STROKE HEMORAGIK
Disusun oleh :
dr. FIQIH FARUZ ROMADHON
Pembimbing :
dr. Linda Widiasari, Sp.S
Pendamping :
dr. Normasari
dr. Elvi Agustina
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT
STROKE HEMORAGIK
Disusun oleh:
dr. Fiqih Faruz Romadhon
: Rabu
Tanggal
: 13 Juli 2016
LEMBAR PENGESAHAN
CASE REPORT
STROKE HEMORAGIK
Disusun oleh:
dr. Fiqih Faruz Romadhon
: Rabu
Tanggal
: 13 Juli 2016
Pendamping
dr. Normasari
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. 1
Lembar Pengesahan.......................................................................................... 2
Daftar Isi........................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 5
1.2 Tujuan......................................................................................................... 7
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................8
BAB III PEMBAHASAN.................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN..................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................37
BAB I
PENDAHULUAN
yang
dapat
menyebabkan
berbagai
komplikasi
dengan
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.
Anamnesis
Pasien MRS pada tanggal 26 Juni 2016 dan anamnesis dilakukan secara
alloanamnesis pada tanggal 26 Juni 2016.
a. Identitas
Nama
: Ny. N
Usia
: 55 tahun
Agama
: Islam
Status
: Sudah menikah
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Penjual makanan
b. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
membawa pasien ke IRD. Saat di IRD, pasien muntah 4x. Keluhan sakit
kepala (-).
Keluarga pasien mengatakan, sejak 4 hari SMRS, pasien saat sahur
selalu mengonsumsi ikan asin dan meminum kopi. Saat berbuka puasa, pasien
juga sering mengonsumsi makanan berlemak. Pasien memiliki riwayat sering
membuat masakan dengan garam berlebihan dan bumbu masakan penyedap.
DM
: disangkal
Stroke
: disangkal
Kesan umum
Kesadaran
Tanda Vital
: Tampak lemah
: E3V2M5
Nadi
Tekanan Darah
Suhu badan
Frekuensi nafas
: 60 kali/menit
: 190/120 mmHg
: 36oC
: 24 kali/menit
Kepala
Rambut merah
: (-)
Mata :
Konjungtiva anemis
(-/-), sklera
Hidung
10
Leher
Kaku kuduk
Pembesaran Kelenjar
: (-)
: (-)
Dada
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
: (-)
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Flat
: lunak, hepar lien tidak teraba
: Timpani
: Bising usus (+) normal
Genitalia
Dalam batas normal.
Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
Kekuatan otot:
2
11
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Sensorium
STATUS NEUROLOGIS
E3V2M5
Muntah (+)
Peningkatan TIK
Kejang
(-)
NI
N II
N III, IV, VI
NV
N VII
N VIII
N IX, X
N XI
N XII
Biceps / Triceps
KPR / APR
Babinsky
Hoffman / Tromner
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Kernig sign
(-)
Kiri
+2
Kiri
+2
Kiri
Kiri
Kiri
Kiri
Kiri
12
Kanan
KEKUATAN MOTORIK
Schaefer
2
2
Kiri
5
5
Gajah
Mada
Stroke
Hemoragik
2.3 Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
26-06-2016
Leukosit (/mm3)
13.060
Natrium
129
Kalium
3,0
Kolesterol total
208
B. CT Scan
Kesan:
-
intraventrikular hemorrage
Gambaran brain swelling
13
Kesan:
-
Cardiomegaly
Elongatio aorta
Suspek efusi pleura kiri
: Hemiparese Dextra
Topis
: Traktus Piramidalis
Etiologis
14
2.5 Penatalaksanaan :
-
IVFD RL 16 tpm
IVFD NS 3% 1 kolf/hari
M20 6 x 100 cc
Injeksi Kalnex 3x1
Injeksi Vitamin K 3x1
Injeksi Ranitidin 3x1
Carsive titrasi target sistol 145
Rawat di Stroke Unit
2.6. Prognosis
Ad sanam
: Dubia
Ad vitam
: Dubia
Ad fungsionam
: Dubia
FOLLOW UP HARIAN
15
TANGGAL
27-06-2016
PERJALANAN PENYAKIT
PENATALAKSANAAN
NaCl 3% 21 cc/jam
Kalnex 3x1
Vitamin K 3x1
Ranitidin 2x1
M20 6x100
Titrasi carsive 0,25 meq
Amlodipin 1x5 mg
Micardis 1x80 mg
Aspar K 3x1
Ceftriaxon 2x1gr
28-06-2016
S: Somnolen (+)
IVFD RL 64 cc/jam
Kalnex 3x1
Vitamin K 3x1
Ranitidin 2x1
M20 6x100
Amlodipin 1x5 mg
Micardis 1x80 mg
Aspar K 3x1
Simvastatin 1x10
29-06-2016
S: Somnolen (+)
Kalnex 3x1
Vitamin K 3x1
Ranitidin 2x1
M20 6x100
Amlodipin 1x5 mg
16
Micardis 1x80 mg
Aspar K 3x1
Ceftriaxon 2x1gr
Simvastatin 1x10
30-06-2016
S: KU Baik
Kalnex 3x1
Vitamin K 3x1
Ranitidin 2x1
M20 6x100
Amlodipin 1x5 mg
Micardis 1x80 mg
Aspar K 3x1
Ceftriaxon 2x1gr
Simvastatin 1x10
1-07-2016
Kalnex 3x1
Vitamin K 3x1
Ranitidin 2x1
Amlodipin 1x5 mg
Micardis 1x80 mg
Aspar K 3x1
Ceftriaxon 2x1gr
Simvastatin 1x10
Pantoprazole 1x1
17
18
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien dengan nama Ny. N usia 55 tahun datang dengan keluhan
penurunan kesadaran. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosa menderita stroke hemoragik.
Menurut definisi WHO, stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang
secara cepat akibat gangguan otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular. Stroke hemoragik adalah stroke
yang terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak.5, 10
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko terjadinya stroke
secara umum dijelaskan dalam tabel berikut. 7
Faktor Resiko
Umur
Keterangan
Umur merupakan faktor risiko yang paling kuat untuk
stroke. Sekitar 30% dari stroke terjadi sebelum usia 65; 70%
terjadi pada mereka yang 65 ke atas. Risiko stroke adalah
Hipertensi
Seks
Diabetes mellitus
19
Merokok
menunjukkan
peningkatan
bahwa
risiko
merokok
stroke
untuk
jelas
menyebabkan
segala
usia
dan
obat
Hiperlipidemia
kokain.
Meskipun tingkat kolesterol tinggi telah jelas berhubungan
dengan penyakit jantung koroner, mereka sehubungan
dengan stroke kurang jelas. Peningkatan kolesterol tidak
muncul untuk menjadi faktor risiko untuk aterosklerosis
karotis, khususnya pada laki-laki di bawah 55 tahun.
Kejadian
hiperkolesterolemia
menurun
dengan
Anamnesis:
Fakta
Teori
20
oleh
keluarganya,
hanya
hipertensi
dan
hipertensi
arterial.
Peningkatan
darah
arteri
yang
kecil,
menaikkan
tekanan
atau
kompartemen
meningeal
di
sekitarnya
(perdarahan
21
adalah
hipertensi
diindikasikan
sesuai
dengan
kriteria
yang
ketat,
dengan
22
Teori
GCS E3V2M5
TD = 190/120 mmHg
bergantung
pada
lokasinya.
Nadi = 60 x/menit
Suhu = 370C
menyebabkan
Kekuatan motorik
2
2
hemiparesis
kontralateral berat.
5
5
Pada kasus ini, penggolongan pasien menjadi stroke hemoragik dan iskemik dapat
menggunakan kriteria Siriraj Score dan Algoritma Gajah Mada8.
Fakta
Pada pasien:
Derajat kesadaran: Sopor (2)
Muntah : Ada (1)
Teori
Siriraj Score
(2,5xS)+(2xM)+(2xN)+(0,1xD)-(3xA)12
23
Diastolik : 120
Ateroma : Hipertensi, Babinski (1)
Skor: (2,5x2)+(2x1)+(2x0)+(0,1x120)(3x1)-12
Hasil = 4
Keterangan:
Derajat kesadaran (S) :
0 --> komposmentis
1 --> somnolen, mengantuk
2 --> sopor/koma
Muntah (M)
:
0 --> tidak ada
1 --> ada
Diastolik (D)
:
Tekanan darah diastolik (mmHg)
Nyeri Kepala (N)
: (dalam 2 jam)
0 --> tidak ada
1 --> ada
Ateroma
:
0 --> tidak ada
1 --> salah satu atau lebih
Tanda meningeal
Tanda Babinski
Anamnesis hipertensi
Penyakit jantung
Interpretasi:
Score > 1=
Stroke Hemoragik
Score -1 S/D 1 =
Score <-1=
Ct-scan
24
Teori
Penderita Stroke akut
dengan atau tanpa
- Penurunan kesadaran
- Nyeri Kepala
- Reflex Babinski
Ketiganya atau 2 dari ketiganya (+) ya
Stroke
Perdarahan
intraserebral
tidak
Penurunan kesadaran (+)
Nyeri Kepala (-)
ya
ya
ya
ya
25
Pemeriksaan penunjang:
Fakta
26 Juni 2016:
CT Scan:
Teori
CT non kontras otak dapat digunakan
untuk membedakan stroke hemoragik
dari stroke iskemik. Pencitraan ini
intraventrikular hemorrage
Gambaran brain swelling
Laboratorium darah
26
Penatalaksanaan:
Fakta
-
IVFD RL 16 tpm
IVFD NS 3% 1 kolf/hari
M20 6 x 100 cc
Injeksi Kalnex 3x1
Injeksi Vitamin K 3x1
Injeksi Ranitidin 3x1
Carsive titrasi target sistol 145
Rawat di Stroke Unit
Teori
Tatalaksana di Ruang Gawat Darurat
1. Evaluasi cepat dan diagnosis
2. Terapi umum (suportif)
a. stabilisasi jalan napas dan
pernapasan
b. stabilisasi hemodinamik/sirkulasi
c. pemeriksaan awal fisik umum
d. pengendalian peninggian TIK
e. penanganan transformasi
hemoragik
f. pengendalian kejang
g. pengendalian suhu tubuh
h. pemeriksaan penunjang
3. Tatalaksana Perdarahan Intraserebral
a. Diagnosis dan Penilaian Gawat
Darurat pada Perdarahan
Intrakranial dan Penyebabnya
b. Tatalaksana Medis Perdarahan
Intrakranial
c. Prosedur/ Operasi
27
(AHA/ASA,
Class
I,
Level
(AHA/ASA,
Class
1,
Level
of
evidence
B).
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan
darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada
pasien dengan defisit neurologis yang nyata (ESO, Class IV, GCP).
Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen <
95%(ESO,ClassV, GCP).
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien
yang tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami
penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas
28
b. Stabilisasi Hemodinamik
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal:
o Derajat kesadaran
o Pemeriksaan pupil dan okulomotor
o Keparahan hemiparesis
of evidence B).
Monitor TIK harus dipasang pada pasien dengan GCS <9 dan penderita
yang mengalami penurunan kesadaran karena kenaikan TIK (AHA/ASA,
Class
V,
Level
of
evidence C).
Sasaran terapi adalah TIK kurang dari 20 mmHg dan CPP >70 mmHg.
Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan intrakranial
meliputi :
o Tinggikan posisi kepala 200 - 300
o Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular
o Hindari pemberian cairan glukosa atau cairan hipotonik
o Hindari hipertermia
o Jaga normovolernia
29
o Osmoterapi
atas
indikasi:
pemberian
osmoterapi.
II. Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
o Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg).
Hiperventilasi mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan
operatif.
e. Penanganan Transformasi Hemoragik
Tidak ada anjuran khusus tentang terapi transformasi perdarahan asimptomatik
(AHA/ASA, Class Ib, Level of evidence B).1 Terapi transformasi perdarahan
simtomatik sama dengan terapi stroke perdarahan, antara lain dengan
memperbaiki perfusi serebral dengan mengendalikan tekanan darah arterial
secara hati-hati.
f. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan
diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan
maksimum 50 mg/menit.
Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di ICU.
Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan profilaksis
dapat diberikan selama 1 bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan
bila tidak ada kejang selama pengobatan (AHA/ASA, Class V, Level of
evidence C).
g. Pengendalian Suhu Tubuh
Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan
antipiretika dan diatasi penyebabnya (AHA/ASA, Class I, Level of
evidence C).
Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5oC (AHA/ASA
30
kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah, dan elektrolit)
Pemeriksaan radiologi
o Foto rontgen dada
o CT Scan
Level
of
evidence C), apabila TDS >200 mmHg atau Mean Arterial Preassure (MAP)
>150 mmHg, tekanan darah diturunkan dengan menggunakan obat
31
IIa,
Level
of
evidence
B).
d. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220
mmHg, penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup
aman (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). Setelah kraniotomi, target
MAP adalah 100mmHg.
C. Penatalaksanaan Perdarahan Intraserebral
1. Diagnosis dan Penilaian Gawat Darurat pada Perdarahan Intrakranial dan
Penyebabnya
a. Pemeriksaan pencitraan yang cepat dengan CT atau MRI direkomendasikan
untuk membedakan stroke iskemik dengan perdarahan intracranial
(AHA/ASA, Class I,Level of evidence A).
b. Angiografi CT dan CT dengan kontras dapat dipertimbangkan untuk
membantu mengidentifikasi pasien dengan risiko perluasan hematoma
(AHA/ASA,
Class
II,
Level of evidence B). Bila secara klinis atau radiologis terdapat kecurigaan
yang mengarah ke lesi structural termasuk malformasi vaskuler dan tumor,
32
Class
I,
kompleks
protrombin
dapat
mengurangi
komplikasi
33
3. Prosedur/ Operasi
a. Penanganan dan Pemantauan Tekanan Intrakranial
Pasien dengan skor GCS <8, dengan tanda klinis herniasi transtentorial,atau
dengan perdarahan intraventrikuler yang luas atau hidrosefalus, dapat
dipertimbangkan untuk penanganan dan Pemantauan tekanan intrakranial.
Tekanan perfusi otak 50-70 mmHg dapat dipertahankan tergantung pada
status otoregulasi otak (AHA/ASA, Class Iib, level of evidance C).
Drainase ventrikular sebagai tata laksana hidrosefalus
dapat
Class
IIa,
Level
of
evidance B).
b.
Perdarahan
Intraventikuler
Walaupun
pemberian
intraventrikuler
tahap
penelitian
(AHA/ASA,
Class
IIb,
Level
of evidance B).
c. Evakuasi hematom
evidance C).
Pasien dengan perdarahan serebral yang mengalami perburukan neurologis,
atau yang terdapat kompresi batang otak, dan atau hidrosefalus akibat
obstruksi ventirkel sebaiknya menjalani operasi evakuasi bekuan darah
evakuasi
perdarahan
intrakranial
supratentorial
dengan
34
BAB IV
KESIMPULAN
1. Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada pasien ini maka diagnosisnya adalah stroke hemoragik
2. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini sudah cukup
terpenuhi.
3. Penatalaksanan pada pasien ini sesuai dengan teori.
4. Kondisi pasien saat pulang telah dalam keadaan stabil.
5. Prognosis pada pasien ini adalah dubia
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Guideline Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia: Jakarta, 2007.
2. Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010.
[diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
3. Rohkamm, Reinhard. Color Atlas of Neurology. Edisi 2. BAB 3.
Neurological Syndrome. George Thieme Verlag: German, 2003.
4. Tsementzis, Sotirios. A Clinicians Pocket Guide: Differential Diagnosis
in Neurology and Neurosurgery. George Thieme Verlag: New York, 2000.
5. Sjahrir, Hasan. Stroke Iskemik. Yandira Agung: Medan, 2003
6. Baehr, M. Diagnosis Topik Neurologi DUUS: Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala. EGC: Jakarta, 2005.
7. Sotirios AT,. Differential Diagnosis in Neurology and Neurosurgery.New
York. Thieme Stuttgart. 2000.
8. Ranakusuma T. Pedoman Penatalaksanaan Stroke bagi Dokter Umum
dalam Updates in Neuroemergencies. Balai Penerbit FKUI :Jakarta, 2002
36
37