A. ANATOMI MAMMAE
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing
masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yanhg disebut duktus laktiferus. Di
antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara (Sloane, 2003).
Bentuk, fungsi, dan patologi payudara wanita terus berubah seiring bertambahnya
usia dalam kehidupan. Pertumbuhan sistem penghasil susu ini tergantung pada faktorfaktor hormonal yang terjadi dalam dua urutan, pertama pada masa pubertas dan
kemudian pada saat terjadinya kehamilan. jaringan payudara bereaksi terhadap estrogen
dan progesteron yang terstimulasi selama siklus menstruasi. struktur payudara yang
makroskopik dapat dengan mudah diidentifikasi dengan cukup baik oleh alat-alat
sonographic payudara dapat dibagi menjadi empat daerah (Sloane, 2003).:
1.
2.
3.
4.
mammaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa
pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini
sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut (Sloane,
2003)
B. FIBROADENOMA MAMMAE
1. Definisi
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara
yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.
Tumor ini bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat
digerakkan dimana benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut
sebagai tumor campur (mix tumor). Tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau
oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat
kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga
dapat mobile (Brunner & Suddarth, 2002).
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara
yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.(
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan
glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai
tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval,
2
bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita
gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat
bergerak mobile, sehingga sering disebut sebagai breast mouse.
Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan
wanita dengan usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa
dikenal dengan tumor payudara membuat kaum wanita selalu cemas tentang
keadaan pada dirinya. Terkadang mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah
sama dengan kanker. Yang perlu ditekankan adalah kecil kemungkinan dari
fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas (Corwin, 2009).
(http://
malihayati05.blogsp
ot.com/2
011/12/fibroadenoma
mammae-fam.html)
Fibroadenoma adalah
suatu
tumor
jinak
yang
merupakan
pertumbuhan
yang
meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat. Fibroadenoma mammae adalah tumor
jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk
benjolan yang dapat digerakkan (Price, 2005).
Fibroadenoma adalah tumor jinak dari kelenjar dan jaringan ikat pada
payudara. FAM yang tumbuh dipayudara akan teraba sebagai benjolan bulat yang
memiliki batas tegas.
(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html).
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenomamammae.html).
2. Etiologi
a. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya
ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena
produksi hormon estrogen meningkat.
b. Genetik : payudara
c. Faktor-faktor predisposisi :
1) Usia : < 30 tahun
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Hereditas
5) Diet
6) Stress
7) Lesi prekanker (Corwin, 2009).
Menurut Smletzer (2001) faktor resiko mencakup
1. Riwayat pribadi tentang kanker
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)
dari wanita kanker payudara
3. Menarke dini. Resiko meningkta pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum 12 tahun
4. Nulipara dan usia maternal lanjut kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahu mempunyai resiko 2 kali lipat
mengalami kanker
5. Menopause pada usia lanjut. Menopasue pada usia lebih dari 50 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara.
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelu 30
tahun.
8. Obesitas
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi penggantian hormon
11. Masukan alkohol.
3. TANDA DAN GEJALA
4. PATOFISIOLOGI
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan
pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga
kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya
ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah
digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan
6
stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik
yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian
fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu:
1. Fibroadenoma PericanaliculareYakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong
dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare. Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi
lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur)
dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan
kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi
regresi.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Mamografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal
b. Galaktrografi mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksi zat
kontras kedalam aliran duktus
c. Ultrasound dapat membantu dalam membedakan antar massa padat atau kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen
mamografi
d. Xeroradiografi menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor
e. Termografi mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi
f. Diafanografi mengidentifikasikan tumor atau masa dengan membedakan
bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar
g. CT. Scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara
khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mamografi
h. Biopsi payudara (jarum atau eksisi) memberikan diagnosa definitive terhadap
massa dan berguna untuk klasifikasi histology penahapan dan seleksi terapi
yang tepat
i. Asal hormon reseptor menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy
mengandung reseptor hormone (esterogen dan progesteron). Pada sel maligna
reseptor maligna, reseptor estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan
pembagian sel
j. Foto dada pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang
dilakukan untuk megkaji adanya metastase
Faktor-faktor resiko
2.
3.
Pemeriksaan klinik
4.
Mammografi
5.
7. PENATALAKSANAAN
Karena FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak
perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan
ukurannya. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu
faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan
pengangkatan.
Penanganan fibroadenoma mammae adalah dengan enukleasi melalui
sayatan yang sangat mementingkan segi kosmetik. Sementara pengobatan
menghasilkan beberapa perbedaan dalam ukuran payudara, payudara yang tersisa
akan berkembang menjadi normal dalam beberapa bulan. Eksisi luas atau
mastektomi adalah kontraindikasi.Meskipun beberapa fibroadenoma yang besar
dapat muncul dengan gambaran histology yang agresif dan bahkan mungkin sulit
ubtuk dibedakan dengan tumor Phyllodes, dimana gambaran klinisnya benarbenar jinak. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini akan kambuh atau bermetastasis.
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
8
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medlkal - Bedah Ed. 8. Jakarta
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Herdman, T.Heather. Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta: EGC, 2015
Nurjanah et al. 2016. NOC-NIC. Singapore, Elsevier
Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002
Sloane, Ethel. 2003. ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk pemula. Jakarta. EGC
Tanto, Cris. 2014. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta. Media Aesculapius
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-mammae.html)
(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html).
(http://malihayati05.blogspot.com/2011/12/fibroadenoma-mammae-fam.html)
10
NOC
13
(00146) Anxietas
Pengurangan Kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
4. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
5. Identifikasi pada saat perubahan tingkat kecemasan
6. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
8. Atur penggunaan obat-obat untuk mengurangi kecemasan secara tepat
9. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (musik,
meditasi, benafas dengan ritme, relaksasi otot progresif).
2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata
tertutup.
5. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas dalam
6. Gunakan suara yang lembut dengan irama lambat untuk setiap kata.
7. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.
8. Dorong klien untuk mengulang praktik teknim relaksasi jika memungkinkkan
9. Dorong pengulangan teknik praktik-praktik tertentu secara berkala
10. Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi dilakukan
DIAGNOSA
NOC
(00126) Defisiensi Pengetahuan
(1833) Pengetahuan: manajemen kanker
Banyak mengetahui tanda dan gejala kanker
Banyak mengetahui penyebab dan faktorfaktor kanker
Pengetahuan langkah-langkah regimen
pengobatan
Memperoleh sumber informasi kanker yang
terpercaya
Mengetahui tanda dan gejala komplikasi
Keyakinan kesehatan yang mempengaruhi
kepatuhan terhadap pengobatan
NIC
14
16
NIC
(1030) Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset /durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka
yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Gunakan strategi komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan terhadap nyeri.
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab byeri, berpa lama nyeri dirasakan
7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
8. Pilih dan implementasikan tindakan beragam (farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi penuruan nyeri sesuai kebutuhan
9. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipasif, terapi musik, terapi bermain, terapi aktifitas, akuppressur, aplikasi
panas/dinginndan pijatan sebelum dan sesudah jika memungkinkan)
10. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
11. Dorong pasien untuk menggunakan oabt-obatan penurun nyeri yang adekuat
12. Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi nonfarmakologi
yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan preventif terkait dengan
manajemen nyeri.
(1100) pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
2. Cek riwayat adanya alergi obat
3. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu yang diberikan
4. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat memfasilitasi penurunan
nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian obat atau perubahan
internal yang dibutuhkan untuk rekomendasinkhusus berdasarkan prinsip analgesik
6. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
DIAGNOSA
NOC
(00004)Resiko infeksi
(1924) Kontrol Resiko: Proses Infeksi
Dapat mengidentifikasi faktor resiko infeksi
Mengetahui perilaku yang berhubungan
dengan resiko infeksi
Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
Memonitor perilaku diri yang berhubungan
dengan resiko infeksi
Mempertahankan lingkungan yang bersih
NIC
(6540) Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk pasien lain
2. Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
4. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
5. Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
17
ruangan pasien
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
Berikan antibiotik yang sesuai
Anjurkan pasien meminum antibiotik seperti yang diresepkan
DIAGNOSA
NOC
(00044) Kerusakan integritas jaringan
1101)Integritas jaringan: kulit dan membran
mukosa
Tidak terganggu suhu kulit, sensai, elastisitas,
integritas kulit
Tidak ada lesi pada kulit
NIC
(3590) Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkai adanya kemerahan, kehangatan ekstreme, edema,
atau drainase
2. Amati warna, kehangatan bengkak, pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada ekstremitas
3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami
kerusakan kulit (burden scale)
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan warna, memar, merah, dan
pecah
6. Monitor kulit adanya ruam dan lecet
7. Monitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan
8. Monitor sumber tekanan dan gesekan
9. Monitor infeksi terutama di daerah edema
10. Periksa pakaian yang terlalu ketat
11. Dukomentasi perubahan membran mukosa
12. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (melapisi kasur,
menjadwalkan reposisi)
(3520) Perawatan Luka Tekan
1. Catat karakteristik luka tekan setiap hari meliputi ukuran (panjang x lebar x dalam),
tingkatan luka (I-IV), lokasi eksudat, garnulasi atau jaringan nekrotik dan epitelisasi
2. Monitor warnah suhu, oedema, kelembaban, dan kondisi area sekitar luka
3. Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses penyembuhan
4. Berikan pelembab yang hangat di sekitar luka untuk meningkatkan perfusi darah dan
suplai oksigen
5. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan air
6. Lakukan debdridemen jika diperlukan
7. Catat karakteristik cairan luka
8. Pasang balutan yang elastik pada luka jika memungkinkan
9. Berikan salep jika diperlukan
10. Lakukan pembalutan yang tepat
11. Berikan obat-obatn oral
12. Monitor tanda dan gejala infeksi di area luka
13. Ubah posisi setiap 1-2jam sekali untuk mencegah penekanan
14. Gunakan tempat tidur anti dicubitus
15. Yakinkan nutrisi yang adekuat
16. Monitor status nutrisi
17. Fasilitasi pasien dan keluarg dapat berkonsultasi dengan perawat ahli luka, jika
dibutuhkan
6.
7.
8.
9.
18
19
Inform Consent
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul
paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka
penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang
dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
20
kandung
kemih
dilakukan
dengan
melakukan
ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya
Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi
harus
memahami
konsep
tersebut
diatas
untuk
dapat
memberikan
nosokomial).
Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknikteknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga
kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya
yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan
melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS,
Hepatitis dll
h. Asepsis pasien
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan.
Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara
lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan
drapping (penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (duk)
steril dan hanya bagian yang akan di insisi saja yang dibiarkan terbuka dengan
memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%)
i.
Asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus
benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan
alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan
menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.
n. Persiapan alat
Instrumen Bedah:
a. Clamp lurus kecil 2 buah
b. Clamp bengkok kecil 2 buah
c. Clamp bengkok sedang 2 buah
d. Allys 1 buah
e. Needle holder 2 buah
f. Towel clips 4 buah
g. Tangkai pisau No. 20 atau 22 sebanyak 1 buah
h. Gunting jaringan 1 buah
i. Gunting benang 1 buah
j. Hak / Eyelide 2 buah
k. Nierbeken 1 buah
22
Benag Cutgut
Benang ethilon 3/0
Benang catgut plain no. 2/0
Sufratulle
Elastic perban
Tranfusi set
Mess
Benang silk no. 3/0 atau 2/0 (k/p)
Kanul suction
Hipafix
Alkohol 70%
Bethadine 10%
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-mammae.html)
o. Ruang
Pastikan ruangan dalam keadaan terang, suhu 20-24 derajat celcius
Pastikan AC berfungsi baik
1.
2.
3.
4.
5.
p. Persiapan Pasien
Pasien dilakukan Anestesi umum Jam 09.00 WIB
Pasien ditidurkan dengan posisi supinase
Memasang alat grounding pada tungkai kanan
Pasien di pasang monitor TD : 120/80 mmHg, Nadi : 81x/mnt, SPO2:97%.
Instrumentator dan operasi mencuci tangan secara steril lalu mengenakan jas operasi dan
sarung tangan
q. Prosedur Operasi
1. Desinfeksi daerah operasi dengan alkohol 70% dilanjutkan dengan betadin 10% pada daerah
mammae kiri dan sekitarnya
2. Drapping daerah operasi dengan pasang duk steril sedang menutup area operasi dilanjudkan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
mammae kiri
9. Irisan diperdalam lapis demi lapis mulai dari kulit, subcutis, dan sampai kelihatan tumornya
10. Menghentikan perdarahan dengan di klem lalu di couter
11. Membuka luka dengan hak kulit
12. Excisi tumor dengan hati-hati
13. Memisahkan tumor dengan jaringan sekitarnya dengan gunting jaringan
14. Bila tumor sudah tampak lalu di pegang dengan Allis klem
15. Excisi pemisahan tumor sampai tumor terangkat
23
16. Bila tumor teragkat lalu di masukkan dalam plastik berisi larutan formalin 10% untuk
dilakukan pemeriksaan PA
17. Periksa kembali adanya perdarahan dengan kassa steril
18. Hentikan perdarahan dengan klem pean dan dicauter
19. Luka dioleskan betadin lalu dikeringkan lagi
20. Luka segera ditutup kembali dengan jahitan lapis demi lapis
21. Lapisan phasia di jahit dengan benang catgut chromic 3/0
22. Lapisan subcutis di jahit dengan benang catgut plain 2/0
23. Sehabis dijahit (disimpul) benang di potong, selanjudnya berulang sampai jahitan selesai
24. Jahitan bagian luar dilakukan subcuticular dengan catgut crom 3/0 cutting dan bagian kulit
menggunakan monocin 3/0
25. Luka sudah tertutup dan dibersihkan dengan cairan NaCL 0.9% lalu di keringkan lagi
26. Luka ditutup dengan steril strip dan kassa steril
27. Duk dibuka satu persatu
28. Luka di balut dengan hypafix 10x14 cm
29. TD : 120/80mmHg,Nadi 82x/mnt, SaO2:0.9%
30. Operasi selesai jam 09.50 WIB, mesin anesthesi di matikan
31. Pasien di pindahkan dari meja operasi ke brangcar dengan hati-hati
32. Pasien dikirim ke ruang recovery bersama dengan statusnya jam 09.55 WIB
33. Pengelolaan alat non steril dibersihkan, dirapikan dan dikembalikan pada tempatnya
34. Pengelolaan BMHP sesuai kebutuhan pasien dan dilaporkan kembali pada petugas farmasi
35. Alat instrument yang tekah digunakan didekontaminasi dengan cairan saflon dan di
kembalikan ke CSSD
24
25