Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap
disebut sebagai silent killer, orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau
kencing manis. Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal
(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin.

Penyakit ini sudah lama dikenal, terutama di kalangan keluarga, khususnya


keluarga berbadan besar (kegemukan) bersama dengan gaya hidup tinggi.
Kenyataannya kemudian, DM menjadi penyakit masyarakat umum, menjadi
beban kesehatan masyarakat, meluas dan membawa banyak kematian.
Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM di perhitungkan
mencapai 125 juta pertahun dengan DM, dengan prediksi berlipat ganda mencapai
250 juta dalam 10 tahun mendatang (tahun 2010). Peningkatan prevalensi akan
lebih menonjol perkembangannya di negara berkembang dibandingkan dengan
negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2% 2,3% dari penduduk
usia lebih 15 tahun.
Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membuat perubahan posisi DM
yang semakin merajalela, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan
peringkatnya dikalangan 10 besar penyakit (leading desiases). Selain itu DM juga
memberi kontribusi terhadap kematian.

1 | Diabetes Mellitus

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah definisi penyakit diabetes mellitus?
1.2.2 Bagaimanakah anatomi fisiologi dari pankreas yang mempunyai peran
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6

dalam penyakit diabetes mellitus?


Bagaimanakah patofisiologi dari penyakit diabetes mellitus?
Bagaimanakah penyebab atau etiologi dari penyakit diabetes mellitus?
Bagaimanakah tanda dan gejala dari penyakit diabetes mellitus?
Bagaimanakah komplikasi yang dapat terjadi pada kesehatan

1.2.7

reproduksi wanita?
Bagaimanakah pola diet dan penatalaksanaan untuk penyakit diabetes
mellitus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Megetahui

dan

memahami

tentang

teori

dan

konsep

manajemen asuhan kebidanan pada penyakit diabetes melitus


serta mampu melakukan asuhan kebidanan pada penyakit
diabetes mellitus
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui dan memahami tentang definisi penyakit diabetes
mellitus
1.3.2.2 Mengetahui dan memahami tentang anatomi fisiologi dari
pankreas yang mempunyai peran dalam penyakit diabetes
mellitus
1.3.2.3 Mengetahui dan memahami tentang patofisiologi dari penyakit
diabetes mellitus
1.3.2.4 Mengetahui dan memahami tentang penyebab atau etiologi
dari penyakit diabetes mellitus
1.3.2.5 Mengetahui dan memahami tentang tanda dan gejala dari
penyakit diabetes mellitus
1.3.2.6 Mengetahui dan memahami tentang komplikasi yang dapat
terjadi pada kesehatan reproduksi wanita
1.3.2.7 Mengetahui dan memahami tentang

pola

penatalaksanaan untuk penyakit diabetes mellitus

2 | Diabetes Mellitus

diet

dan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Penyakit Diabetes Mellitus

Gambar 2.1 Pengertian Diabetes Melitus


a. Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik dengan penyebab yang
beragam,ditandai adanya hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat defek sekresi atau kinerja insulin
atau keduanya (Sarwono,2008)
b. Diabetes mellitus adalah penyakit gula yang dapat merupakan kelainan
herediter dengan ciri insufiensi atau absenya insulin dalam sirkulasi darah,
konsentrasi gula darah tinggi, danberkrangnya glikogenesis (Rustam,
1998)
c. Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai oleh kadar gula darah
yang tinggi (hiperglikemia) (h.o bu Reny)
2.2 Anatomi Fisiologi
3 | Diabetes Mellitus

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang terbentuk dari epitel


yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus, panjangnya sekitar 15
cm dan lebarnya 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa. Berada di
belakang lambung dan di atas duodenum. Pankreas merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia.
Dalam pankreas terdapat pulau langerhans yang terdiri dari dua
jaringan utama, yaitu:
a. Sel A (alpha ), sel pankreas yang berfungsi menghasilkan glukagon
dan berfungsi menarik gula dari liver menjadi cadangan energi.
b. Sel B ( betha), sel pankreas yang menghasilkan insulin dan
berfungsi merubah gula menjadi energi di dalam darah.

Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Pankreas sebagai penghasil insulin


Pada penderita diabetes melitus, sekresi insulin dipengaruhi efek
umpan balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah
meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila
kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam
lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin. Fungsi

4 | Diabetes Mellitus

metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa


melalui membran sel ke jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel
lemak.
2.3 Patofisiologi
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu
dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak,
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid
pada dinding vaskuler yang mengakibatkan aterosklerosis.
3. Pengurangan protein dalam jaringan tubuh yang dapat menyebabkan
terganggunya proses regenerasi jaringan yang rusak dalam tubuh.
Diabetes mellitus juga dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti,
factor keturunan dan kebiasaan hidup yang kurang baik (makan yang
berlebihan/kegemukan,kurang olahraga dan kehamilan). Diabetes mellitus
dibedakan menjadi 3 macam sesuai dengan penyebabnya, antara lain:
a. Diabetes Tipe I
Terdapat

ketidakmampuan

sel

pankreas

dalam

menghasilkan insulin. Glukosa yang berasal dari makanan tidak


dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).

5 | Diabetes Mellitus

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal


tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar
akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria).
Dengan keadaan demikian,sesorang sering mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

Gambar 2.3 a Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan


dari sel beta pulau langernas sehingga terjadi defisiensi insulin
b. Diabetes Tipe II
Berat badan yang berlebihan atau sering disebut dengan
obesitas sering dihubungkan dengan terjadinya diabetes mellitus.
Dengan pola hidup yang tidak sehat, kenaikan berat badan
sulit dikontrol dan hal tersebut sering terjadi pada orang dewasa
yang memiliki kesibukan dan jarang berolahraga

6 | Diabetes Mellitus

Gambar 2.3 b Diabetes tipe 2 disebabkan oleh pola atau


gaya hidup seseorang
c. Diabetes Gestasional
Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum
kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat
sekresi

hormone-hormon

plasenta

(estrogen,

progesterone,

hormone pertumbuhan dan prolaktin) sehingga mengurangi fungsi


insulin yang mengakibatkan kandungan gula dalam darah tinggi.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang
menderita diabetes gestasional akan kembali normal.

Gambar 2.3 c Diabetes gestasional pada kehamilan


2.4 Penyebab
a. Diabetes Melitus tidak bisa menular melainkan diturunkan oleh orang tua
kepada anak, anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus memiliki
kemungkinan lebih besar terserang diabetes melitus dibandingkan dengan
keluarga yang tidak pernah terserang diabetes melitus.

7 | Diabetes Mellitus

b. Etiologi Diabetes karena Sindrom Ovarium Polikistik atau Diabetes


Melitus Gestasional Menyebabkan peningkatan produksi androgen di
ovarium dan resistensi insulin serta merupakan salah satu kelainan
endokrin tersering pada wanita, dan kira-kira mengenai 6 persen dari
semua wanita, selama masa reproduksinya
c. Etiologi Diabetes karena Virus dan bakteri Virus penyebab DM adalah
rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme
infeksi sitolitik dalam sel beta. Virus ini menyebabkan kerusakan sel beta
pankreas.
d. Etiologi Diabetes karena Pola Makan yang Salah. Kebanyakan makan
karbohidrat,

minuman

manis,

soda,

menyebabkan

obesitas

dan

mengakitkan organ pankreas untuk bekerja lebih menghasilkan insulin,


akibatnya sel beta pankreas mengalami kerusakan dan menghasilkan
insulin semakin lama semakin sedikit untuk tubuh.
2.5 Tanda dan Gejala
a. Sering buang air kecil (poliuria) : Bertambah tingginya kadar gula dalam
darah,semakin banyak juga eksresi kadar gula dalam urin, yang
menyebabkan semakin banyaknya jumlah urin.
b. Banyak minum air (Polidipsia) : seringnya buang air kecil menyebabkan
banyak terbuangnya kadar air dalam tubuh,sehingga terjadinya dehidrasi
sel,yang meransang sistem saraf pusat haus, menyebabkan bertambahnya
asupan air minum.
c. Banyak makan (Polifagia) Jaringan sel penderita diabetes sering berada
dalam "keadaan kelaparan", sehingga merangsang sistem saraf pusat
makan, menyebabkan kelaparan, Selain itu, tubuh tidak dapat dengan
penuh memanfaatkan glukosa, glukosa dalam jumlah besar terbuang
melaui urin, sehingga tubuh sebenarnya berada dalam kondisi semi-

8 | Diabetes Mellitus

kelaparan, kekurangan energi juga menyebabkan nafsu makan yang


hiperaktif.
d. Penurunan berat badan : Meski nafsu makan dan asupan makanan
penderita diabetes normal, atau bahkan meningkat, tetapi berat badan
menurun.
e. Lesu/Tidak bertenaga. Berhubung glukosa penderita diabetes tidak bisa
sepenuhnya teroksidasi, maka tubuh terasa lesu tidak bertenaga.
f. Penurunan penglihatan : Banyak penderita diabetes pada awal pengobatan
mengeluh penglihatan menurun atau kabur. Awalnya sebagian besar
merupakan perubahan fungsional, sewaktu gadar gula darah terkontrol
dengan baik, penglihatan dapat kembali normal.
g. Luka dan memar tidak sembuh dengan baik atau dengan cepat (infeksi
sulit sembuh)
h. Kulit gatal terdapat bisul-bisul
i. Menurunnya suatu gairah seksual
j. Mati rasa atau kesemutan

Gambar 2.5 Tanda dan Gejala secara umum diabetes melitus


2.6 Komplikasi pada Kesehatan Reproduksi Wanita
a. KOMPLIKASI MATERNAL
1. Kehamilan
a. Meningkatkan resiko Preeklamsia
b. Seksio Secaria (SC)
c. Terjadinya diabetes melitus tipe 2 dikemudian hari
d. Kelainan Letak jantung
e. Hidamnion
f. Abortus dan partur premature
2. Persalinan
a. Gangguan kontraksi otot rahim partus lama/terlantar

9 | Diabetes Mellitus

b. Janin besar sehingga harus dilakukan tindakan operasi SC


c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia
sampai dengan lahir mati
3. Nifas
a. Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim
b. Postpartum mudah terjadi infeksi
c. Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah
menyebar
b. KOMPLIKASI JANIN
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada janin diantaranya adalah :
1. Makrosomia
2. Trauma persalinan
3. Hipoglikemia (>30 mg/dl), karena hiperinsulinemia dan cadangan
glikogen yang kurang
4. Hambatan pertumbuhan janin
5. Cacat bawaan : jantung/ginjal dll (terjadi pada kehamilan yang tidak
terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester 1)
6. Hipokalsemia (<7 mg/dl)
7. Hipomagnesemia (< 1,5 mg/dl)
8. Hiperbilirubine disebabkan oleh akibat perusakan eritrosit yang
mungkin terjadi karena perubahan pada membrane eritrosit
9. Polisitemia hematologis
10. Asfiksia perinatal, karena makrosomia, premature,

hipoksia

intrauterine, lahir dengan SC


11. Sindrom disstres respirasi (RDS)
Meningkatkatkan mortalilas dan morbiditas pada bayi

2.7 Pola Diet dan Penatalaksanaanya


a. POLA DIET PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS
Tujuan
:
1. Menjaga perkembangan dan pertumbuhan janin (Memberikan gizi
yang di perlukan bagi ibu dan janinnya)
2. Menjaga berat badan si ibu tetap ideal, dan menormalkan kembali
gula darah ibu (Mengendalikan kadar glukosa darah ibu)
3. Memperoleh manfaat dari pemeliharaan diet individu dengan nutrisi
10 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1529:2005


b. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM DIET DIABETES
1. Diet DM harus mengarahkan BB ke berat normal
2. Diet diberikan dengan cara 3 kali makan utama dan 3 kali makanan
antara (snack) dengan interval 3 jam
3. Buah yang dianjurkan adalah buah yang kurang manis ( pepaya,
pisang, apel, tomat, semangka dan kedondong)
4. Dalam melaksanakan diet sehari-hari hendaknya mengikuti pedoman
3 J yaitu :
Jumlah kalori yang diberikan harus habis
Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan interval
Jenis makanan yang manis harus dihindari
c. DIET UNTUK IBU HAMIL DENGAN DIABETES
1. Konsumsi karbohidrat didapatkan dari makanan yang mengandung
karbohidrat kompleks seperti : padi-padi an, roti, kacang, biji-bijian,
umbi-umbian
2. Hindari makanan atau minuman yang manis
3. Batasi makan makanan yang mengandung glukosa tinggi
4. Menurunkan kadar gula darah dengan mengikat glukosa di usus
sehingga tidak terserap tubuh
5. Batasi asupan lemak, bila anda mengkonsumsi makanan hewani,
pilihlah yang mengandung protein tinggi namun rendah lemak (daging
ayam tanpa kulit dan lemak, ikan, tahu, putih telur, susu rendah lemak,
dan lain-lain)
6. Hindari makan-makanan yang digoreng
7. Perbanyak sayur dan buah sebagai sumber serat yang akan membantu
menurunkan kadar gula darah dengan mengikat glukosa usus sehingga
tidak terserap tubuh
PENATALAKSANAAN
1. Pra-Konsepsi
a. Anjurkan ibu untuk melakukan perawatan medis dan edukasi yang
optimal bagi pasien sebelum konsepsi dimana hal ini akan mencegah

11 | D i a b e t e s M e l l i t u s

kematian janin secara dini akibat malformasi, terutama

pada ibu

diabetic (American Diabetes Assosiation, 1999a)


b. Pengukuran kadar Hb sebelum kehamilan yang berkaitan dengan kadar
glukosa dalam darah selama 4 sampai 8 minggu terakhir karena
bermanfaat untuk menilai pengendalian metabolic sebelumnya
c. Kolaborasi pemberian asam foalt 40 g/hari yang diberikan
prakonsepsi dan selama awal kehamilan dapat mengurangi risiko defek
tabung saraf (Milunsky,1989)
Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1539:2005
2. ANTENATAL
- Trimester I
a. Pemantauan yang cermat terhadap pengendalian kadar glukosa
merupakan hal penting dalam penatalaksanaanya
b. Kolaborasi dengan dokter untuk merawat

inapkan

para

perempuan ini selama awal kehamilan untuk menerapkan


program pengendalian glukosa dan melakukan penyuluhan yang
berkaitan dengan bulan-bulan berikutnya
c. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan injeksi insulin
harian dan penyesuaian makanan sebagai pengendalian glikemia
pada ibu hamil (Piacquadio,dkk.1991)
d. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan dirinya, dengan
adanya glukometer maka pengendalian glukosa dapat selalu di
pantau
e. Pemeriksaan secara otomatis tanpa rasa nyeri yaitu menggunakan
IONTOFORESIS, alat ini akan mengekstraksi glukosa melalui
kulit dengan potensial listrik dengan konsentrasi glukosa
menghasilkan sampai 3x pembacaan glukosa per jam. Dan hanya
menimbulkan iritasi kulit ringan (Tamada,dkk.1999)
f. Anjurkan dengan makanan seimbang (komposisi ideal adalah
55% karbohidrat, 20% protein, 25% lemak dengan < 10 % lemak

12 | D i a b e t e s M e l l i t u s

jenuh) diberikan 3 kali makan dan 3 kali makanan selingan setiap

harinya (Commite on Maternal Nutrition)


Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1539-1541:2005
Trimester II
a. Menganjurkan ibu untuk USG dengan tujuan untuk mendeteksi
adanya suatu anomalia congenital (American College of
Obstetrican and Gynecologist, 1994)
b. Pemeriksaan glukosa pada usia gestasi 20 minggu, karena pada
UK ini terjadi peningkatan produksi hormone-hormon kehamilan
yang merupakan antagonis insulin sehingga perlu adanya suatu

peningkatan akan kebutuhan insulin (Steel,dkk.1994)


Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1541:2005
Trimester III
a. Anjurkan pemeriksaan mingguan untuk memantau pengendalian
glukosa dan mengevaluasi kemungkinan preeklamsi
b. Anjurkan pemeriksaan USG dengan Interval 3 sampai 4 minggu
untuk mengevaluasi pertumbuhan janin yang berlebihan atau
terhambat serta volume cairan amnion
c. Anjurkan pada ibu untuk melakukan pemeriksaan setiap minggu
sekali bergantung pada faktor klinis untuk kematian janin
(Lagrew,dkk.1993)
d. Pemeriksaan pada wanita dengan diabetes overt menetapkan

pemeriksaan paling tidak 2x seminggu (Kjos,dkk.1995)


Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1541:2005
3. PELAHIRAN/INTRANATAL
a. Anjurkan ibu dengan diabetes untuk melahirkan secara SC untuk
menghindari kelahiran trauma janin besar
b. Dapat dilakukan induksi persalinan jika bayi tidak besar
c. Persalinan SC adalah pilihan yang tepat jika TBJ > 4000 gram
d. Jika pengendalian metabolic baik, dapat diharapkan berlangsungnya
persalinan spontan pervaginam pada kehamilan aterm

13 | D i a b e t e s M e l l i t u s

e. Selama proses persalinan ibu tidak boleh makan sehingga harus


diberikan cairan glukosa iv dextrose 5% dengan kecepatan 75-100 ml
per jam dengan kadar gula harus diperiksa setiap 2 jam
f. Pemberian insulin regular diberikan per infuse atau iv untuk
mempertahankan kadar gula darah sebesar 100-120 mg/dL
g. Selama 48 jam pertama pascapersalinan kebutuhan

insulin

diperkirakan menurun. Kadar gula darah yang dapat ditoleransi pada


periode ini adalah 150-200 mg/dL
Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1542:2005
4. POSTNATAL/INTERVAL
a. Karena sudah tidak ada resistensi terhadap insulin lagi, maka pada
periode pasca persalinan, perempuan dengan diabetes gestasional
jarang memerlukan insulin
b. Pasien dengan diabetes yang terkontrol dengan diet, setelah persalinan
tidak perlu diperiksa kadar glukosanya. Namun, bila pada waktu
kehamilan diberi pengobatan insulin, sebelum meninggalkan RS perlu
diperiksa kadar glukosa puasa dan 2 jam postprandial
c. Karena terjadinya resiko DM tipe 2 dikemudian hari meningkat, maka
6 minggu pasca persalinan perlu dilakukan pemeriksaan diabetes
dengan cara pemeriksaan gula darah puasa dalam waktu atau 2 jam
postprandial
d. Bagi perempuan yang obesitas, setelah melahirkan harus melakukan
upaya penurunan berat badan dengan diet dan berolahraga secara
teratur agar risiko terjadinya diabetes menjadi menurun
e. Harus direncanakan penggunakan kontrasepsi karena

sekali

perempuan itu hamil menderita diabetes, maka dia berisiko terkena hal
yang sama pada kehamilan berikutnya. Tidak ada pembatasan
penggunaan kontrasepsi hormonal pada pasien dengan riwayat DMG

14 | D i a b e t e s M e l l i t u s

f. Perempuan yang pernah menderita DMG harus diberi konseling agar


menyusui anaknya karena pemberian ASI akan memperbaiki control
kadar gula
g. Skrining diabetes ini harus dilakukan secara berkala, khususnya pada
pasien dengan kadar glukosa darah puasa yang meningkat waktu
kehamilan
Cunningham,Geri:Obstetri William Ed 21:1542:2005

2.8 Askeb pada Penyakit Diabetes Gestasional


PENGKAJIAN
Tanggal....jam...tempat...
Oleh ......
A. Data Subyektif
a. Biodata
Umur ibu

: Untuk mengetahui apakah ibu termasuk berisiko


pada kehamilan ini, apabila dilihat dari aspek umur
ibu hamil yang lebih berbahaya dengan DM yaitu
ibu primi tua atau ibu yang berumur > 35 tahun

Pekerjaan

(Blog Nevy Musriyenti, 2012)


: Untuk mengetahui tingkat aktifitas yang dilakukan
oleh ibu dan suami dan pengaruhnya terhadap
ekonomi keluarga sehingga memudahkan dalam
pemantauan gaya hidup dari ibu. (hand out materi
DM hal 2)

b. Keluhan utama

15 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Keluhan yang dirasakan saat ini, pada penderita DM ibu akan merasakan
banyak kencing (poliuria), Mudah haus dan banyak minum (polidipsia),
lapar (polifagia), letih, lesu, pandangan kabur,kesemutan pada tangan dan
kaki, nafsu makan bertambah, BB turun (Hand out materi DM hal 2)

c. Riwayat kesehatan
Tergantung tipe diabetesnya, jika masuk yang golongan tipe 1 dan 2 maka
sebelumnya ibu sudah pernah terjangkit. Jika GDM (Gestasional Diabetes
Mellitus) mulai muncul saat ada kehamilan (hand out DM hal 2)
d. Riwayat kesehatan keluarga
Ada keluarga yang menderita DM karena penyakit ini bersifat
herediter/diturunkan, diperkirakan lebih 50% penderita diabetes mellitus
berasal dari keluarga yang menderita diabetes mellitus ( hand out materi
DM hal 2)
e. Riwayat KB
Penggunaan KB hormonal akan memperparah DM Kronis (Sarwono,2009)
f. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Resiko tinggi terjadi pada multiparitas, kehamilan yang lalu dengan
diabetes gestasional. Ada riwayat melahirkan anak dengan BB > 4 kg,
ada riwayat sering abortus, riwayat persalinan dengan tindakan (SC), pada
masa nifas sering terjadi perdarahan dan luka sulit sembuh. (Blog Nevy
Musriyenti, 2012)
g. Pola kebiasaan sehari-hari

16 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Pola nutrisi : Gejala yang terjadi pada penderita


DM adalah nafsu makan meningkat, sering
lapar, dan sering haus ( hand out DM hal 2)
Pola Eliminasi
: Poliuria/ sering kencing
( hand out DM hal 2)
Pola Aktivitas
: Aktivitas yang kurang /
olahraga yang kurang teratur, gejala yang
muncul adalah lemah,letih dan lesu ( hand out
DM hal 2)
Pola seksual
: Libido menurun (Blog Nevy Musriyenti, 2012)
B. Data Obyektif
a. Pemerikasaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu, sejauh mana keluhan yang
dirasakan ibu, mempengaruhi kondisi kesehatan ibu secara umum
biasanya pada ibu DMG ibu akan tampak baik atau cukup
b. TTV ( Tanda tanda Vital )
Untuk mengetahui keadaan tekanan darah meningkat

(>130

mmHg/>90 mmHg), suhu normal (36,5o-37,5o C), nadi lemah (<


60x/menit), respirasi lemah (<16 kali/menit) sehubungan dengan
keluhan yang dirasakan ibu. ( Blog Nevy Musriyenti, 2012)
c. Pemeriksaan Fisik
Berat Badan
Untuk mengetahui seberapa besar penurunan berat badan ibu,
hal ini sebagai pendeteksi utama untuk mengetahui ibu DM
atau tidak

Inspeksi
Gangguan pada kulit : terlihat luka yang sulit sembuh
Palpasi
Abdomen

17 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Pada ibu hamil dengan DMG maka akan ditemukan TFU


lebih tinggi dari UK dan TBJ yang ditemukan akan besar.
d. Pemeriksaan penunjang
Hal ini penting dilakukan karna untuk lebih memastikan diagnosa yang
lebih pasti, pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Pemeriksaan darah
Kadar gula darah untuk mendeteksi adanya DM atau tidak, jika
kadar gula dalam darah tinggi maka positif DM (gula darah puasa .
140mg/dl atau gula acak . 200mg/ dl)
(Blog Nevy Musriyenti, 2012)
Pemeriksaan Reduksi Urine
Positif 2 : kandungan Gula Darah 200-300 mg%
Positif 3 : kandungan Gula Darah 300-400 mg%
Positif 4 : kandungan Gula Darah >400 mg%
(hand out reduksi urine)

Ultrasonografi
Untuk mendeteksi adanya kelainan bawaan dan makrosomia.
(Sarwono 2009)

C. Assessment

Diagnosa Aktual
Ny Usia tahun G...P...Ab...Uk...T/H/I letak...dengan suspect
Diabetes Mellitus Gestasional
Diagnosa Potensial
Pada Ibu:
Pre-Eklamsia
DM tipe 2 di kemudian hari (Sarwono,2009)
Pada Janin:
Makrosomia
Trauma persalinan

18 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Hiperbilirubinemia
Hipoglikemi
Kematian Janin (Sarwono,2009)
D. Penatalaksanaan Antepartum
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
R/ Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan,ibu dan keluarga dapat
mengetahui kondisi dan janinnya dalam keadaan baik sehingga ibu
merasa tenang.
2. Memantau keadaan ibu dan janin dengan mengukur TFU, mendengarkan
DJJ, gerakan janin, tekanan darah ibu,kadar gula dalam darah dan
menganjurkan

ibu

USG

untuk

melihat

pertumbuhan

janin.

(Sarwono,2009)
R/ Dengan memantau keadaaan ibu dan janin,bidan dapat memberikan
asuhan kebidanan yang tepat dan memberikan penanganan segera kepada
ibu dengan diabetes melitus.
3. Menganjurkan ibu untuk diet dengan cara mengatur pola makan sehat
dan seimbang (Sarwono,2009)
R/ Dengan menganjurkan ibu untuk diet dan pengaturan makanan maka
komplikasi akan bisa dicegah dan kadar gula dalam darah dapat
terkontrol
4. Memberikan KIE tentang tanda bahaya dalam kehamilan
R/ Dengan mengetahui tanda bahaya dalam kehamilan ibu dan keluarga
dapat waspada dan segera menuju ke tempat pelayanan kesehatan jika
ada tanda bahaya
5. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan (P4K)
R/ Dengan memberikan KIE ibu dan keluarga dapat mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu dan anak
6. Memberitahu ibu tentang tindakan merujuk
R/ Dengan memberitahukan ibu dan keluarga mengenai tindakan
merujuk,maka dapat menindaklanjuti suatu komplikasi
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

19 | D i a b e t e s M e l l i t u s

R/ Dengan melakukan tindakan kolaborasi dalam pemberian terapi Jika


kadar gula darah > 95 mg/dL (>5,2 mmol/L) : diberikan terapi insulin
dengan dosis 0,5 1,5 unit/kg BB/ hari, karena diit mungkin akan sulit
dilakukan pada ibu hamil (hand out hal 4 dan Buku saku Pelayanan
Kesehatan Ibu, 2013)
8. Melakukan Dokumentasi.
Penatalaksanaan Intrapartum dan Pasca Salin
1. Jika TBJ> 4000gram sebaiknya direncanakan SC
R/ Dengan TBJ >4000gram bila tetap dilakukan persalinan pervaginam dapat
meningkatkan resiko ruptur perineum sehingga dapat membahayakan keadaan ibu
dan janin
2. Selama proses persalinan ibu tidak boleh makan sehingga harus diberikan
cairan Glukosa secara i.v Dextrose 5% dengan kecepatan 75-100 ml perjam
dan kadar gula darah harus diperiksa setiap 2 jam
R/ Dengan memberikan makanan pada ibu selama proses persalinan akan
menambah kerja jantung ibu dan dapat menyebabkan peningkatan kadar gula
dalam darah ibu
3. Pemberian Insulin reguler diberikan per infus atau i.v untuk mempertahankan
kadar gula darah sebesar 100-120 mg/dL
R/ Dengan memberikan insulin reguler baik per infus maupun i.v dapat
mempertahankan kadar gula darah ibu dalam batas normal
4. Selama 48 jam pertama pasca salin kebutuhan insulin diperkirakan menurun.
Kadar gula darah yang dapat ditoleransi pada periode ini adalah 150200mg/dL (hand Out materi DM hal 4)

20 | D i a b e t e s M e l l i t u s

R/ Dengan melakukan observasi dapat mengetahui jika kadar gula darah tidak
dapat ditoleransi maka bidan bisa melakukan tindakan segera dan tepat

S-O-A-P SINGKAT DIABETES MELITUS


S

: Ibu mengeluh sering BAK, sering lapar dan minum tapi BB turun,
kadang suka lelah dan lesu, ada luka tapi sembuhnya lama. Tidak ada
keluarga yang menderita diabetes, pada kehamilan yang pertama sempat
menderita diabetes

: BB turun, TD : 130/85 mmHg, terlihat bisul yang sulit sembuh, UK 28


minggu, TFU pertengahan pusat dengan px(30 cm), hasil lab glukosa <
105 mg/dl

: NP Usia 30 tahun G2 P0101Ab000Uk...T/H/I letak kepala dengan


suspect Diabetes Mellitus Gestasional

:
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Anjurkan ibu untuk diet makanan yang mengandung glukosa utamanya
dan mengatur pola makannya

21 | D i a b e t e s M e l l i t u s

3. Lakukan pemantauan dan kunjungan ulang 2 minggu sekali atau


sewaktu-waktu jika ada keluhan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik dengan penyebab yang
beragam,ditandai adanya hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein akibat defek sekresi atau kinerja insulin atau
keduanya. Diabetes disebabkan beberapa faktor:faktor keturunan dan kebiasaan
hidup yang tidak baik.
Diabetes dibedakan menjadi 3 tipe,seperti:diabetes tipe 1(kekurangan kadar
insulin),diabetes tipe 2 (obesitas), dan diabetes gestasional (diabetes dalam
kehamilan). Dalam kehamilan dapat terjadi komplikasi pada
ibu(kehamilan,persalinan dan nifas) dan janin.
3.2

Saran

22 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Adapun saran bagi pembaca dari makalah ini adalah sebagai berikut:
Menjaga pola hidup dengan sering berolah raga dan istirahat yang cukup
Menjaga pola makan dengan tidak terlalu sering mengkonsumsi makanan

1.
2.

atau minuman yang terlalu manis,karena dengan mengkonsumsi makanan


dan minuman yang tinggi kadar gula dapat menyebabkan kadar gula
3.

melonjak tinggi.
Bagi bidan dalam melakukan asuhan kebidanan hendaknya memantau
kadar gula darah,sehingga dapat mencegah terjadinya diabetes melitus

RUJUKAN
Prawirohardjo, Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta : PT. Bina Pustaka
Feryanto, Achmat dan Fadlun.2011.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta :
Salemba Medika
Hand out Ibu Reny Wahyu, S.SiT., M.Kes
Geri Morgan, Carole Halmiton. 2009. Obstetri & Gynekologi Panduan
Praktik. Jakarta : EGC
Cunningham,Geri. 2005. Obstetri William Ed 21. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B.G, dkk.2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

23 | D i a b e t e s M e l l i t u s

Anda mungkin juga menyukai