HASIL KAJIAN
MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI UNIT PELAYANAN JIWA GERIATRI WISMA DEWI KUNTHI
RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG
Disusun Oleh :
1. Octavia Nur Aini Wahyudi
(070115b062)
2. Putri Ahadiyah
(070115b063)
(070115b029)
4. Titin Nurhasanah
(070115b084)
(070115b058)
Laporan Praktik Manajment Keperawatan di Wisma Dewi Kunthi Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. Soerojo Magelang ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing:
Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Kepala Ruanga Wisma Dewi Kunthi
(Triayati, S.Kep)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang menyelenggarakan
pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis,
serta pengobatan penyakit yang diderita oleh klien. Hal ini menunjukkan bahwa
rumah sakit sebagai suatu organisasi yang kompleks dan merupakan komponen
yang penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat serta
dijadikan sebagai tempat bagi mencari dan menerima pelayanan kesehatan.
Selain fungsi di atas, rumah sakit juga dijadikan sebagai tempat pendidikan
klinik untuk mahasiswa kedokteran, mahasiswa keperawatan dan berbagai
tenaga profesi lainnya.
Salah satu fungsi dari rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan
dan asuhan keperawatan yang merupakan bagian dari sistem pelayanan
kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat seoptimal mungkin.
Hal ini menunjukkan bahwa keperawatan merupakan bagian integral yang tidak
dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Sehingga
apabila asuhan keperawatandiaplikasikan secara optimal akan memberikan
kontribusi yang positif bagi pelayanan dan pengembangan rumah sakit. Karena
sistem pelayanan keperawatan menjadi salah satu faktor penentu dari mutu dan
citra rumah sakit.
Dalam era globalisasi dan perkembangan ilmu serta teknologi kesehatan
menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang
optimal. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan
model praktik keperawatan profesional (MPKP). Manajemen menurut
Nursalam (2007) merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di dalam manajemen tersebut
mencakup kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling)
terhadap staff, saranadan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Keempat
fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan ketrampilan-ketrampilan
teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan
keperawatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat.
Menejemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Seorang
manajer
keperawatan
dituntut
mampu
untuk
merencanakan,
tersita untuk melakukan tindakan yang seharusnya dapat dilakukan oleh PA.
Dengan dilakukannya pengaturan ini, maka PP bertanggung jawab atas semua
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan
sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional,
sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di
dalam proses keperawatan, proses dalam manajamen keperawatan juga terdiri
dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil. Pada aspek struktur ditetapkan juga standar rencana
keperawatan, hal ini ditetapkan karena berdasarkan observasi waktu yang
dibutuhkan untuk menulis rencana keperawatan sangat menyita waktu karena
fenomena keperawatan mencakup 14 kebutuhan dasar manusia. Dengan adanya
standar rencana keperawatan, naka PP hanya melakukan validasi terhadap
diagnosa keperawatan klien berdasarkan pengkajian yang dilakukan. Validasi
standar renpra diharapkan dapat dilakukan oleh sarjana keperawatan/Ners
karena mereka sudah dibekali dengan konsep dan teori yang cukup untuk
mampu melakukan analisis dan sintesis pada standar rencana keperawatan.
Pada aspek proses ditetapkan penggunaan metode modifikasi keperawatan
primer. Penetapan metode ini didasarkan pada beberapa alasan, antara lain: 1).
Pada metode keperawatan primer pemberian asuhan keperawatan dilakukan
secara berkesinambungan sehingga memungkinkan adanya tanggung jawab dan
tanggung gugat, 2). Metode keperawatan primer tidak digunakan secara murni
karena apabila menggunakan metode itu secara murni dibutuhkan jumlah S1
keperawatan/Ners dalam jumlah yang lebih banyak, 3). Saat ini terdapat
beberapa jenis tenaga keperawatan dengan kemampuan yang berbeda-beda,
maka konsep metode tim menjadi penting sehingga perawat dengan
kemampuan yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan membimbing perawat
lain dibawah tanggung jawabnya, 4). Metode tim tidak digunakan secara murni
karena pada metode ini tanggung jawab tentang asuhan keperawatan
terfragmentasi pada berbagai anggota tim, sehingga sukar menunjukkan
akuntabilitas tenaga keperawatan.
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
operasional
unit
pelayanan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Proses Manajemen
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui upaya
orang lain (P. Siagian, 2009). Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses
pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
Input
Proses
dan
pengawasan
dalam
pelaksanaan
pelayanan
keperawatan.
c.
Output :
dari
proses
majemen
keperawatan
adalah
asuhan
e.
Umpan balik
Suyanto
(2008)
prinsip
yang
mendasari
manajemen
keperawatan yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
menetapkan
standar
dan
membandingkannya
dengan
Kerangka Konsep
Kerangka konsep manajemen keperawatan adalah manajemen
partisipatif yang berlandaskan kepada paradigma keperawatan yaitu
manusia, keperawatan, kesehataan dan lingkungan. Kerangka konsep
manajemen keperawatan ini perlu dipahami sehingga para manjer
keperawatan
akan
dapat
menatalksanakan
pekerjaannya
guna
2008).
4.
b.
Misi
Menurut Nursalam (2007) misi manajemen keperawatan adalah :
1) Menyediakan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien dalam
membantu kesehatan pasien yang optimal setelah pulang dari
rumah sakit.
2) Membantu mengembangkan dan mendorong suasana yang
kondusif bagi pasien dan staf keperawatan atau non keperawatan.
3) Mengajarkan, mengarahkan, dan membantu dalam kegiatan
profesional keperawatan.
4) Turut serta dan bekerja sama dengan semua anggota tim kesehatan
yang ada di rumah sakit atau tempat kerja.
Inti konsep konsep manajmen saat ini dan yang akan datang, adalah
keseimbangan antara visi, misi dan motivasi yang jelas dalam mencapai
tujuan organisasi yang telah di tetapkan. Proses keperawatan yaitu
pengakuan masyarakat atau profesi lain tentang eksisitensi profesi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Memberikan
penghargaan
kepada
staff
yang
dianggap
berprestasi.
j.
k.
Meningkatkan
pandangan
masyarakat
tentang
profesi
klinis.
Manajer
keperawatan.
c.
merupakan
disiplin
praktis
Pengorganisasian
Suatu rencana yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil
penyelenggaraan fungsi organik perencanaan, dilaksanakan oleh sekelompok
orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja tertentu. Dipelukan berbagai
pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah tempat berbagai kegiatan
akan diselenggarakan, tetapi juga tata krama yang harus di taati oleh setiap
orang dalam organisasi dengan orang-orang lain, baik dalam satu satuan kerja
tertentu maupun antara kelompok yang telah ada.
a.
Pengetian
Pengorganisasi adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk
menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang
dimiliki oleh sebua organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua
pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga
atau kelompok fungsional, misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas,
sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan dan lain sebagainya.
Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana
pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga
tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi
itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas
diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus
komunikasi dn memfokuskan sumber daya pada tujuan.
Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
secara fektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian
tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawaman yang akan
melakukan kegiatan masing-masing.
Dalam penyelenggaraan fungsi pengorganisasian, terdapat lima
pertanyaan yang harus terjawab dengan baik, antara lain adalah :
1) Pertama : Siapa melakukan apa ? Dalam rangka pengorganisasian
harus terdapat kegiatan menciptakan atau merumuskan klasifikasi
jabatan, analisis pekerjaan, deskripsi pekerjaan. Analisis ini akan
dapat dapat ditafsirkan jumlah orang yang dibutuhkan dengan
tingkat kepastian yang tinggi. Ketidakjelasan jawaban tentang hal
ini dapat berakibat pada eraneka ragam kesulitan, seperti jumlah
tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan, atau tenaga kerja yang
ada tidak mencukupi persyaratan kualitatif, atau tenaga kerja yang
ada tidak mencukupi persyaratan kualitatif dan penempatan orang
yang tidak sesuai dengan tuntutan tugasnya, dan lainnya. Ada dua
hal sorotan pandangan, untuk menentukan analisis penmpatan
orang yaitu kemampuan teknis dan kemampuan manajerial.
Kemampuan teknis biasanya tercermin pada ketrampilan tertentu,
ketrampilan
teknis
dituntut
dari
mereka
yang
ditugaskan
antara
lain
demi
kepentingan
koodinasi
daan
manajeril,
pengalaman,
dan
kemampuannya
kebutuhannya.
Kesemuannya
itu
diarahkan
kepada
jawabkan
hasil
pekerjaannya.
Disamping
rebutan dan diwadahi oleh lebih dari satu satuan kerja. Perlu
diperhatikan pula bahwa karena organisasi merupakan perwadahan
interaksi antara orang orang atau secara satuan satuan kerja
tertentu, sifat dan kecenderungan para anggota organisasi bertindak
dengan cara tertentu tidak bisa diabaikan begitu saja.
9) Kesederhanaan Struktur
Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan dan usaha koordinasi dapat berjalan
dengan lancer. Perlu disadari bahwa jika di satu pihak susunan
organisasi lebih rumit dari yang diperlukan sesungguhnya, akan
terjadi pemborosan tenaga, ruang, dan peralatan karena aka nada
satuan satuan kerja yang tidak mempunyai cukup kegiatan.
Sebaliknya jika struktur organisasi terlalu sederhana, ada dua
kemungkinan besar dapat timbul, yaitu tidak semua tugas yang
harus dilaksanakan secara wajar dan satuan satuan kerja akan
dibebani dengan tugas tugas yang mungkin dirasakan terlalu
berat. Jika tidak semua tugas melembaga secara wajar, terpaksa
ditempuh cara-cara penyelesaian yang tidak konvensional seperti
pembentukan panitia ada hoc untuk penyelesaiannya.
10) Pola Dasar Organisasi Yang Relatif Permanen
Organisasi selalu menghadapi berbagai jenis perunbahan, baik
karena factor-faktor eksternal. Berbagai factor itu dapat berakibat
pada pemekaran organisasi. Misalnya karena perluasan usaha,
timbulnya tugas baru, bertambahnya tenaga kerja yang dikaryakan,
bertambahnya beban tugas yang harus dipikul dan sebagainya.
Sebaliknya jika terjadi kemunduran factor tadi maka mungkin akan
terjadi mengecilnya organisasi. Fleksibilitas dalam penentuan
struktur organisasi, sangat penting utnuk mengingat bahwa
perubahan itu pasti terjadi dan harus dihadapi, tetapi hal itu
tentunya tidak harus mengubah pola dasar struktur organisasi.
Artinya, prinsip-prinsip dasar pengorganisasian tetap perlu
dipegang teguh.
kegagalan
dalam
pelaksanaan
pekerjaan
yang
didelegasikannya itu.
12) Rentang Pengawasan
Merupakan hal yang sangat sukar dan bahkan tidak mungkin
untuk menentukan secara aksiomatik jumlah orang yang dapat
diawasi oleh seorang manajer secara efektif dalam melaksanakan
semua jenis kegiatan di semua jenis organisasi. Yang
jelas
menyerahkan
bersangkutan
diharapkan
mengerahkan
kemampuan,
2.
3.
4.
2) Metode fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan
ditekankan pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat
diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua
klien di satu ruangan. (Sitorus, 2006).
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap
perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang
dikerjakannya kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut
bertanggung jawab dalam pembuatan laporan klien. Metode
fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas
apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan
kepuasan asuhan yang diterimanya. (Sitorus, 2006).
Kelebihan dari metode fungsional adalah:
1. Sederhana.
2. Efisien.
3. Perawat terampil untuk tugas atau pekerjaan tertentu.
4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah
5.
selesai tugas.
Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang
6.
3.
4.
5.
metode
tersebut
dalam
memberikan
asuhan
tim
merupakan
metode
pemberian
asuhan
3.
4.
konferensi.
Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai
serta mendokumentasikannya.
b) Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra
terjamin. Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui
berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang merupakan
pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d) Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim
akan berhasil baik apabila didukung oleh kepala ruang untuk
itu kepala ruang diharapkan telah :
1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf.
2. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan.
3. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan
4.
kepemimpinan.
Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode
5.
6.
tim keperawatan.
Menjadi narasumber bagi ketua tim.
Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui
riset keperawatan.
7. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka.
Kelebihan metode ini adalah:
1. Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
2. Pasien dilayani secara komfrehesif.
3. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan.
4. Tercipta kerja sama yang baik .
5. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal
6. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda
dengan aman dan efektif.
Kekurangan metode ini:
Kesinambungan asuhan keperawatan belum optimal sehingga
pakar mengembangkan metode keperawatan primer (Sitorus,
2006). Selain itu:
1.
2.
4.
perawat
tertentu
yang
bertanggungjawab
dalam
kepada
bertanggungjawab
perawat
terhadap
lain
asuhan
(associated
keperawatan
nurse).
PP
klien
dan
asuhan
keperawatan,
tetapi
juga
mempunyai
diterapkan.
Memberikan kepuasan kerja bagi perawat.
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima
asuhan keperawatan.
Uraian Tugas
Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP terdiri dari
lima komponen (sub sistem) yaitu (Huber, 2010):
1) Nilai nilai profesional (Profesional Values)
Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai professional ini merupakan inti
dari MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien,
menghargai klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus
tetap ditingkatkan dalam suatu proses keperawatan.
2) Pendekatan manajemen (Management Approach)
Seorang perawat dalam melakukan asuhan keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia harus melakukan pendekatan
penyelesaian masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien,
dan nantinya dapat diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk
masalah klien.
3) Hubungan profesional (Profesional Relationship)
Asuhan kesehatan yang diberikan kepada klien melibatkan
beberapa anggota tim kesehatan yang mana focus pemberian
asuhan kesehatan adalah klien. Karena banyaknya anggota tim
kesehatan yang terlibat, maka perlu adanya kesepakatan mengenai
hubungan kolaborasi dalam pemberian asuhan kesehatan tersebut.
dan
penghargaan.
Kompensasi
yang
didapat
Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi
dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien
(Douglas, 1984) :
1)
2)
3)
: Falsafah keperawatan.
Standar 2
Standar 3
: Pengkajian keperawatan.
Standar 4
: Diagnosis keperawatan.
Standar 5
: Perencanaan keperawatan.
Standar 6
: Intervensi keperawatan.
Standar 7
: Evaluasi keperawatan.
Standar 8
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
A. Pengkajian Aspek Manajerial
I.
Fungsi Pengorganisasian
a.
Struktur Organisasi
1) Struktur organisasi rumah sakit
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang di Wisma
Dewi Kunthi, kepala ruang mengatakan bahwa di ruangan sudah
ada struktur organisasi rumah sakit dan sudah terpasang. Dalam
struktur organisasi ruangan tidak ada kendala. Struktur organisasi
di rumah sakit sudah berjalan sesuai dengan kemampuan masingmasing petugas / staf rumah sakit. Sedangkan hasil observasi di
KONSULEN
KEPALA RUANG
Triyati., S.Kep
KABID KEPERAWATAN
KOMITE KEPERAWATAN
KETUA TIM 1
KETUA TIM 2
PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
1.
2.
3.
4.
5.
b.
1. Poniyem, AMK
2. Indah Susilawati, S.Kep
3. Ermawati, AMK
4. Penny Retnowati, AMK
membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai
perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang
memberikan
asuhan
keperawatan
secara
menyeluruh
kepada
sekelompok pasien.
1.
Kepala ruang membagi perawat yang ada menjadi dua tim dan tiap
tim diketuai masing-masing oleh seorang ketua tim yang dipilih
dari ruangan, namun setelah tahun 2012 sampai sekarang, ketua tim
dipilih oleh Kabid Keperawatan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Uraian Tugas
Uraian Tugas (JobDescription) personil di SP2KP
1) Kepala Ruang
a)
Management Approach
1.
Perencanaan
Dalam
perencanaan
Pengorganisasian
Kepala
ruang
menyusun
Pengarahan
Kepala
ruang
Pengendalian
perawat,
dan
tenaga
kesehatan
lainnya,
Profesional Relationship
Kepala ruang memimpin rapat keperawatan DRK (Diskusi
Refleksi Kasus) terakhir pada bulan Mei 2016, setelah itu DRK
belum berjalan secara optimal dan tidak didatangi oleh Ka Unit
Management Approach
1.
Perencanaan
ketua tim
bulanan
Dalam
perencanaan
mengajukan
permintaan
kebutuhan
Pengorganisasian
Pengarahan
timnya
4.
Pengendalian
Ketua
tim
mengobservasi
Profesional Relationship
Ketua tim memimpin DRK (Diskusi Refleksi Kasus)
terakhir pada bulan Mei 2016, setelah itu DRK belum berjalan
secara optimal dengan tidak didatangi oleh Ka Unit Pelayanan
Rawat Inap I sebagai Koordinator Pengembangan Pelayanan
Keperawatan RSJ Prof. dr. Soerojo Magelang dan tim psikiater
apabila membahas mengenai masalah kejiwaan. Selain itu di
rumah sakit juga belum adanya SOP mengenai pelaksanaan
DRK sehingga pelaksanaannya belum optimal.
c)
d.
Klasifikasi Pasien
1) Tingkat Klasifikasi/Katogori Pasien
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan pada 29
Juli 2016 di Wisma Dewi Kunthi didapatkan bahwa pasien
berjumlah 14 pasien dimana yang minimal care sebanyak 1 pasien,
dan partial care 10 pasien, sedangkan total care 3 pasien. Ruangan
sudah memiliki klasifikasi pasien dimana kllasifikasi tersebut
berupa nomor, nama pasien, registrasi.kelas, umur/pendidikan,
alamat, tanggal masuk RS, tanggal masuk bangsal.
2) Uraian Setiap Kategori
Berdasarkan hasil wawancara pada 29 Juli 2016 dengan kepala
ruangan di Wisma Dewi Kunthi didapatkan bahwa pasien
berjumlah 14 pasien dimana yang minimal care sebanyak 1 pasien,
dan partial care 10 pasien, sedangkan total care 3 pasien. Uraian
setiap kategori sudah ada, namun masih ada kekurangan dalam
uraian setiap kategori tersebut dimana setiap pasien belum
mempunyai
jawal
yang
terstruktur
diruangan,
sehingga
hasil
wawancara
dengan
kepala
ruang
didapatkan
hasil
bahwa
evaluasi
tindakan
BAB IV
SIKLUS PEMECAHAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN
A. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah kajian yang dilakukan terhadap suatu organisasi yang sedemikian rupa sehingga diperoleh keterangan
akurat tentang berbagai faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan, atau peluang hambatan atau ancaman yang dimiliki atau yang
dihadapi oleh organisai. Dengan anlisis ini akan diketahui dengan berbagai persiapan yang perlu dilakukan sehingga perencanaan
yang akan dibuat dapat lebih realistis
Aspek Yang
Dikaji
Pelaksanaan
kegiatan
interaksi
Strategi
Pelaksanaan
Strenght
(Kelebihan)
1. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala
ruang sudah ada rencana
keperawatan interaksi sesuai
dinas perawat.
2. Berdasarkan hasil observasi
terdapat SOP interaksi SP
(Strategi Pelaksanaan).
Weaknes (Kekurangan)
1. Belum dilakukannya secara
Opportunity
(Peluang)
1.
2.
Interaksi berjalan
1. Kualitas asuhan
keperawatan
Length Of Stay
yang
(ALOS) semakin
sesuai
pendek sehingga
standar
keuntungan rumah
masalah pasien
sakit meningkat.
Interaksi berjalan
tidak
baik maka
penggunaan Bed
Occupancy Ratio
(BOR) dalam
3.
Threat
(Ancaman)
sebulan menurun.
Interaksi berjalan
baik maka angka
infeksi nosokomial
dan resiko jatuh
menurun.
tidak
dengan
maka
terselesaikan
dengan tuntas.
pelaksanaan
interaksi
SP
(Strategi
C. Priorotas Masalah
NO
MASALAH
PRORITAS MASALAH
IMPORTANCY
JUMLA
PRIORITAS
P
1
Kurang
optimalnya
pelaksanaan 3
S
3
RI
DU
SB
PB
PC
H
1xTxR
132
MASALAH
pendampingan
supervisi
SOP
tersetruktur
SOP.
E. Diagram Fishbone
Penyebab :
Kedisiplinan
Belum
optimal
supervisi
perlaksanaan interaksi
implementasi
Kurang
optimalnya
pelaksanaan implementasi
keperawatan
interaksi
Belum
optimalnya
Kurang
kesadarannya
perawat
untuk
melakukan interaksi
Rencana Tindakan
Metode
SOP
interaksi
di
DISKUSI
Sasaran
Bahan dan
Waktu
Tempat
Pelaksana
Kepala ruang,
Alat
Instrumen
Agustus
Wisma
Octavia Nur
2016
Dewi
Aini Wahyudi
Kunthi
2.
Melakukan
pendampingan
supervisi
DISKUSI
tersetruktur
Mendemonstrasikan melakukan
interaksi SP sesuai dengan SOP
ROLE PLAY
Instrumen
Wisma
Octavia Nur
perawat
Dewi
Aini Wahyudi
pelaksana
Kunthi
Kepala ruang,
Instrumen dan
Agustus
Wisma
Octavia Nur
SOP
2016
Dewi
Aini Wahyudi
perawat
Kunthi
pelaksana
G. Laporan Pelaksanaan
1.
No
1.
Rencana Tindakan
Sosialisasi atau review
Waktu
15
Tempat
Wisma
Peserta
Kepala
Hasil
Proses sosialisasi mengenai
Ket
Tidak semua
Pelaksana
Octavia
kembali
Agustus
Dewi
Ruang,
SOP
2016
Kunthi
mengenai
SOP
interaksi
berjalan
staff
Nur
lancar,
perawat
mengikuti
Wahyudi
pelaksana
memahami
Aini
sosialisasi atau
review
setiap harinya
mengenai SOP
interaksi
2.
No
1.
Rencana Tindakan
Pendampingan
supervise
Waktu
16
Tempat
Wisma
Peserta
Perawat
tersetruktur
Agustus
Dewi
Pelaksana
2016
Kunthi
pelaksanaan
kegiatan interaksi.
Proses
Hasil
Ket
pendampingan Tidak semua
Pelaksana
Octavia
Nur
dengan
Wahyudi
lancar,
pelaksana
interaksi
perawat mengikuti
melakukan supervisi
dengan
pasien pelaksanaan
Aini
3.
H.
No
1.
Rencana Tindakan
Mendemonstrasikan
melakukan
interaksi
SP
Waktu
15
Tempat
Wisma
Agustus
Dewi
Perawat
2016
Kunthi
Pelaksana
Peserta
Ketua Tim, Proses
pasien
Hasil
interaksi
Ket
Pelaksana
kepada Tidak semua Octavia
berjalan
dengan staff
Nur
Aini
Wahyudi
interaksi
sesuai dengan
SOP
Masalah
Kurang optimalnya
Sasaran
Kepala Ruang,
Tempat
Wisma Dewi
Waktu
Dalam waktu
Penanggung Jawab
Kepala Ruang Wisma
pelaksanaan
Ketua Tim,
Kunthi
kegiatan
Dewi Kunthi
implementasi
masalah pasien.
Perawat
sehari-hari
keperawatan
2
interaksi sesuai
dengan SOP
Kepala Ruang,
Wisma Dewi
Dalam waktu
Kunthi
kegiatan
Dewi Kunthi
melakukan
monitoring,
Ketua Tim,
mengevaluasi
pelaksanaan
Perawat
interaksi.
sehari-hari
Kepala Ruang,
Wisma Dewi
Dalam waktu
Ketua Tim,
Kunthi
kegiatan
Dewi Kunthi
Perawat
sehari-hari
I.
Evaluasi
1. Pelaksanaan pendokumentasian implementasi asuhan keperawatan interaksi
a.
Pendukung
1) Perawat kooperatif saat mengikuti sosialisasi, pelaksanaan,
dan evaluasi interaksi.
2) Kepala Ruang, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana mengikuti
sosialisasi sampai selesai.
b)
Penghambat
1) Tidak semua Perawat Pelaksana menghadiri dalam sosialisasi
interaksi.
2. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Adanya koordinasi dengan kepala ruang, ketua tim, dan perawat
pelaksana, serta pembimbing klinik dan pembimbing akademik selama
proses pelaksanaan perbaikan kualitas pelaksanaan kegiatan interaksi di
Wisma Dewi Kunthi.
b. Evaluasi Proses
1) Mengumpulkan sumber pustaka tentang petunjuk pelaksanaan
kegiatan interaksi.
2) Mensosialisasikan pelaksanaan kegiatan interaksi.
3) Melakukan pendampingan pelaksanaan kegiatan interaksi, melakukan
evaluasi dan menyepakati Rencana Tindak Lanjut bersama kepala
ruang, ketua tim dan perawat pelaksana.
c. Evaluasi Akhir
1) Dari hasil uji coba selama 3 hari (tanggal 15, 16, 17 Agustus 2016)
didapatkan data bahwa 65% perawat pelaksana telah melakukan
kegiatan interaksi sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan
interaksi yang telah ada namun masih tidak urut sesuai dengan
langkah-langkah SOP.