Dokumen - Tips Laporan Kasus Kejang Demam 55c9982e17583
Dokumen - Tips Laporan Kasus Kejang Demam 55c9982e17583
KEJANG DEMAM
Disusun oleh :
Agnes Cecilia Anggoman
0661050096
Pembimbing :
dr. Tri Yanti, Sp.A
STATUS PASIEN
I.
II.
Identitas Pasien
MR No.
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
: 03.34.64.27
: An. R
: 3 tahun
: laki-laki
: islam
: Jl. Tanjakan Auri Gempol RT/RW 11/02
Nama
Tn. H
Umur
32 thn
Pekerjaan
Wiraswasta
Agama
Islam
Perkawinan
1
Hubungan dengan orang tua : anak kandung
III.
Ibu
Ny. S
33 thn
Ibu rumah tangga
Islam
1
Anamnesa
Keluhan Utama
Kejang
Keluhan tambahan
Demam dan batuk
Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
muncul tiba-tiba dan dirasakan terus menerus tetapi tidak terlalu tinggi. Tetapi
pasien tetap membawa anaknya berobat ke klinik dan diberi obat penurun panas
namun tidak ada perbaikan. Setelah itu pasien ke dokter umum lagi yang biasa
diberi obat panas tetapi di suruh minum obatnya 5 jam lagi karena pasien baru
minum obat panas dari klinik. Tetapi tidak lama kemudian pasien kejang dan di
bawa ke klinik dekat rumah dan kemudian setelah sadar baru pasien di bawa ke
RS.
Pasien juga batuk sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk RS bersamaan dengan
demam. Batuknya tidak berdahak. batuknya jarang dan tidak menentu. Tidak ada
pilek, sakit telinga maupun cairan yang keluar dari telinga. Buang air besar dan
air kecil tidak ada keluhan.
Umur
-
Penyakit
Difteri
Diare
Kejang
demam
Kecelakaan
Morbili
Operasi
Umur
1.5 thn
Penyakit
Peny. Jantung
Peny. Ginjal
Peny. Darah
1 thn
-
Radang Paru
Tuberculosis
Asma
Umur
-
Riwayat Kelahiran :
Cara lahir
: spontan
Tempat lahir
: rumah bersalin
Ditolong oleh
: bidan
Masa gestasi
: cukup bulan
Berat lahir
: 3400 gram
Panjang lahir
: 50 cm
Lahir normal, langsung nangis, sianosis (-), kejang (-)
Kelainan bawaan :
(-)
Riwayat imunisasi :
Ibu pasien mengaku rutin membawa anaknya untuk imunisasi sesuai jadwal.
Vaksin
0 bulan
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
1 bulan
2 bulan
Umur
4 bulan
6 bulan
9 bulan
18 bulan
jamban keluarga. Limbah buangan ke saluran atau selokan yang ada. Keadaan
lingkungan jarak antara rumah berdekatan, cukup padat. Penyinaran matahari,
pertukaran udara dan kebersihan rumah kurang. Terdapat penerangan listrik.
Keadaan umum
Kesadaran
Frekwensi Nadi
Frekwensi Pernafasan
Suhu tubuh
Data Antropoemetri
Berat Badan
Tinggi Badan
: 18 kg
: tidak diketahui
Kepala
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Bibir
Gigi geligi
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: bulat, normocephli
: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
: Konjungtiva tidak pucat,
sklera tidak ikterik, pupil isokor, simetris,
refleks cahaya +/+, edem palpebra -/: Normotia,liang telinga lapang/lapang, serumen -/-,
sekret -/: Lapang, sekret -/-, deviasi septum (-),
pernafasan cuping hidung (-)
: Mukosa bibir kering, sianosis (-)
: tidak ada kelainan
: tidak kotor
: T1 T1, tenang : tenang, tidak hiperemis
: tidak hiperemis
: Kelenjar Getah bening tidak teraba membesar
: Pergerakan dinding dada kiri dan kanan simetris
Retraksi (-)
: Vokal fremitus kiri dan kanan sama
: Perkusi perbandingan kiri dan kanan sama sonor
: Bising napas dasar vesikuler
Ronki -/-, Wheezing -/Bunyi Jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
IV.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium 20 Februari 2013
Jenis Pemeriksaan
Leukosit
HB
Hematokrit
Trombosit
Hasil
5.1
9.5
28.5
234
V. RESUME
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya dengan keluhan kejang yang terjadi sebanyak 1
kali. Lamanya kejang sekitar 10 menit. Saat kejang tangan pasien kanan dan kiri
mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang
menggigil. mata tidak mendelik keatas, pasien seperti menyeringai, tidak keluar busa dari
mulut pasien dan lidah tidak tergigit. Saat kejang pasien tidak sadar dan setelah kejang
pasien sadar tapi badannya menjadi lemes. Ibu pasien mengaku sebelum kejang pasien
mengalami demam tetapi tidak terlalu tinggi. Dan ini merupakan serangan kejang yang
kedua, serangan pertama waktu umur pasien 1 tahun setengah. 1 hari SMRS pasien
demam dan batuk. Demam
VI. Diagnosa Kerja
Kejang demam sederhana
ISPA
Anemia
VII.
Diagnosa Banding
Kejang demam kompleks
VIII. Penatalaksanaan
- Rawat inap
Diet : biasa
IVFD : KA EN 3 B 12 tetes per menit
MM : - paracetamol 10 mg/kgBB/kali
-
Elektrolit ulang
H2TL
EEG setelah 1 minggu bebas demam untuk mencari penyebab lain dari kejang
X. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Fungsionam
Ad Sanationam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
DEFINISI
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi. Suhu
badan yang tinggi ini disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. (1) Kejang demam dapat juga
didefinisikan sebagai kejang yang disertai demam tanpa bukti adanya infeksi intrakranial,
kelainan intrakranial, kelainan metabolik, toksin atau endotoksin seperti neurotoksin
Shigella.(7) Kejang demam pertama kali pada anak biasanya dihubungkan dengan suhu
yang lebih dari 38C, usia anak kurang dari 6 tahun, tidak ada bukti infeksi SSP maupun
ganguan metabolic sistemik akut.(3)
Pada umumnya kejang demam terjadi pada rentang waktu 24 jam dari awal mulai
demam(1). Pada saat kejang anak kehilangan kesadarannya dan kejang dapat bersifat fokal
atau parsial yaitu hanya melibatkan satu sisi tubuh, maupun kejang umum di mana
seluruh anggota gerak terlibat. Bentuk kejang dapat berupa klonik, tonik, maupun tonikklonik. Kejang dapat berlangsung selama 1-2 menit tapi juga dapat berlangsung lebih dari
15 menit (1,8).
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada 2-4 % populasi
anak berusia 6 bulan-5 tahun dan 1/3 dari populasi ini akan mengalami kejang berulang
(4)
. Kejang demam dua kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing pada 297
anak penderita kejang demam, infeksi yang paling sering menyebabkan demam yang
akhirnya memicu serangan kejang demam adalah tonsillitis/faringitis yaitu 34 %.
Selanjutnya adalah otitis media akut (31 %) dan gastroenteritis (27%) (1).
PATOFISIOLOGI (1,5)
Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh natrium (Na+). Akibatnya konsentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah. Keadaan sebaliknya terjadi di luar sel
neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka
terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi yang berasal dari
glukosa yang melalui proses oksidasi oleh oksigen.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan meningkatnya kebutuhan oksigen sebanyak 20%.
Akibatnya terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan dalam waktu
singkat terjadi difusi dari ion kalium dan ion natrium melalui membran, sehingga terjadi
lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik yang cukup besar dapat meluas ke
seluruh sel maupun membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmiter dan
menyebabkan terjadinya kejang.
Setiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38 oC,
sedangkan pada anak dengan ambang kejang tinggi kejang baru dapat terjadi pada suhu
40oC atau lebih.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya. Tetapi
pada kejang yang berlangsung lama biasanya disertai terjadinya apnoe sehingga
kebutuhan oksigen untuk otak meningkat dan menyebabkan terjadinya kerusakan sel
neuron otak yang berdampak pada terjadinya kelainan neurologis.
MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi
tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki.
Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Kontraksi dapat
berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit. Anak akan jatuh apabila sedang
dalam keadaan berdiri, dan dapat mengeluarkan urin tanpa dikehendakinya (1).
Anak dapat muntah atau menggigit lidahnya. Sebagian anak tidak bernapas dan
dapat menunjukkan gejala sianosis (1).
Pada akhirnya kontraksi berhenti dan digantikan oleh relaksasi yang singkat.
Kemudian tubuh anak mulai menghentak-hentak secara ritmis (pada kejang klonik),
maupun kaku (pada kejang tonik). Pada saat ini anak kehilangan kesadarannya dan tidak
dapat merespon terhadap lingkungan sekitarnya (8).
KLASIFIKASI
Klasifikasi kejang demam menurut Livingstone (1)
A. Kejang Demam Sederhana:
1. Kejang bersifat umum
2. Lamanya kejang berlangsung singkat (kurang dari 15 menit)
3. Usia saat kejang demam pertama muncul kurang dari 6 tahun
4. Frekuensi serangan 1-4 kali dalam 1 tahun
5. Pemeriksaan EEG normal
B. Epilepsi yang Dicetuskan oleh Demam:
1. Kejang berlangsung lama atau bersifat fokal
2. Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan kejang demam yang pertama
3. Frekuensi serangan kejang melebihi 4 kali dalam 1 tahun
4. Pemeriksaan EEG yang dibuat setelah anak tidak demam lagi hasilnya
abnormal
parsial)
Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
DIAGNOSIS
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan
penyakit-penyakit lain yang dapat menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan
saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis air dan elektrolit, dan
adanya lesi struktural pada sistem saraf misalnya epilepsy(4). Diperlukan anamnesis,
rangsang meningeal positif, dan masih mengalami kejang beberapa hari setelah
demam
3. CT Scan cranium pada umumnya tidak diperlukan pada kejang demam sederhana
yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat dipertimbangkan pada pasien yang
mengalami kejang demam kompleks untuk menentukan jenis kelainan struktural
berupa kompleks tunggal atau multipel.
4. EEG pada kejang demam tidak dapat mengindentifikasi kelainan yang spesifik
maupun
memprediksikan
terjadinya
kejang
yang
berulang,
tapi
dapat
TATALAKSANA (1,10)
A. Antipiretik dan Antibiotik
Antipiretik diberikan sebagai pengobatan simptomatis terhadap demam. Dapat
diberikan paracetamol dengan dosis untuk anak yang dianjurkan 10-15 mg/kgBB/hari
tiap 4-6 jam atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam. Antibiotik untuk
mengatasi infeksi yang menjadi etiologi dasar demam yang terjadi.
B. Penanganan Kejang pada Neonatus
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
KEJANG
30 menit
Luminal IM 20 mg/kg/BB dalam 5 menit
KEJANG (+)
Ulangi luminal IM 10 mg/kg/BB. Dapat
diulangi lagi jarak 30 menit bila masih
kejang.
KEJANG (+)
Fenitoin bolus IV 20 mg/kgBB dalam 15 ml
NaCl, berikan dalam 30 menit (kecepatan
0.5-1 mg/kgBB/menit)
KEJANG (-)
Bila kejang berulang dalam 2 hari, berikan luminal 5 mg/kg/hari per oral sampai bebas
kejang 7 hari. Bila kejang berulang setelah bebas kejang 2 hari, ulangi pemberian luminal
dari awal.
C. Penanganan Kejang pada Anak
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah tersumbat atau tidaknya jalan napas.
Selanjutnya dilakukan pemberian oksigen, dan menghentikan kejang dengan cara:
5 menit
KEJANG
Diazepam rectal 0.5 mg/kgBB atau:
Berat badan 10 kg: 5 mg
Berat badan > 10 kg: 10 mg
KEJANG (+)
Ulangi diazepam rektal seperti sebelumnya.
DI RS
Cari akses vena
Periksa laboratorium (darah tepi, Na, Ca, Mg, Ureum, Kreatinin)
KEJANG (+)
Diazepam IV dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
(kecepatan 0.5-1 mg/menit)
KEJANG (-)
KEJANG (+)
KEJANG (-)
Rumatan fenitoin IV
5-7 mg/kgBB/hari 12
jam kemudian
KEJANG (+)
Transfer ke
ICU
Koreksi
KCL per oral 75 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis (1-3mEq.kg.hari) atau 0,25
2,5-3 mEq/L
<2,5 mEq/L
PROGNOSIS
Penelitian yang dilakukan Tsunoda mendapatkan bahwa dari 188 penderita kejang
demam yang diikutinya selama sekurang-kurangnya 2 tahun dan tanpa pengobatan
dengan antikonvulsan, 97 penderita mengalami kekambuhan (1).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. dr. Lumantobing, dari 83
penderita kejang demam yang dapat diikuti selama rata-rata 21.8 bulan (berkisar dari 6
bulan-3.5 tahun) dan tidak mendapatkan pengobatan antikonvulsan rumatan, kejang
demam kambuh pada 27 penderita (1).
Secara umum dapat dikatakan bahwa sekitar 1/3 penderita kejang demam akan
mengalami kekakmbuhan 1 kali atau lebih. Kemungkinan kambuh lebih besar bila kejang
demam pertama pada usia kurang dari 1 tahun. 3/4 dari kekambuhan ini terjadi dalam
kurun waktu 1 tahun setelah kejang demam pertama, dan 90 % dalam kurun waktu 2
tahun setelah kejang demam pertama. 1/2 dari penderita yang mengalami kekambuhan
akan mengalami kekambuhan lagi. Pada sebagian terbesar penderita kambuh terbatas
pada 2-3 kali. Hanya sekitar 10 % kejang demam yang akan mengalami lebih dari 3 kali
kekambuhan (1,9).
Anak yang mengalami kejang demam pertama pada usia sebelum 1 tahun
kemungkinan kekambuhan ialah 50 %, dan bila berusia lebih dari 1 tahun kemungkinan
kekambuhannya 28 % (1).
Kejang demam sederhana pada umumnya tidak menyebabkan kerusakan otak
yang permanen dan tidak menyebabkan terjadinya penyakit epilepsi pada kehidupan
dewasa anak tersebut. Sedangkan pada anak-anak yang memiliki riwayat kejang demam
kompleks, riwayat penyakit keluarga dengan kejang yang tidak didahului dengan demam,
DAFTAR PUSTAKA