapat memberikan kontribusi yang
lebih besar bagi pengembangan pendidikan Agama di Aceh.
Hal lain yang membuat HBA begitu peduli pada Pendidikan Agama
di Jambi karena HBA adalah alumni Pondok Pesantren, tepatnya
alumni Pesantren Asad (tempat dimana MQKN diselenggarakan),
karena pengabdiannya pada almamater HBA mengerahkan segenap
jajarannya untuk membantu menyukseskan penyelenggaraan MQK
Nasional Kelima, bahkan dua dari tiga Liaison officer (LO) yang
bertugas mendampingi kafilah Aceh adalah pegawai Badan

Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jambi, keduanya memberikan


pelayanan maksimal terhadap kontingen Aceh.
Dalam menjalankan roda pemerintah, HBA memiliki program
unggulan yang dinamakan dengan SAMISAKE (Satu Milyar Satu
Kecamatan), program ini hampir sama dengan program PNPMMandiri. Menurut pengakuan penduduk sekitar tempat penginapan
kafilah Aceh di MTsN Olak Kemang Kecamatan Danau Teluk, bahwa
program SAMISAKE telah berjalan empat tahun, selama itu
masyarakat Jambi telah banyak merasakan perubahan, diantaranya
adalah bedah rumah tidak layak huni yang telah mencapai 19.026
rumah, disamping itu pemberian beasiswa hingga jenjang
pendidikan S3, bahkan target pada tahun 2015 adalah 310 orang
bergelar Doktor.
SAMISAKE tentu sama seperti program yang pernah diwacanakan
Pemerintah ZIKIR yaitu 1 Juta per Kepala Keluarga, bedanya adalah
bahwa SAMISAKE telah berjalan selama empat tahun sedangkan 1
jt/kk belum diketahui kapan realisasinya. Perubahan besar tentu
akan dapat dirasakan pula oleh masyarakat Aceh jika seluruh
program dan janji kampanye Pemerintahan ZIKIR dapat
direalisasikan dengan benar dan tepat sasaran. Melihat kondisi Aceh
saat ini, apalagi dengan hadirnya Badan Pembinaan Pendidikan
Dayah (BPPD) Aceh, kita tentu meng-impikan bahwa even MQK
Nasional dapat pula diselenggarakan di Aceh, disamping
mempromosikan Aceh juga menjadi pelajaran dan motivasi bagi
Dayah-Dayah di Aceh dalam mengembangkan pendidikan.
Semoga kota Tanah Pilih Pusako Betuah menjadi inspirasi baru
dalam meningkatkan pembangunan di Aceh, serta berupaya
merealisasikan program-program yang mampu meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Semoga MQK Tingkat Nasional V dapat
dijadikan pelajaran berharga bagi Aceh untuk terus belajar
bagaimana mempertahankan kegemilangan masa lalu.
Penulis
adalah
salah
seorang official kafilah
Aceh pada MQKN V

Anda mungkin juga menyukai