PENDAHULUAN
7,8
kolesterol HDL darah puasa, dan gula darah puasa. Pemeriksaan laboratorium
uji faal hati yang umum diperiksa adalah kadar AST dan ALT dalam darah.
Cholelithiasis maupun fatty liver memiliki prognosis yang baik namun
kedua penyakit ini bisa memburuk dan mengancam jiwa, cholelithiasis bisa
membesar dan dapat disertai infeksi bila tidak ditangani dengan segera dan tepat,
sedangkan fatty liver bisa berkembang menjadi sirosis yang dapat berlanjut
kepada keganasan hepar. Oleh karena itu, Sangat penting bagi para pelayan
kesehatan untuk mengetahui lebih dalam tentang abortus iminens agar mampu
menegakkan diagnosis dan kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai
dan akurat, serta mencegah komplikasi.4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. CHOLELITHIASIS
II.1.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI
II.1.1.1. Anatomi
Vesica Fellea
Kandung empedu (Vesica fellea) adalah kantong berbentuk
buah advokat yang terletak pada permukaan visceral hepar dengan
panjang sekitar 4-6 cm dan berisi 30-60 ml empedu. Kandung
empedu tertutup seluruhnya oleh peritoneum visceral, tetapi
infundibulum kandung empedu tidak terfiksasi ke permukaan hati
oleh lapisan peritoneum. Apabila kandung empedu mengalami
distensi akibat bendungan oleh batu, bagian infundibulum
menonjol seperti kantong yang disebut kantong Hartmann.2
Vesica fellea dibagi menjadi fundus, corpus dan collum.
Fundus berbentuk bulat dan biasanya menonjol dibawah pinggir
inferior hepar, dimana fundus berhubungan dengan dinding anterior
abdomen setinggi ujung rawan costa IX kanan. Corpus bersentuhan
dengan permukaan visceral hati dan arahnya keatas, belakang dan
kiri. Collum dilanjutkan sebagai duktus sistikus yang berjalan
dalam omentum minus untuk bersatu dengan sisi kanan duktus
hepatikus komunis membentuk duktus koledokus.4
Duktus
Duktus sistikus panjangnya 1-2 cm dengan diameter 2-3
mm. Dinding lumennya mengandung katup berbentuk spiral
disebut katup spiral Heister, yang memudahkan cairan empedu
dialirkan
sebagai
akibat
kontraksi
dan
untuk
membentuk
batu
empedu.
Sedangkan
progresif,
perubahan
komposisi
kimia,
dan
kandung empedu.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam
pembentukan batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan
unsur
sel
atau
bakteri
presipitasi/pengendapan.
dapat
Infeksi
berperan
lebih
timbul
sebagai
akibat
pusat
dari
1 : 13. Pada rasio seperti ini kolesterol akan mengendap. Kadar kolesterol
akan relatif tinggi pada keadaan sebagai berikut :
- Peradangan dinding kandung empedu, absorbsi air, garam empedu dan
lecithin jauh lebih banyak.
- Orang-orang gemuk dimana sekresi kolesterol lebih tinggi sehingga
terjadi supersaturasi.
- Diet tinggi kalori dan tinggi kolesterol (western diet)
- Pemakaian obat anti kolesterol sehingga mobilitas kolesterol jaringan
tinggi.
- Pool asam empedu dan sekresi asam empedu turun misalnya pada
gangguan ileum terminale akibat peradangan atau reseksi (gangguan
sirkulasi enterohepatik).
- Pemakaian tablet KB (estrogen) sekresi kolesterol meningkat dan
kadar chenodeoxycholat rendah, padahal chenodeoxycholat efeknya
melarutkan batu kolesterol dan menurunkan saturasi kolesterol.
Penelitian lain menyatakan bahwa tablet KB pengaruhnya hanya
sampai tiga tahun.
2. Fase Pembentukan inti batu
Inti batu yang terjadi pada fase II bisa homogen atau heterogen.
Inti batu heterogen bisa berasal dari garam empedu, calcium bilirubinat
atau sel-sel yang lepas pada peradangan. Inti batu yang homogen berasal
dari kristal kolesterol sendiri yang menghadap karena perubahan rasio
dengan asam empedu.
2.
Untuk menjadi batu, inti batu yang sudah terbentuk harus cukup
waktu untuk bisa berkembang menjadi besar. Pada keadaan normal dimana
kontraksi kandung empedu cukup kuat dan sirkulasi empedu normal, inti
batu yang sudah terbentuk akan dipompa keluar ke dalam usus halus. Bila
konstruksi kandung empedu lemah, kristal kolesterol yang terjadi akibat
supersaturasi akan melekat pada inti batu tersebut.
Hal ini mudah terjadi pada penderita Diabetes Mellitus, kehamilan,
pada pemberian total parental nutrisi yang lama, setelah operasi trunkal
vagotomi, karena pada keadaan tersebut kontraksi kandung empedu
kurang baik. Sekresi mucus yang berlebihan dari mukosa kandung empedu
akan mengikat kristal kolesterol dan sukar dipompa keluar.
B. Batu bilirubin/Batu pigmen
Batu bilirubin /pigmen biasanya terjadi akibat proses hemolitik
atau infestasi E.Coli atau ascaris lumbricoides ke dalam empedu yang
dapat mengubah bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi Kristal
kalsium bilirubin.7,8
Batu bilirubin dibagi menjadi dua kelompok :7,8
a. Batu Calcium bilirubinat (batu infeksi)
b. Batu pigmen murni (batu non infeksi)
Pembentukan batu bilirubin terdiri dari 2 fase :7,8
1. Saturasi bilirubin
Pada keadaan non infeksi, saturasi bilirubin terjadi karena
pemecahan eritrosit yang berlebihan, misalnya pada malaria dan penyakit
Sicklecell. Pada keadaan infeksi saturasi bilirubin terjadi karena konversi
konjugasi bilirubin menjadi unkonjugasi yang sukar larut. Konversi terjadi
II.1.6. DIAGNOSIS
II.1.6.1. Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah
asimtomatis. Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang
kadang disertai intoleran terhadap makanan berlemak. Pada yang
simtomatis, keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium,
kuadran kanan atas atau perikomdrium. Rasa nyeri lainnya adalah
kolik bilier yang mungkin berlangsung lebih dari 15 menit, dan
kadang baru menghilang beberapa jam kemudian. Timbulnya nyeri
kebanyakan perlahan-lahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba.7
Penyebaran nyeri pada punggung bagian tengah, skapula, atau
ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang seperempat
penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan
antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan
bertambah pada waktu menarik nafas dalam.7,8
II.1.6.2. Pemeriksaan Fisik
Apabila ditemukan kelainan, biasanya berhubungan dengan
komplikasi, seperti kolesistitis akut dengan peritonitis lokal atau
umum, hidrop kandung empedu, empiema kandung empedu, atau
pankretitis. Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan dengan punktum
maksimum didaerah letak anatomis kandung empedu. Tanda Murphy
positif apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas
panjang karena kandung empedu yang meradang tersentuh ujung jari
tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik nafas.7
duktus
koledokus
sehingga
menekan
duktus
merupakan
o Ultrasonografi (USG)
retrograde
cholangio
pankreatograft)
Kanulasi duktus koledokus dan/atau duktus
pankreatikus melalui ampula Vater dapat diselesaikan
secara endoskopis. Lesi obstruksi bagian bawah dapat
diperagakan. Pada beberapa kasus tertentu dapat
diperoleh informasi tambahan yang berharga, misalnya
tumor ampula, erosis batu melalu ampula, karsinoma
yang menembus duodenum dan sebagainya) Tehnik ini
lebih sulit dan lebih mahal dibandingkan kolangiografi
transhepatik. Kolangitis dan pankreatitis merupakan
komplikasi
yang
mungkin
terjadi.
Pasien
yang
berefek ke perut.
II.1.7.2. Disolusi batu empedu
Agen disolusi yang digunakan ialah asam ursodioksikolat.
Pada manusia, penggunaan jangka panjang dari agen ini akan
terbatas
untuk
pasien
yang
benar-benar
telah
B.
Kolesistektomi laparoskopik
umumnya
berkisar
antara
0,51%.
Dengan
kolesistektomi
seperti
dispepsia,
diare
yang
II.1.8. PROGNOSIS
Prognosis nya adalah tergantung dari besar atau kecilnya
ukuran batu empedu, karena akan menentukan penatalaksanaannya,
serta ada atau tidak dan berat atau ringannya komplikasi. Namun,
adanya infeksi dan halangan disebabkan oleh batu yang berada di
dalam saluran biliaris sehingga dapat mengancam jiwa. Walaupun
demikian, dengan diagnosis dan pengobatan yang cepat serta tepat,
hasil yang didapatkan biasanya baik.8