Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dalam tahap perkembangannya akan mempelajari beberapa kemampuan
penting menurut tahap berkelanjutan yang dapat diperkirakan dengan peranan motivasi,
pengajaran dan dukungan selama pertumbuhannya. Kemampuan-kemampuan tersebut dikenal
sebagai tahapan perkembangan.
Perkembangan yang terlambat (developmental delay) adalah ketertinggalan secara
signifikan pada fisik, kemampuan kognitif, perilaku, emosi, atau perkembangan sosial
seorang anak bila dibandingkan dengan anak normal seusianya. Seorang anak dengan
developmental delay akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih perkembangan
kemampuannya.
Delay development merupakan keadaan yang terjadi pada masa perkembangan dalam
kehidupan anak (lahir hingga usia 18 bulan). Ciri khasnya biasanya adalah fungsi intelektual
yang lebih rendah daripada anak seusianya disertai hambatan dalam berkomunikasi yang
cukup berarti, keterbatasan kepedulian terhadap diri sendiri, keterbatasan kemampuan dalam
pekerjaan, akademik, kesehatan dan keamanan dirinya.
Delay Development adalah bagian dari ketidakmampuan mencapai perkembangan
sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih
perkembangan motor kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan
aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun.
Permasalahan yang timbul pada kasus
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah bagaimana
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Delay Development. Permasalahan yang timbul kasus
Delay Development Setiap penyimpangan atau hambatan terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan cacat.
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuan
dalam
mempelajari,
BAB II
LANDASAN TEORI
3
proses
persyarafan
yang
menjadikan
seseorang
mampu
menurut ukuran otot-otot dan bagian-bagian yang terkait, yaitu keterampilan motorik kasar
(gross motor skill) dan keterampilan motorik halus (fine motor skill) (Desmita, 2005).
a) Keterampilan motorik kasar
Keterampilan motorik kasar (gross motor skill), merupakan keterampilan gerak yang
menggunakan otot-otot besar, kecermatan gerakan bukan merupakan suatu hal yang
penting akan tetapi koordinasi yang halus dalam gerakan hal yang paling penting.
Motorik kasar meliputi melompat, melempar, berjalan, dan meloncat.
b) Keterampilan motorik halus
Keterampilan motorik halus (fine motor skill) merupakan keterampilan yang
memerlukan kontrol dari otot-otot kecil dari tubuh untuk mencapai tujuan dari keterampilan.
Secara umum, keterampilan motorik halus meliputi koordinasi mata dan tangan keterampilan
ini membutuhkan kecermatan yang tinggi.
Secara garis besarnya, urutan perkembangan keterampilan motorik ini mengikuti dua
prinsip yaitu:
1) Prinsip cephalocaudal (dari kepala ke ekor), menunjukkan urutan perkembangan, dimana
bagian atas badan lebih dahulu berfungsi dan terampil digunakan sebelum bagian yang lebih
rendah. Bayi terlebih dahulu belajar memutar kepalanya sebelum belajar menggerakkan kaki
dengan sengaja, dan mereka belajar menggerakkan tangannya sebelum mereka belajar
menggerakkan kaki.
2) Prinsip proximodistal (dari dekat ke jauh), menunjukkan perkembangan keterampilan
motorik, dimana bagian tengah badan lebih dahulu terampil sebelum bagian-bagian di
sekelilingnya atau bagian yang lebih jauh. Bayi belajar melambaikan keseluruhan lengannya
sebelum belajar menggoyangkan pergelangan tangan dan jari-jarinya.
Perkembangan motorik kasar sesuai dengan tahapan perkembangan bayi secara
normal :
Umur
0-4 minggu
1-2 bulan
Umur
3 bulan
4 bulan
5 bulan
6 bulan
7-8 bulan
Mampu duduk sendiri kemudian mengambil posisi ongkangongkang dan bertahan sebentar.
5 bln
6 bulan
7-8 bulan
9-11 bulan
Melempar mainan.
7
Umur
12 bulan
13-15 bulan
bereaksi terhadap orang-orang disekitarnya, pengaruh hubungan itu pada dirinya dan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungan (Suryanah, 1996).
Dalam pemenuhan kebutuhannya bayi masih sangat tergantung pada pengasuhnya,
namun bukan berarti mereka sama sekali pasif. Sebab, sejak lahir, pengalaman bayi semakin
bertambah dan berpartisipasi aktif dalam perkembangan psikososialnya sendiri, mengamati
dan berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya.
Sebagai bayi yang sedang tumbuh menjadi lebih dewasa, memiliki kedekatan dan
keterikatan emosional dengan orang-orang yang penting dalam hidupnya. Hal ini terlihat
misalnya, bayi menangis ketika didekati oleh orang-orang yang tidak dikenalnya, dan
menyambut hangat kedatangan ibu atau bapaknya. Bayi juga berpartisipasi dalam menjalin
hubungan dengan cara yang lebih halus, seperti ikut bermain bersama saudaranya yang lebih
tua. Lebih dari itu, bayi juga menyatakan perasaan atau kebutuhannya dengan cara-cara yang
membingungkan. Misalnya, ketika orang tuanya memberikan makanan tertentu, bayi
menolak. Tetapi ketika makanan tersebut diberikan oleh seorang baby sister, bayi akan
menerimanya dengan perasaan senang.
Perilaku demikian menunjukkan adanya dua tema utama dalam perkembangan
psikososial selama masa bayi, yaitu kepercayaan dan otonomi. Bayi mempelajari apa yang
diharapkan dari orang-orang yang penting dalam hidupnya. Mereka mengembangkan suatu
perasaan mengenai siapa yang mereka senangi atau yang tidak mereka senangi dan makanan
apa yang mereka sukai atau tidak (Seifert dan Hoffnung, 1994).
Dalam uraian berikut akan dikemukakan beberapa hal penting yang berkaitan dengan
perkembangan psikososial pada bayi, diantaranya emosi dan tempramen.
a) Perkembangan Emosi
Keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat
tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam, serta dibarengi perasaan yang
9
kuat atau disertai keadaan afektif (Chaplin, 2000). Jadi, emosi dapat diartikan sebagai
perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut
jantung yang cepat) dan perilaku yang tampak (seperti senyuman atau ringisan).
Ekspresi berbagai emosi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan anak. Diantaranya 3 fungsi utama ekspresi emosi bayi yaitu :
1) Adaptasi dan kelangsungan hidup, berbagai ketakutan adalah bersifat adaptif, karena ada
kaitan yang jelas antara gejolak perasaan dengan kemungkinan bahaya.
2) Regulasi, berkaitan dengan fungsi pengaturan, emosi mempengaruhi informasi yang diseleksi
anak-anak dari dunia persepsi dan perilaku yang mereka perlihatkan.
3) Komunikasi, anak-anak menggunakan emosi untuk menginformasikan pada orang lain
tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhannya.
b) Perkembangan Tempramen
Tempramen merupakan salah satu dimensi psikologis yang berhubungan dengan
aktivitas fisik dan emosional serta merespons. Berikut adalah tahap-tahap perkembangan
psikososial bayi secara normal :
Umur
1-2 bln
Perkembangan Psikososial
Reaksi terhadap senyuman.
3-4 bln
Bisa mengoceh.
5 bln
6 bln
7-8 bln
9-11 bln
12 bln
13-15 bln
17-19 bln
24 bln
3 thn
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
perkembangan
psikososial
antara
lain
(Soetjiningsih, 1995) :
a) Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan
dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi.
b) Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang
kondusif untuk belajar.
c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib bagi kita member ganjaran, misalnya pujian,
tepuk tangan dan sebagainya. Sehingga menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk
mengulangi tingkah lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang wajar kalau anak
berbuat salah, yang penting hukuman harus diberikan secara obyektif disertai pengertian dan
maksud dari hukuman tersebut. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik,
akibatnya menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan
kepribadian anak kelak.
d) Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya.
Tetapi perhatian dari orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa anak tersebut
bergaul.
e) Cinta dan kasih saying
Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan adil dari orang tuanya. Agar kelak
menjadi anak yang tidak sombong dan bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada sesama.
f) Kualitas interaksi anak dengan orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua, akan menimbulkan keakraban dalam
keluarga.
3) Tahap Perkembangan Bicara dan Bahasa
11
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling efektif. Semenjak anak
masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan mempergunakan bahasa, tubuh dapat
terpenuhi kebutuhannya (Mulyani dkk, 2006).
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena
kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya,
sebab melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi, dan lingkungan
disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa dukungan dari
lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya
sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus belajar mengekspresikan
dirinya, membagi pengalamannya dengan orang lain dan mengemukakan keinginannya
(Soetjiningsih, 1995).
Tahap perkembangan berbicara dan berbahasa pada anak normal diantaranya:
Umur
3 bulan
4 bulan
5-6 bln
9-11 bln
12 bln
13-15 bln
24 bulan
3 tahun
13
B. Delay Development
1. Definisi
Delay Development adalah bagian dari ketidak mampuan mencapai perkembangan
sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan dalam dua bidang atau lebih
perkembangan motor kasar atau motor halus, bicara/berbahasa, kognisi, personal/sosial dan
aktifitas sehari-hari. Istilah ini digunakan bagi anak yang berusia kurang dari lima tahun
(Dewanti dkk, 2012).
Menurut Depkes (2006) keterlambatan tumbuh kembang adalah kelainan pada
anak yang meliputi kelainan tumbuh dan kembang maupun
keduanya.
penyimpangan
dan
atau
hambatan
terhadap
proses pertumbuhan
Setiap
perkembangan
psikologis.
3. Patologi
Development delay disebabkan karena kurangnya suatu rangsangan. Padahal
rangsangan harus diberikan sedini mungkin dan sesering mungkin untuk meningkatkan
perkembangan agar lebih cepat berkembang dan lebih terarah (Laurent & Reader, 2007).
Selain itu pada dasarnya bayi lahir mempunyai reflek primitif yang akan menghilang
pada usia tertentu, menetapnya reflek primitif pada usia tertentu menunjukkan bahwa terjadi
suatu gangguan perkembangan seperti keterlambatan perkembangannya ( Igan, 2014).
Keterlambatan perkembangan juga bisa disebabkan karena hipotonus otot tubuh yang
terlibat dan gangguan kontrol kepala. Dengan terganggunya kontrol kepala maka akan
14
berakibat pada gangguan yang selanjutnya, seperti kontrol gerak, gangguan kontrol postur
(Soetomenggali, 2000).
2. Functionl limitasi
Merupakan hambatan seseorang dalam melakukan aktifitas fungsional dasar bagi
dirinya sendiri. Functionl limitasi yang biasa terjadi pada anak delay development adalah (1)
anak belum mampu mengontrol kepala, (2) tengkurap secara mandiri dan (4) merayap secara
mandiri.
3. Participan restrcition
Merupakan keterbatasan seseorang dalam melakukan gerak fungsional.
D. Teknologi Intervensi Fisioterapi
Berdasarkan kajian problematika fisioterapi yang telah dipaparkan, maka penulis
menggunakan teknologi intervensi berupa neurostructure, mobilisasi trunk, dan latihan gerak
fungsional.
1. Neuro structure
Konsep Neuro Structure adalah suatu pendekatan untuk kasus atau kondisi neurologi
untuk menghubungkan brain dengan body, berdasarkan perkembangan biologi, psikologi,
neuro, sosio dan kognitif pasien. Prinsip NS berdasarkan reflex alam yaitu, centering,
grouunding, stability, balancing, gravitasi dan righting. Yang bermanfaat untuk membuka
gerbang sensoris anak, menghilangkan ketegangan tendon guard refleks, struktur tubuh, serta
mengaktifkan kerja receptors yang berhubungan dengan sentuhan dan tekanan (Takarini,
2013).
Posisi pasien : (a) pasien tidur terlentang, (b) miring kanan, (c) miring kiri .
Posisi terapis : berada di dekat pasien
Pelaksanaan
Usapan lembut dengan penekanan pada sendi sendi dimulai dari arah
proksimal ke distal. Dimulai dengan menyentuh area wajah, mata, telinga,
kemudian leher lalu shoulder, elbow, wrist kemudian kembali lagi keatas
sampai menyentuh bahu, dada, pelvic lalu menuju ke distal yakni paha, lutut
usapan angka 8, contra stretch (badan, lengan, tungkai), tendon guard badan
b) Posisi miring terdiri dari:
Usapan pada trunk, myiofasial sepanjang punggung, kontra stretch, usapan
c) Telungkup terdiri dari:
Usapan seluruh badan (ujung kepala sampai ujung kaki), usapan bintang,
usapan angka 1, usapan angka 8, kontra strech, myofasial punggung
2. Massage Ekspresi
- Dimulai dari jidat sampai kepala 7 titik, lalu kesamping 5 titik (3x
-
pengulangan).
Pada alis 3 titik, bawah mata 3 titik, sepanjang tulang hidung 3 titik, diatas
bibir 3 titik, dibawah bibir 3 titik, dibawah janggut 5 titik, dibelakang telinga 5
titik, didepan telingan 3 titik (gerakan tersebut di ulang 3x).
3. Head control
Gerakannya : anak diposisikan tidur terlentang kemudian orangtua memberikan
mainan yang berwarna-warni atau bunyi-bunyian disebalah kanan atau kiri pasien
agar pasien terdorong untuk menoleh ke kanan maupun ke kiri.
4. Posture control
Gerakannya : anak di posisikan duduk tegak dengan bantuan terapi di belankang
pasien.
5. Myofascial realease
o Tujuannya
: mengkoreksi ketidak seimbangan otot dan meningkatkan LGS
o Gerakan
: teknik menggerakan membuka longitudinal dan gerakan diulur
serta di tambah LGS pada cervical dan romboideous
6. Massage general
- Persiapan tempat dan alat-alat yang dibutuhkan
- Lepas pakaian bayi di area yang akan di massage
- Massage bisa menggunakan baby oil atau bedak
17
Massage dimulai dari kaki lalu ke perut lalu ke dada lalu ke tangan dan yang
terakhir punggung.
BAB III
STATUS KLINIS
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
N.I.M.
TEMPAT PRAKTIK
: YPAC SURAKARTA
PEMBIMBING
: EDI WASPADA
I.
: FT-A
: An. M.R
: 4 bulan
: Laki-laki
: Islam
:: Tuwak Kulon Rt 01/02 Gonilan, Kartosuro, Surakarta
: 9791
18
II.
III.
SEGI FISIOTERAPI
TANGGAL : 8 Agustus 2016
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA :
Pasien berusia 4 bulan belum bisa tengkurap dan mengkontol kepala secara
mandiri.
Keterangan
Kardiovaskuler
Respirasi
Gastrointestinalis
Urogenital
Musculoskletal
Nervorum
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
1.1. TANDA-TANDA VITAL
a. Lingkar kepala
b. Tinggi badan
c. Berat badan
d. Komunikasi verbal
e. Komunikasi non verbal
f. Kualitas pendengaran
g. Kualitas penglihatan
h. Kualitas kinetic
:
:
:
:
:
:
:
:
42 cm
58 cm
6,7 kg
baik
kurang baik
baik
baik
baik
Trunk
Tidak ada oedem
21
Shoulder
Elbow
Wrist
Grup Otot-otot
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Endorotator
Eksorotator
Fleksor
Ekstensor
Supinator
Pronator
Palmar Fleksor
Dorso Fleksor
Medial Devilator
Ulnar Deviator
Anggota Gerak
Bawah
HIP
Knee
Ankle
Trunk
Katerangan
Grup Otot-otot
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Endorotator
Eksorotator
Fleksor
Ekstensor
Plantar Fleksor
Dorso Fleksor
Evetor
Invertor
Fleksor
Ekstensor
: X : Normal
O : Tidak ada kontraksi
T : Ada kontraksi, tapi tidak ada gerakan
R : Gerakan yang terjadi karena reflek
c. LGS
Tidak dilakukan
d. Antropometri
22
Nilai
Kanan
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Kiri
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Nilai
Kanan
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Kiri
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Nilai
Kanan
13
12
14
21
14
19
41
Kiri
13
12
14
21
14
19
41
Nilai
Kanan
Kiri
17
11
25
17
11
25
24
13
27
24
13
27
e. Sens
orik
No
Sistem Sensorik
1
Pengelihatan
2
Pendengaran
3
Penciuman
4
Pengecapan
5
Peraba
6
Otot sendi
7
Keseimbangan
Keterangan : 0 : Tidak ada respon
Nilai
2
2
2
2
2
2
2
Brainstream
Midbrain
Reflek
Fleksor with drawl
Ekstensor thrust
Cross ekstensor
ATNR
STNR
Tonic labirine supine
Tonic labitine prone
Supporting reaction
Neck righting
23
Hasil
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Body righting
Optical righting
Amphibian reaction
Naoro
Landau
Parachute
Cortical
Reaksi keseimbangan
Keterangan : - : Tidak ada
+ : Masih ada
g. Test khusus sesuai kelainan/penyakit/gangguan (DDST, GMFM, dll)
DDST terlampir
Prenatal :
Kehamilan sehat
Ibu tidak
mengkonsumsi obatobatan
Ibu sering kelelahan
Natal :
Lahir premature
8 bulan 10 hari
BBL : 1,9 Kg
G1 P2 A1
Postnatal :
-
Reflek Primitif
masih dominan
DELAYED DEVELOPMENT
Motorik :
Adanya spasme otot
ekstensor
v AGA dan AGB
Kekuatan otot menurun
Motorik kasar terganggu
Sensorik :
Gangguan
24
propieceptif
Kognitif :
Kepala belum
terkontrol
NS
Massage Ekspresi
Massage General
Head Control
Latihan Tengkurap
Latihan Merayap
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
a. Impairment
- Adanya spasme pada otot-otot ekstensor AGA dan AGB serta Trunk
- Reflek primitive masih dominan
- ATNR masih dominan
- Ekstensor trust masih dominan
b. Functional Limitation
Pasien belum mampu mengotrol kepala, tengkurap dan merayap secara mandiri
c. Disability
Interaksi antara pasien dan terapis bagus
F. PROGRAM/RENCANA FISIOTERAPI
1. TUJUAN
a. Jangka Pendek
- mengurangi reflek primitive
- Mengurangi reflek esktensor trust
- Mengubah pola ATNR menjadi STNR
- Mengurangi spasme pada otot-otot ekstensor pada AGA dan AGB serta
trunk
b. Jangka Panjang
- Melanjutkan tujuan jangka pendek
- Meningkatkan aktifitas fungsional dan kemampuan fungsional
2. TINDAKAN FISIOTERAPI :
a. Teknologi Fisioterapi :
25
Neurosensomotor reflek
Myofascial release treatment
Head control
Posture control
Massage ekspresi
Mobilisasi pelvic dan trunk
Latihan tengkurap dan merayap
Massage general
b. Edukasi :
Memberikan pembelajaran kepada orang tua tentang tahap-tahap latihan,
supaya dapat dilakukan di rumah secara berulang-ulang
3. RENCANA EVALUASI :
-
G. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Hari : Senin 8 Agustus 2016
a. Neurosensomotor
1. Posisi terlentang
- Stimulus taktil
- Usapan dari kepala, mata, telinga, mulut, bahu, siku dan tangan , lalu
naik dari tangan, siku, bahu, panggul, lutut dan kaki (3x pengulangan dan
-
beri tekanan)
Usapan bintang halus pada semua bagian punggung (3x pengulangan)
Usapan bintang gelombang pada semua bagian punggung (3x
pengulangan)
Usapan angka 8 pada semua bagian punggung dan tungkai (3x
pengulangan)
Groding (usapan angka 1) (3x pengulangan)
Contract stretch pada semua area punggung (3x pengulangan)
Picking up pada area tungkai (9x pengulangan)
Contract stretch pada area tungkai (9x pengulangan)
b. Myofascial release
- Tujuannya : mengkoreksi ketidak seimbangan otot dan meningkatkan
-
LGS
Gerakan
pengulangan)
Pada alis 3 titik, bawah mata 3 titik, sepanjang tulang hidung 3 titik,
diatas bibir 3 titik, dibawah bibir 3 titik, dibawah janggut 5 titik,
dibelakang telinga 5 titik, didepan telingan 3 titik (gerakan tersebut di
ulang 3x)
e. Posture control
- Gerakannya : anak di posisikan duduk tegak dengan bantuan terapi di
f.
-
belankang pasien
Mobilisasi pelvic dan trunk
Pasien di pangku oleh terapis
Terapis memeluk pasien dari belakang
Tarik perlahan-lahan badan pasien ke atas (7x hitungan diulang 3x)
Tarik perlahan-lahan badan pasien ke samping kanan (7x hitungan
diulang 3x)
27
3x)
Tarik perlahan-lahan badan pasien ke rotasi kanan (7x hitungan diulang
g.
-
3x)
Tarik perlahan-lahan badan pasien ke rotasi kiri (7x hitungan diulang 3x)
Massage general
Persiapan tempat dan alat-alat yang dibutuhkan
Lepas pakaian bayi di area yang akan di massage
Massage bisa menggunakan baby oil atau bedak
Massage dimulai dari kaki lalu ke perut lalu ke dada lalu ke tangan dan
yang terakhir punggung.
Tanggal tindakan
8 Agustus 2016
11 Agustus 2016
13 Agustus 2016
15 Agustus 2016
18 Agustus 2016
20 Agustus 2016
28
Penatalaksanaan
-
NS
Myofascial release
Head control
Control posture
Massage ekspresi
Massage general
NS
Myofascial release
Head control
Control posture
Massage ekspresi
Massage general
NS
Myofascial release
Head control
Control posture
Massage ekspresi
Latihan tengkurap dan merayap
Massage general
NS
Myofascial release
Head control
Control posture
Massage ekspresi
Latihan tengkurap dan merayap
Massage general
NS
Myofascial release
Massage ekspresi
Head control
Control posture
Mobilisasi pelvic
Massage general
NS
Myofascial release
Massage ekspresi
Head control
Control posture
Mobilisasi pelvic
L atihan tengkurap dan merayap
Massage general
Brainstream
Midbrain
Cortical
Reflek
Fleksor with drawl
Ekstensor thrust
Cross ekstensor
ATNR
STNR
Tonic labirine supine
Tonic labitine prone
Supporting reaction
Neck righting
Body righting
Optical righting
Amphibian reaction
Naoro
Landau
Parachute
Reaksi keseimbangan
Hasil
T1
+
+
+
+
+
+
+
+
-
T6
+
+
+
+
+
+
-
Shoulder
Elbow
Grup Otot-otot
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Endorotator
Eksorotator
Fleksor
29
Hasil
T1
R
R
R
R
R
R
R
T6
R
R
R
R
R
R
R
Wrist
Ekstensor
Supinator
Pronator
Palmar Fleksor
Dorso Fleksor
Medial Devilator
Ulnar Deviator
Anggota Gerak
Bawah
HIP
Knee
Ankle
Trunk
R
R
R
R
R
R
R
Grup Otot-otot
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Endorotator
Eksorotator
Fleksor
Ekstensor
Plantar Fleksor
Dorso Fleksor
Evetor
Invertor
Fleksor
Ekstensor
R
R
R
R
R
R
R
Hasil
T1
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
T6
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
30
J. CATATAN TAMBAHAN :
Surakarta,
agustus 2016
Pembimbing,
NIP.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien yang bernama An. M. R yang menderita delayed development yang di tandai
dengan menetapnya reflek primitif pada pasein yang masih dominan yang seharusnya pada
usianya reflek tersebut sudah mulai hilang. Menetapnya reflek primitif pada usia tertentu
menujukkan
bawa
terjadi
gangguan
perkembangan
seperti
keterlambatan
dalam
Keterlambatan pada tumbuh kembang merupakan kelainan yang terjadi pada anak
yang meliputi kelainan tumbuhn dan kembang maupun keduanya. Setiap penyimpangan atau
hambatan terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan dapat mengakibatkan gangguan
tumbuh kembang atau cacat.
Untuk mengatasi masalah pada pasien bernama An. M. R yang berusia 4 bulan dengan
kondisi Delayed development, intervensi fisioterapi berupa : (1) Neurosensomotor, (2)
Myofascial Release Technique, (3) Head Control, (4) Posture Control, (5) Mobilisasi Trunk
dan Pelvic, (7) latihan tengkurap dan merayap.
Setelah dilakukan terapi 7x dengan intervensi tersebut didapatkan hasil berupa : (1)
Adanya penurunan spasme pada otot-otot ekstensor pada anggota gerak atas dan anggota
gerak bawah, (2) Reflek primitive mulai berkurang, (3) Reflek ATNR dan Ektesor Trust sudah
mulai berkurang, dan (4) Belum terdapat peningkatan kekuatan otot yang dievaluasi dengan
pemeriksaan kekuatan otot XOTR.
Berdasarkan hasil terapi yang didapat tersebut maka disimpulkan bahwa terdapat
adanya perubahan yang masih minimal pada problematik fisioterapi yang telah didapatkan
sebelumnya. Hal ini dapat dikarenakan waktu terapi yang singkat, frekuensi terapi yang
kurang dalam seminggu, dan durasi terapi yang terbatas.
Di bawah ini adalah tabel hasil pengecekan reflek primitif pada pasien yang telah
diberikan intervensi sebanyak 7x. Dari awal terapi hingga akhir terapi terdapat penurunan
reflek primitif pada pasien.
Level
Spinal
Brainstream
Midbrain
Hasil
Reflek
Fleksor with drawl
Ekstensor thrust
Cross ekstensor
ATNR
STNR
Tonic labirine supine
Tonic labitine prone
Supporting reaction
Neck righting
Body righting
32
T1
+
+
+
+
+
+
+
+
-
T6
+
+
+
+
+
+
-
Optical righting
Amphibian reaction
Naoro
Landau
Parachute
Reaksi keseimbangan
Cortical
Dibawah ini adalah tabel dari pengukuran kekuatan otot pasien menggunakan XTOR .
Intervensi diberikan selama 7x terapi dan di dapatkan hasil yaitu, belum terdapat peningkatan
kekuatan otot yang dievaluasi dengan pemeriksaan kekuatan otot XOTR.
Anggota
Gerak Atas
Shoulder
Elbow
Wrist
Grup Otot-otot
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Endorotator
Eksorotator
Fleksor
Ekstensor
Supinator
Pronator
Palmar Fleksor
Dorso Fleksor
Medial Devilator
Ulnar Deviator
Anggota Gerak
Bawah
HIP
Knee
Ankle
Trunk
Grup Otot-otot
Fleksor
Ekstensor
Abduktor
Adduktor
Endorotator
Eksorotator
Fleksor
Ekstensor
Plantar Fleksor
Dorso Fleksor
Evetor
Invertor
Fleksor
Ekstensor
33
Hasil
T1
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
T6
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Hasil
T1
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
T6
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
R
Katerangan
: X : Normal
O : Tidak ada kontraksi
T : Ada kontraksi, tapi tidak ada gerakan
R : Gerakan yang terjadi karena reflek
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
34
Seorang pasien laki-laki bernama An. M. R yang berumur 4 bulan dengan diagnosis
delayed development. Ibu pasien mengeluhkan bahwa pasien belum mampu untuk mengontol
kepala dan tengkurap secara mandiri. Sehingga mengakibatkan keterlambatan perkembangan
bayi.
Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi berupa Neurosensomotor, Myofascial
Release, Head Control, Posture Control, Mobilisasi Trunk dan Pelvic, dan Latihan tengkurap
dan merayap, yang di berikan selam 7x dalam sebulan. Kini pasien mengalami penurunan
reflek primitif.
Dari hasil tersebut penulis menyimpulkan bahwa dengan Neurosensomotor,
Myofascial Release, Head Control, Posture Control, Mobilisasi Trunk dan Pelvic, dan Latihan
tengkurap dan merayap yang merupakan intervensi dari fisioterapis dapat digunakan untuk
mengatasi permasalah permasalah yaitu penurunan reflek primitif, peningkatan kekuatan
otot, penurunan spasme pada otot-otot ekstensor pada anggota gerak atas dan anggota gerak
bawah pada kasus delayed development.
B. Saran
Bagi pasien
Disarankan untuk orang tua pasien untuk rutin menerapikan pasien dan melakukan
35