Amdal 2
Amdal 2
Selain itu karakteristik limbah cair sangat dipengaruhi oleh sifat substansinya
yang terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan sifatnya:
- Sifat konservatif : substansi yang relatif tidak berubah di alam, mis:logam berat,
pestisida yang waktu tinggal di alam sangat lama.
- Sifat non konservatif : substansi yang dapat dapat berubah di alam, mis: bahan2
organik yang mudah terurai, nitrogen dll
Ekosistem Perairan dan Pencemaran Air
Diperlukan pemahaman terhadap ekosistem dan karakteristik perairan agar dapat
menganalisis dampak yang akan terjadi pada komponen lingkungan air. Berdasarkan
konsep ekosistem, terdapat hubungan timbal balik yang kompleks diantara organisme
perairan dan lingkungan fisik perairan yang secara bersama-sama membentuk
keseimbangan dalam sistem ekologi. Ekosistem perairan merupakan suatu sistem ekologi
yang meliputi badan air dengan segala kehidupan perairannya.
Ekosistem perairan sangat dipengaruhi oleh daerah pengalirannya, sehingga kondisi alam
dan kegiatan2 yang terdapat di daerah pengaliran (seperti iklim, topografi, geologi,
penggunaan lahan dan aktivitas sosial) akan menentukan kualitas dan kuantitas limbah
yang akan mengalir ke badan air.
Kemudian akan berpengaruh terhadap fisik badan air, seperti kecepatan aliran, tegangan
geser pada dasar badan air, ukuran partikel dibadan air, suhu air, oksigen terlarut dan zat
hara yang terlarut.
Perubahan pada pola fisik ini akan mempengaruhi pola2 biotik seperti jumlah dan jenis
tumbuhan yang hidup diterairan, jumlah dan jenis ikan dsb. Hubungan timbal balik yang
kompleks antara organisme hidup dan lingkungan fisik perairan dapat terlihat dari jenis
organisme/biota yang ada diperairan. Misalnya sungai2 yang beraliran deras umumnya
dihuni oleh ikan yang langsing dan kuat berenang dan tumbuhan yang hidup adalah jenis
ganggang berkerak atau ganggang yang dapat berenang, juga lumut daun.
Kondisi alam juga mempengaruhi besarnya daya dukung lingkungan perairan yang
sangat ditentukan oleh besarnya daya asimilatif (carrying capasity) perairan tersebut.
Daya asimilatif ini menunjukkan besarnya daya tampung perairan untuk dapat menerima
beban limbah dan erat hubungannya dengan sifat purifikasi alami (self purification) yaitu
kemampuan alamiah ekosistem perairan tersebut untuk dapat mengembalikan kondisinya
semula sebelum limbah masuk. Purifikasi alami dari perairan dapat dibagi dalam 4 tahap
yaitu:
1. Tahap degradasi: dimulai dari lokasi dibawah saluran pembuangan limbah yang
ditandai dengan terjadinya perubahan fisik seperti banyaknya zat terapung,
kekeruhan dsb yang umumnya dapat dilihat secara visual sebagai tanda2
penemaran.DO (oksigen terlarut) akan menurun dengan cepat karena terjadi
proses oksigenasi
2. Tahap dekomposisi: terjadi apabila DO menurun mencapai 40% . Tahap ini
merupakan kondisi air yang paling buruk karena deoksigenasi semakin besar.
Pada tahap ini biasanya ada pengendapan lumpur di sungai. Apabila proses
tahap pemulihan
Tolok ukur bahan organik yang dapat diuraikan dinyatakan dalam BOD (Kebutuhan
oksigen untuk menguraikan bahan organik), makin besar BOD suatu limbah atau
perairan, semakin besar pula kandungan bahan organiknya.
Prakiraan dan Evaluasi Dampak Perairan
Studi analisis dampak lingkungan merupakan suatu studi yang mengkaji interaksi antara
kegiatan dengan rona lingkungan (antara lain rona lingkungan perairan). Terjadinya
interaksi ini akan menimbulkan dampak yang perlu dikaji bobot dan perhitungan
dampaknya.
Data yang diperlukan sebelum langkah pendugaan/prakiraan dampak adalah: Keadaan
tingkat kualitas dan kuantitas air yang ada sebelum kegiatan/proyek berjalan. Sumber
data bisa didapat dari:
1. Data yang telah ada atau data hasil pemantauan dari instansi lain, misalnya dari
kantor DPMA (Direktorat Penyelidikan Masalah Air), Departemen Kesehatan,
Bapedalda dsb. Jadi parameter kualitas dan kuantitas air yang dipilih ditentukan
oleh tipe dan macam penemar apa yang yang mungkin akan dihasilkan oleh
kegiatan atau proyek yang bersangkutan.
2. Kemudian data kualitas dan kuantitas air didapat dari hasil pengukuran langsung
di lapangan dibandingkan dan diartikan dengan baku mutu kualitas dan kuantitas
air yang berlaku, yang kemudian diterjemahkan menjadi tingkat kualitas.
Pendugaan/prakiraan dampak pada kualitas dan kuantitas air perlu memperhatikan halhal sbb:
1. Menetapkan tipe dan kuantitas dari pencemar air yang akan dihasilkan oleh setiap
alternatif aktivitas yang diusulkan baik dalam fase pembangunan maupun dalam
fase proyek yang sudah berjalan.
2. Menetapkan keadaan kualitas dan kuantitas air sebelum proyek dibangun.
Keadaan yang perlu diketahui adalah:
a. Kualitas dan kuantitas air permukaan di areal yang akan dibangun, baik
dalam bentuk nilai rata-rata ataupun frekuensi distribusinya.
b. Masalah2 air yang spesifik pernah terjadi dan juga yang masih
terjadi.Misalnya masalah pencemaran
c. Kualitas dan kuantitas air bumi/air tanah
d. Data meteorologi terutama data tentang rata2 curah hujan bulanan,
evaporasi dan temperatur
e. Baku mutu kualitas air (air permukaan dan air tanah) yang berlaku di
daerah tersebut, juga baku mutu buangan yang diizinkan, dan persyaratan
teknologi pengelolaan buangan yang berlaku
f. Keadaan buangan bahan organik dan inorganik, sedimentasi,kandungan
bakteri, seta menetapkan sumber2 pencemarnya.
g. Data tentang macam dan jumlah penggunaan air yang telah ada didaerah
yang bersangkutan
Pendugaan dampak kualitas dan kuantitas air ini dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh pencemaran air permukaan dan air bawah tanah terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, sebelum mengkaji interaksi antara kegiatan dengan rona lingkungan
perlu mengetahi dan memahami terjadinya pencemaran.
Menurut definisi pencemaran yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No20 tahun
1990 : Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Besarnya potensi pencemaran yang akan terjadi tergantung dari dua aspek yaitu:
1. Intensitas limbah
Intensitas limbah tergantung dari jenis kegiataan dan bahan baku, kapasitas
kegiatan dsb
2. Daya dukung perairan
Daya dukung perairan tergantung dari kondisi alam dan fisik seperti iklim,
topografi, debit sungai dsb.
Untuk mengukur besarnya dampak pencemaran di perairaan yang mengalir digunakan
model matematika yang didasarkan pada hukum kekebalan masa (Masa yang masuk
sama dengan masa keluar)
Cs Ds
Besarnya dampak adalah selisih konsentrasi pencemar di sungai sebelum mendapat beban
dengan konsentrasi pencemar di sungai setelah mendapat beban (Cs-Cs). Makin besar
nilai negatif menggambarkan makin besarnya penemaran yang terjadi. Tetapi besarnya
nilai negatif ini in belum cukup menjadi indikator pentingnya dampak. Untuk
menentukan pentingknya dampak perlu membandingkan Cs dengan baku mutu badan air
sesuai peruntukannya. Apabila Cs lebih besar dari baku mutu berarti kegiatan tersebut
telah mencemari sungai dan tergolonga dampak penting yang perlu dikelola.
Berbagai pencemar air dihitung sejauh mana konsentrasi di daerah aliran air dengan
variasi berbagai jarak dari sumber pencemar. Pendugaan ini dilakukan dengan model
matematika yang telah banyak dikembangkan.
Misalnya:
Pendugaan dampak dari kegiatan pembangunan di dekat aliran sungai, biasanya akan
terbentuk sedimentasi akibat adanya erosi pada daerah pembangunan proyek, maka
partikel sedimen akan dibawa air permukaan dan akan disebarkan dan diendapkan.
Pendugaan dampak yang dilakukan adalah dengan metode pendugaan tingkat erosi, pola
penyebaran partikel atau pengangkutan pengendapannya.
Zat
Emisi/tahun ( %)
SOx
12.9
Partikel
9.7
NOx
8.6
Hidrokarbon
13.1
CO
55.7
kenaikan 100m akan menurunkan suhu 1.3C, sehingga menyebabkan uap air
terdorong ke atas kemudian menimbulkan hujan.
Iklim mikro mudah berubah2 oleh alam atau kegiatan manusia
Pengaruh perubahan iklim mikro:
Pada tumbuhan
Suhu udara optimal untuk proses fotosintesis adalah 10 30C, jika lebih rendah maka
gerakan molekul menjadi lambat sehingga proses fotosintesis terhambat, jika lebih tinggi
akan merusak protein penyusun sel tumbuhan
Pada Tanah
Pengaruh iklim akan menentukan zonasi tanah/wilayah
Jika terjadi curah hujan tinggi dan suhu rendah pada tanah Podzol akan mengakibatkan
podzolisasi yaitu larutan garam turun kedalam tanah dan terjadi absorbsi basa. Akibatnya
terjadi akumulasi Fe, Al (Fe2O2 dan Al2O3) dan silika sehingga tanah menjadi asam dan
miskin. Contohnya adalah ekosistem hutan Conifera
Pengaruh suhu dan kelembaban pada penggunaan tanah
Ekosistem Hutan (Kelembaban 95%, suhu 23.1C)
Ekosistem Pertanian ( 83%, 24,7C)
Daerah pemukiman ( 77%, 26C)
Atmosfir melindungi bumi( tanpa atmosfir suhu bumi pada siang hari 95 C dan suhu
malam hari -184C)
Klasifikasi iklim
Berdasarkan pengaruh unsur curah hujan terhadap tanah ( oleh Mohr)
>100 mm digolongkan dalam bulan basah
60-100 mm digolongkan bulan lembab
< 60 mm digolongkan bulan kering
Penelitian Mohr dikembangkan oleh Schmid & Ferguson dengan rumus:
1,5 a
Q=
12 1,5 a
a = curah hujan
tersedia dalam jumlah cukup maka pertumbuhan akan melaju, jika ada faktor
pembatas maka prtumbuhan akan berkurang.Jika terjadi gangguan misalnya
adanya wabah hama, maka pertambahan atau penurunan akan terjadi secara
drastis.
3. Keanekaragaman jenis.Sumberdaya hayati merupakan sumberdaya alam yang
dapat diperbaharui, tetapi jika pemanfaatannya tidak memperhatikan azas
kelestarian dalam konservasi maka dapat menjadi sumberdaya alam yang tidak
dapat diperbaharui. Salah satu akibat buruknya adalah terjadi kelangkaan jenis
pada sumberdaya hayati
4. Produktivitas.Setiap ekosistem mempunyai nilai produktivitas yang meliputi :
- Produktivitas primer, yaitu kecepatan penyimpanan energi potensial oleh
organisme produsen, melalui proses fotosintesis dan kemosintesis dalam
bentuk bahan2 organik yang dapat digunakan sebagai bahan pangan oleh
individu pada tingkat tropik konsumen (hebivora dan karnivora).Mahluk
hidup yang bertindak sebagai produsen ini adalah tumbuhan, termasuk phyto
plankton.
- Produktivitas sekunder, yaitu kecepatan penyimpanan energi potensial pada
tingkat tropik konsumen dan pengurai
Produktivitas ekosistem ini berhubungan dengan faktor2 lingkungan (seperti
iklim, topografi, letak geografis,air, jenis tumbuhan dsb). Produktivitas hutan
tripis lebih tinggi dari hutan iklim sedang sebab hutan tropis tumbuh sepanjang
tahun, sedangkan hutan iklim sedang hanya tumbuh di musim semi dan panas.
5. Flora dan Fauna yang Dilindungi. Perlindungan flora dan fauna untuk tujuan
konservasi memperhatikan bahwa jenis2 itu mempunyai penyebaran terbatas,
jumlah individu dalam populasi, fungsi organisme tsb di alam, dsb
Atas dasar hal2 tersebut diatas maka untuk memprakirakan dampak pada komponen
hayati (flora dan fauna) perlu mempertimbangkan data2 dan hal2 berikut ini
(Kep.Bapedal No 9 tahun 2000):
1. Flora
- Peta zona biogeoklimatik dari vegetasi alami berupa: tipe vegetasi, sifat2 dan
kerawanannya.
- Jenis2 vegetasi dan ekosistem yang dilindungi undang2
- Keunikan vegetasi dan ekosistemnya
2. Fauna
- Perkiraan kelimpahan, keragaman, habitat, penyebaran, pola migrasi, populasi
serta jenis2 satwa dan habitatnya yang dilindungi undang2
- Prakiraan penyebaran, kepadatan populasi hewan invertebrata yang dianggap
penting karena memiliki peranan dan potensi sebagai makanan atau sumber
hama dan penyakit
- Perikehidupan hewan penting diatas (cara perkembangbiakan, siklus, daerah
teritori dsb)
Parameter komponen jenis dan penyebaran habitat flora dan fauna daratan diduga
menerima dampak dari kegiatan pembangunan/proyek dilakukan dengan melakukan
pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan menginventarisasi jenis
flora dan fauna di lapangan, serta wawancara langsung dengan penduduk setempat
terhadap keberadaan satwa liar .
Rumus yang digunakan untuk menilai jenis dan penyebaran tumbuhan darat :
Kerapatan total
Kerapatan relatif
x 100 %
Frekuensi relatif
x 100 %
Dominansi relatif
Index diversitas
(Shannon Wiener)
H = pi
i=1
ln pi
H = index keanekaragaman
Pi = proporsi jenis ke I dalam komunitas (ni/N)
ni = jumlah individu 1 species pada 1 titik sampling
N = jumlah total individu pada satu titik sampling
S = jumlah jenis dalam komunitas
(Rumus index diversitas juga digunakan untuk menilai jenis dan penyebaran
plankton benthos di perairan)
Konstruksi:
Pembangunan irigasi---menyebabkan
hilangnya flora dan fauna
Pasca Konstruksi:
Kegiatan budidaya pertanian dan perikanan
Kualitas sungai
Biologi
Prakiraan dampak
Tercemarnya kualitas air
sungai /danau akibat
pemakaian pestisida dan
pupuk berlebihan yang
terbawa aliran drainase
permukaan
Pengelolaan
Penyuluhan pemakaian
pupuk dan pestisida
yang tepat
Pemantauan
Memantau pemakaian
pupuk dan pestisida.
Memantau kualitas air
sungai/danau
secara
periodik
Berkembangbiaknya
gulma air (al.eceng
gondok)akibat kelebihan
penggunaan pupuk.
Akibat lanjutnya
mengurangi volume air
dan menghambat lalu
lintas air & pariwisata.
Memantau pertumbuhan
gulma air di
sungai/danau
pendekatan ekologi
Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari manusia dan total
lingkungannya.Untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
a. elemininasi reservoir (sumber penyakit)
b. memutuskan mata rantai penularan (meningkatkan sanitasi ling dan
higiene perorangan)
c. melindungi kelompok rentan(dg gizi, obat, dan imunisasi)
HOST
Penyakit/
masalah kesehatan
ENVIROMENT
Terjadinya penyakit karena danya ketidakseimbangan antara:
Agen(penyakit) Host (manusia) Lingkungan
- Faktor2 pada host adalah : sosial demografi, sifat dan gaya hidup manusia menentukan
resistensinya thd penyakit
- Faktor2 pada Agen
: fisik, zat kimia, bakteri dll, faktor psiko sosial yang bersifat
single atau multi faktor
- Perubahan yang terjadi pada lingkungan mis.kenaikan suhu akibat el nino akan
menyebabkan perubahan pada sifat fisik agen yaitu suhu udara
tinggi (heat stress). Maka diperlukan usaha dari tubuh manusia
untuk mengimbanginya.
Parameter kesmas secara epidemilogi meliputi:
- angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR)
- angka kematian ibu (Maternal Mortalitu Rate/MMR)
- angka kematian penyakit spesifik
- angka kesakitan
- angka harapan hidup (life ekspectacy)
- pola penyakit
- sepuluh penyakit terbanyak
- angka insiden dan prevalensi penyakit
2. Administrasi Kesehatan
Dikaji administrasi kesehatan yang bagaimana yang sesuai untuk sekelompok manusia
yang meliputi:
- sistem pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tipe masyarakat (dukun,
bidan, dokter umum/spesialis sampai super spesialis
- sarana kesehatan yang diperlukan (puskesmas, klinik bersalin, rumah sakit
tipe AB dan C
3. Kesehatan Lingkungan
Ruang lingkup kesehatan lingkungan untuk melihat parameter2 kesehatan lingkungan
yang perlu dikaji dan menjadi focus di Indonesia:
1. Penyediaan air minum dan air domestic (kuantitas dan kualitas memenuhi syarat
sehat)
2. Pengelolaan limbah padat, limbah cair dan pengelolaan pencemaran air (air tanah
dan air permukaan)
3. Pengendalian vector (nyamuk, rodent, molusca dsb)
4. Pencemaran tanah oleh eksreta dan logam berat/B3
5. Sanitasi makanan dan minuman (termasuk persolan hygiene)
6. Pencemaran udara
7. Pencemaran air
8. Pengendalian radiasi
9. Kesehatan kerja dalam penyehatan tenaga kerja dan lingkungan kerja
10. Pengendalian kebisingan
11. Kesehatan pemukiman
12. Perencanaan desa dan kota yang sehat
Mekanisme pemaparan faktor2 lingkungan (Moeller 1992)
Udara
Sal nafas
Air
kulit
manusia
Sal cerna/kulit
Makanan
sal cerna
Sal cerna/kulit
Tanah
Manifestasi klinik dampak kesehatan:
1. Kelompok akut, gejala klinik jelas dengan jumlah sedikit dan sering disebut
kecelakaan sehingga perlu penanganan segera.Contoh: keracunan pestisida,
demam tifoid
2. Kelompok subklinis, gejala klinis tidak jelas tapi tanda/indikator lab jelas, jumlah
relatif banyak. Contoh: anemia Pb pada petugas SPBU
3. Kelompok gejala samar, gejala tidak khas baik klinis maupun laboratoris karena
intensitas rendah, penderita sangat banyak. Contoh sick building sindrom karena
pajanan indoor air quality dengan gejala subyektif mual dan pusing (bahan
pencemar yg sering ditemukan CO2,CO,Nox,Sox,senyawa organik dan tingkat
kebauan sehingga udara indoor kotor)
Jenis2 pencemar udara
CO : menggeser posisi O2 yang terikat pada Hemoglobin menjadi CoHb sehingga
jaringan2 tubuh kekurangan O2
NOx : mengganggu sistem pernafasan dg membentuk HNO2 dan HNO3 diparu2
sehingga merusak mukosa
Sox : kasus London Smog th 1952 menelan korban 3500 orang karena menyebabkan
iritasi saluran nafas
LINGKUNGAN
Aspek sosial budaya
Aspek fisik
(alam&binaan)
Aspek social
ekonomi
Komponen sosial adalah bagian dari lingkungan yang perlu dikaji dalam setiap
perancanaan pembangunan yang memenuhi syarat amdal. Komponen ini dipakai dalam
mengidentifikasi dan mengukur gejala2 sosial dan dalam mengelola atau memantau suatu
lingkungan.
Komponen2 sosial budaya (menurut Kep.Bapedal No.299 tahun 1996):
1. Kebudayaan
Aspek yang dinilai: adat istiadat, nilai dan norma budaya
2. Proses sosial
Aspek yang dinilai: kerjasama sosial, konflik, akulturasi, kohesi sosial
3. Pranata sosial/kelembagaan masyarakat
Struktur kelembagaan dan pranata sosial dibidang ekonomi (mis.hak
ulayat atas pemilikan tanah), pendidikan, agama, keluarga dan sosial
4. Warisan budaya
Aspek yang dinilai: ada atau tidaknya situs purbakala, cagar budaya
5. Pelapisan sosial
Aspek yang dinilai: pendidikan, ekonomi, pekerjaan dan kekuasaan
6. Kekuasaan dan wewenang
Aspek yang dinilai: kepemimpinan formal/informal, kewenangan
formal/informal, mekanisme pengambilan keputusan dikalangan
masyarakat setempat
7. Sikap dan persepsi msyarakat terhadap rencana usaha dan kegiatan
8. Adaptasi ekologi
Aspek yang dinilai: a). Mekanisme perlindungan/pemeliharaan lingkungan
secara lokal yaitu nilai-nilai kearifan tradisional yang dianut masyarakat
setempat dalam menjaga lingkungannya (ch.aturan adat besrta sangsi
adatnya yang mengatur tata cara pengambilan hasil hutan oleh masyarakat
setempat di suku Sasak).
b). Cara penyesuaian penduduk asli terhadap tipe ekosistem (pegunungan,
rawa, dataran tinggi/rendah, pesisir dan laut) antara lain, pakaian, alat
trasnpportasi dan rumah.
Contoh teknik prediksi dampak sosial ekonomi dan sosial budaya dalam amdal
Menghitung perkiraan besarnya densitas (kepadatan) penduduk setelah kegiatan
pembangunan/proyek berdiri:
Besarnya dampak densitas penduduk dapat diperkirakan dengan menghitung selisih
kepadatan penduduk jika tanpa proyek dan kepadatan penduduk dengan proyek.
Tanpa proyek:
Dtp = Po ( 1 + rtp) t/L
Dtp = densitas penduduk tanpa proyek
Po = jumlah penduduk pada saat pengukuran (rona lingkungan awal)
rtp = angka rata2 pertumbuhan penduduk/tahun tanpa proyek
L = luas total wilayah (km2)
Dengan proyek:
Ddp = Po ( 1 + rdp) t/Ltot-Li
Ddp = densitas penduduk dengan proyek
Po = jumlah penduduk awal tahun
Rdp = angka rata2 pertumbuhan penduduk dengan proyek
t = waktu prediksi (tahun)
L tot = luas total daerah
Li =luas lahan yang digunakan untuk proyek
Besarnya dampak : D = Ddp- Dtp
PLTU
Hujan asam
Produksi ikan
menurun
Erosi dan
sedimentasi
Terumbu karang
rusak dan mati
Kesejahteraan nelayan
menurun