Oleh:
Akbar Pratama
1102005077
1102005141
Vickram Subramaniam
1102005198
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya lah laporan PBL (pengalaman belajar lapangan) ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. T.G.A. Suwardewa, Sp.OG (K), selaku Kepala Bagian/SMF Obstetri
dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.
2. dr. I G.N. Harry Wijaya Surya, Sp.OG, selaku koordinator pendidikan
sarjana Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar.
3. Ibu Ruk sebagai pasien pada pelaksanaan PBL kali ini.
4. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis miliki.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Menjadi ibu merupakan salah satu sosok yang didambakan oleh seorang wanita
yang telah menikah. Saat menikah tentunya hamil dan memiliki anak adalah salah
satu tujuan dari pernikahan dan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi tiap keluarga.
Kehamilan yang sesuai dengan kecukupan usia kehamilan dan tanpa penyulit atau
komplikasi akan melengkapi kebahagiaan ibu dan keluarga. Persalinan dikatakan
normal apabila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alatalat atau alat bantu serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam.1
Proses persalinan ditandai
oleh
adanya
kontraksi
uterus
yang
menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong fetus keluar melalui jalan lahir di
mana ibu memerlukan banyak tenaga selama proses persalinan ini. Sebelum
timbulnya kontraksi yang menyakitkan ini, uterus harus disiapkan untuk proses
kelahiran. Miometrium tidak akan berespon sampai dengan usia kehamilan 36-38
minggu, dan setelah periode memanjang ini, fase transisional diperlukan sampai
serviks mengalami penipisan dan perlunakan.2,3 Terdapat beberapa komplikasi
yang tidak diharapkan atau tidak diduga muncul pada persalinan atau kehamilan,
yaitu abortus, pre-eklamsi, perdarahan, dan ketuban pecah dini.
Dalam keadaan normal, selaput ketuban akan pecah dalam proses
persalinan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
sebelum persalinan, bila ditunggu dalam satu jam tidak timbul tanda-tanda awal
persalinan. Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi atau komplikasi pada ibu dan janin serta adanya tandatanda persalinan. Saat aterm, 8-10 % wanita hamil datang dengan ketuban pecah
dini yang akan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi intrauterin
jika jarak waktu antara pecahnya ketuban dan persalinan memanjang.1
BAB II
LAPORAN KASUS
: Ruk
Alamat
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
: 20 April 1981
Usia
: 34 tahun
No CM
: 15039624
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMP
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Kebangsaan
: Indonesia
Status
: Menikah
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar air pervaginam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang sadar merupakan rujukan dari bidan praktek swasta dengan
diagnosis G3P2002 39 minggu 4 hari, preskep T/H, KPD>12 jam pada
tanggal 6 Agustus 2015 pukul 07.20 WITA. Pasien mengeluh keluar air
ketuban sejak tanggal 5 Agustus 2015 pukul 19.00 WITA (12 jam SMRS),
keluhan sakit perut hilang timbul disangkal dan gerak bayi dikatakan baik.
Dikatakan pasien tiba di bidan praktek swasta pada tanggal 5 Agustus 2015
pukul 19.30 WITA. Pada pukul 20.00 WITA, ditemukan pembukaan 1 jari,
tidak terdapat ketuban dan denyut jantung bayi 152 kali per menit. Pada
pukul 05.00 WITA tanggal 6 Agustus 2015, ditemukan pembukaan 2 jari dan
tidak terdapat ketuban. Pada pukul 06.30, bidan merujuk pasien ke RSUP
Sanglah.
Riwayat Obstetri
Pasien mengalami menstruasi pertama kali pada usia 14 tahun. Pasien
mengatakan siklus menstruasi teratur setiap bulannya, sekali siklus 30 hari,
lamanya menstruasi 5 hari, dengan volume 60 cc. Hari Pertama Haid
Terakhir pasien adalah tanggal 2 November 2014. Tanggal perkiraan
persalinan yaitu 9 Agustus 2015. Pasien mengatakan ini merupakan
kehamilan ketiga. Pasien melakukan pemeriksaan kehamilan 3 kali di bidan
dan mengaku mendapatkan imunisasi 1kali.
Riwayat Perkawinan
Pasien saat ini sudah menikah. Perkawinan ini merupakan perkawinan yang
kedua yang sudah berlangsung selama 1,5 tahun, dengan suami bernama S
berusia 34 tahun. Perkawinan pertama pasien ketika pasien berumur 23 tahun
dan menikah selama 11 tahun.
Riwayat Kehamilan
No.
Thn
UK
Jenis
BBL
Partus
1.
2.
3.
2005
2009
2015
aterm
aterm
39-40
Spontan
Spontan
Spontan
3400gr
3500gr
3300gr
Sex Penolong
L P
Persalina
L
L
L
n
Bidan
Bidan
Dokter
Tempat
Abortu
Komplikasi
persalinan
Puskesmas
Puskesmas
RSUP
Keterangan
10 tahun
5,5 tahun
5 hari
Sanglah
: 3xhari
Pola minum
: 1500ml/hari
Pola eliminasi
Pola istirahat
: menerima
Dukungan sosial
Spiritual
: Islam
Kesadaran
: E4V5M6(CM)
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu tubuh
: 36,7 C
Tinggi badan
: 155 cm
Berat badan
: 66 kg
2. Status General
Kepala
Leher
Mamae
: ~ status obstetri
Ekstremitas
3. Status Obstetri
Abdomen
Inspeksi
Tampak perut membesar ke depan, disertai adanya striae gravidarum (striae
livide dan striae albicantes), tidak tampak bekas luka sayatan.
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
I.
II.
Teraba tahanan keras di kiri (kesan punggung) dan teraba bagian kecil
di kanan.
III.
IV.
Auskultasi
Bising usus (+), denyut jantung janin terdengar paling keras di sebelah kiri
bawah umbilikus dengan frekuensi 136x/menit.
Anogenital
Inspeksi : air ketuban (+), bekas luka episiotomi (-)
Inspekulo v/v : tampak keluar cairan dari ostium uteri eksterna,
Tes lakmus (+)
VT (Pk. 07.30 WITA) :
Pembukaan serviks 1 jari, effacement 25%, konsistensi lunak, arah uterus
anterior, ketuban (-).
Teraba kepala, denominator belum jelas, penurunan Hodge I.
Tak teraba bagian kecil/tali pusat.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
AVE : 37W2D
AC : 32,86 ~ 37W1D
FL : 7,28 ~ 37W1D
EDD : 25-8-2015
23/12/2014
Rujukan
WBC
10,01
4,10 11,00
Ne#
7,56
2,50 7,50
Ly#
1,73
1,00 4,00
Mo#
0,53
0,10 1,25
Eo#
0,05
0,00 0,55
Ba#
0,01
0,00 0,10
RBC
4,22
4,0 5,2
HGB
10,2
12,0 16,0
HCT
32,4
36,0 46,0
MCV
76,8
80,0 100
MCH
24,1
26,0 34,0
MCHC
31,3
31,0 36,0
RDW
12,4
11,6 14,8
PLT
397
140 440
MPV
7,3
6,80 10,0
2.5 Diagnosis
Diagnosis masuk :
G3P2002 39 minggu 4 hari, Tunggal/Hidup, ketuban pecah dini > 12 jam.
PBB : 3410 gram, PS : 5
Diagnosis akhir :
P3003, persalinan spontan belakang kepala post partum hari 0 + akseptor
IUD
2.6 Penatalaksanaan
MRS
Ekspektatif pervaginam
Drip oksitosin 2,5 IU dalam 500 cc d5%. Mulai 10 tpm naik 10 tetes tiap
30 menit sampai dengan his adekuat.
: sakit perut hilang timbul (+), keluar air (+), gerak anak (+) baik
Kesadaran
: E4V5M6(CM)
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi
Suhu tubuh
: 36,7 C
: 20 x/menit
Status General
Kepala
Status Obstetri
Abdomen : His (+) 3-4x/10 ~ 35-40
DJJ (+) 148x/menit
VT : Pembukaan 4cm, effacement 50%, ketuban (-) jernih
Teraba kepala, UUK melintang
Tidak teraba bagian tali pusat/bagian kecil
Ass
: Ekspektatif pervaginam
IVFD D5% + 2,5 IU Oksitosin 20tpm
Amoxicillin 3x500mg p.o
Laporan Partus
Pada pukul 12.25 pasien dipimpin mengedan saat puncak his dalam posisi
setengah duduk saat kepala crowning. Dilakukan episiotomi mediolateral,
dilanjutkan dengan perasat ritgen. Tangan kanan menahan perineum, tangan kiri
mengatur defleksi kepala bayi, dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturutturut lahir UUK, UUB, dahi hingga seluruh kepala lahir. Sambil menunggu putar
paksi luar, dievaluasi belitan tali pusat, tidak ditemukan belitan tali pusat. Posisi
tangan biparietal, pada kepala bayi dilakukan tarikan curam ke bawah melahirkan
bahu anterior, tarikan curam ke atas melahirkan bahu posterior. Sangga susur
melahirkan seluruh badan bayi dan seluruh ekstrimitas.
Pk. 12.25 WITA
Lahir bayi, spontan, belakang kepala, laki-laki, segera menangis, dengan BBL
3300 gram, PB 53 cm, AS 8-9, anus (+), kelainan kongenital (-).
Manajemen aktif kala III
1. Injeksi Oksitosin 10 IU im
2. Lakukan perasat Penegangan tali pusat terkendali (PTT)
3. Masase Fundus Uteri
Pk 12.30 WITA
Lahir plasenta komplit, kalsifikasi (-), hematoma (-) masase fundus uteri
Evaluasi
P : Terapi
Monitoring
KIE
: Mobilisasi dini
Personal hygine
ASI eksklusif
TD
RR
36,5o C
Tinggi
Kontraksi
Kandung
Perdarahan
f. uteri
uterus
kemih
aktif
2 jr bpst
kosong
12.45
110/70
80
20
13.00
110/70
80
20
2 jr bpst
kosong
13.15
110/70
80
20
2 jr bpst
kosong
13.30
110/70
80
20
2 jr bpst
kosong
14.00
110/70
80
20
2 jr bpst
kosong
14.30
110/70
80
20
2 jr bpst
kosong
36,7o C
: nyeri post partum (+), perdarahan aktif (-), BAK (+), mobilisasi (+)
: Status Present
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: E4V5M6(CM)
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
Suhu tubuh
: 36,5C
: 20 x/menit
Status Generalis
Kepala
Leher
Abdomen
: ~ status obstetri
Ekstremitas
Status Obstetri
Abdomen : Tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat
Konstraksi (+) baik
Vagina : Lochia (+), perdarahan aktif (-)
A
: Planning of care :
Rencana perawatan post partum selama 1 hari dengan pemberian
antibiotik, analgetik dan uterotonika
Terapi : Amoxicillin 3x500mg (po)
Asam mefenamat 3x500mg (po)
Metil ergometrin 3 x 0,125 mg (po)
SF 2 x 300 mg (po)
BPD Bakung Timur
Monitoring : Keluhan, tanda vital, perdarahan, kontraksi
: Nyeri perut post partum berkurang, nyeri luka episiotomi (+), perdarahan
aktif (-), BAK (+), Mobilisasi (+)
Status Present
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: E4V5M6(CM)
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
Suhu tubuh
: 36,5C
: 18 x/menit
Status General
Kepala
Leher
Mamae
Abdomen
: ~ status obstetri
Ekstremitas
Status Obstetri
Abdomen
BAB III
HASIL KUNJUNGAN
3.1 Daftar Permasalahan
Pasien tidak mengeluhkan nyeri perut, hanya mengeluhkan nyeri ringan pada
bekas jahitan, kadang-kadang masih muncul flek kecoklatan namun sudah
mulai berkurang. Pasien mengatakan tidak ada keluhan buang air besar dan
buang air kecil, serta buang angin normal. Saat ini pasien menyusui anaknya,
ASI dikatakan keluar lancar dan volume cukup. Nafsu makan pasien baik dan
lebih dominan minum air putih. Pasien sudah mampu memasak dan
melakukan aktivitas ringan lainnya. Pekerjaan rumah tangga dibantu oleh
suami pasien.
Adapun sejumlah permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam
hal menghadapi keadaannya :
1. Status ekonomi pasien yang tergolong menengah ke bawah sehingga
menyebabkan nutrisi tidak terpenuhi sesuai dengan nutrisi seimbang
untuk ibu menyusui. Selain itu status ekonomi juga menyebabkan kondisi
rumah menjadi tidak terawat dengan baik.
2. Pengetahuan pasien tentang pemenuhan kebutuhan kesehatan bayi seperti
imunisasi kurang.
3. Pengetahuan pasien mengenai kontrasepsi yang digunakan juga kurang
sehingga pasien khawatir akan keefektifan kontrasepsi tersebut.
3.2 Analisis Kebutuhan Pasien
3.2.1 Kebutuhan Fisik Biomedis
Kecukupan Gizi
Keadaan gizi pasien dikatakan kurang. Menurut pengakuan pasien, dalam
sehari pasien biasa makan 3 kali sehari namun dengan menu seadanya berupa
nasi, tahu tempe, sayur, terkadang makan daging atau buah. Sejak dikatakan
hamil pasien tidak ada mengubah pola makannya serta makan seperti biasa.
Seharusnya dalam kondisi menyusui ini, pasien mendapatkan makanan yang
bergizi berimbang dan beragam untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
keadaan pasien saat ini, sehingga suami tidak bekerja sementara untuk
membantu keadaan pasien. Keluarga pasien lainnya berada di Jawa, namun
keluarga
pasien. Pada saat kunjungan rumah, pasien sedang mengasuh anaknya yang
baru lahir ditemani oleh suami. Dari sini, dapat dilihat bahwa pemenuhan
kebutuhan kasih sayang pasien sudah cukup terpenuhi. Pasien juga mendapat
dukungan dari tetangga di sekitar rumahnya.
3.2.2 Analisis Biopsikososial
Lingkungan Biologis
Penyebab : pasien seorang wanita usia 34 tahun dan memiliki 3 orang anak
saat ini, dimana persalinan ini merupakan anak ketiga dari pasien. Pasien
sudah menikah, dan saat ini merupakan pernikahan kedua pasien. Secara
biologis tidak tampak terdapat hal-hal yang menjadi faktor resiko terjadinya
ketuban pecah dini.
Gizi
Gizi pasien tergolong kurang. Pasien dapat makan tiga kali sehari dengan
menu seadanya. Setelah hamil pasien tetap mengonsumsi makanan seperti
biasa tanpa keluhan dan tidak ada makanan khusus. Namun, pemenuhan
protein dan vitamin pasien tergolong belum cukup terlihat dari menu
makanan pasien yang cenderung jarang makan daging, ikan ataupun susu dan
buah-buahan.
Akses Pelayanan Kesehatan
Rumah pasien dengan pusat pelayanan kesehatan tergolong dekat. Jarak
rumah pasien ke Puskesmas terdekat kira-kira hanya 500 meter. Hal ini
membuat pasien lebih mudah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
khususnya pemeriksaan rutin kehamilan. Pasien mengatakan bahwa akan
rutin memeriksakan diri dan anak ke puskesmas terdekat.
Faktor Psikososial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga. Sebelum hamil pasien bekerja
sampingan seperti berjualan, membuat krupuk sambil menjaga anaknya
dirumah. Setelah mengandung pasien berhenti bekerja dan hanya beraktivitas
dirumah. Pasien kadang keluar rumah dan tetap melakukan aktivitas
saat
kunjungan
keluarga
kandung
pasien
belum
sempat
akan
bertambah
dan
kekhawatirannya
mengenai
keefektifan
Menyarankan
kepada
keluarga
untuk
memperhatikan
kebersihan
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiknjosastro, G.H., saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T. (2005), Ilmu
Kebidanan, ed. 7, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
2. Gabbe, S.G., Niebyl, J.R., Simpson, J.L (2002), Obstetrics Normal and
Problem Pregnancies, ed.4, Churchill Livingstone,New York.
3. Cunningham G.E., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C,
(2001), Williams Obstetrics, ed.21, McGraw Hill, New York.