Anda di halaman 1dari 7

Mutia Mustika Sari

ANALISIS MASALAH
1. b. Bagaimana mekanisme pendengaran normal?
Jawab :
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani dan tingkap lonjong.
Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan
melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria (Guyton, 2007). Proses
ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia selsel rambut, defleksi stereosilia sel sensori seperti gelombang travelling mekanik yang
mengawali proses transduksi. Gelombang sepanjang membtran basilaris bergerak dari
dasar apeks koklea, mirip dengan gerakan piston stapes pada telinga tengah. Gelombang
ini memiliki puncak yang tajam menimbulkan suara frekuensi tinggi kemudian bergerak
ke arah apeks sehingga suara berangsur menurun. Defleksi stereosilia dengan cara
terbuka dan tertutupnya kanal ion menyebabkan aliran ion K menuju sel sensori.
Perubahan ion potassium dari nilai positif 80-90 mV di skala media menjadi potensial
negatif pada sel rambut luar dan dalam. Hasil depolarisasi ini menghasilkan enzim
cascade melepaskan transmiter kimia dan kemudian mengaktivasi serabut saraf
auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area
39-40) di lobus temporalis.

Mutia Mustika Sari

e. Bagaimana mekanisme dari tinnitus?


Pada tinitus terjadi aktifitas elektrik pada area auditorius yang menimbulkan
perasaan adanya bunyi, namun implus yang ada bukan berasal dari bunyi eksternal yang
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber implus abnormal di dalam tubuh
pasien sendiri. Implus abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga.
Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah, seperti
bergemuruh atau nada tinggi, seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau hilang
timbul terdengar. Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga
terjadi karena gangguan konduksi.
2. Pasien tidak ada batuk dan tidak ada pilek. Pasien tidak ada riwayat keluar cairan dari
telinga. Pasien tidak ada riwayat pemakaian/minum obat-obatan dalam jangka waktu
lama.
a. Mengapa pasien dengan gangguan pendengaran perlu ditanyakan hal-hal di atas? Apa
diagnosis bandingnya?
Hal ini diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding dari gangguan
pendengaran yang dialami oleh pasien.
Menanyakan riwayat batuk pilek dan riwayat keluar cairan dari telinga berguna
untuk menyingkirkan kemungkinan tuli konduktif. Pada gangguan pendengaran jenis ini,
transmisi gelombang suara tidak dapat mencapai telinga dalam secara efektif. Ini
disebabkan karena beberapa gangguan atau lesi pada kanal telinga luar, rantai tulang
pendengaran, ruang telinga tengah, fenestra ovalis, fenestra rotunda, dan tuba auditiva.

Mutia Mustika Sari


Selain itu menanyakan riwayat pemakaian obat berguna untuk menyingkirkan etiologi
gangguan pendengaran karena terdapat beberapa jenis golongan obat ototoksik yang
dapat menyebabkan gangguan pendengaran.

Tuli Konduktif
kondisi patologis pada
kanal telinga eksterna,
memban timpani atau
telinga
tengah
(Gangguan
transmisi
suara secara mekanik).

Gangguan pendengaran
konduktif
tidak
melebihi 60dB.
Riwayat
keluarnya
carian dari telinga/
riwayat infeksi telinga
sebelumnya.

Perasaan seperti ada


cairan dalam telinga
dan
seolah-olah
bergerak
dengan
perubahan
posisi
kepala.
Dapat disertai tinitus
(biasanya suara nada
rendah
atau
mendengung).
Bila kedua telinga
terkena,
biasanya
penderita
berbicara
dengan suara lembut
(soft voice) khususnya
pada
penderita
otosklerosis.
Kadang-kadang

Tuli Sensorineural
kerusakan atau malfungsi
koklea, saraf pendengaran
dan
batang
otak
(kegagalan memperkuat
gelombang suara sebagai
impuls)

Terdapat riwayat trauma


kepala, trauma akustik,
riwayat pemakaian obatobat ototoksik, ataupun
penyakit
sistemik
sebelumnya.

Bila
gangguan
pendengaran bilateral dan
sudah diderita lama, suara
percakapan
penderita
biasanya lebih keras dan
memberi kesan seperti
suasana yang tegang
dibanding orang normal.
Sulit mengartikan atau

Tuli Campuran
Kombinasi
dari
gangguan
pendengaran jenis konduktif dan
gangguan pendengaran jenis
sensorineural.
Mula-mula
gangguan pendengaran jenis ini
adalah jenis hantaran (misalnya
otosklerosis),
kemudian
berkembang lebih lanjut menjadi
gangguan sensorineural. Atau
sebaliknya pada presbikusis.

Mutia Mustika Sari


penderita
mendengar mendengar suara atau
lebih jelas pada suasana percakapan
dalam
ramai.
suasana gaduh dibanding
suasana sunyi.
Pada pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik atau
atau otoskopi, dijumpai otoskopi, kanal telinga
sekret dalam kanal luar maupun selaput
telinga luar, perforasi gendang telinga tampak
gendang
telinga, normal.
ataupun
keluarnya
cairan
dari
telinga
tengah.
penderita tidak dapat penderita tidak dapat
mendengar suara bisik mendengar percakapan
pada jarak lima meter bisik pada jarak lima
dan sukar mendengar meter
dan
sukar
kata-kata
yang mendengar katakata yang
mengandung
nada mengundang nada tinggi
rendah.
(huruf konsonan).

Pada pemeriksaan fisik atau


otoskopi
tanda-tanda
yang
dijumpai sama seperti pada
gangguan pendengaran jenis
sensorineural.

penderita tidak dapat mendengar


suara bisik pada jarak lima meter
dan sukar mendengar kata-kata
baik yang mengandung nada
rendah maupun nada tinggi.

3. Pemeriksaan garputala:
Bagaimana cara pemeriksaannya?
Jawab :
1) Tes Rinne
Merupakan tes kualitatif
Tujuan: membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang
Cara pemeriksaan:
Penala digetarkan
Dasar penala diletakan pada prosesus mastoideus telinga yang akan
diperiksa
Jika op tidak mendengar bunyi lagi, penala di pindahkan ke depan liang
telinga, 2,5 cm dari liang telinga

Mutia Mustika Sari


Interpretasi :
Normal AC : BC = 2:1
Rinne (+) : intensitas AC > BC Telinga normal atau tuli saraf
Rinne (-) : intensitas AC < BC Tuli Konduktif
2) Tes Weber
Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan
Cara pemeriksaan:
Penala digetarkan
Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala : ubun-ubun, glabella,
dagu, pertengahan gigi seri paling sensitif)

Interpretasi :
Tak ada lateralisasi normal
Lateralisasi ke telinga yang sakit telinga tsb tuli konduktif
Lateralisasi ke telinga yang sehat telinga yang sakit tuli saraf
3) Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal
Cara pemeriksaan :
Penala digetarkan
Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus op
Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada proc.mastoideus
pemeriksa
Bila masih terdengar kesan: pendengaran op memendek
Bila pemeriksa juga tidak mendengar ulangi tes kembali.
Penala digetarkan kembali dan diletakkan di proc.mastoideus pemeriksa
terlebih dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada op
Interpretasi :
Normal apabila BC op = BC pemeriksa
Bila BC op < pemeriksa Schwabach memendek telinga op yang
diperiksa tuli saraf
Bila BC OP > pemeriksa Schwabach memanjang telinga op yang
diperiksa tuli konduktif

Mutia Mustika Sari


4. Template:
a. Diagnosis banding ?
Jawab :
TES RINNE
Positif
Negatif
Positif

TES WEBER
Tidak
ada
lateralisasi
Lateralisasi
ke
telinga yang sakit
Lateralisasi
ke
telinga yang sehat

TES SCHWABACH
DIAGNOSA
Sama
dengan Normal
pemeriksa
Memanjang
Tuli Konduktif
Memendek

Tuli saraf

DD :
1. Tuli konduktif
2. Tuli sensorineural akibat obat-obatan, trauma atau penyakit sistemik
3. Menieres Disease : disertai vertigo, tinnitus, tuli sensorineural nada rendah yang
reversibel.
Patogenesis ?
Jawab :
Patofisiologi terjadinya presbikusis menunjukkan adanya degenerasi pada stria vaskularis
(tersering). Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi
kemudian meluas ke regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi
hanya terjadi sebagian dan tidak seluruhnya. Degenerasi sel marginal dan intermedia
pada stria vaskularis terjadi secara sistemik, serta terjadi kehilangan Na, K ATPase.
Kehilangan ion penting ini dapat terdeteksi dengan pemeriksaan imunohistokimia.
Terdapat keterlibatan vaskuler antara faktor usia dengan terjadinya kurang pendengaran.
Analisis dinding lateral dengan kontras pada pembuluh darah menunjukkan hilangnya
stria kapiler. Perubahan patologi vaskular terjadi berupa lesi fokal kecil pada bagian
apikal dan bawah basal yang meluas pada regio ujung koklea. Area stria yang tersisa
memiliki hubungan yang kuat dengan mikrovaskular normal dan potensial endokolear.
Degenerasi stria vaskularis akibat penuaan berefek pada potensial endolimfe yang
berfungsi sebagai amplifikasi koklea. Potensial endolimfatik yang berkurang secara
signifikan akan berpengaruh pada amplifikasi koklea. Nilai potensial endolimfatik
menurun menjadi 20 mV atau lebih (normal 90 mV), maka amplifikasi koklea dianggap
mengalami kekurangan voltage dengan penurunan maksimum. Penurunan potensial
endolimfe pada degenerasi stria disebut sebagai teori dead battery.

Manifestasi klinis

Mutia Mustika Sari


Jawab :
1. Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan
penderita biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding
orang normal.
2. Sulit mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana gaduh
dibanding suasana sunyi.

Anda mungkin juga menyukai