Anda di halaman 1dari 7

Keterkaitan antara Kebudayaan Material dan Non Material

dengan Struktur Sosial

disusun oleh :
DWI YANTI SARWO RINI
D 0311025

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

Kebudayaan

Berbagai sumber yang menyatakan pengertian kebudayaan dari beberapa tokoh, dapat
diambil kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan. Kebudayaan dapat diartikan sebagai
sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain,
yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Kebudayaan merupakan hasil karya pemikiran manusia yang berbentuk sistem
kontrol untuk mendukung usaha manusia dalam mempertahankan hidup, mengembangkan
keturunan, dan meningkatkan taraf kesejahteraan hidup. Dalam kelangsungannya di kehidupan
masyarakat, munculah wujud-wujud kebudayaan yang tujuannya mengatur dan mengarahkan
segala aktivitas atau tindakan manusia dan karya manusia. Wujud dari kebudayaan tersebut
dikenal dengan sebutan kebudayaan material dan nonmaterial.
a. Kebudayaan material, adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini adalah temuan-temuan
yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi seperti mangkuk tanah liat, perhisalan,
senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti
televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin
cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial, adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi
ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
(Kluckhon dan Kelly, dalam buku Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,
Soerjono Soekanto, 1993, hlm. 176) menyatakan bahwa kebudayaan merupakan sistem pola
perencanaaan kehidupan yang eksplisit maupun implisit, yang terbentuk secara historis dan yang
dianut oleh semua atau anggota-anggota tertentu dari suatu kelompok pada masa tertentu.
Pendapat ini benar adanya karena, dilatarbelakangi oleh kepentingan agar kebutuhan hidupnya
mampu terpenuhi maka dalam melangsungkan kehidupannya manusia harus menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi lingkungannya dengan kata lain kebudayaan yang ada. Mayoritas

orang selalu menaati dan mematuhi kebudayaan yang ada, pendapat ini didasari suatu alasan
bahwa apabila seseorang patuh pada adat-istiadat yang berlaku maka dia sedang menunjukkan
adanya rasa solidaritas dengan kelompoknya sehingga ia terhindar dari kesendirian. Alasan
selanjutnya pola-pola tertentu sangat diperlukan dalam kehidupan sosial agar tercipta pembagian
kerjanya yang serasi dan teratur.

Struktur Sosial

Menurut Soerjono Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal
balik antarposisi sosial dan antarperan. Dengan demikian, pengertian struktur sosial dapat
didefinisikan sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya
terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsurunsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk
sebagai suatu masyarakat.
Pada dasarnya struktur sosial merupakan jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok dalam
masyarakat. Unsur-unsur tersebut antara lain kelompok-kelompok sosial, kebudayaan, lembaga
sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang. Secara umum wujud konkret struktur sosial
masyarakat tampak jelas dalam sistem diferensiasi dan stratifikasi sosial yang berlaku dalam
sebuah masyarakat.
Beberapa ciri umum dari struktur sosial antara lain:
a. Struktur sosial mengacu pada hubungan-hubungan sosial yang pokok dapat memberikan
bentuk dasar pada masyarakat.
b. Struktur sosial mencakup semua hubungan sosial antara individu-individu pada saat
tertentu.
c. Struktur sosial merupakan seluruh kebudayaan masyarakat yang dapat dilihat dari sudut
pandang teoretis.
d. Struktur sosial merupakan realitas sosial yang bersifat statis.
e. Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat.
Adapun fungsi dari Struktur Sosial antara lain:
a. Fungsi Identitas

Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok.
Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan
budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok
lainnya.
b. Fungsi Kontrol
Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk
melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu
tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan
individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan
berpotensi menibulkan konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Fungsi Pembelajaran
Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini
dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak
hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap,
kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan salah satu bentuk dari struktur sosial, yang merupakan suatu
jenis diferensiasi sosial yang terkait dengan pengertian akan adanya jenjang secara bertingkat.
Jenjang secara bertingkat tersebut menghasilkan strata tertentu, dan ke dalam strata-strata
tersebut warga masyarakat dimasukkan. Secara berkelompok individu-individu tadi dimasukkan
ke dalam suatu stratum tertentu sehingga ada kedudukan-kedudukan yang lebih rendah dan lebih
tinggi (Soerjono Soekanto, 1993:243). Lebih lanjut Weber mengemukakan pendapatnya
mengenai kelas sosial yang didasarkan pada harta kekayaan yang dimiliki, pada individu yang
dimasukan dalam golongan borjuis anggotanya terdiri dari kelompok-kelompok yang memiliki
alat-alat produksi. Sedang individu yang dimasukan dalam golongan proletar merupakan
kelompok yang tidak memiliki alat-alat produksi, dalam upayanya memenuhi kebutuhan hidup
(bekerja) mereka hanya mampu menjual atau memberikan tenaga yang dimiliki kepada orangorang pemilik alat produksi (Soerjono Soekanto, 1993:249).

Keterkaitan antara wujud kebudayaan material dan non material dengan struktur sosial
yakni, (Radcliffe-Brown, dalam buku Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat,
Soerjono Soekanto, 1993, hlm. 107) menyatakan bahwa struktur sosial tak dapat dipisahkan dari
kebudayaan, namun bila dibandingkan dengan kebudayaan struktur sosial merupakan pedoman
yang paling utama yang dipergunakan. Bahkan Fortes menyatakan, bahwa struktur sosial bukan
hanya merupakan suatu aspek kebudayaan, akan tetapi merupakan seluruh kebudayaan
masyarakat yang dilihat dari sudut pandang teoritis tertentu.
Selain itu dalam sumber lain menyatakan kebudayaan selalu terbuka dan cair sifatnya.
Kebudayaan membentuk sosoknya dengan menggabungkan berbagai unsur yang datang dari luar
akan tetapi sekaligus mempertahankan sifat cair dan liat yang agaknya selalu melekat dalam
tubuhnya. Dengan demikian kebudayaan semestinya selalu dibayangkan sebagai sesuatu yang
dinamis, bukannya statis. Kebudayaan akan mengembangkan sendiri mekanisme kepekaannya
manakala tanda-tanda dalam masyarakat mulai memberi tahu bahwa beberapa unsur yang
mendukungnya berada dalam kondisi merapuh dan tampak siap untuk meruyak. Dengan lain
perkataan kebudayaan, cepat atau lambat, akan mengerti sendiri kapan ia mesti mulai
memperbarui unsur-unsurnya. Struktur yang member bingkai kepada sosok masyarakat dan
negara, menarik sekali, adalah yang membatasi kebudayaan akan tetapi sekaligus juga terbentuk
oleh kebudayaan. Sistem nilai yang mapan mendapatkan sosoknya dalam masyarakat karena
perkembangan kebudayaan, kemudian bergerak ikut menentukan bentuk dan perbatasan struktur
masyarakat. Sekali batas-batas dan kualitas struktur itu menjadi jelas ia membudaya
menjadikan keutuhan struktur itu suatu kebudayaan. (Nat J. Colletta dan Umar Kayam, 1987:
309-310)
Keterkaitan antara struktur sosial dengan kebudayaan bisa dicontohkan, misalnya
terdapat beberapa jenis pekerjaan yang apabila dilihat dari sudut pandang struktur sosial yang
lebih khusus yakni stratifikasi sosial akan memunculkan suatu tingkatan-tingkatan yang
didasarkan pada kekuasaan yang dimiliki, tingkat pendidikan dan pengetahuan, serta kekayaan.
Seseorang yang bekerja sebagai seorang pemimpin, misalnya Walikota ia akan dipandang
sebagai seseorang yang berada di tingkatan struktur yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
orang yang bekerja sebagai tukang becak. Penggolongan ini didasarkan pada status dan peran
yang dimiliki oleh seorang Walikota tentu lebih tinggi apabila dibandingkan dengan seseorang

yang berprofesi sebagai seorang tukang becak. Namun, pada hakekatnya tujuan dari seseorang
bekerja adalah sama, yakni mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Daftar Pustaka :

Colletta, Nat J dan Umar Kayam. 1987. Kebudayaan Dan Pembangunan: Sebuah
Pendekatan Terhadap Antropologi Terapan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 1993. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat.


Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Anonim. 2011. Jenis-Jenis Kebudayaan. http://dzumanjipunya.wordpress.com. Diakses


pada tanggal 10 Maret 2014.

Anonim. 2012. Ciri-Ciri dan Pengertian Struktur Sosial. http://texbuk.blogspot.com/.


Diakses pada tanggal 10 Maret 2014.

Anonim. Edi-Nur-Mbbi-Bab3. http://kuliah.dinus.ac.id/. Diakses pada tanggal 10 Maret


2014.

Anda mungkin juga menyukai