Anda di halaman 1dari 25

FIBROADENOMA MAMMAE

A. ANATOMI MAMMAE
Kelenjar susu merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral atasnya,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing
masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yanhg disebut duktus laktiferus. Di
antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut
mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut ada jaringan ikat yang
disebut ligamentum cooper yang memberi rangka untuk payudara (Sloane, 2003).
Bentuk, fungsi, dan patologi payudara wanita terus berubah seiring bertambahnya
usia dalam kehidupan. Pertumbuhan sistem penghasil susu ini tergantung pada faktorfaktor hormonal yang terjadi dalam dua urutan, pertama pada masa pubertas dan
kemudian pada saat terjadinya kehamilan. jaringan payudara bereaksi terhadap estrogen
dan progesteron yang terstimulasi selama siklus menstruasi. struktur payudara yang
makroskopik dapat dengan mudah diidentifikasi dengan cukup baik oleh alat-alat
sonographic payudara dapat dibagi menjadi empat daerah (Sloane, 2003).:
1.
2.
3.
4.

Kulit, puting, jaringan subareolar


region Subkutan
Parenkim (antara daerah subkutan dan retromammary)
region Retromammary.
Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang a.perforantes anterior dari a.

mammaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang dari a.aksilaris, dan beberapa
a.interkostalis. Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan
n.interkostalis. jaringan kelenjar payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa
pascabedah, yakni n.interkostobrakialis dan n.kutaneus brakius medialis yang mengurus
sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini
sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut (Sloane,
2003)

B. FIBROADENOMA MAMMAE
1. Definisi
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara
yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.
Tumor ini bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat
digerakkan dimana benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut
sebagai tumor campur (mix tumor). Tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau
oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat
kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga
dapat mobile (Brunner & Suddarth, 2002).
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara
yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat.(
Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di
payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan
glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai
tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval,
2

bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita
gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat
bergerak mobile, sehingga sering disebut sebagai breast mouse.
Fibroadenoma mammae (FAM), umumnya menyerang para remaja dan
wanita dengan usia di bawah 30 tahun. Adanya fibroadenoma atau yang biasa
dikenal dengan tumor payudara membuat kaum wanita selalu cemas tentang
keadaan pada dirinya. Terkadang mereka beranggapan bahwa tumor ini adalah
sama dengan kanker. Yang perlu ditekankan adalah kecil kemungkinan dari
fibroadenoma ini untuk menjadi kanker yang ganas (Corwin, 2009).
(http://

malihayati05.blogsp

ot.com/2

011/12/fibroadenoma

mammae-fam.html)
Fibroadenoma adalah

suatu

tumor

jinak

yang

merupakan
pertumbuhan

yang

meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat. Fibroadenoma mammae adalah tumor
jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk
benjolan yang dapat digerakkan (Price, 2005).
Fibroadenoma adalah tumor jinak dari kelenjar dan jaringan ikat pada
payudara. FAM yang tumbuh dipayudara akan teraba sebagai benjolan bulat yang
memiliki batas tegas.

(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html).

(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenomamammae.html).
2. Etiologi
a. Peningkatan aktivitas Estrogen yang absolut atau relatif.
Fibroadenoma ini terjadi akibat adanya kelebihan hormon estrogen. Biasanya
ukurannya akan meningkat pada saat menstruasi atau pada saat hamil karena
produksi hormon estrogen meningkat.
b. Genetik : payudara
c. Faktor-faktor predisposisi :
1) Usia : < 30 tahun
2) Jenis kelamin
3) Pekerjaan
4) Hereditas
5) Diet
6) Stress
7) Lesi prekanker (Corwin, 2009).
Menurut Smletzer (2001) faktor resiko mencakup
1. Riwayat pribadi tentang kanker
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung)
dari wanita kanker payudara
3. Menarke dini. Resiko meningkta pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum 12 tahun
4. Nulipara dan usia maternal lanjut kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahu mempunyai resiko 2 kali lipat
mengalami kanker
5. Menopause pada usia lanjut. Menopasue pada usia lebih dari 50 tahun
meningkatkan resiko kanker payudara.
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelu 30
tahun.
8. Obesitas
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi penggantian hormon
11. Masukan alkohol.
3. TANDA DAN GEJALA

Pertumbuhan fibroadenoma mammae umumnya tidak menimbulkan rasa


sakit, hanya ukuran dan tempat pertumbuhannya yang menyebabkan nyeri pada
mammae. Pada saat disentuh kenyal seperti karet. Tanda dan gejala yang sering
muncul adalah (Smletzer, 2001) :
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada
penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
c. Ada penekanan pada jaringan sekitar
d. Ada batas yang tegas
e. Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant
Fibroadenoma )
f. Memiliki kapsul dan soliter
g. Benjolan dapat digerakkan
h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery
j. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

4. PATOFISIOLOGI
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan
pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa kemungkinan yaitu akibat
sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga
kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya
ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah
digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan
6

stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik
yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian
fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu:
1. Fibroadenoma PericanaliculareYakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong
dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare. Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi
lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur)
dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan
kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi
regresi.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Mamografi memperlihatkan struktur internal payudara, dapat untuk
mendeteksi kanker yang tak teraba atau tumor yang terjadi pada tahap awal
b. Galaktrografi mammogram dengan kontras dilakukan dengan menginjeksi zat
kontras kedalam aliran duktus
c. Ultrasound dapat membantu dalam membedakan antar massa padat atau kista
dan pada wanita yang jaringan payudaranya keras, hasil komplemen
mamografi
d. Xeroradiografi menyatakan peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor
e. Termografi mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplai darah dan penyesuaian suhu kulit yang lebih tinggi
f. Diafanografi mengidentifikasikan tumor atau masa dengan membedakan
bahwa jaringan mentransmisikan dan menyebarkan sinar
g. CT. Scan dan MRI teknik scan yang dapat mendeteksi penyakit payudara
khususnya massa yang lebih besar atau tumor kecil, payudara mengeras yang
sulit diperiksa dengan mamografi
h. Biopsi payudara (jarum atau eksisi) memberikan diagnosa definitive terhadap
massa dan berguna untuk klasifikasi histology penahapan dan seleksi terapi
yang tepat
i. Asal hormon reseptor menyatakan apakah sel tumor atau specimen biopsy
mengandung reseptor hormone (esterogen dan progesteron). Pada sel maligna
reseptor maligna, reseptor estrogen-plus merangsang pertumbuhan dan
pembagian sel
j. Foto dada pemeriksaan fungsi hati, hitung sel darah dan scan tulang
dilakukan untuk megkaji adanya metastase

k. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah: hemoglobin, angka


leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,
ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah (Smletzer, 2001).
6. PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI
1.

Faktor-faktor resiko

2.

Pemeriksaan payudara sendiri (SARARI)

3.

Pemeriksaan klinik

4.

Mammografi

5.

Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.

7. PENATALAKSANAAN
Karena FAM adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak
perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan
ukurannya. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu
faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut
menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan
pengangkatan.
Penanganan fibroadenoma mammae adalah dengan enukleasi melalui
sayatan yang sangat mementingkan segi kosmetik. Sementara pengobatan
menghasilkan beberapa perbedaan dalam ukuran payudara, payudara yang tersisa
akan berkembang menjadi normal dalam beberapa bulan. Eksisi luas atau
mastektomi adalah kontraindikasi.Meskipun beberapa fibroadenoma yang besar
dapat muncul dengan gambaran histology yang agresif dan bahkan mungkin sulit
ubtuk dibedakan dengan tumor Phyllodes, dimana gambaran klinisnya benarbenar jinak. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini akan kambuh atau bermetastasis.
Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy
8

Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi


pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi
ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan
meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan
normal secara perlahan (Smletzer, 2001).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medlkal - Bedah Ed. 8. Jakarta
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Herdman, T.Heather. Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta: EGC, 2015
Nurjanah et al. 2016. NOC-NIC. Singapore, Elsevier
Price and Willson. 2005. Patofisiologi. 6th . Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002
Sloane, Ethel. 2003. ANATOMI DAN FISIOLOGI untuk pemula. Jakarta. EGC
Tanto, Cris. 2014. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN. Jakarta. Media Aesculapius
(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-mammae.html)
(http://putririzkadewi.blogspot.com/2011/09/fibroadenoma-mammae.html).
(http://malihayati05.blogspot.com/2011/12/fibroadenoma-mammae-fam.html)

10

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata umum
Nama. Umur, tanggal lahir.Tempat tinggal
b. Riwayat kesehatan
Riwayat gangguan penyakit yang di derita sebelumnya yang mendasari status
kesehatan
c. Riwayat kesehatan dahulu
Gangguan penyakit kronis
11

d. Riwayat kesehatan keluarga


Pernah menderita (kanker dll).
e. Keluhan utama
Nyeri pada payudara.
f. Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit seperti
kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap,
antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur
yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks
sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat
stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
g. Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di
koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk
perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami
berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih
lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius
pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian.
h. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan
output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam
rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan
diantaranya dalah kadar natrium serum (normal: 135 145 mmol/l), kadar
kalium serum (normal: 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70 1,50
mg/dl).
Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal.
Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi
metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti
oliguri/anuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda
12

menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus-kasus yang mengancam


jiwa.
i. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
j. Personal Hygiene
Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena
tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan
infeksi pada daerah yang dioperasi. Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat
diajurkan untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah operasi dengan lebih
seksama. Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan personal
hygiene secara mandiri maka perawat akan memberikan bantuan pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
k. Diagnosa keperawatan
Pre Operasi:
a. Anxietas
b. Defisiensi Pengetahuan
Intra Operasi:
a. ketidakefektifan pola nafas
b. Resiko hipotermia
Post Operasi:
a. Nyeri akut
b. Resiko infeksi
c. Kerusakan integritas Jaringan
l. Rencana Keperawatan
Diagnosa

NOC
13

(00146) Anxietas

(1211) Tingkat kecemasan


Dapat beristirahat
Tidak ada distres
Tidak ada perasaan gelisah
Tidak nampak wajah tegang
Rasa takut yang disampaikam secara lisan
(tidak ada)
Rasa cemas yang disampaikan secara lisan
(tidak ada)
Tidak ada peningkatan tekanan darah
Tidak terjadi gangguan tidur
NIC

Pengurangan Kecemasan
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
4. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
5. Identifikasi pada saat perubahan tingkat kecemasan
6. Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi
8. Atur penggunaan obat-obat untuk mengurangi kecemasan secara tepat
9. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
Terapi relaksasi
1. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia (musik,
meditasi, benafas dengan ritme, relaksasi otot progresif).
2. Berikan deskripsi detail terkait intervensi relaksasi yang dipilih
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
4. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata
tertutup.
5. Dapatkan perilaku yang menunjukkan terjadinya relaksasi, misalnya bernafas dalam
6. Gunakan suara yang lembut dengan irama lambat untuk setiap kata.
7. Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.
8. Dorong klien untuk mengulang praktik teknim relaksasi jika memungkinkkan
9. Dorong pengulangan teknik praktik-praktik tertentu secara berkala
10. Dorong kontrol sendiri ketika relaksasi dilakukan
DIAGNOSA
NOC
(00126) Defisiensi Pengetahuan
(1833) Pengetahuan: manajemen kanker
Banyak mengetahui tanda dan gejala kanker
Banyak mengetahui penyebab dan faktorfaktor kanker
Pengetahuan langkah-langkah regimen
pengobatan
Memperoleh sumber informasi kanker yang
terpercaya
Mengetahui tanda dan gejala komplikasi
Keyakinan kesehatan yang mempengaruhi
kepatuhan terhadap pengobatan
NIC
14

Pengajaran Proses Penyakit


1. Kaji pengetahuan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofiologi penyakit dan bagaimana hubungan dengan anatomi dan fisiologi,
sesuai kebutuhan
3. Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya
4. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan
5. Jelaskan mengenai proses penyakit, sesuai kebutuhan
6. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai kebutuhan
7. Berikan informasi pada pasien mengenai kondisinya, sesuai kebutuhan
8. Hindari memberikan harapan kosong
DIAGNOSA
NOC
(00032) ketidakefektifan pola nafas
(0415) Status pernafasan
Frekuensi Nafas dalam kisaran normal
Irama Nafas dalam kisaran normal
Kepatenan jalan nafas
Saturasi oksigen
Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
Tidak ada retraksi dinding dada
Tidak ada pernafasan bibir dengan mulut
mengerucut
Tidak ada sianosis
Tidak ada dypsnea dengan aktivitas ringan
Tidak ada suara nafas tambahan
Tidak ada batuk
Tidak ada pernafasan cuping hidung
(0403) Status Pernafasan: Ventilasi
Tidak ada dypsnea saat istirahat maupun
latihan
NIC
(3140) Manajemen jalan nafas
1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Lakukan fisioterapi dada, sebagaimana mestinya
3. Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk atau menyedot lendir
4. Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam berputar dan batuk
5. Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
6. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak adanya dan
adanya suara nafas tambahan
7. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana mestinya
8. Kelola nebuliser ultrasonik, sebagaimana mestinya
9. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan sebagaimana mestinya
10. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
11. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
(3350) Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan oto bantuk nafas, dan retraksi
pada otot supraclavikulas dan intercosta
3. Monitor suara nafas tambahan seperti mengorok
4. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan
15

1:1 apneustik respirasi biot, dan pola atactic)


Monitor saturasi oksigen
Auskultasi suara nafas setelah tindakan untuk dicatat
Monitor peningkatan kelelahan, kecemasan dan kekurangan udara pada pasien
Monitor keluhan sesak nafas, termasuk kegiatan yang meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut
9. Monitor hasil foto thoraks
10. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan (nebulizer)
DIAGNOSA
NOC
(00253) Resiko Hipotermia
(0800) Termoregulasi
Merasa merinding saat dingin
Melaporkan kenyamanan suhu
Tidak terjadi penurunan suhu kulit
Hipotermia (tidak mengalami)
NIC
(3900) Pengaturan suhu
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
2. Monitor tekanan darah, nadi, respirasi, sesuai kebutuhan
3. Monitor suhu dan warna kulit
4. Monitor dan laporkan adanya tanda gejala dari hipotermia
5. Informasikan mengenai indikasi asanya hipotermia dan penanganan emergensi yang tepat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah atau ,mengontrol mengigil
(3786)Perawatan hipotermia
1. Monitor suhu pasien menggunakan alat ukur dan rute yang paling tepat
2. Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
3. Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah
4. Dorong pasien yang mengalami hipotermia untuk mengkonsumsi cairan hangat, tinggi
karbohidrat tanpa alkohol dan kafein
5. Berikan pemanas pasif (selimut, penutup kepala dan pakaian hangat)
6. Monitor warna kulit dan suhu
DIAGNOSA
NOC
(00132) Nyeri akut
(1605) Kontrol nyeri
Mengenalai nyeri kapan terjadi
Menggambarkan faktor penyebab
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada
profesional kesehatan
Melaporkan nyeri yang terkontrol
Mengenali apa yangh terkait dengan gejala
nyeri
(2102) Tingkat nyeri
Nyeri yang dilaporkan
Tidak ada ekspresi nyeri wajah
Tidak ada ketegangan otot
Tidak ada peningkatan frekuensi nafas
Denyut nadi apikal dalam kiran normal
Tidak ada peningkatan tekanan darah
5.
6.
7.
8.

16

NIC
(1030) Manajemen nyeri
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik,
onset /durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Observasi adanya petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka
yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif
3. Gunakan strategi komunikasi terpeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan terhadap nyeri.
4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri
5. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri
6. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab byeri, berpa lama nyeri dirasakan
7. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
8. Pilih dan implementasikan tindakan beragam (farmakologi, nonfarmakologi,
interpersonal) untuk memfasilitasi penuruan nyeri sesuai kebutuhan
9. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis (biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipasif, terapi musik, terapi bermain, terapi aktifitas, akuppressur, aplikasi
panas/dinginndan pijatan sebelum dan sesudah jika memungkinkan)
10. Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri
11. Dorong pasien untuk menggunakan oabt-obatan penurun nyeri yang adekuat
12. Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga mengenai strategi nonfarmakologi
yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan preventif terkait dengan
manajemen nyeri.
(1100) pemberian analgesik
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, keparahan nyeri sebelum mengobati pasien
2. Cek riwayat adanya alergi obat
3. Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika lebih dari satu yang diberikan
4. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat memfasilitasi penurunan
nyeri
5. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute pemberian obat atau perubahan
internal yang dibutuhkan untuk rekomendasinkhusus berdasarkan prinsip analgesik
6. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi sakit
DIAGNOSA
NOC
(00004)Resiko infeksi
(1924) Kontrol Resiko: Proses Infeksi
Dapat mengidentifikasi faktor resiko infeksi
Mengetahui perilaku yang berhubungan
dengan resiko infeksi
Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi
Memonitor perilaku diri yang berhubungan
dengan resiko infeksi
Mempertahankan lingkungan yang bersih
NIC
(6540) Kontrol infeksi
1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk pasien lain
2. Ganti perawatan per pasien sesuai protokol institusi
3. Pertahankan teknik isolasi yang sesuai
4. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
5. Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan
17

ruangan pasien
Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan
Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
Berikan antibiotik yang sesuai
Anjurkan pasien meminum antibiotik seperti yang diresepkan
DIAGNOSA
NOC
(00044) Kerusakan integritas jaringan
1101)Integritas jaringan: kulit dan membran
mukosa
Tidak terganggu suhu kulit, sensai, elastisitas,
integritas kulit
Tidak ada lesi pada kulit
NIC
(3590) Pengecekan Kulit
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkai adanya kemerahan, kehangatan ekstreme, edema,
atau drainase
2. Amati warna, kehangatan bengkak, pulsasi, tekstur, edema dan ulserasi pada ekstremitas
3. Gunakan alat pengkajian untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengalami
kerusakan kulit (burden scale)
4. Monitor warna dan suhu kulit
5. Monitor kulit dan selaput lendir terhadap area perubahan warna, memar, merah, dan
pecah
6. Monitor kulit adanya ruam dan lecet
7. Monitor kulit adanya kekeringan yang berlebihan dan kelembapan
8. Monitor sumber tekanan dan gesekan
9. Monitor infeksi terutama di daerah edema
10. Periksa pakaian yang terlalu ketat
11. Dukomentasi perubahan membran mukosa
12. Lakukan langkah-langkah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (melapisi kasur,
menjadwalkan reposisi)
(3520) Perawatan Luka Tekan
1. Catat karakteristik luka tekan setiap hari meliputi ukuran (panjang x lebar x dalam),
tingkatan luka (I-IV), lokasi eksudat, garnulasi atau jaringan nekrotik dan epitelisasi
2. Monitor warnah suhu, oedema, kelembaban, dan kondisi area sekitar luka
3. Jaga agar luka tetap lembab untuk membantu proses penyembuhan
4. Berikan pelembab yang hangat di sekitar luka untuk meningkatkan perfusi darah dan
suplai oksigen
5. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan air
6. Lakukan debdridemen jika diperlukan
7. Catat karakteristik cairan luka
8. Pasang balutan yang elastik pada luka jika memungkinkan
9. Berikan salep jika diperlukan
10. Lakukan pembalutan yang tepat
11. Berikan obat-obatn oral
12. Monitor tanda dan gejala infeksi di area luka
13. Ubah posisi setiap 1-2jam sekali untuk mencegah penekanan
14. Gunakan tempat tidur anti dicubitus
15. Yakinkan nutrisi yang adekuat
16. Monitor status nutrisi
17. Fasilitasi pasien dan keluarg dapat berkonsultasi dengan perawat ahli luka, jika
dibutuhkan

6.
7.
8.
9.

18

19

m. Persiapan Tindakan pembedahan


a. Latihan Pra Operasi
Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi,
seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan.
Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain:
1) Latihan nafas dalam
2) Latihan batuk efektif
3) latihan gerak sendi
b.

Inform Consent
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung
tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab
terhdap pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan
pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan
konsekuensinya. Pasien maupun keluarganya sebelum menandatangani surat
pernyataan tersut akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan
segala macam prosedur pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan secara detail, maka pihak
pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan kembali sampai betul-betul
paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena jika tidak meka
penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang
dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.

c. Pencukuran daerah operasi


Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut
yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. Meskipun
demikian ada beberapa kondisi tertentu yang tidak memerlukan pencukuran
sebelum oprasi, misalnya pada pasien luka incisi pada lengan.

20

Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan hati-hati jangan


sampai menimbulkan luka pada daerah yang dicukur. Sering kali pasien di
berikan kesempatan untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
Daerah yang dilakukan pencukuran tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi. Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis) dilakukan
pencukuran jika yang dilakukan operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Selain terkait daerah pembedahan, pencukuran pada lengan juga dilakukan
pada pemasangan infus sebelum pembedahan.
d. Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan terlebih dahulu. Intervensi
keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan
enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8 jam (biasanya
puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB).
Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari
aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari
kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya
infeksi pasca pembedahan. Khusus pada pasien yang menbutuhkan operasi
CITO (segera), seperti pada pasien kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara pemasangan NGT (naso gastric tube).
e. Pengosongan kandung kemih
Pengosongan

kandung

kemih

dilakukan

dengan

melakukan

pemasangan kateter. Selain untuk pengongan isi bladder tindakan kateterisasi


juga diperluka untuk mengobservasi balance cairan.
f. Asepsis

ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya

keadaan yang memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat


dikurangi atau ditiadakan, baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan
fisik. Termasuk dalam cakupan tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah,
seluruh sarana kamar operasi, semua implantat, alat-alat yang dipakai personel
operasi (sandal, celana, baju, masker, topi dan lain-lainnya) dan juga cara
g.

membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit/tangan


Asepsis personel
Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu :
Scrubbing (cuci tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan
21

Gloving (teknik pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi
harus

memahami

konsep

tersebut

diatas

untuk

dapat

memberikan

penatalaksanaan operasi secara asepsis dan antisepsis sehingga menghilangkan


atau meminimalkan angka kuman. Hal ini diperlukan untuk meghindarkan
bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi selama prosedur pembedahan
(infeksi

nosokomial).

Disamping sebagai cara pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknikteknik tersebut juga digunakan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga
kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan akibat prosedur tindakan. Bahaya
yang dapat muncul diantranya penularan berbagai penyakit yang ditularkan
melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll) seperti HIV/AIDS,
Hepatitis dll
h. Asepsis pasien
Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan.
Maksudnya adalah dengan melakukan berbagai macam prosedur yang
digunakan untuk membuat medan operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara
lain adalah kebersihan pasien, desinfeksi lapangan operasi dan tindakan
drapping (penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (duk)
steril dan hanya bagian yang akan di insisi saja yang dibiarkan terbuka dengan
memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%)
i.

Asepsis instrumen
Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien harus
benar-benar berada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan
diantaranya adalah perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan
alat pada saat pembedahan dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan
menjaga agar tidak bersinggungan dengan benda-benda non steril.

n. Persiapan alat
Instrumen Bedah:
a. Clamp lurus kecil 2 buah
b. Clamp bengkok kecil 2 buah
c. Clamp bengkok sedang 2 buah
d. Allys 1 buah
e. Needle holder 2 buah
f. Towel clips 4 buah
g. Tangkai pisau No. 20 atau 22 sebanyak 1 buah
h. Gunting jaringan 1 buah
i. Gunting benang 1 buah
j. Hak / Eyelide 2 buah
k. Nierbeken 1 buah
22

l. Kom betadine 1 buah


m. Desinfektan forcep 1 buah
Alat Medis Habis Pakai:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Benag Cutgut
Benang ethilon 3/0
Benang catgut plain no. 2/0
Sufratulle
Elastic perban
Tranfusi set
Mess
Benang silk no. 3/0 atau 2/0 (k/p)
Kanul suction
Hipafix
Alkohol 70%
Bethadine 10%

(http://medianers.blogspot.com/2012/02/teknik-pembedahan-fibro-adenoma-mammae.html)
o. Ruang
Pastikan ruangan dalam keadaan terang, suhu 20-24 derajat celcius
Pastikan AC berfungsi baik
1.
2.
3.
4.
5.

p. Persiapan Pasien
Pasien dilakukan Anestesi umum Jam 09.00 WIB
Pasien ditidurkan dengan posisi supinase
Memasang alat grounding pada tungkai kanan
Pasien di pasang monitor TD : 120/80 mmHg, Nadi : 81x/mnt, SPO2:97%.
Instrumentator dan operasi mencuci tangan secara steril lalu mengenakan jas operasi dan
sarung tangan

q. Prosedur Operasi
1. Desinfeksi daerah operasi dengan alkohol 70% dilanjutkan dengan betadin 10% pada daerah
mammae kiri dan sekitarnya
2. Drapping daerah operasi dengan pasang duk steril sedang menutup area operasi dilanjudkan
3.
4.
5.
6.
7.
8.

duk lubang besar


Memasang electro tip couter
Mendekatkan semua instrumen dan semua bahan lain yang dibutuhkan selama operasi
Memasang mess pada scapel
Menempatkan instrument sesuai urutan kebutuhan saat operasi
Menyerahkan pincet chirurgie dan scaple mess pada operator
Operator melakukan irisan stewart, panjang irisan 5cm pada daerah samping kiri areola

mammae kiri
9. Irisan diperdalam lapis demi lapis mulai dari kulit, subcutis, dan sampai kelihatan tumornya
10. Menghentikan perdarahan dengan di klem lalu di couter
11. Membuka luka dengan hak kulit
12. Excisi tumor dengan hati-hati
13. Memisahkan tumor dengan jaringan sekitarnya dengan gunting jaringan
14. Bila tumor sudah tampak lalu di pegang dengan Allis klem
15. Excisi pemisahan tumor sampai tumor terangkat
23

16. Bila tumor teragkat lalu di masukkan dalam plastik berisi larutan formalin 10% untuk
dilakukan pemeriksaan PA
17. Periksa kembali adanya perdarahan dengan kassa steril
18. Hentikan perdarahan dengan klem pean dan dicauter
19. Luka dioleskan betadin lalu dikeringkan lagi
20. Luka segera ditutup kembali dengan jahitan lapis demi lapis
21. Lapisan phasia di jahit dengan benang catgut chromic 3/0
22. Lapisan subcutis di jahit dengan benang catgut plain 2/0
23. Sehabis dijahit (disimpul) benang di potong, selanjudnya berulang sampai jahitan selesai
24. Jahitan bagian luar dilakukan subcuticular dengan catgut crom 3/0 cutting dan bagian kulit
menggunakan monocin 3/0
25. Luka sudah tertutup dan dibersihkan dengan cairan NaCL 0.9% lalu di keringkan lagi
26. Luka ditutup dengan steril strip dan kassa steril
27. Duk dibuka satu persatu
28. Luka di balut dengan hypafix 10x14 cm
29. TD : 120/80mmHg,Nadi 82x/mnt, SaO2:0.9%
30. Operasi selesai jam 09.50 WIB, mesin anesthesi di matikan
31. Pasien di pindahkan dari meja operasi ke brangcar dengan hati-hati
32. Pasien dikirim ke ruang recovery bersama dengan statusnya jam 09.55 WIB
33. Pengelolaan alat non steril dibersihkan, dirapikan dan dikembalikan pada tempatnya
34. Pengelolaan BMHP sesuai kebutuhan pasien dan dilaporkan kembali pada petugas farmasi
35. Alat instrument yang tekah digunakan didekontaminasi dengan cairan saflon dan di
kembalikan ke CSSD

24

25

Anda mungkin juga menyukai