Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Posted by : varadiva
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum menggunakan lampu-lampu listrik dalam tata cahaya yang ada sekarang ini,
maka pertunjukan masih memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangannya. Setelah
manusia mengenal api sebagai sumber pemanas dan penerang maka manusia memanfaatkan api
sebagai alat penerang pementasan. Mula-mula manusia memakai api unggun sebagai alat
penerangan dan sekaligus sebagai alat pemanas, kemudian setelah ditemukan minyak maka alat
penerang berkembang menjadi obor, blencong, cempor dan lain sebagainya.
Dengan mudahnya mendapat alat dan sumber listrik maka perlu penguasaan dan
penanganan yang lebih serius agar kita tidak terperangkap oleh pencahayaan yang datar. Oleh
karena itu, melalui tata cahaya sebagai salah satu kekuatan artistik teater maka harus dapat
memukau dan mencekam agar penonton betah untuk menyaksikan jalannya pertunjukan.
Jelasnya, sentuhan artistik yang diciptakan oleh tata cahaya itu harus dapat mengungkapkan dan
mendukung pemeranan yang hidup dan berkesan dalam pada batin penonton.
Cahaya yang
artistik disini juga mengandung pengertian cahaya yang dapat menyiapkan perhatian,
mengukuhkan suasana, memperkaya set, dan menciptakan komposisi.
B. Rumusan Masalah
a.
c.
Kualitas cahaya?
f.
C. Tujuan Penulis
Untuk mengatahui semua yang berkaitan dengan tata cahaya dan mempermudah mencari
informasi mengenai tata cahaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TATA CAHAYA
Tata cahaya yaitu pengaturan sinar atau cahaya lampu untuk menerangi dan menyinari
arena permainan serta menimbulkan efek artistik. Tata cahaya adalah seni pengaturan cahaya
dengan mempergunakan peralatan pencahayaan agar kamera mampu melihat obyek dengan jelas,
dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang, waktu dan
suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan. Seperti halnya mata
manusia, kamera video membutuhkan cahaya yang cukup agar bisa berfungsi secara efektif.
Dengan pencahayaan penonton akan bisa melihat seperti apa bentuk obyek, di mana dia saling
berhubungan dengan obyek lainnya, dengan lingkungannya, dan kapan peristiwa itu terjadi.
B. FUNGSI TATA CAHAYA
1.
Menerangi dan menyinari pentas dan Pemeran. Menerangi yaitu cara menggunakan lampu
sekedar untuk memberi terang dan melenyapkan gelap. Jadi semua pentas dan barang-barang
yang ada, baik yang penting maupun yang tidak penting semua diterangi. Menyinari yaitu cara
menggunakan lampu untuk membuat bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik
lakon. Jadi dengan menyinari daerah-daerah tertentu maka ada sesuatu atau suasana yang lebih
yang hendak ditonjolkan agar tercapai efek dramatik.
2.
Mengingatkan efek cahaya alamiah. Maksudnya, menentukan keadaan jam, musim, cuaca,
keadaan dengan menggunakan tata cahaya.
3.
Membantu melukiskan dekor atau scenery dalam menambah nilai warna sehingga tercapai
adanya sinar dan bayangan menonjolkan fungsi dekorasi. Membantu permainan lakon dengan
cara membantu menciptakan suasana kejiwaan.
4.
Dimensi. Dengan tata cahaya/lampu kedalaman sebuah objek dapat dicitrakan. Dimensi dapat
diciptakan dengan membagi sisi gelap dan terang atas objek yang disinari sehingga membantu
perspektif tata panggung.
5.
Pemilihan. Tata cahaya/lampu dapat dimanfaatkan untuk menentukan objek dan area yang
hendak disinari. Jika dalam film dan televisi sutradara dapat memilih adegan menggunakan
kamera maka sutradara panggung melakukannya dengan cahaya. Dalam teater, penonton secara
normal dapat melihat seluruh area panggung, untuk memberikan fokus perhatian pada area atau
aksi tertentu. Pengaturan tata cahaya/lampu ini tidak hanya berpengaruh bagi perhatian penonton
tetapi juga bagi para aktor di atas pentas serta keindahan tata panggung yang dihadirkan.
6.
Atmosfir. Yang paling menarik dari fungsi tata cahaya/lampu adalah kemampuannya
menghadirkan suasana yang mempe-ngaruhi emosi penonton. Kata atmosfir digunakan untuk
menjelaskan suasana serta emosi yang terkandung dalam pe-ristiwa lakon. Tata cahaya/lampu
mampu menghadirkan sua-sana yang dikehendaki oleh lakon. Sejak ditemukannya tek-nologi
pencahayaan panggung, efek lampu dapat diciptakan untuk menirukan cahaya bulan dan matahari
pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, warna cahaya matahari pagi berbe-da dengan siang hari.
7.
Menuntun perhatian penonton. Seperti suasana gelap untuk kondisi dramatis misteri, suasana
terang dalam kondisi keceriaan atau gembira.
8.
Menjelaskan waktu. Cahaya yang mengarahkan perhatian penoonton kepada elemen yang
penting dari sebuah scene
10. Mengkontribusikan berbagi aspek estetis dalam pengkomposisian. Misalnya seseorang berjalan
dari tempat gelap melewati bawah lampu yang terang kemudian menuju gelap lagi.
Beberapa fungsi pendukung yang dapat ditemukan dalam tata cahaya adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Mengadakan pilihan bagi segala hal yang diperlihatkan maksudnya adalah dengan
tata cahaya mencoba membiarkan penonton dapat melihat dengan enak dan jelas.
b.
c.
Membuat gambar wajar, disini termasuk cahaya lampu tiruan yang menciptakan
gambaran cahaya wajar yang memberi petunjuk-petunjuk terhadap waktu sehari-hari,
waktu setempat dan musim. Disamping itu juga termasuk pembuatan cahaya lampu
tiruan di dalam set interior, misalnya cahaya lilin, lampu kerudung, lampu dinding dan
lain-lain.
d.
e.
Menciptakan suasana,
menimbulkan perasaan atau efek kejiwaan penonton. Cara yang ditempuh yaitu
dengan pemakaian warna dan cahaya keteduhan.
f.
Untuk mendapatkan gambar yang menarik dan mendukung suatu produksi visualisasi
dari naskahcerita atau music.
Menurut Sumber
a.
Natural Light Cahaya natural yang sumber cahaya dalam satu frame atau
adengan maupun scene bersumber dari cahaya yang bersifat natural. Misalnya
cahaya pagi hari dari sebelah timur (key). Maka shot-shot dalm scene tersebut
key lightnya dari arah yang sama.
b.
Pictorial Light/Arificial Light Cahaya yang bersifat artistik atau ciptaan. dibentuk
sesuai kebutuhan artistik, mood sebuah adegan atau scene. Jadi arah sumber
cahaya (key) dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan artistic gambar atau
mood dari adegan tersebut.
2. Menurut Tempat
a.
b.
Outdoor Ketika kita akan shooting di luar ruangan / exterior pada siang hari
yang harus diperhatikan adalah arah matahari. Tidak terlalu disarankan
untuk shooting dari jam 11 hingga jam 1 siang, karena cahaya matahari sedang
terik teriknya dan mungkin berada persis di atas obyek, yang artinya akan
menimbulkan bayangan. Untuk menurunkan intensitas cahaya yang terlalu kuat,
anda bisa memanfaatkan filter Neutral Density / ND yang ada pada kamera.
Dengan menggunakan filter ini, cahaya yang berlebihan akan direduce / dikurangi
sehingga menjadi normal.
3. Menurut Arah
a.
Top Light Cahaya yang datang dari arah atas subjek, sebahai cahaya dasar yang
dapat menciptaakan suasana tertekan pada subjek.
b.
Eye Light Cahaya yang ditujukan pada posisi mata subjek guna untuk
menguatkan kekuatan yang dimunculkan dari mata .
c.
Accent Light Cahaya yang dibuat sebagai aksen diluar subjek untuk menciptakan
kedalaman dan mood tertentu. Biasanya ditujukan pada background
E. KUALITAS CAHAYA
1.
Hard Hard light Disebut dengan cahaya keras yang dihasilkan dari sumber cahaya
dengan intensitas yang tinggi, cahaya lebih bersifat spot. Menghasilkan kekontrasan
yang tinggi dan bayangan yang keras (gelap terangnya).
2.
Soft light Disebut juga cahaya yang lembut karena dihasilkan dari sumber terpendar
dan halus biasanya cahaya yang dipancarkan adalah flood dan dibarengi dengan filter
atau elemen penghalus pemendaran cahaya.Kontras yang dihasilkan lebih tipis
sehingga bayangan yang dihasilkan juga tidak keras.
Key Light, Pencahayaan utama yang diarahkan pada objek. Keylight merupakan
sumber pencahayaan paling dominan. Biasanya keylight lebih terang dibandingkan
dengan fill light. Dalam desain 3 poin pencahyaan, keylight ditempatkan pada sudut
45 derajat di atas subjek Fill Light.
2.
3.
Back Light, Pencahayaan dari arah belakang objek, berfungsi untuk meberikan
dimensi agar subjek tidak menyatu dengan latar belakang. Pencahyaan ini
diletakkan 45 derajat di belakang subyek. Intensitas pencahyaan backlight sangat
tergantung dari pencahayaan key light dan fill light, dan tentu saja tergantung pada
subyeknya. Misal backlight untuk orang berambut pirang akan sedikit berbeda
dengan pencahayaan untuk orang dengan warna rambut hitam.
warna, arah, bentuk, ukuran, dan kualitas cahaya serta gerak arus cahaya. Semua kendali itu
bisa dimungkinkan karena adanya peralatan tata cahaya yang memang dirancang untuk tujuan
tersebut. Penguasaan peralatan wajib dipelajari oleh penata cahaya.
1. Bohlam
Bohlam (bulb, lamp) adalah sumber cahaya. Bagian-bagian dari bohlam terdiri atas
envelope, filament, dan base (Gb.204). Envelope adalah cangkang yang terbuat dari
gelas kaca atau kwarsa untuk melindungi komponen dari udara dan mencegahnya
dari kebakaran.
2. Reflektor dan Refleksi
Untuk memancarkan cahaya dari bohlam ke objek yang disinari dibutuhkan
reflektor. Cahaya yang hanya berasal dari bohlam sinarnya kurang kuat dan tidak
terarah pancarannya. Dengan reflektor maka pancaran cahaya yang berasal dari
bohlam dapat ditingkatkan, diatur, dan diarahkan. Lampu panggung menggunakan
tiga jenis reflektor yaitu; ellipsoidal, spherical, dan parabolic.
Reflektor ellipsoidal berbentuk lengkungan setengah elips (lonjong) yang
mengelilingi lampu sehingga mencipatkan efek pancaran tiga dimensi. Jarak masingmasing sisinya terhadap sumber cahaya tetap. Karena bentuknya tersebut cahaya
yang dihasilkan oleh reflektor ellipsoidal memiliki dua focal point (tittik temu fokus
cahaya). Focal point 1 berasal dari titik fokus sumber cahaya (bohlam) kemudian
memantul kembali ke reflektor yang hasil refleksinya membentuk titik focal point 2
baru kemudian menyebar.
Reflektor spherical memiliki bentuk sisi yang membulat. Jenis reflektor ini
memancarkan seluruh cahaya langsung dari titik focal point ke reflektor yang
merefleksikannya kembali melalui focal point tersebut sebelum memencar. Jika dibuat
garis lingkaran imajiner maka panjang cahaya yang ditempuh masing-masing garis
cahaya adalah sama.
Reflektor parabolic memiliki bentuk sisi parabola. Reflektor jenis ini
merefleksikan cahaya langsung dari atau melalui focal point kemudian menyebar
secara paralel membentuk cahaya yang diameternya hampir sama dengan diameter
reflector. Dengan demikian, diameter cahaya yang dihasilkan sangat tergantung
dengan diameter reflektor. Contoh lampu sehari-hari yang menggu-nakan reflektor
parabolic adalah lampu senter.
Selain refleksi yang dihasilkan melalui reflektor, cahaya juga akan mengalami
refleksi setelah menyentuh objek penyinaran. Refleksi cahaya yang memantul setelah
mengenai objek dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu specular, diffuse, spread,
dan mixed. Refleksi specular (seperti cermin) memantulkan arah cahaya tanpa
mengubah besaran cahaya alami dari sumbernya.
Refleksi diffuse terjadi ketika cahaya yang mengenai permukaan objek memantul
dengan pendar yang merata ke segala arah .Contoh dari refleksi diffuse adalah ketika
cahaya diarahkan ke sebuah lukisan dua dimensi.
Refleksi spread sama seperti refleksi diffuse tetapi persentase masingmasing garis
cahaya tidak sama. Cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis
cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain.Contoh
refleksi spread adalah ketika cahaya mengenai gumpalan aluminium foil.
Refleksi mixed, merupakan refleksi campuran dari diffuse dan specular. Beberapa
garis cahaya dipendarkan secara merata ke segala penjuru arah tetapi sebagian garis
cahaya dipantulkan seperti cermin. Contoh refleksi mixed adalah ketika cahaya
menyinari gagang pintu dari logam, jam tangan emas, atau lantai kayu yang mengkilat.
H. Istilah Dalam Tata Cahaya.
1.
lampu
dudukan lampu.
3. kabel
penghantar listrik.
4. dimmer
5.
main light
keseluruhan.
6. foot light
7. wing light
8. front light
9.
back light
(sekring), tang, gunting, isolator, solder, palu, tespen, cutter, avometer, saklar,
stopcontact, jumper, dll.
13. seri light, lampu yang diinstalasi secara seri atau sendiri-sendiri. (1 channel 1 lampu)
14. paralel light, lampu yang diinstalasi secara paralel (1 channel beberapa lampu).
I.
b.
Tata letak dan titik fokus. Tata letak adalah penempatan lampu sedangkan titik
fokus adalah daerah jatuhnya cahaya. Pada umumnya, penempatan lampu dalam
pementasan adalah di atas dan dari arah depan panggung, sehingga titik fokus tepat
berada di daerah panggung. Dalam teorinya, sudut penempatan dan titk fokus yang
paling efektif adalah 450 di atas panggung. Namun semuanya itu sekali lagi
bergantung dari kebutuhan naskah. Teori lain mengatakan idealnya, lighting dalam
sebuah pementasan (apapun jenis pementasan itu) tata cahaya harus menerangi
setiap bagian dari panggung, yaitu dari arah depan dan belakang, atas dan bawah,
kiri dan kanan, serta bagian tengah. Sehingga bayangan pemain di tengah panggung
hampir tidak terlihat
c.
d.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan mengunakan tata cahaya pencahayaan pada kamera mampu melihat obyek
dengan jelas, dan menciptakan ilusi sehingga penonton mendapatkan kesan adanya jarak, ruang,
waktu dan suasana dari suatu kejadian yang dipertunjukkan dalam suatu pementasan jadi tata
cahaya sangat penting dalam setiap pementasan dan lain-lain.
Saran
Untuk menghasilkan cahaya yang bagus dan hasil yang maksimal sebaiknya tata cahaya
dikelolah dengan baik dan benar sesuai dengan standard an prosedur yang ada berdasarkan
kualitas dan unsrur-unsur yang ada dalam tata cahaya.
DAFTAR PUSTAKA
http://materiteater.blogspot.com/2010/12/praktek-tata-cahaya.html
http://nurfajargiovina.blogspot.com/2012/07/tata-cahaya-dalammultimedia.htmlhttp://sdnblimbing3mlg.wordpress.com/2008/05/12/lightingtata-cahaya-pementasan/
Varadiva
DAFTAR ISI
Halaman Judul......
Kata Pengantar.........
ii
Daftar Isi ...........
iii
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......
1
B. Rumusan Masalah..
1
C. Tujuan Penulis...
BAB II . PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Cahaya .
3
B. Fungsi Tata Cahaya ...
E. Kualitas Cahaya
10
14
I.
15
A. Kesimpulan.
17
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA.........
18