Anda di halaman 1dari 6

Trombosit

Trombosit adalah benda kecil bergranula yang membentuk agregat di tempat


cedera pembuluh darah. Jumlahnya sekitar 300.000/microliter darah dan pada
keadaan normal mempunyai waktu paruh 4 hari.
Pemeriksan Trombosit
Pemeriksaan koagulasi mencakup pemeriksaan fungsi pembekuan darah,
(apakah faktor-faktor pembekuan darah cukup), atau sudah sesuai dengan
pengobatan yang diberikan oleh dokter. Pemeriksaan ini penting untuk memonitor
bila ada pendarahan atau untuk memonitor pengobatan dengan obat-obatan
pengencer darah.
Skrining koagulasi dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan pendarahan yang
terjadi dalam tubuh manusia. Adanya kelainan perdarahan ditandai dengan
kecenderungan untuk mudah mengalami perdarahan, yang bisa terjadi akibat
kelainan pada pembuluh darah maupun kelainan pada darah. Kelainan yang terjadi
bisa ditemukan pada faktor pembekuan darah dan trombosit. Dalam keadaan
normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena). Jika
terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam
maupun ke luar tubuh. Sehingga tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan
melalui beberapa cara (homeostatis).
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh
darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama:
1. konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah
2. aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang
terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).
Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan atau pembekuan yang
berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal.
Salah satu komponen elemen darah adalah trombosit atau keeping-keping darah
yang memiliki peran dalam proses penjendalan (koagulasi) darah. Proses koagulasi
darah dimaksudkan agar apabila terjadi kerusakan pembuluh darah, maka tidak
terjadi kehilangan darah yang sebanyak-banyaknya.
Pada kondisi tertentu seperti: hemofilia dapat terjadi kelainan atau gangguan
koagulasi darah sehingga darah sukar menjendal dan akibatnya tubuh dapat
kehilangan darah. Untuk itu, pemeriksaan koagulasi sangat diperlukan.
Pemeriksaan atau Skrining Koagulasi antara lain :
1. Pemeriksaan Rumple Leed
2. Jumlah Trombosit
3. Waktu Pendarahan
4. Waktu Pembekuan
5. Retraksi Bekuan & Konsistensi Bekuan
6. Lysis bekuan
7. PPT

8. APPT
Pemeriksaan Rumple Leed bertujuan untuk mendeteksi kelainan system vaskuler
dan trombosit. Metode yang biasa digunakan adalah DUKE atau metode IVY, dan
metode yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode DUKE. Sedangkan
tujuan pemeriksaan waktu pendarahan adalah untuk menilai factor-faktor
hemostasis yang letaknya ekstravaskuler, tetapi keadaan dinding vaskuler dan
trombosit juga berpengaruh. Praktikum terakhir yaitu pemeriksaan waktu
pembekuan, akan diperoleh hasil yang dijadikan ukuran aktivitas factor-faktor
koagulasi.
V. Alat dan Bahan :
Alat dan bahan yang digunakan pada Pemeriksaan Rumple Leed adalah:
1.Tensimeter
2.Stetoskop
Alat yang digunakan pada Pemeriksaan Waktu Pendarahan (Metode DUKE)
adalah:
1. Lancet
2. Kapas alcohol
3. Gelas obyek
4. Kertas saring
5. Stopwatch, penggaris
Alat yang digunakan pada Pemeriksaan Waktu Pembekuan
(Metode Lee and White) adalah:
1. Tabung Reaksi
2. Alat pengambilan darah vena
3. Stopwatch
4. Rak Tabung
5. Inkubator (kalau ada)
VI. Cara pemeriksaan :
A. Pemeriksaan Rumple Leed
Prinsip pemeriksaan :
Melakukan bendungan terhadap vena pada tekanan tertentu, bila didding kapiler
kurang kuat akan rusak/ pecah oleh bendungan dan terjadi pendarahan dibawah
kulit.
Cara pemeriksaan:
1. Ukur tekanan systole dan diastole, ambil rata-ratanya.
2. Lakukan bendungan pada lengan atas pada tekanan rata-rata tersebut, mksimal
100 mmHg dan pertahankan selama 10 menit.
3. Baca hasilnya pada volar lengan bawah kira-kira 4cm dibawah lipat siku dengan
penampang 5cm.
B. Pemeriksaan Pemeriksaan Waktu Pendarahan (Metode DUKE).

Prinsip pemeriksaan:
Mengukur/ menghitung waktu yang digunakan saat keluarnya darah dari luka yang
dibuat dengan standart tertentu sampai berhentinya pendarahan lewat luka
tersebut.
Cara Pemeriksaan :
1.Cuping telinga, tempat pemeriksaan dipijit-pijit atau digosok supaya hiperemis.
2. Bersihkan cuping telinga tersebut, biarkan kering.
3.Tusuk daerah tersebut (no.2) dengan lancet sedalam 2-3 mm dan biarkan darah
keluar dengan bebas, saat darah keluar jalankan stopwatch.
4. Isap darah yang keluar dengan kertas saring tiap setengah menit sampai darah
berhenti mengalir (jangan sampai kertas saring menyentuh luka), hentikan
stopwatch saat darah tidak dapat dihisap lagi, dan catat waktunya.
C. Pemeriksaan Pemeriksaan Waktu Pembekuan (Metode Lee and White)
Cara Pemeriksaan :
1. 3 tabung reaksi yang bebas dari kotoran diletakkan pada rak tabung.
2. Darah vena sebanyak 5ml diambil secara legeartis, saat darah mulai keluar
jalankan stopwatch (catat waktunya).
3. Sampel darah dimasukkan perlahan pada 2 tabung pertama dengan posisi miring
masing-masing 1,5ml, sisanya masukkan dalam tabung ke-3 sebagai control.
4. Diamkan 2-3 menit, kemudian setiap 0,5 menit tabung 1 digoyang (catat
waktunya hingga terjadi bekuan). Bila sudah timbul bekuan pada tabung I, lakukan
hal yang sama terhadap tabung ke-2 (goyangkan dan catat waktu hingga terjadi
bekuan).
5. Amati tabung ke-3, apakah sudah timbul bekuan. Bila belum tampak bekuannya,
lakukan hal yang sama seperti tabung yang lain.
Pembahasan Pemeriksaan
Pemeriksaan Rumple Leed
Salah satu pemeriksaan yang paling mudah dan cepat, serta bisa dilakukan oleh
semua tenaga medis yaitu dengan pemeriksaan rumple leed (torniqute).
Pemeriksaan dilakukan dengan menahan tekanan manset atau tensi sebesar
setengah dari jumlah tekanan sistol dan tekanan diastol. Sistole adalah bunyi yang
pertama terdengar, diastole adalah bunyi yang menghilang diantara bunyi yang
berdetak cepat, atau dapat pula dikatakan bunyi yang terakhir didengar. Kemudian
tekanan manset tersebut dipertahankan selama sepuluh menit.
Pemeriksaan dinyatakan positif bila ditemukan perdarahan atau petechiae sebanyak
10 buah dalam waktu 10 menit. Pemerikssan dinyatakan negatif bila dalam waktu
10 menit tidak timbul petechiae pada area pembacaan, atau timbul petechiae
kurang dari 10 buah. Pemeriksaan dinyatakan normal bila dalam waktu 10 menit
tidak timbul petechiae, atau timbul petechiae kurang dari 5 buah.
Hasil pemeriksaan kelompok kami yaitu ditemukannya 1 buah petechiae, yang
berarti normal / negatif. Kesalahan sering terjadi saat pemeriksaan, kesalahan

tersebut antara lain saat membuat daerah pengamatan. lingkaran ini harus dibuat,
diukur dengan benar, sekian jari dari fossa cubiti, dengan diameter penampang
sebesar 5 cm menggunakan penggaris. Selain itu, bila dalam waktu kurang dari 10
menit sudah tampak lebih dari 10 buah petechiae, maka percobaan dihentikan. Bila
setelah 10 menit tidak timbul peteciae, percobaan dihentikan dan tunggu selama 5
menit. Bila tak ada perubahan penilaiaannya negatif. Sebelum percobaan
dihentikan apakah ada bekas gigitan nyamuk pada daerah pembacaan, yang
mungkin menyebabkan hasil menjadi positif palsu.
Bila hasil pemeriksaan dinyatakan positif, orang yang diperiksa kemungkinan terjadi
gangguan vaskuler maupun trombolik. Adanya gangguan ini dapat menimbulkan
penyakit atau keluhan tertentu, antara lain penyakit arteri koroner yang berat,
gumpalan kecil dari trombosit bisa menyumbat arteri yang sebelumnya telah
menyempit dan memutuskan aliran darah ke jantung, sehingga terjadi serangan
jantung. Keluhan lain yaitu, mudahnya timbul memar pada kulit. Seseorang bisa
mudah memar karena kapiler yang rapuh di dalam kulit.
setiap pembuluh darah kecil ini robek maka sejumlah kecil darah akan merembes
dan menimbulkan bintik-bintik merah di kulit (peteki) atau cemar ungu kebiruan
(purpura).
B. Pemeriksaan waktu pendarahan
Waktu pendarahan yang didapat oleh kelompok kami adalah 1,6 menit. Ini
dinyatakan nornal, karena hasil intrepetasi menunjukkan waktu pendarahan normal
antara 1-3 menit.
Pembuluh darah merupakan penghalang pertama dalam kehilangan darah. jika
sebuah pembuluh darah mengalami cedera, maka pembuluh darah akan mengkerut
sehingga aliran darah keluar menjadi lebih lambat dan proses pembekuan bisa
dimulai. Pada saat yang sama, kumpulan darah diluar pembuluh darah (hematom)
akan menekan pembuluh darah dan membantu mencegah perdarahan lebih lanjut.
Setelah pembuluh darah robek, serangkaian reaksi akan mengaktifkan trombosit
sehingga trombosit akan melekat di daerah yang mengalami cedera. perekat yang
menahan trombosit pada pembuluh darah ini adalah faktor von willebrand, yaitu
suatu protein plasma yang dihasilkan oleh sel-sel di dalam pembuluh darah.
Kolagen dan protein lainnya (terutama trombin), akan muncul di daerah yang
terluka dan mempercepat perlekatan trombosit. Trombosit yang tertimbun di daerah
yang terluka ini membentuk suatu jaring yang menyumbat luka; bentuknya berubah
dari bulat menjadi berduri dan melepaskan protein serta zat kimia lainnya yang
akan menjerat lebih banyak lagi trombosit dan proteinpembekuan.
Selanjutnya, trombin merubah fibrinogen (suatu faktor pembekuan darah yang
terlarut) menjadi serat-serat fibrin panjang yang tidak larut, yang terbentang dari
gumpalan trombosit dan membentuk suatu jaring yang menjerat lebih banyak lagi
trombosit dan sel darah. Serat fibrin ini akan memperbesar ukuran bekuan dan
membantu menahannya agar pembuluh darah tetap tersumbat.
rangkaian reaksi ini melibatkan setidaknya 10 faktor pembekuan darah.

Suatu kelainan pada setiap bagian proses hemostatik bisa menyebabkan gangguan.
Pembuluh darah yang rapuh akan lebih mudah mengalami cedera atau tidak dapat
mengkerut. Pembekuan tidak akan berlangsung secara normal jika jumlah trombosit
terlalu sedikit, trombosit tidak berfungsi secara normal atau terdapat kelainan pada
faktor pembekuan. Jika terjadi kelainan pembekuan, maka cedera yang ringan pun
bisa menyebabkan kehilangan darah yang banyak.
Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di dalam hati, sehingga kerusakan hati
yang berat bisa menyebabkan kekurangan faktor tersebut di dalam darah. Vitamin
K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam pembuatan
bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan zat gizi atau
obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin k (misalnya warfarin) bisa
menyebabkanperdarahan.
Kelainan perdarahan juga bisa terjadi jika pembekuan yang berlebihan telah
menghabiskan sejumlah besar faktor pembekuan dan trombosit atau jika suatu
reaksi autoimun menghalangi aktivitas faktor pembekuan.
Reaksi yang menyebabkan terbentukan suatu gumpalan fibrin diimbangi oleh reaksi
lainnya yang menghentikan proses pembekuan dan melarutkan bekuan setelah
keadaan pembuluh darah membaik. Tanpa sistem pengendalian ini, cedera
pembuluh darah yang ringan bisa memicu pembekuan di seluruh tubuh.
Jika pembekuan tidak dikendalikan, maka pembuluh darah kecil di daerah tertentu
bisa tersumbat. penyumbatan pembuluh darah otak bisa menyebabkan stroke;
penyumbatan pembuluh darah jantung bisa menyebabkan serangan jantung dan
bekuan-bekuan kecil dari tungkai, pinggul atau perut bisa ikut dalam aliran darah
dan menuju ke paru-paru serta menyumbat pembuluh darah yang besar di paruparu (embolipulmoner).
C. Pemeriksaan waktu pembekuan
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku, hasilnya
dapat dijadikan ukuran aktivitas faktor-faktor koagulasi. Hasil pemeriksaan
kelompok kami adalah 9,75 menit Ini dinyatakan nornal, karena hasil intrepetasi
menunjukkan waktu pendarahan normal antara 9-15 menit. Kelainan mungkin
terjadi, bila didapat waktu pembekuan yang memanjang (diatas 15 menit). Kelainan
ini merupakan kelainan beberapa faktor koagulasi (koagulopati) inhibitor dalam
darah misalnya heparin. Bekuan darah terganggu atau tidak terjadi, disebabkan
oleh :
1. Trombositopenia : konsentrasi trombosit yang rendah di dalam darah
2. Penyakit von Willebrand : trombosit tidak melekat pada lubang di dinding
pembuluh darah
3. Penyakit trombosit herediter : trombosit tidak melekat satu sama lain untuk
membentuk suatu sumbatan
4. Hemofilia : tidak ada faktor pembekuan VII atau IX
5. DIC (disseminated intravascular coagulation) : kekurangan faktor pembekuan
karena pembekuan yang berlebihan.

Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah aslinya,


Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis kompleks yang
melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya.
Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati
konsumtif yang parah.

Kelaianan Trombosit
Jika jumlah trombosit terlalu rendah, perdarahan yang berlebihan dapat terjadi.
Namun, jika jumlah trombosit terlalu tinggi, dapat terbentuk pembekuan darah
(trombosis), yang dapat menghambat pembuluh darah dan mengakibatkan
peristiwa seperti stroke, infark miokard, emboli paru atau penyumbatan pembuluh
darah ke bagian lain dari tubuh , seperti ujung-ujung lengan atau kaki. Suatu
kelainan atau penyakit dari trombosit disebutthrombocytopathy. Ada gangguan
yang mengurangi jumlah trombosit, seperti heparin-induced trombositopenia (HIT)
atau Thrombotic Thrombocytopenic Purpura (TTP) yang biasanya menyebabkan
trombosis, atau bekuan, bukannya pendarahan.

Anda mungkin juga menyukai