Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI RUSAK

Dosen Pengampu
Drs.Solichin,ST.,M.Kes

Disusun Oleh :
Elga Khilmi Fikriawan
130511616248

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
April 2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelasan merupakan penyambungan dua bahan atau lebih yang
didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian
bahan yang disambung. Pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding)
mempunyai aplikasi luas di dalam dunia industri karena

pengelasan SMAW

memberikan efisiensi kekuatan sambungan yang tinggi. Kelebihan pengelasan


dengan SMAW, antara lain dapat diandalkan untuk mengelas berbagai tipe
sambungan, posisi, serta lokasi yang sulit dikerjakan, biaya pengoperasian yang
relatif rendah dan dapat dipakai untuk mengelas didalam maupun diluar ruangan.
Las (welding) adalah suatu cara untuk menyambungkan benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasaan (Widarto, S, 2003).
Di samping itu proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya
untuk mengisi lubang-lubang pada coran, membuat lapisan keras pada perkakas,
mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan lain-lain (Saripuddin & Lauw,
2013:1065). Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan

kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis. Namun


kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro bahan
yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang
dilas.
Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat menahan
kekuatan yang tinggi, dan mudah pelaksanaannya.Las listrik merupakan salah satu
yang menggunakan prinsip tersebut. Namun kelemahan yang paling utama adalah
terjadinya perubahan struktur mikro bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan
sifat fisik maupun mekanis dari bahan yang dilas. Pencairan logam saat
pengelasan menyebabkan adanya perubahan fasa logam dari padat hingga
mencair. Ketika logam cair mulai membeku akibat pendinginan cepat, maka akan
terjadi perubahan struktur mikro dalam logam las dan logam dasar yang terkena
pengaruh panas (Heat affected zone/ HAZ) (Riswan, 2008:8).

Disini peneliti akan meneliti kekuatan las dengan cara Destructive Test.
Tes ini menguji dengan cara merusak benda kerja untuk mengetahui kekuatan
pada pengelasan. Semakin jauh dari titik pusat las semakin kecil pengaruhnya, ini
terjadi karena pengaruh panas pada daerah ini juga semakin kecil, semakin besar
arus yang dipakai saat pengelasan, maka semakin kasar bentuk butiran logam
(Saripuddin & Lauw, 2013: 1067). Sebenarnya ada banyak cara untuk menguji
kekuatan pada pengelasan. Akan tetapi karena keterbatasan alat yang kami punya.
Maka pengujian yang peneliti lakukan adalah dengan cara merusak benda kerja.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui kekuatan sambungan las SMAW posisi 1G penembusan.
2. Mampu melakukan pengelasan SMAW 1G penetrasi dan melakukakan
pengujian
3. Mampu menganalisis hasil pengelasan uji rusak.
C. Alat Bahan dan Cara Kerja
1. Alat dan Bahan
a. 2 buah plat baja karbon rendah 1 imchi x 5 mm
b. Palu 3kg
c. Sikat baja
d. Elektroda RB-26 E6013
e. Elektoda LB-52U E7016
f. Pahat baja
g. Trasnfomator
h. Palu terak
i. Penggaris siku
j. Busur derajad
k. Kacamata Las
l. Apron
m. Helm las
n. Sarung tangan
o. Kabel elektroda dan kabel massa
p. Penjepit elektroda
2. Cara Kerja
a. Persiapan Alat
1) Mengecek arus pada mesin las
2) Mengecek elektroda pada kondisi yamg siap pakai
3) Menggunakan peralatan K3 (Kacamata las, Sarung tangan Las dan
Apron)
4) Siapkan benda kerja yang ingin di las

5) Tack weld benda kerja sebelum dilas menggunakan elektroda RB 26


6) Pengelasan dua buah plat yang akan dilas dengan posisi 1G (Down
Hand)
7) Ambil elektoda LB-52U dari termos pemanas untuk pengelasan
penembusan
8) Kemudian setelah melakukakn pengelasan menggunakan LB-52U,
selanjutnya adalah menumpuk las LB-52U menggunakan RB-26
b. Pengujian rusak (destructive test)
1) Tatakan benda kerja yang sudah digerinda dalam posisi tegak pada
2)
3)
4)
5)

ragum tetap yang berada di meja


Pastikan sambungan las berada 1 cm di atas penjepit pada ragum
Lepas APD yang sudah tidak digunakan
Pukul benda kerja hingga mencapai kemiringan 900 atau hingga patah
Catatkan kondisi dan kemiringan pada tiap impact yang diberikan
pada benda kerja

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Las SMAW
Pada dasarnya las busur listrik terlindungi dari subuah mesin las
(onformer, transformer atau generator las DC atau AC), kabel las secukupnya baik
yang dihubungkan dengan tangki maupun penjepit las, sebuah penjepit las dan
sebuah tangkai las/penjepit elektroda (Widarto, Sri, 2003: 1). Proses pengelasan
dengan busur listrik atau elektroda terbungkus yang sering disebut Shield Metal
Arc Welding (SMAW) merupakan proses pengelasan yang paling banyak
digunakan, karena proses pengelasan dengan cara ini dapat menghasilkan 2

sambungan yang kuat juga mudah untuk digunakan (Erizal, tt:1). Tipe
pengkutupan mesin SMAW adalah sebagai berikut:
1. Arus listrik bolak- balik (AC)
Karena adanya penggantian arah aliran arus listrik tersebut, maka panas yang
dihasilkan dibagi merata antara elektroda las (50%) dan bahan Induk (50%).
2. Arus listri searah (DC)
Arah aliran listrik selalu tetap yaitu dari kutub negatif, sehingga elektron akan
bergerak dari kutub positif ke negatif. Karena adanya bagian panas yang
dihasilkan berbeda pada benda kerja maupun elektroda maka pengkutuban arus
listrik searah
Las busur listrik adalah proses penyambungan logam dengan
pemanfaatan tenaga listrik sebagai sumber panasnya. Arifin (dalam Saputra,
Hendy, 2014: 92) memaparkan bahwa las busur listrik merupakan salah satu jenis
las listrik dimana sumber pemanasan atau pelumeran bahan yang disambung atau
di las berasal dari busur nyala listrik.
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah
Manual Metal Arc Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu
proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan
yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi
berupa elektroda terbungkus (Marwanto, Arif, 2007: 2). Pada proses las elektroda
terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas. Panas inilah yang
mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat.
Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las. Elektroda yang
dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan
adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal
dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka
terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag). Untuk menimbulkan arc,
kedua elektroda dihubungkan singkat dengan cara disentuhkan lebih dahulu
(arcstarting) dan pada bagian yang bersentuhan ini akan terjadi pemanasan
(temperatur naik), hal ini mendorong terjadinya busur. Beberapa keuntungan SMA
:

1.
2.
3.
4.

Peralatan yang digunakan tidak rumit, tidak mahal, dan mudah dipindahkan
Elektrodenya telah terdapat flux
Sensitivitasnya terhadap gangguan pengelasanberupa angina cukup baik
Dapat dipakai untuk berbagai posisi pengelasan
Keuntungan dari las SMAW adalah jenis las yang paling sederhana dan

paling

serba

guna,

karena

mudah

dalam

mengangkut

peralatan

dan

perlengkapannya. Hal tersebut membuat proses pengelasan SMAW mempunyai


aplikasi refinery piping hingga pipeline, dan bahkan pengelasan untuk dibawah
laut, guna untuk memperbaiki lokasi yang bisa terjangkau oleh sebatang
elektroda. Sambungan-sambungan pada daerah dimana pandangan mata terbatas
masih bisa dilas dengan cara membengkokkan elektroda. Kelemahan dari las
SMAW adalah proses pengelasan ini mempunyai karakteristik dimana laju
pengisiannya lebih rendah dibandingkan proses pengelasan GTAW. Panjang
elektroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan setelah sebatang elektroda habis,
puntug elektroda terbuang dan waktu juga terbuang untuk mengganti-ganti
elektroda yang baru.
B. Pengertian Uji Rusak
Pengujian bahan merupakan suatu dasar penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui sifat sifat dari sebuah bahan uji, sehingga penggunaan semaksimal
dan seaman mungkin bisa dilakukan, dan kerusakan yang mengakibatkan
kerugian di dalam bidang teknologi dan ekonomi bisa dihindarkan. Hasil
pengujian sebagai informasi keadaan bahan atau sifat bahan selalu diberikan
kepada industri sebagai pemakai bahan, sehingga penulisan hasil pengujian harus
disesuaikan dengan standar pengujian yang telah ditentukan oleh standar industri
dari masing masing negara atau standar industri internasional, yang kita kenal
dengan ISO.
Uji rusak merupakan pengujian yang dilakukan terhadap suatu material
atau spesimen sampai material tersebut mengalami kerusakan. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui performa pada material yang bersangkutan, salah
satunya bila material tersebut dikenai kerja dari luar dengan besar gaya yang
berbeda beda.(Harmer Elmer Davis, 1964)

Terdapat 3 macam jenis uji rusak, salah satu diantaranya adalah uji
mekanis. Uji mekanis ini terbagi dari beragam metode yakni metode pembebanan,
tekuk (bending), tekan, maupun uji tarik. Tujuan dari pengujian dengan metode ini
adalah untuk mengetahui sifat mekanis suatu material logam secara observasional
dengan menerapkan gaya luar dengan besar gaya yang berbeda beda.
Dalam penelitian ini, pengujian rusak dilakukan dengan uji impak.
Dimana menurut Smith dalam Baskoro, dkk (2014: 3) pengujian impak
merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ketangguhan
suatu material. Ketangguhan merupakan sifat material yang menunjukkan
banyaknya energi yang dapat diserap oleh material untuk mematahkan spesimen.
Dalam pengujian impak, spesimen (benda kerja) mendapatkan beban kejut hingga
spesimen mengalami patah. Dengan data yang didapatkan dalam pengujian impak
dan perhitungan yang dilakukan dapat diketahui besar energi yang dapat diserap
material sebelum material mengalami kerusakan (patah).
C. Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi uji rusak
Menurut (Alip, Mochamad, 1989: 252) uji rusak dipakai untuk menguji
sifat mekanis dan fisis lasan. Seperti namanya, uji rusak, benda teruji tidak bias
dipakai lagi maka pengujian hanya dilakukan terhadap sejumlah sampel. Jadi
berbeda dengan uji tidak merusak yang dilakukan terhadap semua lasan, bahkan
dilakukan dari titik ke titik. Berbagai bentuk uji rusak yaitu uji bengkok, Tarik,
kekerasan, beban kejut, macroscopic, microscopic, hydrostatic dan kimiawi.
Menurut definisi dari beberapa ahli las, peneliti menyimpulkan bahwa uji
rusak pada pengelasan adalah pengujian pada sambungan las untuk mengerti
kekuatan atau kerusakan yang ada pada sambungan las dengan cara merusak
sambungan las dengan banyak cara.
D. Kawah Las
Menurut Sri Yuni Setyawati dkk (2010) kawah las adalah Panas yang timbul
diantara elektroda dan bahan induk mencairkan ujung elektroda (kawat) las dan
bahan induk, sehingga membentuk cekungan yang cair, yang kemudian membeku
membentuk lasan.

Busur nyala listrik terjadi pada saat elektroda menyentuh benda kerja,
kemudian secepat mungkin ditarik kembali dan diberikan jarak tertentu dengan
benda kerja. Temperatur yang dihasilkan oleh busur nyala listrik mencapai
4000oC. Panas yang dihasilkan akan melelehkan bagian benda kerja dan ujung
elektroda, menghasilkan kubangan logam cair yang biasa disebut kawah lasan
(Modul Pelajaran Las, 2008)
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kawah las
adalah cekungan atau kubangan logam cair panas akibat dari elektroda yang
bereaksi terhadap permukaan benda kerja
E. Matulargi Las
Prinsip dasar metalurgi las adalah struktur mikro dari sambungan las
yang menentukan sifat mekanis dan varibel seperti pengaruh termal, reaksi kimia
didalam cairan metal, perpaduan, flux, komposisi dan zat kontaminan yang sangat
mempengaruhi zona terimbas panas (widharto, 2003)
Welding Metallurgy adalah perubahan yang terjadi dalam suatu logam
yang mengalami berbagai macam efek mekanis dan panas dalam suatu proses
pengelasan. Welding Metallurgy tergantung dari susunan atom dan bagaimana
suatu susunan atom tersebut dipengaruhi oleh gaya dan panas. Jenis susunan atom
logam menyebabkan perbedaan sifat mekaniknya (Jokosisworo-Sarjito, 2006).
F. Heat Affected Zone (HAZ)
Menurut Mahya reksa dalam webnya, dia menyatakan bahwa HAZ adalah
logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan
mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat.
Menurut Joko santoso dalam skripsinya, dia mengatakan bahwa HAZ adalah
logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan
pendinginan cepat sehingga daerah ini yang paling kritis dari sambungan las.
Jadi dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa HAZ adalah daerah
antara logam bahan pengelasan dengan logam las yang mengalami pemanasan dan
pendinginan cepat sehingga timbul perubahan struktur menjadi lebih keras.
Sonawa (dalam Joko Santoso, 2006: 12) memaparkan daerah pengaruh
panas atau Heat Affected Zone (HAZ) adalah logam dasar yang bersebelahan
dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal

pemanasan dan pendinginan cepat sehingga daerah ini yang paling kritis dari
sambungan las.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Impact
1
2
3
4
5

Sudut
Kemiringan
10
22
33
43
56

Hasil

Keterangan

Tidak ada retakan


Tidak ada retakan
Tidak ada retakan
Tidak ada retakan
Muncul garis retakan

Pukulan I
Pukulan II
Pukulan III
Pukulan IV
Pukulan V

6
7

65
75

90

Foto/ Gambar
1. Impact I

2. Impact II

3. Impact III

Muncul retakan didaerah lain


Retakan kedua makin besar
Retakan yang terbuka makin
memanjang

Pukulan VI
Pukulan VII
Pukulan VIII

4. Impact IV

5. Impact V

6. Impact VI

7. Impact VII

Perhitungan Rumus Impact


Usaha yang dilakukan palu saat memukul benda uji atau usaha yang diserap benda
uji dapat diketahui melalui rumus sebagai berikut.

Atau dapat juga diselesaikan dengan menggunakan rumus berikut ini.

dimana :
W1

= usaha yang dilakukan (kg m)

= berat palu (kg)

h1

= jarak awal antara palu dengan benda uji (m)

= jarak lengan pengayun (m)

cos = sudut posisi awal palu


Sedangkan sisa usaha setelah mematahkan benda uji dapat diketahui
melalui
rumus sebagai berikut.

Sehingga dapat diperoleh persamaan sebagai berikut.

dimana :
W2

= sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)

= berat palu (kg)

h2

= jarak akhir antara palu dengan benda uji (m)

= jarak lengan pengayun (m)

cos = sudut posisi akhir palu


Besarnya usaha yang diperlukan untuk memukul patah benda uji dapat
diketahui melalui rumus sebagai berikut.

Sehingga persamaan yang diperoleh dari rumus di atas adalah sebagai


berikut.

dimana :
W

= usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)

W1

= usaha yang dilakukan (kg m)

W2

= sisa usaha setelah mematahkan benda uji (kg m)

= berat pendulum (kg)

= jarak lengan pengayun (m)

cos = sudut posisi awal palu


cos = sudut posisi akhir palu
Dan besarnya harga impact dapat diketahui dari rumus berikut ini.

dimana :
K

= nilai impact (kg m/mm2)

= usaha yang diperlukan untuk mematahkan benda uji (kg m)

Ao

= luas penampang di bawah takikan (mm2)

B. PEMBAHASAN
Pada penelitian kali ini peneliti akan menguji kekuatan sambungan las
dengan cara uji rusak. Uji rusak yang dilakukan peneliti kali ini adalah impact.
Karena keterbatasan alat yang di punyai bengkel teknik mesin UM. Oleh karena
itu peneliti memilih uji impact yang murah dan mudah. Dalam uji impact kali ini
peneliti menggunakan palu 3 kg untuk memukul benda kerja. Dalam memukul
benda kerja kali ini, pemukulan tidak boleh dilakukan hingga melebihi sudut 900.
Untuk proses pengujiannya, baja karbon rendah yang sudah tersambung
dengan 3 kali lasan tersebut diuji dengan model penguijian rusak. Pengujian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memukul benda kerja hingga
membentuk sudut 900. Posisi sambungan las ditaruh di atas bibir ragum dengan
jarak 5-10 mm. Dalam penelitian ini, penulis hanya membutuhkan 8 kali
pemukulan utnuk membentuk benda kerja sampai sudut 900. Rincian pukulan dan
sudut yang didapat yaitu (1) pukulan 1 sudut 100, (2) pukulan 2 sudut 220, (3)
pukulan 3 sudut 330, (4) pukulan 4 sudut 430, (5) pukulan 5 sudut 560, (6) pukulan
6 sudut 650, (7) pukulan 7 sudut 750, (8) pukulan 8 sudut 900.
C. KESIMPULAN
Setelah diuji dengan impact, sambungan las pada benda kerja yang diteliti oleh

peneliti termasuk dalam kategori aman meskipun terjadi retakan.


Ketahanan pada sambungan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kuat arus listrik
untuk penggunaan elektroda, cara pengelasan, dan HAZ yang terbentuk dari

proses lasan.
Ilmu metalurgi las sangat penting disini karena adanya uji rusak disini
membuktikan bahwa adanya perubahan struktur yang mempengaruhi sifat dari
bahan yang di las.

DAFTAR RUJUKAN

Alip, Mochamad. 1989. Teori Dan Praktek Las. Jakarta: F.P.T.K. IKIP
Yogyakarta.

Hunter, Ardhiey. 2013. Destructive Test. (Online),


(http://dhianmilanisty.blogspot.co.id/2013/01/destructivetest-pengujian-merusak.html#axzz46wH6dpPs). Diakses
tanggal 26 April 2016

Saputra, Hendi., dkk. 2014. Analisis Pengaruh Media Pendingin Terhadap


Kekuatan
Tarik Baja St37 Pasca Pengelasan Menggunakan Las Listrik. Jurnal
Teknik Mesin Unlam, 3 (2): 91-98.
Santoso, Joko. 2006. Pengaruh arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik Dan
Ketangguhan Las SMAW Dengan Elektroda E7018. (Skripsi).
Universitas Negeri Semarang.
Sri Yuni Setyawati.- Analisa Pengaruh Tegangan Sisa Dan Distorsi Pada
Pengelasan Butt Joint Dan T Joint Dengan Variasi Tebal Plat (jurnal).
Surabaya.
Widharto, S. 2003. Petunjuk Kerja Las. Jakarta: Pradnya Paramita.

Saripuddin & Lauw. Pengaruh Hasil Pengelasan Terhadap Kekuatan, Kekerasan


dan Struktur Mikro Baja ST 42. ILTEK. Volume 8, Nomor 15, April 2013
Jokosisworo, Sarjito. 2006. Weldability, Welding Metallurgy, Welding Chemistry.
Universitas Diponegoro.
Erizal. 2015. Analisa Struktur Mikro pada Daerah Las dan HAZ Hasil
Pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW) pada Baja Karbon
Medium Dan Quenching Air Laut. Bengkulu: Universitas Prof. DR.
Hazairin, SH.

Anda mungkin juga menyukai