Anda di halaman 1dari 34

USULAN PROPOSAL

KARAKTERISTIK PSIKOMETRI
GATB

HADI KUNCORO
097104007

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2013

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Psikometri .................................................................................................... 7
1.

Pengukuran ........................................................................................... 7

2.

Evaluasi ................................................................................................. 9

3.

Tes ......................................................................................................... 9

B. Karakteristik Psikometri .............................................................................. 10


1.

Indeks Kesukaran Aitem ....................................................................... 10

2.

Indeks Diskriminasi Aitem ................................................................... 11

3.

Efektivitas Distraktor/Pengecoh ........................................................... 13

4.

Validitas ................................................................................................ 13

5.

Reliabilitas ............................................................................................ 17

C. General Aptitude Test Battery (GATB) ....................................................... 19


D. Karakteristik Psikometri GATB................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel ..................................................................................... 26
B. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling ...................................................... 26

C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 27


D. Metode Analisis Data ................................................................................... 28
E. DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tes psikologi adalah suatu pengukuran yang objektif dan terstandar
terhadap sampel dari perilaku (Anastasi & Urbina, 2006). Tujuan dari tes
psikologi adalah untuk mengukur perbedaan antara individu atau reaksi individu
yang sama pada situasi yang berbeda. Tes psikologi didesain untuk dapat
mengukur tingkah laku manusia. Tes psikologi berperan penting dalam
memberikan profil mengenai individu (Anastasi & Urbina, 2006).
Kebutuhan akan layanan dan tes psikologi dewasa ini menunjukkan
peningkatan yang sangat signifikan. Kebanyakan dari mereka yang bersekolah,
masuk perguruan tinggi, melamar pekerjaan, dan mengikuti seleksi untuk
menduduki jabatan tertentu, pernah mengikuti pemeriksaan psikologi. Pada dunia
pendidikan penggunaan tes psikologi biasanya dilakukan oleh sekolah-sekolah
yang membuka kelas akselerasi dalam melakukan seleksi untuk menentukan calon
siswa yang mampu untuk mengikuti program tersebut. Pada dunia industri dan
organisasi, proses rekruitmen, penempatan, promosi dan sebagainya biasanya
memanfaatkan tes psikologi sebagai salah satu tahap yang harus dilewati.
Pemeriksaan psikologi yang dilalui tidak selalu sama, alat pemeriksaan yang
digunakan pun berbeda tergantung dari tujuan pemeriksaan.
Kebiasaan pengukuran tersebut merupakan kegiatan yang khas dan sering
dilakukan dalam dunia psikologi, karena hal tersebut merupakan salah satu
aktivitas dalam hal asessment sebagai langkah awal dalam mengidentifikasi

individu, termasuk didalamnya adalah pengukuran tentang kepribadian maupun


kemampuan. Tes Psikologi digunakan untuk memahami dan memprediksi
perilaku individu. Skor hasil tes psikologi dapat memberi informasi berupa
perkiraan mengenai seberapa baik individu dalam bidang tertentu, misalnya saja
skor individu dalam tes kerja menunjukkan kemampuannya pada suatu bidang
pekerjaan tertentu. Skor yang diperoleh tersebut digunakan untuk memprediksi
kesesuaian pekerjaan berdasarkan kemampuan yang dimiliki seorang individu
(Kaplan & Saccuzzo, 2005).
Kebutuhan akan tes yang berkualitas dalam upaya diagnostik menjadi salah
satu hal mendasar yang menentukan seberapa baik suatu proses pengukuran. Hal
ini dianggap penting karena hasil akhir dari penggunaan tes berupa skor akan
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan mengenai individu. Tes
psikologi seharusnya memiliki kualitas yang baik (Azwar, 2011).
Tes yang baik memiliki karakteristik, antara lain tepat, cermat, akurat dan
dapat dipercaya, yang dikenal dengan istilah validitas dan reliabilitas (Kaplan &
Saccuzo, 2005). Tes yang mempunyai nilai validitas tinggi berarti tes itu mampu
mengukur hal yang harus diukur dan tes dengan nilai reliabilitas tinggi berarti tes
itu dapat dipercaya untuk mengukur hal yang semestinya diukur (Aiken dan
Marnat, 2008). Para pengguna alat tes perlu mengetahui pengetahuan dasar
tentang cara mengevaluasi alat tes misalnya karakteristik dasar sebuah
pengukuran, seperti validitas, reliabilitas, kesukaran soal maupun norma dari tes
yang digunakan. Pengetahuan dasar tentang tes tersebut diperlukan bukan hanya
bagi mereka yang merancang atau memberikan tes, tetapi juga bagi siapapun yang
menggunakan hasil-hasil tes sebagai salah satu sumber data dalam rangka

mencapai keputusan tentang diri sendiri ataupun pihak lain (Anastasi dan Urbina,
2006).
Berdasarkan penyajiannya, tes-tes psikologi dibagi ke dalam dua metode,
yaitu secara individu dan klasikal. Penyajian individu ialah tes diberikan oleh
seorang tester kepada satu individu, sedangkan secara klasikal tes tersebut dapat
diberikan pada sekelompok individu secara bersamaan. Pada dasarnya tes
psikologi terdiri dari dua macam tes yang mengukur performansi maksimal seperti
kemampuan dan tes performansi tipikal seperti kepribadian. Tes kepribadian
merupakan tes yang mengungkap gambaran yang ada di dalam diri individu. Tes
kemampuan merupakan tes yang mengungkap potensi yang dimiliki individu,
salah satunya adalah tes bakat.
Tes bakat merupakan tes yang dirancang khusus untuk mengungkapkan
kemampuan atau keberhasilan individu dalam melaksanakan sebuah pekerjaan
dimasa akan datang. Tes bakat dapat menggambarkan kemampuan individu secara
spesifik dalam bidang-bidang tertentu. Tes bakat sering digunakan baik dalam
bidang

pendidikan

maupun

industri

organisasi.

Penggunaan

tes

bakat

dimaksudkan untuk mengungkap bakat-bakat yang dimiliki individu dalam


bidang-bidang tertentu.
Individu yang dapat memilih dan menyesuaikan pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan bakat yang dimiliki akan mendapat kenyamanan dalam beraktivitas.
Sebaliknya, individu yang bekerja pada bidang yang tidak sesuai dengan bakat
akan menyebabkan ketidaknyaman dalam aktivitasnya yang dapat menyebabkan
tekanan dalam diri individu yang bersangkutan.

Tes bakat yang biasa digunakan salah satunya adalah tes GATB (General
Aptitude Test Battery). GATB adalah suatu alat tes bakat yang mengukur
sembilan kemampuan individu yang terangkum dalam dua belas subtes, yaitu:
name comparison, computation, three dimensional space, vocabulary, tool
matching, arithmetic reason, form matching, mark making, place, turn, dan
disassemble (Alsa dkk, 2004). Penelitian yang dilakukan menggunakan bentuk
pendek dari tes GATB yaitu, subtes name comparison, computation, three
dimentional space, vocabulary, dan arithmatic reason. Bentuk pendek dari GATB
ini digunakan karena mampu mengukur atau memberikan penilaian bakat
skolastik individu. Tes bakat skolastik adalah sebuah tes yang bertujuan untuk
mengetahuai bakat dan kemampuan individu dalam bidang keilmuan.
Alat tes ini sampai sekarang masih sering digunakan untuk mengukur bakat
individu. Permasalahan yang muncul ialah tes yang digunakan tersebut
merupakan alat tes yang lama. GATB dibuat pada tahun 1940. Sejauh pengamatan
peneliti hingga saat ini belum ada penelitian terbaru tentang alat tes tersebut.
Tentunya ada faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari aitem-aitem tes
GATB.
Norma yang digunakan juga merupakan norma yang telah lama dan belum
direvisi sehingga faktor validitas dari tes-tes tersebut sewajarnya patut
dipertanyakan. Sementara perubahan karakteristik ataupun kemampuan populasi
dapat terjadi seiring dengan berjalannya waktu. Penggunaan alat ukur psikologi
memerlukan penelitian yang berkaitan dengan validitas dan reliabilitas dari
perangkat tes psikologi yang digunakan sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan tepat dan bias pengukuran dapat dihindari.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian mengenai studi analisis psikometri tes GATB secara lebih mendalam
agar mendapatkan gambaran tentang keabsahan dan keakuratan suatu alat ukur
dalam menjalankan fungsi ukurnya.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas tes GATB
ditinjau dari analisis karakteristik psikometri yang meliputi:
1.

Seberapa besar indeks kesukaran aitem pada masing-masing subtes GATB?

2.

Seberapa besar indeks daya diskriminasi aitem pada masing-masing subtes


GATB?

3.

Bagaimana efektifitas distraktor aitem-aitem pada masing-masing subtes yang


terkandung dalam GATB?

4.

Seberapa besar indeks reliabilitas dari masing-masing subtes pada GATB?

5.

Bagaimana validitas konstrak dari masing-masing subtes GATB?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kualitas tes GATB yang ditinjau
dari analisis psikometri yang meliputi analisis terhadap indeks kesukaran aitem,
indeks diskriminasi aitem, efektifitas distraktor, indeks reliabilitas dan validitas
untuk melihat apakah masih dapat digunakan untuk menjalankan fungsi ukurnya
sebagai tes bakat.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai karakteristik Psikometri GATB ini diharapkan dapat
bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1.

Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah adanya
tambahan khasanah keilmuan dalam bidang psikologi, khususnya bidang
psikometri.

2.

Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a.

Hasil penelitian ini merupakan hasil pengukuran yang dilakukan dengan


prosedur dan tata cara yang sistematis, sehingga dapat menjadi
pertimbangan bagi biro penyelenggara tes maupun pengguna jasa dalam
melakukan seleksi.

b.

Memberikan informasi yang ilmiah untuk dijadikan bahan pertimbangan


dalam melakukan tes psikologi, baik bagi para mahasiswa dalam rangka
kegiatan praktikum maupun bagi para psikolog ketika memberikan
layanan tes psikologi pada masyarakat umum.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Psikometri
Psikometri adalah ilmu tentang pengukuran psikologis yang mengkaji tentang
pengembangan teori, model tes dan pengembangan dasar-dasar evaluasi terhadap
kualitas tes (Azwar, 2010a). Psikometri memberikan landasan fundamental dalam
pembuatan dan pengembangan tes psikologi sehingga metode konstruksi tes dapat
berkembang dan menghasilkan jenis tes yang valid dan reliabel.
1.

Pengukuran
Pengukuran adalah suatu prosedur pemberian angka kuantifikasi
terhadap atribut atau variabel sepanjang suatu kontinum (Azwar, 2010a).
Nurnally (Suryabrata, 2005) menambahkan bahwa pengukuran itu terdiri dari
aturan-aturan untuk mengenakan bilangan kepada objek sedemikian rupa
guna menunjukkan kuantitas atribut pada objek tersebut. Aturan tersebut
harus secara eksplisit dirumuskan karena dalam banyak hal aturan tersebut
tidak secara intuitif dimengerti. Penerapan aturan tersebut secara langsung
berkenaan dengan pembakuan agar ilmuwan berbeda yang bekerja secara
terpisah menghasilkan hal yang sama sekurang-kurangnya setara. Suryabrata
(2005)

menambahkan

bahwa

pada

hakekatnya

pengukuran

adalah

kuantifikasi dimana hasil dari pengukuran adalah bilangan yang menunjukkan


besaran atribut yang diukur.

Ada tiga macam karakteristik pengukuran (Azwar, 2010a), yaitu:


a.

Pengukuran merupakan pembandingan antara alat ukur dengan atribut


yang akan diukur. Maksudnya adalah yang diukur adalah atribut atau
dimensi dari sesuatu bukan sesuatu itu sendiri. Misalnya, pengukuran
terhadap sebuah meja tidak bisa dilakukan karena objek yang diukur
bukanlah meja melainkan dimensi dari meja itu sendiri seperti panjang
dan lebar. Begitu pun dengan manusia yang dapat diukur adalah dimensi
dari objek yang hendak diukur misalnya kecerdasan atau prestasi.
Pengertian ini membawa makna bahwa (a) benda atau manusia yang
dimensinya yang diukur merupakan subjek ukur, bukan objek ukur. (b)
alat akan dapat diketahui apabila atribut yang hendak diukur telah
diketahui.

b.

Karakteristik yang kedua adalah sifat hasilnya kuantitatif yang berarti


berwujud angka. Suatu proses pengukuran akan dinyatakan selesai
apabila hasilnya telah diwujudkan dalam bentuk angka yang biasanya
dalam pengukuran fisik disertai oleh satuan ukurnya.

c.

Karakteristik pengukuran yang ketiga adalah hasil ukur bersifat


deskriptif, artinya hanya sebatas memberikan angka yang tidak
diinterpretasikan lebih jauh.
Dari beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa

pengukuran merupakan pedoman yang digunakan untuk mengukur suatu


fenomena dengan prosedur kuantitatif dan hasilnya bersifat deskriptif.

2.

Evaluasi
Evaluasi merupakan pembandingan antara hasil dari sebuah pengukuran
dengan suatu norma atau kriteria yang hasilnya bersifat kualitatif dan
dinyatakan secara evaluatif (Azwar, 2010b).
Karakteristik evaluasi tersebut secara ringkas:
1) Merupakan pembandingan antara hasil ukur dengan suatu norma atau
suatu criteria.
2) Hasil evaluasi bersifat kualitatif.
3) Hasil evaluasi dinyatakan secara eveluatif.
Berdasarkan pengertian dan karakrteristik evaluasi di atas peneliti
menyimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses menentukan kualitas
dari sesuatu berdasarkan norma atau suatu kriteria yang bersifat kualitatif.

3.

Tes
Anastasi & Urbina (2007) mengatakan pada dasarnya tes merupakan
suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap suatu sampel perilaku.
Urbina (2004) mendefinisikan tes psikologi sebagai sebuah prosedur yang
sistematis untuk mendapatkan sampel perilaku yang relevan dengan fungsi
kognitif atau afektif, dan untuk mencetak serta mengevaluasi sampel tersebut
sesuai

dengan

standar

yang

ada.

Brown

(Azwar,

2010a;2010b)

mendefinisikan tes sebagai prosedur yang sistematik yang digunakan untuk


mengukur sampel dari suatu perilaku individu. Sistematik tersebut mencakup
pengertian objektif, standar dan syarat-syarat kualitas lainnya.

10

Cronbach (Azwar, 2010a;2010b) mendefinisikan bahwa tes adalah


suatu prosedur yang sistematik untuk melihat dan menjelaskan perilaku
individu dengan bantuan skala angka atau suatu kategori system tertentu.
Cronbach (Furr & Bacharach, 2008) menambahkan definisi tersebut
mencakup tiga komponen penting: (a) Uji melibatkan sampel perilaku dari
beberapa jenis, (b) perilaku sampel harus dikumpulkan dalam beberapa cara
sistematis, dan (c) usulan tes adalah untuk membandingkan perilaku dari dua
orang atau lebih.
Cronbach (Azwar, 2010a;2010b) juga membagi tes menjadi dua
kelompok besar, yaitu tes yang mengukur performansi maksimal yang
mengungkap apa yang mampu dilakukan oleh individu dan seberapa baik
individu tersebut melakukannya dan performansi tipikal yang mengungkap
kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika berada dalam suatu
kondisi tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa
tes merupakan prosedur sistematis yang digunakan untuk mengukur atau
mengetahui sampel perilaku tertentu.
B. Karakteristik Psikometri
1.

Indeks Kesukaran Aitem


Taraf kesukaran aitem dinyatakan oleh suatu indeks kesukaran aitem
dan disimbolkan dengan huruf p. Indeks kesukaran aitem merupakan rasio
antara jawaban benar yang di peroleh individu dengan jumlah individu yang

11

menjawab aitem (Azwar, 2010b). secara teoritik p merupakan probabilitas


empirik untuk melulusi sebuah aitem tertentu dalam sebuah kelompok.
p = ni/N
p = Indeks kesukaran aitem
ni = Banyaknya individu yang menjawab aitem dengan benar
N = Banyaknya individu yang menjawab aitem.
Kisaran nilai p sendiri di kelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
kategori tinggi, sedang, dan rendah dengan nilai yang berkisar 0-1. Nilai p
aitem yang bergerak mendekati 0,0 dikategorikan sebagai aitem yang sulit,
nilai p yang berada berkisaran 0,5 dikategorikan sebagai aitem yang sedang,
dan nilai p yang bergerak mendekati 1 dikategorikan sebagai aitem yang
mudah.
2. Indeks Diskriminasi Aitem
Daya diskriminasi aitem adalah kemampuan aitem dalam membedakan
individu yang memiliki kemampuan tinggi yang biasanya diwakili oleh
individi-individu yang termasuk dalam Kelompok Tinggi (KT) dan individu
yang memiliki kemampuan rendah yang diwakili oleh individu-individu yang
termasuk dalam Kelompok Rendah (KR) (Azwar, 2010b). Suatu aitem
dikatakan memiliki daya diskriminasi aitem yang baik ketika mampu
membedakan kemampuan individu-individu pada KT dengan individuindividu pada KR. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan individu pada
KT dalam menjawab aitem dengan benar dengan individu pada KR kurang
atau tidak mampu untuk menjawab aitem yang sama.

12

d = niT/NT-niR/NR
d = Indeks diskriminasi aitem
niT = Banyaknya individu yang menjawab aitem dengan benar pada KT
NT = Banyaknya individu yang menjawab aitem pada KT
niR = Banyaknya individu yang menjawab aitem dengan benar pada KR
NR = Banyaknya individu yang menjawab aitem pada KT

Azwar (2010b) menjelaskan bahwa indeks diskriminasi aitem yang


disimbolkan dengan d memiliki nilai yang berkisar mulai -1 sampai dengan
+1, namun hanya harga d yang positif saja yang memiliki arti dalam analisis
sebuah aitem. Nilai d yang berada disekitar 0 menunjukkan aitem memiliki
daya diskriminasi yang rendah sedangkan nilai d yang negatif menunjukkan
bahwa aitem tersebut tidak berguna. Indeks diskriminasi aitem yang baik
memiliki nilai yang mendekati 1 yang artinya aitem tersebut dapat
membedakan antara individu-individu yang menguasai bahan yang diujikan
dengan yang tidak.
Thorndike dkk (Azwar, 2010b) menjelaskan bahwa pada seleksi aitem,
aitem-aitem yang memiliki nilai d lebih besar dari 0,50 memiliki indeks
diskriminasi aitem yang baik dan dapat langsung digunakan. Aitem yang
memiliki nilai d yang berada kurang dari 0,20 merupakan aitem yang kurang
baik dan dapat langsung dibuang. Sementara aitem dengan nilai d yang
berkisar 0,20 - 0,50 dapat di telaah lebih lanjut atau direvisi sebelum
digunakan.

13

3. Efektivitas Distraktor/Pengecoh
Efektivitas distraktor yang ada pada suatu aitem dianalisis dari
distribusi jawaban terhadap aitem yang bersangkutan pada setiap alternatif
yang disediakan. Efektivitas distraktor diperiksa untuk melihat apakah semua
pilihan jawaban pengecoh berfungsi sebagaimana mestinya, yaitu apakah
distraktor tersebut dipilih oleh semua atau sebagian besar individu dalam
Kelompok Rendah dan sedikit atau tidak ada individu dari Kelompok Tinggi
yang memilihnya (Azwar, 2010b). Efektivitas distraktor sendiri dapat dilihat
dengan dua kriteria, yaitu a) distraktor/pengecoh dipilih oleh individu dari
Kelompok Rendah dan b) pemilih distraktor tersebar relatif proporsional pada
masing-masing distraktor yang ada.
4. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
akurasi suatu alat tes atau skala mampu untuk menjalani fungsinya dalam
pengukuran (Azwar, 1986; 2012a; 2012b; Suryabrata, 2005). Suryabrata
(2005) mengatakan dalam bidang psikologi validitas digunakan sekurangkurangnya dalam tiga konteks, yaitu :
a.

Validitas penelitian
Validitas penelitian mengkaji tentang derajat kesesuaian hasil
penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas penelitian sendiri
mengandung dua sisi, yaitu:
1) Validitas internal yang mempersoalkan kesesuaian antara data hasil
penelitian dengan keadaan yang sebenarnya.

14

2) Validitas eksternal yang mempersoalkan derajat kesesuaian antara


generalisasi hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya
dengan melihat sejauh mana generalisasi hasil penelitian sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya.
b.

Validitas soal
Validitas soal merupakan derajat kesesuaian antara suatu soal
dengan perangkat soal yang lainnya untuk mendapatkan daya pembeda
soal.

c.

Validitas tes atau alat ukur


Validitas tes atau alat ukur adalah sejauh mana sebuah tes
mengukur apa yang hendak di ukur (Suryabrata, 2005). AERA, APA,
dan NCME (Furr & Bacharach, 2008) mendefinisikan validitas sebagai
sejauh mana bukti dan teori mendukung interpretasi skor tes yang
mensyaratkan oleh penggunaan tes yang diusulkan. Suryabrata (2005)
menambahkan pada dasarnya validitas suatu tes menunjuk kepada derajat
fungsi ukurnya. Jadi, sebuah tes yang valid adalah tes yang mengukur
dengan akurat variable yang hendak diukur (Marnat, 2010).
Suryabrata (2005) membagi validitas tes menjadi tiga, yaitu:
1) Validitas isi
Validitas isi menunjuk kepada sejauh mana tes yang
merupakan seperangkat soal-soal dilihat dari isinya memang
mengukur apa yang hendak diukur. Azwar (2012a) mendefinisikan
validitas isi sebagai validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap kelayakan atau relevansi isi teks melalui analisis rasional

15

dan banyak bergantung pada penilaian subjektif individual orangorang yang berpengalaman dan ahli. Nurgiyantoro, Gunawan, dan
Marzuki

(2009)

menambahkan

bahwa

validitas

isi

harus

mempertanyakan bagaimana kesesuaian antara instrumen dengan


tujuan dan deskripsi masalah yang akan diteliti. Validitas isi
berkaitan dengan apakah isi dari suatu tes dapat menimbulkan suatu
cakupan respon yang mewakili suatu domain dari keterampilan,
pemahaman, dan perilaku yang telah dirancang untuk diukur oleh
suatu tes (Aiken & Marnat, 2008).
Azwar (2012b) menjelaskan secara spesifik validitas isi dapat
di bedakan menjadi dua tipe, yaitu:
a)

Validitas tampang (face validity) yaitu bukti validitas yang


penting akan tetapi paling rendah signifikansinya disebabkan
karena pada penilaian terhadap format penampilan tes.

b) Validitas logis (logical validity) yaitu validitas tes yang


menunjukkan sejauh mana isi tes merupakan representasi ciriciri atribut yang hendak diukur.
2) Validitas konstruksi teoretis
Validitas konstruksi teoretis mempersoalkan tentang sejauh
mana

skor-skor

hasil

pengukuran

dengan

instrumen

yang

dipersoalkan tersebut mampu merefleksikan konstruksi teoretis yang


mendasari penyusunan alat ukur tersebut. Validitas konstrak
merupakan validitas tes yang menunjukkan sejauhmana hasil tes
mampu mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang hendak

16

diukur. DeCoster dan Altemart (Azwar, 2012a) menjelaskan bahwa


validitas konstrak dapat diartikan sejauhmana sebuah tes atau alat
ukur perilaku dapat mencerminkan konstrak perilaku yang hendak
diukur. Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki (2009) menambahkan
bahwa validitas konstrak harus mempertanyakan apakah butir-butir
pertanyaan atau pernyataan dalam sebuah instrumen telah sesuai
dengan konsep keilmuan dan penelitian yang sedang dilakukan.
3) Validitas berdasar kriteria
Validitas berdasar kriteria mengukur validitas alat ukur dengan
melihat sejauh mana hasil dari sebuah pengukuran dengan alat ukur
yang sama dengan hasil pengukuran dengan alat lain yang dijadikan
sebuah kriteria. Azwar (2012a) menambahkan validitas berdasar
kriteria merupakan validitas tes yang berdasar kriteria eksternal yang
dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Validitas ini terbagi atas
dua, yaitu:
1) Validitas Prediktif yaitu tipe validitas yang berfungsi sebagai
prediktor bagi performans di waktu yang akan datang. Aiken
dan Marnat (2008) menambahkan validitas prediktif berkaitan
dengan bagaimana akurasi skor tes untuk memprediksi skor
kriteria, sebagaimana ditunjukkan oleh korelasi antara skor tes
dengan kriteria individu di masa akan datang.
2) Validitas konkuren yaitu tipe validitas yang kriterianya
diperoleh melalui alat tes lain yang mengukur konstrak yang
sama. Suryabrata (2005) menggambaran tentang validitas

17

konkuren sebagai validitas kriteria yang dimanfaatkan dalam


waktu dekat dengan nama lain sebagai validitas sama saat.
Validitas tersebut ditunjukkan dengan korelasi antara skor pada
alat yang dipersoalkan dengan skor pada alat yang dijadikan
kriteria. Koefisien korelasi antara alat-alat tersebut disebut
sebagai koefisien validitas.
5.

Reliabilitas
a.

Definisi
Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauh mana hasil dari sebuah
pengukuran dapat dipercaya. Hal tersebut ditunjukkan oleh taraf keajegan
(konsistensi) skor yang diperoleh oleh para subjek yang diukur dengan
alat yang sama atau setara dalam kondisi yang berbeda (Suryabrata,
2005).

b.

Koefisien Reliabilitas
Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik ditunjukkan oleh suatu
angka yang disebut sebagai koefisien reliabilitas (Azwar, 2010b). Secara
teoritik besarnya koefisien reliabilitas berkisar antara 0 sampai 1,00,
dimana nilai yang mendekati 0 dianggap tidak bermakna dalam
interpretasi reliabilitas. Jadi nilai koefisien reliabilitas yang baik dan
dapat diambil adalah nilai yang mendekati 1,00.

c.

Estimasi Reliabilitas
Reliabilitas alat ukur juga menunjukkan derajat kekeliruan
pengukuran yang tidak dapat ditentukan secara pasti sehingga hanya dapat

18

diestimasikan

(Suryabrata,

2005).

Suryabrata

menyebutkan

tiga

pendekatan dalam mengestimasikan reliabilitas alat ukur, yaitu:


1) Pendekatan tes ulang
Pendekatan ini menjelaskan upaya mengestimasikan reliabilitas
dengan memberikan suatu tes kepada individu secara berulang dengan
tenggang waktu tertentu. Reliabilitas alat ukur didapat dengan cara
mengkorelasikan skor pada hasil tes pertama dengan skor pada tes
kedua. Pendekatan ini memiliki kelemahan dimana kondisi subjek
pada saat dites pertama kali tidak sama dengan saat dites untuk kedua
kalinya karena bisa saja adanya proses belajar, pengalaman,
perubahan motivasi dan sebagainya.
2) Pendekatan tes paralel
Pendekatan ini menjelaskan tentang upaya estimasi terhadap
reliabilitas dengan menggunakan dua alat tes yang paralel, dimana
kedua alat tes diberikan kepada sekelompok subjek. Estimasi terhadap
reliabilitas diperoleh dari hasil korelasi skor kedua alat tes tersebut.
Kelemahan untuk pendekatan ini adalah kesulitan untuk membuat dua
alat tes yang sifatnya paralel.
3) Pendekatan pengukuran satu kali
Pendekatan ini menjelaskan cara mengestimasikan reliabilitas
alat ukur dengan menggunakan satu kali pengukuran, dimana
sekelompok subjek dites hanya sekali saja. Estimasi reliabilitas
diperoleh dengan melihat informasi tentang konsistensi internal yang
dimiliki dari alat ukur yang digunakan. Adapun cara pengestimasian

19

reliabilitas dapat dilakukan dengan beberapa teknik, yaitu teknik belah


dua (Spearman-Brown), rumus Rulon, rumus Flanagan, teknik KR
(KR20, KR21), teknik analisis varians, dan koefisien alpha ()
C. Tes General Aptitude Test Battery (GATB)
General Aptitude Test Battery (GATB) merupakan tes bakat yang
diciptakan oleh Charles E. Odell dari United State Employes Services pada tahun
1940 dan mulai digunakan sejak tahun 1947 State Employes Services (Afifah,
2011). GATB mengukur sembilan bakat yang terkandung dalam 12 subtes, yaitu:
1. Aptitude G (General Learning Ability)
Aptitude G merupakan kemampuan untuk menangkap atau memahami
prinsip-prinsip yang mendasari sesuatu.
2. Aptitude V (Verbal Aptitude)
Aptitude V merupakan kemampuan untuk memahami arti kata-kata dan ideide, menghubungkan dan menggunakannya dengan baik.
3. Aptitude N (Numerical Aptitude)
Aptitude N merupakan kemampuan untuk mengoperasikan aritmatik seperti
menjumlahkan, mengalihkan, mengurangi, dan membagi dengan cepat dan
tepat.
4. Aptitude S (Spatial Aptitude)
Aptitude merupakan kemampuan untuk menggambarkan secara visual bentukbentuk

geometrik

dan

memahami

objek-objek

dua

dimensi

serta

menggambarkan objek-objek dalam tiga dimensi. Kemampuan untuk


mengenali relasi ruang yang diakibatkan bergeraknya objek-objek dalam
ruang.

20

5. Aptitude P (Form Perception)


Aptitude P merupakan kemampuan untuk melihat detail penting dalam objekobjek, gambar, atau grafik. Kemampuan untuk melihat persamaan dan
perbedaan dalam corak dan bentuk bilangan, panjang dan lebar atau garisgaris.
6. Aptitude Q (Clerical Perception)
Aptitude Q merupakan kemampuan untuk melihat seluk beluk atau detail dari
bahan-bahan tertulis atau tabel-tabel. Kemampuan dalam melihat perbedaan
salinan, mengoreksi kata-kata atau angka-angka maupun menghindari
penyimpangan dalam mengerjakan aritmatik sederhana.
7. Aptitude K (Motor Coodination)
Aptitude K merupakan kemampuan mengkoordinasikan mata, tangan atau
jari-jari dengan cepat dan akurat.
8. Aptitude F (Finger Coordination)
Aptitude F merupakan kemampuan untuk menggerakkan jari-jari tangan dan
menangani objek-objek yang kecil dengan terampil dan teliti.
9. Aptitude M (Dexterity Manual)
Aptitude M merupakan kemampuan untuk menggerakkan tangan dengan
mudah dan cepat untuk menempatkan dan mengubah gerakan.
Subtes yang terkandung dalam GATB dikerjakan dengan rentang waktu
kurang lebih 2,5 jam dimana 4 subtes memerlukan alat sederhana dan 8 lainnya
menggunakan pensil dan kertas. Adapun 12 subtes GATB tersebut adalah sebagai
berikut:

21

1.

Bagian 1 Membandingkan nama-nama (name comparison)


Subtes ini berisi dua kolom nama. Tugas individu adalah memeriksa dua
nama tersebut apakah sama atau berbeda. Subtes ini berisi 150 soal dengan
waktu pengerjaan 6 menit, sehingga nilai maksimal yang bisa diperoleh
adalah 150. Subtes ini mengukur persepsi klerikal individu (clerical
perception)

2.

Bagian 2 Perhitungan (computation)


Subtes ini berisi suatu latihan bilangan aritmatik sederhana yang dikerjakan
dengan cara penjumlahan, pengurangan, perkalian atau pembagian. Nilai
maksimal yang dapat diperoleh adalah 50 sesuai dengan jumlah soal dengan
waktu pengerjaan 6 menit. Kemampuan numerik (numerical) adalah adalah
kemampuan yang diungkap pada subtes ini.

3.

Bagian 3 Tiga dimensi ruang (Three dimentional space)


Subtes ini berisi empat rangkaian gambar dengan objek tiga dimensi dimana
terdapat sebuah objek dengan potongan-potongan dan garis putus-putus yang
dapat dilipat menandakan objek tersebut merupakan objek yang belum jadi.
Tugas individu adalah memperkirakan objek yang akan terbentuk jika objek
tersebut dirangkai. Skor maksimal yang dapat diperoleh adalah 40 dengan
waktu pengerjaan 6 menit. Subtes ini mengungkapkan kemampuan
pengetahuan umum dan ruang (general learning dan spatial aptitude).

4.

Bagian 4 Perbendaharaan kata (vocabulary)


Tes ini berisi empat buah kata-kata. Tugas individu adalah memeriksa katakata tersebut dan memilih dua kata yang memiliki pengertian yang sama atau
berlawanan. Skor maksimal yang dapat diperoleh adalah 60 dengan waktu

22

pengerjaan 6 menit. Subtes ini mengukur kemampuan pengetahuan umum


dan verbal individu (general learning ability dan verbal aptitude).
5.

Bagian 5 Mencocokkan Alat-alat (tool matching)


Tes ini berisi serangkaian latihan yang mengandung suatu gambar perangsang
dan empat buah gambar hitam putih serta alat perlengkapan bengkel
sederhana. Tugas individu adalah menentukan mana dari keempat gambar
tersebut yang sama dengan gambar perangsang yang ada. Subtes ini
mengukur persepsi bentuk (form perception). Skor maksimal yang dapat
diperoleh adalah 49 dengan waktu pengerjaan 5 menit.

6.

Bagian 6 Penalaran aritmatik (arithmatic reason)


Tesini berisi masalah angka yang diungkapkan secara verbal. Tugas individu
adalah menyelesaikan permasalahan tersebut dengan memahami terlebih
dahulu permasalahan yang ada. Skor maksimal yang dapat dicapai adalah 25
dengan waktu pengerjaan 7 menit. Aspek yang diukur dalam subtes ini adalah
kemampuan pengetahuan umum dan kemampuan numerik (general learning
ability dan numerical aptitude).

7.

Bagian 7 Mencocokkan bentuk (form matching)


Tes ini berisi dua kelompok dengan berbagai cara dibentuk gambar yang
berpotongan. Tugas individu adalah menunjukkan gambar yang mana dalam
kedua kelompok tersebut yang memiliki bentuk potongan dan ukuran yang
sama seperti masing-masing gambar dalam kelompok perangsang pertama.
Skor maksimal dalam subtes ini adalah 60 dengan waktu pengerjaan 6 menit.
Subtes ini mengungkap persepsi bentuk (form perception).

23

8.

Bagian 8 Membuat tanda-tanda (mark making)


Tes ini berisi suatu rangkaian hasil perkalian (kuadrat), dimana tugas individu
adalah membuat tiga buah tanda dengan menggunakan pensil dengan
secepatnya. Tanda yang dibuat dengan garis-garis pendek, dua garis vertikal,
dan tiga garis horizontal dibawahnya. Skor maksimal yang dapat diperoleh
adalah 130 dengan waktu pengerjaan 60 menit. Subtes ini mengukur
kemampuan koordinasi gerak (motor coordination).

9.

Bagian 9 Menempatkan (place)


Tes ini merupakan tes praktik dengan menggunakan peralatan. Peralatan yang
digunakan berisi 10 bagian papan pasak empat persegi panjang yang dibagi
dalam dua bagian, masing-masing berisi 48 lubang. Tugas individu adalah
memindahkan sebanyak mungkin pasak selama waktu yang disediakan. Skor
maksimal yang dapat diperoleh adalah 144 dengan percobaan sebanyak tiga
kali dengan masing-masing waktu 15 menit. Subtes ini mengukur
kemampuan kecekatan tangan (manual dexterity).

10. Bagian 10 Memutar (turn)


Tes ini juga merupakan tes praktik dengan menggunakan peralatan. Peralatan
yang digunakan sama dengan subtes pada bagian 9. Tugas individu adalah
memutar dan menempatkan kembali pasak yang berbentuk silinder secepat
mungkin selama waktu yang disediakan. Skor maksimal yang dapat diperoleh
adalah 144 dengan percobaan sebanyak tiga kali dengan masing-masing
waktu 30 menit. Subtes ini mengukur kemampuan kecekatan tangan (manual
dexterity).

24

11. Bagian 11 Memasang (assemble)


Tes ini merupakan tes praktik dengan menggunakan peralatan. Peralatan yang
digunakan berisi papan persegi panjang kecil (papan kecekatan tangan) berisi
50 lubang, dan menyediakan paku penyumbat kecil dari metal serta cincin
penutup (ring). Tugas individu adalah memindah dan menempatkan secepat
mungkin dengan tepat selama waktu yang disediakan. Skor maksimal yang
dapat diperoleh adalah 50 dengan waktu pengerjaan 90 detik. Subtes ini
mengukur kemampuan kecekatan tangan (manual dexterity)
12. Bagian 12 Membongkar (disassemble)
Tes ini menggunakan peralatan sama dengan bagian 11. Tugas individu
adalah memindahkan paku sumbat kecil, memasang suatu lubang dalam
papan bagian bawah, mendorong ring pada dasar papan, meletakkan ring
pada tangkai dengan satu tangan dan paku sumbat ke dalam lubang yang
cocok pada papan bagian atas dengan tangan lainnya. Individu memindah dan
menempelkan paku sumbat dan ring secepat dengan tepat selama waktu yang
disediakan. Skor maksimala yang dapat diperoleh adalah 50 dengan waktu
pengerjaan 60 detik. Subtes ini mengukur kemampuan kecekatan tangan
(manual dexterity).
Penelitian ini menggunakan tes GATB dalam bentuk pendek dengan
menggunakan lima subtes, yaitu name comparison, computation, three
dimentional space, vocabulary, dan arithmatic reason. Bentuk pendek dari GATB
tersebut mampu memberikan gambaran bakat skolastik individu.

25

D. Karakteristik Psikometri GATB


Psikometri merupakan ilmu tentang teori pengukuran psikologis yang
mengkaji masalah pengembangan teori dan model tes serta pengembangan dasardasar evaluasi terhadap kualitas tes (Azwar, 2010a).. Psikometri memberikan
landasan fundamental dalam perancangan dalam pengembangan tes psikologis
sehingga dapat menghasilkan tes psikologi yang valid dan reliabel (Azwar,
2010a). Karakteristik psikometri GATB merupakan analisis dan pengembangan
evaluasi alat tes GATB berdasarkan teori-teori psikometri. Tujuan analisis
psikometri adalah untuk mengevaluasi penggunaan tes GATB apakah telah
berjalan atau berfungsi sebagaimana mestinya.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tes bakat, yaitu GATB (General
Aptitude Test Battery).
B. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling
1.

Subjek Penelitian
Hadi (2004) menyebutkan bahwa populasi atau disebut juga universum
adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diteliti serta populasi
sebaiknya dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling
sedikit memiliki satu sifat yang sama. Proses tersebut dimaksudkan agar
sampel yang digunakan bersifat homogen. Populasi yang dipilih dalam
penelitian ini adalah semua individu dengan tingkat pendidikan minimal
menengah atas (SMA).

2.

Teknik Sampling
Teknik sampling yang diaplikasikan dalam proses penelitian adalah
teknik sampling secara random sampling. Teknik random sampling
merupakan metode memilih subjek dengan mengacak subjek yang akan
dijadikan sampel penelitian (Hadi, 2004).

26

27

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
tes psikologi. Alat tes yang digunakan adalah GATB (General Aptitude Test
Battery). Pada penelitian ini tidak semua subtes digunakan melainkan hanya
mengambil bentuk pendek dari tes GATB dengan 5 subtes, yaitu:
1.

Membandingkan nama-nama (Name Comparison)


Pada subtes ini disediakan dua buah kolom nama dimana tugas individu
adalah membandingkan kedua nama tersebut sama atau tidak. Subtes ini
memiliki skor maksimal 150 dengan waktu pengerjaan 6 menit. Aspek yang
diukur dalam subtes ini adalah persepsi klerikal.

2.

Perhitungan (Computation)
Pada subtes ini berisi latihan bilangan aritmatik yang dikerjakan dengan
perkalian, pembagian, penjumlahan maupun pengurangan bilangan. Skor
maksimal yang dapat diperoleh adalah 50 dengan waktu pengerjaan 6 menit.
Subtes ini mengukur kemampuan numerik individu.

3.

Tiga Dimensi Ruang (Three Dimensional Space)


Pada subtes ini berisi serangkaian objek tiga dimensi dimana objek tersebut
merupakan objek yang belum jadi. Tugas individu adalah memperkirakan
objek apa yang akan terbentuk jika objek yang belum jadi tersebut dirangkai.
Skor maksimal pada subtes ini adalah 40 dengan waktu pengerjaan 6 menit.
Aspek yang diukur dalam subtes ini adalah kemampuan pengetahuan umum
dan kemampuan ruang.

28

4.

Perbendaharaan Kata (Vacabulary)


Pada subtes ini berisi empat buah kata. Tugas individu adalah menentukan
dua buah kata yang memiliki pengertian yang paling dekat/sama atau
sebaliknya yang memiliki pengertian berbeda/berlawanan. Subtes ini
mengukur kemampuan pengetahuan umum dan verbal. Skor maksimal yang
dapat diperoleh adalah 60 dengan waktu pengerjaan 6 menit.

5.

Penalaran Aritmatik (Arithmatic Reason)


Pada subtes ini berisi masalah angka aritmatik yang diungkapkan dengan cara
verbal. Tugas individu adalah menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
memahami dahulu permasalahan yang dimaksud. Skor maksimal dalam
subtes ini adalah 25 dengan waktu pengerjaan 7 menit. Subtes ini
mengungkap kemampuan pengetahuan umum dan kemampuan numerikal
individu.

D. Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dengan SPSS 16.0
for windows dan program iteman. Data-data hasil SPSS dan iteman kemudian
dianalis lebih lanjut dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu:
1.

Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan memberikan gambaran deskripsi mengenai
subjek penelitian berdasarkan data yang didapatkan dari sampel yang diteliti
sebagaimana adanya (Azwar, 2007). Analisis data secara deskriptif meliputi
analisis jumlah subjek dalam penelitian (N), mean (rata-rata), standar deviasi
(SD), nilai maksimum, dan nilai minimum. Analisis deskriptif bertujuan

29

memberikan penilaian terhadap skor dengan mengacu pada posisi relatif skor
dalam kelompok yang telah diberikan pembatasan.
2.

Analisis data inferensial


Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki (2009) mengemukakan bahwa
analisis data inferensial merupakan analisis data untuk pemberian sebuah
kesimpulan yang akan digunakan untuk penggeneralisasian terhadap subjek
dalam sebuah populasi. Analisis karakteristik psikometri yang digunakan
meliputi analisis indeks daya diskriminasi aitem/daya beda aitem, indeks
kesukaran aitem, efektivitas distraktor, validitas konstrak tes, dan reliabilitas
tes.

DAFTAR PUSTAKA
Afifah. (2011). Study validitas konstruk general aptitude test battery (GATB)
dengan metode CFA. Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aiken, L. R & Marnat, G, G. (2008). Pengetesan dan pemeriksaan psikologis.
Jakarta: PT. Indeks.
Alsa, A., Suwarsiyah, A., Darokah, M., Murtini., Bachroni, M., Ronodikoro, S.,
..............., Ancok, D. (2004). Informasi tes. Yogyakarta: Divisi Ritel
Lembaga Pengembangan Kualitas Manusia (LPKM) Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada.
Anastasi, A & Urbina, S. (2006). Tes psikologi. Jakarta: PT. Indeks.
Azwar, S. (1986). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2007). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______. (2010a). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2010b). Tes prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2011). Psikologi inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2012a). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2012b). Reliabilitas dan validitas (edisi 4). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Furr, R. M & Bacharach, V. R. (2008). Psychometric. United States of America:
Sage Publication.
Hadi, S. (2004). Statistik jilid II. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kaplan, R. M & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological Testing (6th ed):
Principles, applications, and issues. United States of America: Thomson
Wadsworth.
Marnat, G. G. (2010). Handbook of psychological assesment (edisi kelima).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurgiyantoro, B., Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik terapan. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Suryabrata, S. (2005). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: Penerbit
Andi

Urbina, S. (2004). Essentials of psychological testing. USA: John Wiley & Sons,
Inc.

Anda mungkin juga menyukai