Anda di halaman 1dari 29

FIBROADENOMA MAMMAE

A. PENGERTIAN
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar
dan stroma jaringan ikat. Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang
bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. (Corwin, )
B. TANDA & GEJALA
1.

Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang


tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal

2.

Ada bagian yang menonjol ke permukaan

3.

Ada penekanan pada jaringan sekitar

4.

Ada batas yang tegas

5.

Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )

6.

Memiliki kapsul dan soliter

7.

Benjolan dapat digerakkan

8.

Pertumbuhannya lambat

9.

Mudah diangkat dengan lokal surgery

10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

C. ETIOLOGI
Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya
ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena produksi hormon
estrogen meningkat. Secara histology fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi :
1. Intracanalicular fibroadenoma Yaitu fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur
dibentuk dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel.
2. Pericanalicular fibroadenoma Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau
kista yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan.
Sedangkan fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :
1. Common fibroadenoma.
2. Giant fibroadenoma umumnya berdiameter lebih dari 5 cm.
3. Juvenile fibroadenoma pada remaja.
Faktor-faktor predisposisi :
a.

Usia : < 30 tahun

b.

Jenis kelamin

c.

Geografi

d.

Pekerjaan

e.

Hereditas

f.

Diet

g.

Stress

h.

Lesi prekanker

D. PATOFISIOLOGI
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam
mamary displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas
jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan
stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi
epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik
yaitu :
1.

Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.

2.

Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat
menopause terjadi regresi.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Biopsi

2.

Pembedahan

3.

Hormonal

4.

PET ( Positron Emision Tomografi )

5.

Mammografi

6.

Angiografi

7.

MRI

8.

CT Scan

9.

Foto Rontqen ( x ray )

10. Blood Study

F. PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI


1.

Faktor-faktor resiko

2.

Pemerikasaan payudara sendiri

3.

Pemeriksaan klinik

4.

Mammografi

5.

Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.

G. PENATALAKSANAAN
Terapi fibroadinoma mammae adalah eksisi dengan anastesi lokal. Bila penderita muda, dan lesi
kecil, diagnosa dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus, bila penderita tidak menginginkan biopsi
dengan eksisi. (sampai kini belum ada publikasi ilmiah tentang penyelidikan terhadap fibroadinoma, yang
tetap dibiarkan tanpa tindakan, hal ini harus diberitahukan kepada penderita yang menolak pembedahan).
Fibroadinoma yang lebih besar (lebih dari 2 cm) harusdiangkat, karena dapat menyebabkan nyeri,
dan dapat bertumbuh terus.3 Prognosis dari fibroadinoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan
sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisi dari hasil operasi dapat kambuh kembali.

Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:


1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor
tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah
bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan
diganti oleh jaringan normal secara perlahan.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Sistem Integumen.
1) Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus.
2) Inspeksi kemerahan & gatal, eritema.
3) Perhatikan pigmentasi kulit.
4) Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah
b. Sistem Gastrointestinalis

1) Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian
kemotherapi.
2) Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
3) Kaji diare & konstipasi
4) Kaji anoreksia
5) Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
c. Sistem Hematopoetik.
1) Kaji Netropenia
Kaji tanda infeksi
Auskultasi paru
Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
Kaji suhu
2) Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 menengah, < 20.000/m3 berat
3) Kaji Anemia
Warna kulit, capilarry refill
Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo
d. Sistem Respiratorik & Kardiovaskular
1) Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif
terutama bleomisin
2) Kaji tanda CHF
3) Lakukan pemeriksaan EKG
e. Sistem Neuromuskular
1) Perhatikan adanya perubahan aktifitas motorik
2) Perhatikan adanya parestesia
3) Evaluasi refleks
4) Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki
5) Kaji gangguan pendengaran
6) Diskusikan ADL
f. Sistem genitourinari
1) Kaji frekwensi BAK
2) Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine
3) Kaji : hematuria, oliguria, anuria
4) Monitor BUN, kreatinin
2. Rencana Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay vaskularisasi atau
efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :
DS :
Klien mengeluhkan rasa nyeri
Meringis karena nyeri (facial mask of pain)
Lemah dan istirahat kurang
DO :
Gangguan tonus otot
Gangguan prilaku
Respon autonomic
Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :
Melaporkan rasa nyeri yang sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
Dapat mongontrol ADLs seminimal mungkin.
Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas diversional sesuai
situasi individu.
Independent :
1) Kaji riwayat nyeri seperti lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 10) dan
upaya untuk mengurangi nyeri.
2) Beri kenyamanan dengan mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
3) Dorong penggunaan stress management seperti tehnik relaksasi, visualisasi,
komunikasi therapeutik melalui sentuhan.
4) Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai
kebutuhannya
Kolaborasi :
1) Kembangkan rencana management penanganan sakit dengan klien dan dokter
2) Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat.
b. Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan pembedahan
ditandai dengan :
DS :
Verbalisasi perubahan pola hidup.
Reaksi ketakutan dan menolak perubahan pada bagian tubuh.
Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
Perasaan/pandangan negatif terhadap tubuh
Mengungkapkan keputusasaan.

Mengungkapkan ketakutan ditolak


Mengungkapkan kelemahan
DO :
Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
Mengurangi kontak sosial
Pre okupasi dengan bagian tubuh/fungsi tubuh yang hilang
Menolak penjelasan perubahan tubuh
Tidak mau turut bertanggung jawab dalam perawatan diri
Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :
Mengerti tentang perubahan pada tubuh.
Menerima situasi yang terjadi pada dirinya.
Mulai mengembangkan mekanisme koping pemecahan masalah.
Menunjukkan penyesuaian terhadap perubahan.
Dapat menerima realita.
Hubungan interpersonal adekuat.
Independent :
1) Diskusi dengan klien tentang diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar
dapat aktif kembali sesuai ADLs.
2) Review/antisipasi efek samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk
efek yang mengganggu aktivitas seksual
3) Dorong untuk melakukan diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang
terjadi.
4) Beri informasi/konseling sesering mungkin.
5) Beri dorongan/support psikologis.
6) Gunakan sentuhan perasaan selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata)
Kolaborasi :
1) Refer klien pada kelompok program tertentu.
2) Refer pada sumber/ahli lain sesuai indikasi.
c. Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan efek treatment.
Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :
Indentifikasi intervensi pada kondisi-kondisi khusus.
Partisipasi aktif dalam tehnik guna pencegahan komplikasi/ meningkatkan
penyembuhan.
Independent :

1) Kaji kondisi kulit dari efek samping : robekan, penyembuhan lambat.


2) Dorong klien untuk tidak menggaruk area yang terkena gangguan.
3) Sarankan klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jika
bukan order/ijin dari dokter atau perawatnya.
4) Atur posisi sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
1) Administrasi pemberian antidote sesuai indikasi.
2) Berikan therapi kompres hangat dan dingin sesuai petunjuk.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis dan tindakan yang
dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang, interpretasi yang keliru,
ditandai dengan :
DS :
Bertanya tentang masalah yang dirasakannya.
Meminta informasi tentang keadaan penyakitnya.
Mengatakan konsepsi yang keliru tentang penyakitnya.
DO :
Tidak mengenal prognosa dan tindakan yang dilakukan.
Tidak tahu dampak bila tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan tindakan yang perlu
dilakukan dengan kriteria :
Mengatakan keakuratan dari informasi yang didapat tentang diagnosa, tindakan dan
kesiapan /penerimaan diri atas perawatan.
Dapat membenarkan prosedur yang dibutuhkan.
Menjelaskan dan merespon tindakan yang dilakukan.
Mengindentifikasi / menggunakan sumber /ahli dengan tepat.
Berpartisipasi pada kegiatan perawatan dan pengobatan.
Independent :
1) Review tentang hal-hal yang khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan dan
harapan mendatang dengan persepsi yang adekuat.
2) Jelaskan, beri gambaran dan kaji persepsi klien tentang neoplasma dan
penanganannya. Kaitkan dengan pengalaman dari klien yang sama.
3) Jelaskan dan tanya klien untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi
konsepsi yang keliru tentang penyakit yang dideritanya.
4) Review medikasi secara khusus dan cara-cara penggunaan obat.

5) Jelaskan cara perawatan kulit khususnya area incisi post neoplasma.


6) Dorong klien untuk menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status
kesehatannya.
7) Lakukan pre discharge planning sesuai indikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit


buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,


(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.

(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair &
RSUD dr Soetomo Surabaya

BAB II
TINJAUAN KASUS

A.

PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Nama

: Ny. L

b. Umur

: 25 tahun

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Pekerjaan

: Guru

e. No Register

: 235001

f. Alamat

: Klirong 3/1 klirong, kebumen

g. Dx Medis

: FAM

h. Tanggal Oprasi

: 19 01 - 2013

2. Penanggung Jawab
a. Nama

: Ny. D

b. Umur

: 32 tahun

c. Alamat

: Klirong 3/1 klirong, kebumen

d. Pekerjaan

: Wiraswasta

e. Hubungan

: Saudara

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Benjolan di payudara sebelah kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Ps. Datang ke Poli bedah pukul 10.00 WIB dengan keluhan ada benjolan di payudara
kiri, pasien terlihat gelisah dan menahan sakit, warna kulit pucat.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ps. belum pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama. Keluarga tidak mempunyai
penyakit keturunan dan menular.
4. Pola Fungsional Virginia Henderson
a. Kebutuhan bernafas

Sebelum sakit : pasien mampu bernafas dengan normal dan adekuat


Saat dikaji

: RR 20x/menit, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada cuping


hidung

b. Kebutuhan nutrisi
Sebelum sakit : pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk.
Saat dikaji

: pasien mau makan dengan porsi sedang.

c. Kebutuhan eliminasi
Sebelum sakit : pasien biasa BAB 1x sehari dan BAK 4-5x sehari
Saat dikaji

: pasien tidak terpasang DC kateter.

d. Kebutuhan gerak dan keseimbangan


Sebelum sakit : pasien tidak memiliki kecacatan sehingga mampu bergerak dengan
seimbang
Saat dikaji

: selama sakit tidak ada gangguan pergerakan

e. Kebutuhan istirahat dan tidur


Sebelum sakit : pasien biasa tidur dari jam 21. 00 samapi 05. 30 WIB atau tidur
siang 1- 2 jam
Saat dikaji

: pasien tidur 7- 8 jam

f. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : pasien mampu berpakaian sendiri
Saat dikaji

: pasien mampu berpakaian sendiri

g. Kebtuhan mempertahankan suhu tubuh dan temperature


Sebelum sakit : pasien mampu mempertahankan suhu tubuhnya, memakai jaket bila
dingin dan memakai kaos kaki.
Saat dikaji

: suhu badan pasien 35,50 C, hanya memakai baju operasi dan


terpasang infuse RL 30 tpm.

h. Kebutuhan personal hygiene


Sebelum sakit : pasien biasa mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan keramas 2x
seminggu
Saat dikaji

: mandi terakhir tadi pagi.

i. Kebutuhan rasa nyaman dan aman


Sebelum sakit : pasien merasa nyaman saat badannya sehat
Saat dikaji

: pasien merasa tidak nyaman karena adanya benjolan.

j. Kebutuhan komunikasi dengan orang lain


Sebelum sakit : pasien dapat berbicara dengan jelas dan baik.
Saat dikaji

: pasien masih dapat diajak bicara, menjawab jika ditanya, dan suara
jelas

k. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit : pasien mampu beribadah dengan baik
Saat dikaji

: pasien mampu menjalankan ibadah

l. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : pasien biasa kesekolah tiap hari
Saat dikaji

: pasien tidak dapat mengerjakan pekerjaan

m. Kebutuhan rekreasi
Sebelum sakit : pasien terkadang berjalan- jalan dengan saudara dan teman
temannya.
Saat dikaji

: pasien hanya bisa tiduran di Rumah Sakit

n. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit : pasien belajar dari televisi, radio, Koran, dll
Saat dikaji
5. Pemeriksaan

: pasien mendapat informasi dari dokter dan perawat

a. Keadaan umum
Kesadaran

: Compos Metis

Vital Sign

: TD 130/80 mmHg
RR 20x/menit
N

85x/menit

35,50 C

b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
mesochepal, rambut hitam, bersih, tidak ada lesi, tidak ada benjolan
2) Mata
sklera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor
3) Hidung
tak ada benjolan, tidak ada sumbatan jalan nafas
4) Mulut
mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada stomatitis
5) Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, tak ada pembearan vena
jugularis
6) Thorax
I: tidak ada jejas, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan otot bantu nafas
P: tidak ada nyeri tekan
P: paru sonor
A: paru vesikuler
7) Abdomen

I: tak ada jejas, ada benjolan dibagian dada sinistra


A: peristaltik : 8x/m
P: tidak ada benjolan
P: abdomen
8) Genetalia
terpasang DC ukuran 18
9) Ekstremitas
-

atas: terpasang IVFD RL 30tpm, akral hangat, CRT 2 detik, tidak ada jejas

bawah: tak ada jejas, CRT 2 detik, akral hangat,

6. Persiapan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Normal

Leukosit

7,34

103 / uL

4,80 - 10,80

Eritrosit

4,89

106 / uL

4,70 6.10

Hemoglobin

13,8

g / dL

14.0 18.0

Hematokrit

41,2

42.0 52.0

MCV

84,3

fL

79.0 99,0

MCH

28,2

Pg

27,0 31,0

MCHC

33,5

g/ dL

33,0 37,0

Trombosit

331

103 / uL

150 450

Gol Darah

7. Persiapan Pasien
a. Cairan parenteral

: Infus RL 500 CC

b. Kebersihan colon lambung

: Puasa (6 jam)

c. Pencukuran daerah operasi

: Belum

d. Kompres daerah operasi dengan kassa alcohol : Tidak


e. Pengosongan kandung kemih : pasien sudah BAK, produksi urin normal

B.

f. Latihan

: Pasien sudah diajari nafas dalam

g. Baju operasi

: Sudah

h. Inform Consent

: Sudah

ANALISA DATA DAN INTERVENSI


a) Pre Operasi
Analisa Data
N

Waktu

o
.1.

Data Fokus

Masalah

Etiologi

Subjektif

Nyeri

agen cedera

Klien mengatakan nyeri


P: nyeri bertambah ketika

fisik

beraktivitas dan berkurang

ketika istirahat
Q: nyeri seperti di tonjok
R: inguinalis sinistra
S: 7
T: 3jam.
Objektif

Pasien terlihat gelisah


menahan nyeri, ada
benjolan di inguinalis

sinistra
TD: 170/70 mmHg
N: 75x/mnt
S: 37,2 C
RR: 22 x/menit
Subyektif :
-Klien

mengatakan

Takut
takut

menghadapi operasi
-Klien

mengatakan

defisit
pengetahuan
tentang

pasrah

dalam menghadapi operasi


-Klien menanyakan tentang

jalannya
operasi

keberhasilan operasi
-Klien

khawatir

kalau

operasinya gagal
Obyektif :
-Pasien terlihat gugup
-Pandangan

kosong

ketika

diam
-Pasien terlihat tegang ketika
akan

dipindah

ke

kamar

operasi
TD: 170/70 mmHg

Rumusan Masalah Keperawatan:


a. Nyeri b.d agen cedera fisik.
b. Takut b.d defisit pengetahuan tentang jalannya operasi
Rencana Intervensi

No
1.

Diagnosa
Nyeri b.d

Tujuan
Setelah dilakukan tindakan

agen

keperawatan selama 3x24

cedera

jam diharapkan nyeri

fisik

berkurang dengan kriteria


hasil:

2.

Skala nyeri berkurang

menjadi 2
Pasien tampak tenang dan

rileks
Pasien dapat beristirahat

Intervensi
Pantau tanda-tanda vital serta

kaji skala nyeri


Anjurkan pasien untuk bedrest
Atur posisi pasien senyaman

mungkin
Ajarkan tehnik nafas dalam
Kolaborasi untuk pemberian
analgetik

Takut

dengan tenang
Setelah dilakukan

b.d

tindakan keperawatan

misal : takipnea, palpitasi,

defisit

selama 3x24 jam

pusing, sakit kepala, sensasi

a. Awasi respon fisiologis,

pengetah

diharapkan cemas

uan

berkurang dengan kriteria

tentang

hasil:

jalannya

operasi

kesemutan.
b. Dorong pernyataan takut dan
ansietas : berikan umpan balik.

Pasien tidak gelisah


Pasien bisa

c. Berikan informasi akurat,


nyata tentang apa yang

beristirahat dengan

dilakukan, misal : sensasi yang

tenang

diharapkan, prosedur biasa


d. Dorong orang terdekat tinggal
dengan pasien, berespon
terhadap tanda panggilan
dengan cepat. Gunakan
sentuhan dan kontak mata
dengan cepat
e. Tunjukkan teknik relaksasi,
contoh : visualisasi, latihan
napas dalam, bimbingan
imajinasi
f. Berikan obat sesuai dengan
indikasi, misal : Diazepam
(valium),klurazepat
(Tranxene), alprazolan
(Xanax)

IMPLEMENTASI

No

Tanggal /jam

IMPLEMENTSI

RESPON PASIEN

.
1

26-12-2012

Menjelaskan informasi

Koopertif

Jam 09.15 wib

tentang prosedur, sensasi


yang biasanya dirasakan

ketika operasi
Memberikan informasi
yang factual terkait
diagnosis, perawatan, dan
prognosis

Kooperatif

Mengintruksikan pasien

Kooperatif

untuk menggunakan
tekhnik relaksasi
4

Menyediakan pengalihan

Koperatif

seperti music
Mengurangi rangsangan

Kooperatif

yang berlebihan dengan


menyediakan lingkungan
yang tenang, untuk
mengurangi nyeri
Ajarkan teknik distraksi
relaksasi.
Evaluasi Sumatif

No.D

SOAP

Paraf

X
Subyektif : pasien mengatakan tidak takut dengan tindakan
1.

operasi yang akan dilakukan


Obyektif : Pasien tidak terlihat tegang
Pasien tidak banyak bertanya tentang keberhasilan
operasi
Assessment : Masalah takut sudah teratasi
Planning

: Hentikan intrvensi

b) Intra Operasi
Persiapan
1) Pasien
Posisi pasien

: Supinasi

TD

: 130/73mmHg

Nadi

: 66X/menit

RR

:18x/menit

Suhu

: 36 C

Pemasangan

: bed side monitor

2) Alat

a.Set Hernia
NO
1.

Nama Alat
Ovarium klem 122

Jumlah

2.

Stick mes besar BB 84

3.

Gunting benang H26

4.

Gunting GRM BMC

5.

Gunting bengkok kecil CW

6.

Pincet anatomis 050

7.

Pincet anatomis 027

8.

Pincet sirlugis 557

9.

Duk klem german

10.

Nald pouder 235

11.

Nald pouder 0104

12.

Klem bengkok 145

13.

Klem bengkok kecil 111

14.

Klem bengkok germany

15.

Klem SHM 12

16.

Klem lurus germany

17.

Kocher bengkok 213

18.

Bengkok

19.

Kom

20.

selang

a. Linen
Nama linen
Baju operasi

jumlah
4

Duk besar rapat

Duk lubang besar

Duk lubang kecil

b. Alat habis pakai

1.

No
1.

Nama alat/ bahan


Kassa

Jumlah
50 lembar

2.

Na Cl

2 flabot

3.

Bisturi no 22

4.

Betadin

100cc

5.

Alcohol

100cc

6.

Benang side 2

50 cm

7.

Benang plan

100 cm

8.

Hepavik

20 cm

9.

Waslap

Pelaksanaan Asisten/Instrumen
No
.
1.

Tindakan
Disinfeksi daerah operasi

Peralatan yang Disiapkan


Alkohol, klem panjang, betadin, kom
2 buah

2.

Penutupan area operasi

3.

(draping)
Insisi lokasi operasi

Duk besar(2), duk lubang(1), duk


sedang (2), duk klem 4
Skapel dan bisturi, pinset
anatomis, kasa kering

4.

Mengkater pembuluh darah

Cutter, klem arteri

5.
6.
7.

Mengedep perdarahan
Memisahkan jaringan
Pengangkatan fasia

Kasa kering, klem arteri


Ohak dan hak kecil
Koker dan klem

8.

Pengangkatan kantong

Pinset sirurgis, pinset anatomi,

hernia

klem, gunting

9.

Mengikat kantong hernia

Kasa gulung

10.

dengan kasa gulung


Penjahitan bassini

Side 2, nailholder, jarum dalam


kecil, gunting

11.

Heating peritoneum

12.

Heating otot

(2/0), gunting, klem arteri, kasa


Cooker, nailpuder, jarum, plan

Heating fasia

(2/0), gunting, klem arteri, kasa


Cooker, nailpuder,jarum,

13.

Cooker, nailpuder, jarum, plan

polysorb, 0, gunting, klem arteri.


Heating subcutis

Kasa
Cooker, nailpuder, jarum, plan

15.

Heting kulit

(2/0), gunting, klem, kasa


Cooker, nailpuder, jarum, cide

16.
17.

Disinveksi araea jahitan


Penutupan area operasi

(2/0). Gunting, klem, kasa


Betadine, kasa, kom
Kasa kering 2, kasa+betadine 2,

14.

hepafix
18.

Merapihkan alat dan

19.

melepas duk
Memindahkan pasien

Duk sedang, bed

Analisa Data
N

Waktu

Data Fokus

Masalah

Etiologi

o
1

26-12-

Subjektif : -

Resiko syok

Proses

2012

pembedahan

Jam 9.45

Objektif :

wib

Insisi 10 cm
Perdarahan 400cc
TD : 125/88 mmHg
N : 94x/menit
RR : 22x/menit

Rumusan Masalah Keperawatan

Resiko syok b.d Proses Pembedahan

Rencana Intervensi

Diagnosa

Tujuan

o
1

Resiko syok

Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji KU klien


2. Kaji tanda-tanda vital
keperawatan keperawatan
3. Pantau status cairan input dan
selama operasi diharapkan
output klien
perdarahan tidak terjadi.
4. Kolaborasi pemberian obat anti

b.d Proses
pembedahan

Intervensi

syok dan perdarahan .


C. Post Operasi
Analisa Data
A. Pengkajian
Pengkajian primer
A (Airway)

: Tidak Ada sumbatan Jalan Nafas

B (Breathing)

: Suara nafas vesikuler, RR : 20X/menit

C (Circulation)

: Tidak ada sianosis, kapilery revil < 2 detik, TD 130/75

mmHg.
Pengkajian sekunder
Kesadaran pasien

: Compos Metis

TD

: 120/75 mmHg.

Nadi

: 80X/menit

Pemeriksaan fisik

Kepala : Bentuk mesocepal, tidak ada benjolan, distribusi rambut baik dan
bersih,
Mata : Sklera unikterik, konjungtifa tidak anemis, mata

simetris.

Hidung : Bersih, distribusi rambut baik, tidak ada nafas cuping hidung.

Mulut : mukosa lembab, gigi bersih, tidak ada pembesaran tonsil.


Telinga : simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
Leher
Dada

: tidak ada JVP.

: Bentuk dada normal, payudara simetris, tidak ada masa, ekspansi


dada normal, tidak ada otot bantu nafas.

Abdomen

: Terdapat balutan luka insisi diinferior umbilikalis sebelah


dekstra

Genetalia

: Tidak ada penyakit kelamin, tidak ada rambut, terpasang DC.

Ekstremitas : Tangan kanan terpsang infuse RL, ekstremitas lengkap, pasien


belum bisa mengangkat kedua tungkai kaki
B. Jenis anestesi : Sepinal anestesi
C. Pemeriksaan Bromage Score
No.
1.
2.
3.
4.

Kriteria

Nilai

Normal
Gerakan penuh di tungkai
0
Tidak mampu ekstensi tungkai
1
Tidak mampu fleksi lutut
2
Tidak mampu fleksi pergelangan 3

Hasil

kaki

D. Nilai masuk 6, nilai keluar 5.

Analisa data
Data fokus
DS: DO:
- Pasien terlihat lemas
- Mata klien terlihat
-

cekung
Membran mukosa

lembab
Bromage score 1

Masalah

Etiologi

Resiko mual

Anestesi pasca
operasi

Rencana Intervensi

Diagnosa

Tujuan

o
1.

Resiko Mual b.d

Setelah

anestesi pasca

perawatan

Intervensi
dilakukan 1.Pantau gejala subyektif

operasi mual pada pasien


2.Ajarkan kepada pasien
diruang RR masalah mual
menelan secara sadar atau
dapat teratasi.
nafas dalam untuk
Kriteria hasil :
menekan reflex muntah.
3..Naikan bagian kepala
-Tidak
terdapat
mata
tempat tidur atau letakan
cekung
pada posisi lateral untuk

operasi

post

-Tidak terjadi rasa haus mencegah aspirasi


4.Pindahkan segera
yang tidak normal
benda-benda yang
-Membrane

mukosa menimbulkan bau

lembap
-Pasien

melaporkan

terbebas dari mual


1.

Implementasi
No

Tanggal/ jam

Implementasi

Respon pasien

D
X
1.

26-12-2012 jam Memantau


10.40 wib

subyektif

gejala Kooperatif
mual

pada

pasien

Mengajarkan

kepada Kooperatif

pasien menelan secara


sadar atau nafas dalam

Paraf

untuk

menekan

reflex

muntah
Menaikan bagian kepala Kooperatif
tempat tidur atau letakan
pada posisi lateral untuk
mencegah aspirasi
Memindahkan

segera Kooperatif

benda-benda

yang

menimbulkan bau

Evaluasi Sumatif

No.D

Tanggal/ jam

SOAP

Paraf

26-12-2012

Subyektif : Pasien mengatakan rasa mualnya

X
1.

jam

10.45 sudah sedikit berkurang

wib
Obyektif

-Tidak terjadi rasa haus yang tidak normal


-Membrane mukosa lembap
Assessment : Masalah mual sudah teratasi
sebagian
Planning
intervensi

: Lanjutkan dan modifikasi

BAB IV
PEMBAHASAN

Hernia adalah ketidak normalan tubuh berupa tonjolan yang disebakan karena kelemahan
pada dinding otot abdomen.
1. DIAGNOSA Keperawatan
Pengkajian dilakukan pada saat Pasien masuk IGD RSUD Kebumen jam
23.00WIB dengan keluhan dari jam 20.00WIB ada benjolan di selangkangan, pasien
terlihat karena menahan sakit, warna kulit pucat, hasil pemeriksaan ada benjolan
kemerahan di daerah inguinal dapat dimasukan kembali. Dari hasil pemeriksaan dokter
didapat diagnosa hernia inguilnalis sinestra kemudian dilakukan operasi hernoiraphy.
2. IMPLEMENTASI
Dari hasil pengkajian dapat dianalisa diagnosa keperawatan yang muncul pada pre
operasi di IBS RSUD Kebumen adalah takut b.d Defisit pengetahuan tentang jalanya
operasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x10 menit pasien terlihat lebih
rileks. Pada Intra operasi muncul diagnosa Resiko Perdarahan b.d Proses pembedahan,
setelah dilakukan tindakan tidak terjadi perdarahan yang hebat. Pada saat post operasi
muncul diagnosa mual b.d anestesi pasca pembedahan , setelah dilakukan tindakan
keperawatan mual muntah tidak terjadi.

3. IMPLEMENTASI dan Evaluasi


Implementasi dilakukan berdasarkan diagnosa dan rencana keperawatan dan
sekaligus dilakukan evaluasi tindakan

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pada Pre ditemukan masalah keperawatan nyeri b.d agen cedera fisik, takut b.d defisit
pengetahuan tentang jalan nya.
2. Pada Intra ditemukan masalah keperawatan resiko perdarahan b.d proses perdarahan.
3. Pada post ditemukan masalah keperawatan resiko mual b.d anestesi pasca
pembedahan
B. SARAN
1. Dalam mempersiapkan pasien yang akan dilakukan operasi sebaiknya semua persipan
pre operasi benar-benar dipersipakan secara maksimal, guna mencegah terjadinya
komplikasi pembedahan.
2. Pasien/ keluarga pasien yang sudah dioperasi sebaiknya diberi pendidikan kesehatan
terkait perawatan post operasi.
3. Kerja sama team bedah perlu ditingkatkan guna tercapainya model praktek
professional di ruang IBS.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner & suddart. Edisi 8. Volume 2.
Jakarta, EGC
Wilkinson, Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria NOC.
Jakarta : EGC
http://www.wartamedika.com/2008/02/hernia-inguinalis.html
Kamis 10 Februari 2011 pukul 22.10 WIB
http://www.klikdokter.com/illness/detail/74
Kamis 10 Februari 2011 pukul 22.40 WIB

LAMPIRAN

A. Latihan Nafas Dalam


1. Tahap pra interaksi
a. Cek program terapi
b. Cuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Memberi salam sebagai pendekatan terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan kepada pasien
c. Menanyakan persetujuan kesiapan pasien
3. Tahap kerja
a. Membaca tasmiyah dan menjaga prifasi pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakan satu tangan didada dan satu tangan di abdomen
d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui hidung hingga
3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah lengkung pada
punggung)
f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hintungan
g. Meminta pasien menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut
bibir seperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari otot
i. Menjelaskan pada pasien untuk latihan ini bila merasa mual atau sesak nafas
j. Merapikan pasien
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Membaca tahmid dan berpamitan pada pasien
c. Mencuci tangan

Anda mungkin juga menyukai