Anda di halaman 1dari 25

TUGAS MAKALAH

ASAM ASETAT

Dosen Pengampu

: Ir. Slamet Priyanto, MS

Disusun Oleh :
ENDAH BUDIARTI

21030115120094

FRISKA MAULUDIFIA

21030115130181

ISDAYANA YOGI PRATIWI

21030115120088

RUTI PUSAKAWATI

21030115130198

TRI KUSUMASTUTI

21030115120075

WIWIK DWI NOVIA KUMALA

21030115120032

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

SEJARAH
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh
berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama.
Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa
cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal
putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari garamgaram tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan
sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam.
Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan
gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang
dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat pekat
dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari
distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius
menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang
dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat
dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai
bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre
Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat
anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena
dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui
elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara fermentasi
bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar 10% dari
produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan bahwa cuka

yang digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologis karena lebih aman
bagi kesehatan.
Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan
metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam
pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]), sedangkan proses cativa menggunakan
katalis iridium ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C 2 H 4 O 2 . Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3
- COOH, CH 3 COOH, atau CH 3 CO 2 H. Asam asetat murni (asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C,titik didih
117,9 0C.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting.
Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri
makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam
asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan
dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun
diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari
sumber hayati.

1.2.

PERMASALAHAN

1. Proses pembuatan asam asetat.


2. Karakterisasi pembuatan asam asetat.

1.3.

TUJUAN

1. Mengetahui reaksi dan mekanisme reaksi dalam pembentukan asam asetat.


2. Mengetahui bahan baku dan bahan pembantu (katalis) dalam pembentukan asam
asetat.
3. Mengetahui diagram alir dalam pembentukan asam asetat.
4. Mengetahui kondisi operasi dalam pembentukan asam asetat.

5. Karakterisasi dalam pembentukan asam asetat.

1.4.

MANFAAT

1. Mahasiswa mengetahui reaksi dan mekanisme reaksi dalam pembentukan asam


asetat.
2. Mahasiswa mengetahui bahan baku dan bahan pembantu (katalis)
pembentukan asam asetat.
3. Mahasiswa mengetahui diagram alir dalam pembentukan asam asetat.
4. Mahasiswa mengetahui kondisi operasi dalam pembentukan asam asetat.
5. Mahasiswa mengetahui karakterisasi dalam pembentukan asam asetat.

BAB II
LANDASAN TEORI

dalam

Asam asetat yang jelas, cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2. Memiliki
titik leleh 62,06F (16.7C) dan mendidih pada 244,4F (118C), kerapatan 1,049g/mL
pada 25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi, asam asetat bersifat korosif,
memiliki bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Atom hidrogen (H) pada guguskarboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pK a=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat
dideteksi pada uapbersuhu 120C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut
tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni Dimer dirusak
dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut
diperkirakan 65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan
seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam
asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa. Contohnya
adalah soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat
larut dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Asam asetat mengalami reaksi-reaksiasam karboksilat, misalnya menghasilkan
garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan
logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan
garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat

adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti
asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik.

Nama sistematis

Asam etanoat, Asam asetat

Nama alternatif

Asam metanakarboksilat

Asetil hidroksida

(AcOH)

Hidrogen asetat

(HAc) Asam cuka

Rumus molekul

CH3COOH

Massa molar

60.05 g/mol

Densitas dan fase

1.049 g cm3, cairan 1.266 g cm3, padatan

Titik lebur

16.5 C (289.6 0.5 K) (61.6 F)

Titik didih

118.1 C (391.2 0.6 K) (244.5 F)

Penampilan

Cairan tak berwarna atau kristal

Keasaman (pKa)

4.76 pada 25C

BAB III
TINJAUAN TERMODINAMIKA

CH3OH + CO CH3COOH
H r = H produk H reaktan
H f 298 CH 3 OH =238660 J
H f 298 CO=110525 J
H f 298 CH 3 COOH =484500 J
H r = H f 298 CH 3 COOH ( H f 298 CH 3 OH + H f 298 CO )
H r =484500 (238660110525 )=135315 J
o Karena H r

bernilai negatif, maka dapat diketahui reaksi bersifat eksotermis.

o Sesuai dengan tinjauan Thermodinamika, pada reaksi eksotermis jika tekanan


diperkecil maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan (koefisien besar). Oleh karena
itu tekanan harus diperbesar agar reaksi berjalan ke kanan.
o Jika suhu dinaikkan maka reaksi akan berjalan ke arah reaktan, oleh karena itu suhu
operasi harus diturunkan agar reaksi berjalan ke arah produk.

BAB IV
TINJAUAN KINETIKA

Sesuai dengan hukum Arrhenius:


E

k =A . e RT
k

= konstanta kecepatan reaksi

= frekuensi faktor tumbukan

= energi aktivasi dari reaksi

= konstanta gas ideal


= 1.98 cal/gm-mol.oK
= 1.98 Btu/lb-mol.oR
= 82.06 cm3.atm/gm-mol.oK

= suhu reaksi

Sesuai hukum Arrhenius maka semakin tinggi suhu operasi maka semakin besar nilai

konstanta kecepatan reaksi


Semakin besar nilai konstanta kecepatan reaksi, maka semakin cepat laju reaksinya
sehingga semakin banyak produk yang dihasilkan
A + B k1C + D

r A=r C =r D=k 1 C A C B

Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan maka

semakin cepat laju reaksi pembentukan produk.


a. Pemilihan Reaktor :
Jika jenis reaktor yang dipilih Batch
1 dN i 1 d (Ci V ) 1 Vd C i+C i dV
r i=
=
=
V dt V
dt
V
dt
r i=

dC i Ci dV
+
dt V dt

o Semakin besar volume reaktan dalam reaktor maka semakin kecil laju kecepatan
reaksi pembentukan produk. Secara molekular semakin besar volume reaktan dalam
reaktor maka jarak antar molekul satu dengan yang lain akan semakin jauh sehingga

frekuensi tumbukan antar reaktan akan semakin kecil.


Jika jenis reaktor yang dipilih Continue stirred tank reactor (CSTR)
Q1CA0
CB0

Q2CACC
CBCD

Overall
Rate inputRate output Rate change=Rate accumulation
.Q1 . Q2 0=

.Q1 . Q2=
Q1Q2=

d ( .V )
dt

. d (V )
dt

dV
dt

Neraca Komponen
Rate inputRate output Rate change=Rate accumulation

CC 0 . Q1CC . Q2+ k .C A . C B . V =

0CC .Q2 + k . C A .C B . V =C C

d (C C .V )
dt

dC C
dV
+V
dt
dt

CC . Q2+ k .C A . C B . V =C C ( Q1Q2 ) +V

k . C A . C B .V =CC . Q1+V

dC C
dt

k . C A . C B .V CC . Q1=V

dC C
dt

k . C A . C B

dC C
dt

C C . Q1 dC C
=
=r C
V
dt

o Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar volume reaktor maka
laju pembentukan produk akan semakin kecil. Namun penggunaan reaktor CSTR
lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR produk akan secara
kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu tinggal reaktan dalam reaktor.
Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil produksi
suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi suatu industri.

BAB V
PEMBAHASAN

5.1.

REAKSI DAN MEKANISME REAKSI PEMBUATAN ASAM ASETAT


1. Fermentasi Alkohol
Pada proses ini asam asetat diperoleh dengan cara oksidasi bakterial dari etanol
(etil alkohol). Bakteri yang digunakan adalah dari genus Acetobacter. Bakteri ini
sangat sensitif terhadap kekurangan O2 sehingga keberhasilan dari proses ini sangat
tergantung pada efisiensi aerasi. Oksidasi ini melalui dua tahap proses:
2 C 2 H 5 OH + O 2 2 CH 3 CHO + 2 H 2 O
2 CH 3 CHO + O 2 2 CH 3 COOH + H 2 O
Keuntungan proses ini dengan proses-proses sebelumnya adalah oksidasi alkohol
menjadi asam asetat berlangsung 30 kali lebih cepat, volume reactor yang diperlukan
lebih kecil (sekitar 16% lebih kecil dari trickle generator), efisiensi lebih besar, hasil
yang diperoleh sekitar 5-8% lebih tinggi dan konversi yang diperoleh lebih dari 90%,
proses dapat berjalan secara otomatis, serta rasio produktivitas terhadap modal capital
jauh lebih besar daripada proses sebelumnya.
2. Distilasi Kayu
Proses ini dilakukan dengan cara destruksi kayu keras (pyroligneous). Pyroligneous
ini mengandung 6% asam asetat, 28% metanol, 2% ter, 2% wood oil, dan sisanya
berupa air dan senyawa-senyawa lainnya. Cairan asam ligneous kemudian dipisahkan
dari ter yang ada di dalamnya dengan cara distilasi.
3. Proses Sintesa
a. Oksidasi Asetaldehid
Pembuatan asam asetat dengan proses ini merupakan salah satu proses yang
komersial dan sering digunakan. Pembuatan asam asetat dengan cara ini
dilakukan pertama kali pada tahun 1911 di Jerman. Proses ini dilakukan pada
fase cair, suhu 60-70oC, tekanan 1-6 atm dengan katalis mangan asetat 1%
(persen berat). Reaksi pembuatan asam asetat ini dijalankan dalam stirred tank
reactor yang dilengkapi dengan sparger, konversi yang terjadi mencapai 90%
dan selectivity mencapai 94%. Reaksi yang terjadi adalah :

2 CH 3 CHO + O 2 2 CH 3 COOH + H 2 O
Oksigen yang digunakan dapat berupa oksigen murni (konversi
oksigen mencapai 99 %) atau dari udara (konversi oksigen mencapai 65%)
b. Oksidasi Senyawa Hidrokarbon
Proses yang biasa digunakan pada pembuatan asam asetat dengan cara
ini disebut sebagai proses Wacker. Bahan baku yang biasa digunakan adalah
n-butena dan nafta fraksi ringan. Reaksi dijalankan pada fase cair
nonkatalitik dengan suhu 160-180oC dan tekanan 55 atm. Dalam proses ini
dihasilkan beberapa hasil samping, antara lain: asam format, aseton,
asetaldehid, etil asetat, dan etil metil keton.
c. Oksidasi Etanol
Proses ini dilakukan dengan cara mereaksikan uap etanol kemurnian
tinggi dengan udara pada suhu 540-550oC dan tekanan 10-30 atm. Pada
proses ini digunakan katalis kawat Ag.

d. Karbonilasi Metanol
Proses pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan bahan
baku berupa metanol dan gas CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam fase
cair maupun fase gas. Proses karbonilasi metanol ini telah banyak
diterapkan secara komersial, diantaranya pada :
CH 3 OH + CO CH 3 COOH (Reaksi Utama)
CH 3 OH + CH 3 COOH CH 3 COOCH 3 +H 2 O (Reaksi Samping)

Proses BASF (Bodishe Anilin and Soda Fabric)


Pertama kali diperkenalkan oleh Du Pont di Amerika dan kemudian oleh
BASF. Proses ini menggunakan bahan baku gas CO dan metanol. Gas CO

didapat dari unit asetilen (oksidasi parsial hidrokarbon atau coke oven gas).
Proses ini dijalankan pada suhu 350 o C dan tekanan 693 atm dengan katalis
cobalt iodine.
Proses Monsanto
Proses ini dijalankan pada fase cair, suhu 150-200 o C dan tekanan 3365 atm dengan katalis rhodium komplek dengan fosfin.Mekanisme kerja
proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap :
1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida
CH 3 OH + HI CH 3 I + H 2 O
2. Tahap preformation, penambahan katalis Rh (I) kompleks ke dalam metil
iodida membentuk [RhI 2 (CO) 2 ] - kompleks.
RhX 3 + 3 CO + H 2 O [RhX 2 (CO) 2 ] - + CO 2 + 2 H + + X
3. Catalytic cycle untuk mengaktifkan metenol memproduksi
iodometana, pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan
direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk
mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodide:
MaOH + HI MeI + H 2 O
4. Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.
Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke
dalam [Rh(CO) 2 I 2 ] - sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I 3 ] - .
Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH 3 membentuk
kompleks.
CH 3 I + [RhI I 2 (CO) 2 ] - [RhI 3 (CH 3 )(CO) 2 ] 5. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium- alkil
kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III).
Dengan terbentuknya kompleks pada maka gugus CH 3 COI mudah
lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 150 0 C-200 0 C
dan tekanan 30 atm- 60 atm.
6. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H 2 O
menghasilkan CH 3 COOH dan HI dimana HI yang terbentuk dapat

digunakan lagi untuk mengkonversi methanol menjadi MeI yang akan


masuk dalam proses reaksi dan melanjutkan siklus.
7. Tahap Separasi, asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki
pemurinian untuk dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti
asam propionate. Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi.
Proses Sintesa Asam Asetat dari Paten Ajinomoto
Proses sintesa ini dijalankan pada fase gas dengan suhu 276 o C dan
tekanan 26 atm. Katalis yang digunakan adalah rhodium 1% dalam penyangga
karbon aktif dengan aktivator katalisator metil iodida. Perbandingan metanol
dan gas CO yang digunakan adalah antara 1:1 sampai 1:3.
Proses Cativa dari Paten BP Chemicals
Proses ini dijalankan pada fase cair dengan suhu 150-220 o C dan tekanan
15-50 barg. Katalis yang digunakan adalah senyawa iridium 700- 1500 ppm
dan senyawa ruthenium sebagai promoter sebanyak 1500-2500 ppm. Reaksi
dijalankan dalam reaktor gelembung.

5.2. BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU (KATALIS)


Bahan Baku
1. Methanol
Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, wood alcohol atau spiritus,
adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CH3OH. Ia merupakan bentuk alkohol
paling sederhana. Pada "keadaan atmosfer" ia berbentuk cairan yang ringan, mudah
menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas
(berbau lebih ringan daripada etanol). Metanol digunakan sebagai bahan baku
pembuatan asam asetat dengan metode karbonilasi methanol.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri.


Hasil proses tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah
beberapa hari, uap metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan
sinar matahari menjadi karbon dioksida dan air.

Methanol

Nama IUPAC
Methanol
Nama lain
hydroxymethane
methyl alcohol
methyl hydrate
wood alcohol
carbinol
Sifat
Rumus molekul
Massa molar
Penampilan
Densitas
Titik leleh
Titik didih
Kelarutan dalam air
Keasaman (pKa)
Viskositas
Momen dipol
Bahaya
Klasifikasi EU
Titik nyala
2. Iodida

CH3OH
32.04 g/mol
colorless liquid
0.7918 g/cm, liquid
97 C, -142.9 F (176
K)
64.7 C,
148.4 F
(337.8 K)
Fully miscible
~ 15.5
0.59 mPas at 20 C
1.69 D (gas)
Flammable
Toxic (T)
11 C

(F)

Peran iodida adalah hanya untuk mempromosikan konversi methanol menjadi


metil iodide:
MaOH + HI

MeI + H2O

Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.


Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam
[Rh(CO)2I2]- sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]3. Karbon Monoksida
Wujud : Gas
Bau : Tidak berbau
Komposisi : Minimal 98 % CO, maksimal 2 % dianggap H 2
1) Sifat-sifat Fisik
Berat molekul : 28,01 g/gmol
Densitas pada STP : 1,250 g/cm 3
Temperatur Kritis : -140,23 o C
Tekanan Kritis : 34,529 atm
Volume Kritis : 93,06 cm 3
Spesific heat ( pada volume konstan 1 atm )
1 oC : 4,97 kal/mol. o C
100 oC : 5,01 kal/mol. o C
Entropi ( pada 1 atm )
1 oC : 46,656 kal/mol.K
o
100
C : 48,8831 kal/mol.K
Entalphi ( pada 1 atm )
100

C :3130,6 kal/mol

0 o C : 3831,8 kal/mol
2) Sifat-sifat Kimia
Bereaksi dengan methanol membentuk asam asetat
CH3 -OH + CO
CH3COOH + H2O
Bereaksi dengan hidrogen membentuk methanol
CO + 2H2
CH3OH
Bereaksi dengan di metil alamine membentuk dimetil nonamine
CO + (CH3)2NH
CH3COOH + H2O

Bahan Pembantu
1. Rhodium (cis[Rh(CO)2I2])
Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]) berperan sebagai katalis dalam proses
pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan
memberikan

reaksi

dan

distribusi

produk

yang

baik.Struktur

katalis

kompleksRhodium (cis[Rh(CO)2I2]) dapat dilihat seperti gambar berikut:

Wujud : Cair
Warna : Putih kekuningan
Densitas : 0,26 g/cc
Komposisi : Minimal 39% katalis Rh kompleks, maksimal 61 % air
2. Iridium ([Ir(CO)2I2])
Iridium ([Ir(CO)2I2]) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan asam
asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air lebih
sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleksIr[(CO)2I2] dapat dilihat
seperti gambar berikut:

Wujud (1 atm, 30 o C) : Cair


Kenampakan : Jernih
Komposisi : Minimal 50 % HI, maksimal 50 % air
Produk utama Asam Asetat
Wujud : Cair
Kenampakan : Jernih
Bau : Spesifik
Kemurnian : 99 % asam asetat, maksimal 1 % dianggap air
1) Sifat-sifat fisika
Rumus Molekul : CH 3 COOH
Berat Molekul : 60,053 g/gmol
Titik leleh pada 1 atm : 16,6 o C
Titik didih pada 1 atm : 117,9 o C
Spesific gravity : 1,051 g/cm 3

Koefisien ekspansi (20 o C) : 1,07 x 10 -3


Temperatur Kritis (liquid) : 594,45 o C
Tekanan Kritis (liquid) : 57,1 o C
Volume Kritis (liquid) : 2,85 cc/g
Surface tension
20 o C,udara : 27,6 dyne/cm
110 o C, udara : 22,2 dyne/cm
Viskositas
20 o C,udara : 1,22 cp
110 o C,udara : 0,42 cp
Spesific Heat (25 o C) : 0,487 kal/g. o C
Panas pelarutan dalam air (18O o C) : 6,3 kal/g
Hf (25 o C) : -1927,1 kal/g
Gf (25 o C) : -1549,9 kal/g
2) Sifat-sifat Kimia
Dengan alkohol terjadi reaksi esterifikasi.
2CH 3 -OH + CH 3 COOH CH 3 COOCH 3 + H 2 O
Pembentukan garam keasaman.
2CH 3 COOH + Zn
(CH 3 COO) 2 Zn 2 + H +
Konversi ke ester
Benzil alkohol
Benzil asetat
Konversi ke klorida-klorida asam
3 CH 3 COOH + PCl 3
3 CH 3 COCl + H 3 PO 3
Substitusi dari alkil/aril group
CH3COOH
ClCH2OH
Cl2CHCOOH
Cl3CCOOH
Pembentukan ester
CH 3 COOH + CH 3 CH 2 OH
CH 3 COOC 2 H 3
5.3. DIAGRAM ALIR PEMBUATAN
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi.Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu
sendiri terjadi dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
1) CH3OH + HI CH3I + H2O
2) CH3I + CO CH3COI
3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI
Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dengan metode karbonilisasi
methanol yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]), sedangkan proses cativa
menggunakan katalis iridium ([Ir(CO)2I2])yang didukung oleh ruthenium.

a.

Proses Monsanto
Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap

1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodidaCH3OH + HI CH3I + H2O


2. Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis. Siklus
katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke dalam [Rh(CO)2I2]sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I3]3. Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH3 membentuk kompleks
seperti pada gambar 3 pada diagram reaksi berikut.
4. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO berkoordinasi
sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium-alkil kemudian membentuk
ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III)
5. Dengan terbentuknya kompleks pada gambar 4 maka gugus CH 3COI mudah lepas.
Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan katalis rhodium
yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 1500C-2000C dan tekanan 30 atm- 60 atm.
Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H 2O
menghasilkan CH3COOH dan HI.Dimana HI yang terbentuk dapat digunakan lagi
untuk mengkonversi methanol menjadi MeI yang akan masuk dalam proses reaksi
dan melanjutkan siklus.Asam asetat yang dihasilkan masuk dalam tangki pemurnian
untuk dipisahkan dari pengotor yang mungkin ada seperti asam propionate.
Pemurnian dilakukan dengan cara destilasi

b. Proses Catavia
1. Metanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
2. Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis
kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]3. Setelah terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I akan keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru
[Ir(CO)3I]
4. Struktur ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi berikatan
dengan CH3
5. Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion I - di sekitar
kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan I membentuk CH3COI.
6. Senyawa CH3COI ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH 3COOH)
dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus
bereaksi dengan methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan
katalis.

7. Asam asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari
pengotor

5.4 KONDISI OPERASI


Kondisi Operasi Proses Monsanto
Pada proses Monsanto reaksi terjadi pada suhu 160-190C dan tekanan 30 bar (Mc
Ketta,1976). Reaksi berlangsung dalam reactor bubble (reaktor gelembung). Yield
asam asetat adalah 99% berdasarkan methanol dan 90% berdasarkan karbon
monooksida (Ulmanns,1985).
Kondisi Operasi Proses Cativa
Proses Cativa adalah metode lain untuk produksi asam asetat oleh carbonylation
dari metanol. Teknologi ini mirip dengan proses Monsanto hanya berbeda dalam
penggunaan katalis. Proses ini didasarkan pada iridium yang mengandung katalis
seperti kompleksIr[(CO)2I2]. Proses ini pertama kali dikembangkan oleh BP
Chemicals dan lisensi oleh BP Plc. Pada awalnya kajian Monsanto telah
menunjukkan bahwa iridium kurang aktif dari rhodium untuk proses carbonylation
metanol. Namun penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa katalis iridium bisa
dipromosikan dengan bantuan ruthenium. Kombinasi ini menghasilkan sebuah
katalis yang lebih unggul daripada sistem berbasis rhodium.Penggunaan iridium
memungkinkan penggunaan air lebih sedikit dalam campuran reaksi. Dengan
demikian dapat mengurangi jumlah kolom pengeringan yang diperlukan,

mengurangi produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser. Selain itu, proses
ini memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses
Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.
Proses ini dijalankan pada fase cair dengan suhu 150-220C dan tekanan 1550 bar. Katalis yang digunakan adalah senyawa iridium 700-1500 ppm dan senyawa
ruthenium sebagai promoter sebanyak 1500-2500 ppm. Reaksi dijalankan dalam
reaktor gelembung
Struktur katalis kompleksIr[(CO)2I2] dapat dilihat seperti gambar beriktut:

Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:

Pertama methanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil


Iodida. Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis
kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]- (gambar 2), setelah
terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I - akan
keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru [Ir(CO)3I]
(gambar 3), struktuir ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi
berikatan dengan CH3 (gambar 4). Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas,
sehingga dengan adanya ion I- di sekitar kompleks menyebabkan gugus CH 3CO
lepas dari kompleks dan bereaksi dengan I- membentuk CH3COI. Senyawa CH3COI

ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH 3COOH) dan asam halida
(HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan
methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam
asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor
maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan
proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.

5.5 KARAKTERISASI
Asam asetat (disebut asam asetat glasial) selain diproduksi untuk cuka
konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor
untuk polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam
lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyerang kulit. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat,dan
polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan,
asam asetat dengan kode adiktif makanan E260 digunakan sebagai pengatur
keasaman. Di rumah tangga, asam asetat disetujui penggunaannya di banyak
negara.

BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Dalam produksi asam asetat dari metanol, ada berbagai macam reaksi yang dapat
memproduksi produk asam asetat. Sebagai seorang teknik kimia, dalam perancangan
pabrik salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah nilai ekonomis dari suatu
proses. Sehingga dapat merancang produk dengan nilai jual setinggi mungkin dan

pengeluaran sekecil mungkin. Oleh karena itu pembuatan asam asetat dari metanol dipilih
proses karbonilasi methanol. Proses pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan
bahan baku berupa methanol dan gas CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam fae cair
maupun gas. Proses menggunakan karbonilasi metanol dapat mencapai 90-99%.
6.2. SARAN
1. Proses produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan suhu
rendah.
2. Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.

DAFTAR PUSTAKA

Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid Iridium
Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process. BP Chemicals
Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12 8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene, or
Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering, University of
California, Berkeley, CA 94720, USA

McKetta, J. J., & Cunningham, W. A. (1976). Encyclopedia of chemical processing and


design. New York: M. Dekker.
National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Database;
CID=176, https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/176 (diakses pada tanggal
17 Agustus 2016)
Roth J. F. The Production of Acetic Acid Rhodium Catalysed Carbonylation Of Methanol.
Monsanto Co., St. Louis, Missouri
Shakhashiri. 2008. Acetic Acid & Acetic Anhydride. General Chemistry.
Ullmann, F., Gerhartz, W., Yamamoto, Y. S., Campbell, F. T., Pfefferkorn, R., Rounsaville,
J. F., & Ullmann, F. (1985). Ullmann's encyclopedia of industrial chemistry. Weinheim,
Federal Republic of Germany: VCH.

Anda mungkin juga menyukai