ASAM ASETAT
Dosen Pengampu
Disusun Oleh :
ENDAH BUDIARTI
21030115120094
FRISKA MAULUDIFIA
21030115130181
21030115120088
RUTI PUSAKAWATI
21030115130198
TRI KUSUMASTUTI
21030115120075
21030115120032
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
SEJARAH
Cuka telah dikenal manusia sejak dahulu kala. Dahulu kala cuka dihasilkan oleh
berbagai bakteri penghasil asam asetat, dan asam asetat merupakan hasil samping dari
pembuatan bir atau anggur.
Penggunaan asam asetat sebagai pereaksi kimia juga sudah dimulai sejak lama.
Pada abad ke-3 Sebelum Masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa
cuka bereaksi dengan logam-logam membentuk berbagai zat warna, misalnya timbal
putih (timbal karbonat), dan verdigris , yaitu suatu zat hijau campuran dari garamgaram tembaga dan mengandung tembaga (II) asetat. Bangsa Romawi menghasilkan
sapa , sebuah sirup yang amat manis, dengan mendidihkan anggur yang sudah asam.
Sapa mengandung timbal asetat, suatu zat manis yang disebut juga gula timbal dan
gula Saturnus. Akhirnya hal ini berlanjut kepada peracunan dengan timbal yang
dilakukan oleh para pejabat Romawi.
Pada abad ke-8, ilmuwan Persia Jabir Ibnu Hayyan menghasilkan asam asetat pekat
dari cuka melalui distilasi. Pada masa renaisans, asam asetat glasial dihasilkan dari
distilasi kering logam asetat. Pada abad ke-16 ahli alkimia Jerman Andreas Libavius
menjelaskan prosedur tersebut, dan membandingkan asam asetat glasial yang
dihasilkan terhadap cuka. Ternyata asam asetat glasial memiliki banyak perbedaan sifat
dengan larutan asam asetat dalam air, sehingga banyak ahli kimia yang mempercayai
bahwa keduanya sebenarnya adalah dua zat yang berbeda. Ahli kimia Prancis Pierre
Adet akhirnya membuktikan bahwa kedua zat ini sebenarnya sama.
Pada 1847 kimiawan Jerman Hermann Kolbe mensintesis asam asetat dari zat
anorganik untuk pertama kalinya. Reaksi kimia yang dilakukan adalah klorinasi karbon
disulfida menjadi karbon tetraklorida, diikuti dengan pirolisis menjadi tetrakloroetilena
dan klorinasi dalam air menjadi asam trikloroasetat, dan akhirnya reduksi melalui
elektrolisis menjadi asam asetat.
Sejak 1910 kebanyakan asam asetat dihasilkan dari cairan piroligneous yang
diperoleh dari distilasi kayu. Cairan ini direaksikan dengan kalsium hidroksida
menghasilkan kalsium asetat yang kemudian diasamkan dengan asam sulfat
menghasilkan asam asetat.
Sekarang ini, asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun secara fermentasi
bakteri. Produksi asam asetat melalui fermentasi hanya mencapai sekitar 10% dari
produksi dunia utamanya produksi cuka makanan. Aturan menetapkan bahwa cuka
yang digunakan dalam makanan harus berasal dari proses biologis karena lebih aman
bagi kesehatan.
Pembuatan asam asetat sintesis dalam skala industri lebih sering menggunakan
metode karbonilasi methanol. Ada dua macam proses pembuatan asam asetat dalam
pabrik yakni proses monsanto dan proses cativa. Proses monsanto menggunakan
katalis kompleks Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]), sedangkan proses cativa menggunakan
katalis iridium ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium.
Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik
yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka
memiliki rumus empiris C 2 H 4 O 2 . Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH 3
- COOH, CH 3 COOH, atau CH 3 CO 2 H. Asam asetat murni (asam asetat glasial)
adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C,titik didih
117,9 0C.
Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting.
Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa
asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri
makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam
asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan
dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun
diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri petrokimia maupun dari
sumber hayati.
1.2.
PERMASALAHAN
1.3.
TUJUAN
1.4.
MANFAAT
BAB II
LANDASAN TEORI
dalam
Asam asetat yang jelas, cairan tak berwarna dengan rumus kimia C2H4O2. Memiliki
titik leleh 62,06F (16.7C) dan mendidih pada 244,4F (118C), kerapatan 1,049g/mL
pada 25oC dan flash point 390C. Dalam konsentrasi tinggi, asam asetat bersifat korosif,
memiliki bau tajam dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Atom hidrogen (H) pada guguskarboksil (COOH) dalam asam karboksilat seperti
asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam.
Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pK a=4.8. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan
konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2.4.
Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat
berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat
dideteksi pada uapbersuhu 120C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut
tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni Dimer dirusak
dengan adanya pelarut berikatan hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut
diperkirakan 65.066.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154157 J mol1 K1.
Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan
seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam
asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa. Contohnya
adalah soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hampir semua garam asetat
larut dengan baik dalam air. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:
Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)
NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)
Asam asetat mengalami reaksi-reaksiasam karboksilat, misalnya menghasilkan
garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan
logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan
garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat
adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti
asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik.
Nama sistematis
Nama alternatif
Asam metanakarboksilat
Asetil hidroksida
(AcOH)
Hidrogen asetat
Rumus molekul
CH3COOH
Massa molar
60.05 g/mol
Titik lebur
Titik didih
Penampilan
Keasaman (pKa)
BAB III
TINJAUAN TERMODINAMIKA
CH3OH + CO CH3COOH
H r = H produk H reaktan
H f 298 CH 3 OH =238660 J
H f 298 CO=110525 J
H f 298 CH 3 COOH =484500 J
H r = H f 298 CH 3 COOH ( H f 298 CH 3 OH + H f 298 CO )
H r =484500 (238660110525 )=135315 J
o Karena H r
BAB IV
TINJAUAN KINETIKA
k =A . e RT
k
= suhu reaksi
Sesuai hukum Arrhenius maka semakin tinggi suhu operasi maka semakin besar nilai
r A=r C =r D=k 1 C A C B
Sesuai dengan persamaan laju reaksi di atas, semakin besar konsentrasi reaktan maka
dC i Ci dV
+
dt V dt
o Semakin besar volume reaktan dalam reaktor maka semakin kecil laju kecepatan
reaksi pembentukan produk. Secara molekular semakin besar volume reaktan dalam
reaktor maka jarak antar molekul satu dengan yang lain akan semakin jauh sehingga
Q2CACC
CBCD
Overall
Rate inputRate output Rate change=Rate accumulation
.Q1 . Q2 0=
.Q1 . Q2=
Q1Q2=
d ( .V )
dt
. d (V )
dt
dV
dt
Neraca Komponen
Rate inputRate output Rate change=Rate accumulation
CC 0 . Q1CC . Q2+ k .C A . C B . V =
0CC .Q2 + k . C A .C B . V =C C
d (C C .V )
dt
dC C
dV
+V
dt
dt
CC . Q2+ k .C A . C B . V =C C ( Q1Q2 ) +V
k . C A . C B .V =CC . Q1+V
dC C
dt
k . C A . C B .V CC . Q1=V
dC C
dt
k . C A . C B
dC C
dt
C C . Q1 dC C
=
=r C
V
dt
o Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa semakin besar volume reaktor maka
laju pembentukan produk akan semakin kecil. Namun penggunaan reaktor CSTR
lebih efektif daripada reaktor batch, karena pada reaktor CSTR produk akan secara
kontinyu dihasilkan sehingga akan mengurangi waktu tinggal reaktan dalam reaktor.
Waktu tinggal reaktan dalam reaktor yang terlalu lama dapat mengurangi hasil produksi
suatu pabrik atau industri sehingga akan kurang menguntungkan bagi suatu industri.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1.
2 CH 3 CHO + O 2 2 CH 3 COOH + H 2 O
Oksigen yang digunakan dapat berupa oksigen murni (konversi
oksigen mencapai 99 %) atau dari udara (konversi oksigen mencapai 65%)
b. Oksidasi Senyawa Hidrokarbon
Proses yang biasa digunakan pada pembuatan asam asetat dengan cara
ini disebut sebagai proses Wacker. Bahan baku yang biasa digunakan adalah
n-butena dan nafta fraksi ringan. Reaksi dijalankan pada fase cair
nonkatalitik dengan suhu 160-180oC dan tekanan 55 atm. Dalam proses ini
dihasilkan beberapa hasil samping, antara lain: asam format, aseton,
asetaldehid, etil asetat, dan etil metil keton.
c. Oksidasi Etanol
Proses ini dilakukan dengan cara mereaksikan uap etanol kemurnian
tinggi dengan udara pada suhu 540-550oC dan tekanan 10-30 atm. Pada
proses ini digunakan katalis kawat Ag.
d. Karbonilasi Metanol
Proses pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan bahan
baku berupa metanol dan gas CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam fase
cair maupun fase gas. Proses karbonilasi metanol ini telah banyak
diterapkan secara komersial, diantaranya pada :
CH 3 OH + CO CH 3 COOH (Reaksi Utama)
CH 3 OH + CH 3 COOH CH 3 COOCH 3 +H 2 O (Reaksi Samping)
didapat dari unit asetilen (oksidasi parsial hidrokarbon atau coke oven gas).
Proses ini dijalankan pada suhu 350 o C dan tekanan 693 atm dengan katalis
cobalt iodine.
Proses Monsanto
Proses ini dijalankan pada fase cair, suhu 150-200 o C dan tekanan 3365 atm dengan katalis rhodium komplek dengan fosfin.Mekanisme kerja
proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap :
1. Siklus katalitik konversi metanol menjadi metiliodida
CH 3 OH + HI CH 3 I + H 2 O
2. Tahap preformation, penambahan katalis Rh (I) kompleks ke dalam metil
iodida membentuk [RhI 2 (CO) 2 ] - kompleks.
RhX 3 + 3 CO + H 2 O [RhX 2 (CO) 2 ] - + CO 2 + 2 H + + X
3. Catalytic cycle untuk mengaktifkan metenol memproduksi
iodometana, pertama methanol dimasukkan dalam tangki reaktor dan
direaksikan dengan HI. Peran iodida adalah hanya untuk
mempromosikan konversi methanol menjadi metil iodide:
MaOH + HI MeI + H 2 O
4. Setelah metil iodida telah terbentuk maka diteruskan ke reaktor katalis.
Siklus katalitik dimulai dengan penambahan oksidatif metil iodida ke
dalam [Rh(CO) 2 I 2 ] - sehingga terbentuk kompleks [MeRh(CO)I 3 ] - .
Kemudian dengan cepat CO pindah berikatan dengan CH 3 membentuk
kompleks.
CH 3 I + [RhI I 2 (CO) 2 ] - [RhI 3 (CH 3 )(CO) 2 ] 5. Setelah itu direaksikan dengan karbon monoksida, dimana gas CO
berkoordinasi sebagai ligan dalam kompleks Rh, menjadi rhodium- alkil
kemudian membentuk ikatan menjadi kompleks asil-rhodium (III).
Dengan terbentuknya kompleks pada maka gugus CH 3 COI mudah
lepas. Kompleks ini kemudian direduksi menghasilkan asetil iodide dan
katalis rhodium yang terpisah. Ditangki ini bekerja suhu 150 0 C-200 0 C
dan tekanan 30 atm- 60 atm.
6. Asetil iodida yang terbentuk kemudian dihidrolisis dengan H 2 O
menghasilkan CH 3 COOH dan HI dimana HI yang terbentuk dapat
Methanol
Nama IUPAC
Methanol
Nama lain
hydroxymethane
methyl alcohol
methyl hydrate
wood alcohol
carbinol
Sifat
Rumus molekul
Massa molar
Penampilan
Densitas
Titik leleh
Titik didih
Kelarutan dalam air
Keasaman (pKa)
Viskositas
Momen dipol
Bahaya
Klasifikasi EU
Titik nyala
2. Iodida
CH3OH
32.04 g/mol
colorless liquid
0.7918 g/cm, liquid
97 C, -142.9 F (176
K)
64.7 C,
148.4 F
(337.8 K)
Fully miscible
~ 15.5
0.59 mPas at 20 C
1.69 D (gas)
Flammable
Toxic (T)
11 C
(F)
MeI + H2O
C :3130,6 kal/mol
0 o C : 3831,8 kal/mol
2) Sifat-sifat Kimia
Bereaksi dengan methanol membentuk asam asetat
CH3 -OH + CO
CH3COOH + H2O
Bereaksi dengan hidrogen membentuk methanol
CO + 2H2
CH3OH
Bereaksi dengan di metil alamine membentuk dimetil nonamine
CO + (CH3)2NH
CH3COOH + H2O
Bahan Pembantu
1. Rhodium (cis[Rh(CO)2I2])
Rhodium (cis[Rh(CO)2I2]) berperan sebagai katalis dalam proses
pembuatan asam asetat dalam skala industri. Katalis ini sangat aktif sehingga akan
memberikan
reaksi
dan
distribusi
produk
yang
baik.Struktur
katalis
Wujud : Cair
Warna : Putih kekuningan
Densitas : 0,26 g/cc
Komposisi : Minimal 39% katalis Rh kompleks, maksimal 61 % air
2. Iridium ([Ir(CO)2I2])
Iridium ([Ir(CO)2I2]) berperan sebagai katalis dalam proses pembuatan asam
asetat dalam skala industri.Penggunaan iridium memungkinkan penggunaan air lebih
sedikit dalam campuran reaksi. Struktur katalis kompleksIr[(CO)2I2] dapat dilihat
seperti gambar berikut:
a.
Proses Monsanto
Mekanisme kerja proses monsanto berjalan dengan beberapa tahap
b. Proses Catavia
1. Metanol direaksikan dengan asam iodide menghasilkan Metil Iodida.
2. Setelah itu, metal iodida masuk dalam tangki reaktor bereaksi sengan katalis
kompleks iridium (gambar 1) membentuk [Ir(CO)2I3CH3]3. Setelah terbentuk struktur ini dengan cepat direaksikan dengan gas CO sehingga I akan keluar dari kompleks digantikan CO sehingga terbentuk kompleks baru
[Ir(CO)3I]
4. Struktur ini kurang stabil sehingga untuk menstabilkan CO di mutasi berikatan
dengan CH3
5. Gugus CH3CO pada kompleks mudah lepas, sehingga dengan adanya ion I - di sekitar
kompleks menyebabkan gugus CH3CO lepas dari kompleks dan bereaksi dengan I membentuk CH3COI.
6. Senyawa CH3COI ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH 3COOH)
dan asam halida (HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus
bereaksi dengan methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan
katalis.
7. Asam asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari
pengotor
mengurangi produk samping dan menekan gas air reaksi bergeser. Selain itu, proses
ini memungkinkan loading katalis yang lebih tinggi. Dibandingkan dengan proses
Monsanto, proses Cativa menghasilkan asam propionat sangat kecil dalam produk.
Proses ini dijalankan pada fase cair dengan suhu 150-220C dan tekanan 1550 bar. Katalis yang digunakan adalah senyawa iridium 700-1500 ppm dan senyawa
ruthenium sebagai promoter sebanyak 1500-2500 ppm. Reaksi dijalankan dalam
reaktor gelembung
Struktur katalis kompleksIr[(CO)2I2] dapat dilihat seperti gambar beriktut:
Proses reaksi dalam tangki dapat digambarkan dalam diagram berikut ini:
ini kemudian dihidrolisis menghasilkan asam asetat (CH 3COOH) dan asam halida
(HI). Dimana HI yang terbentuk ini ditarik lagi masuk dalam siklus bereaksi dengan
methanol membentuk Metil Iodida yang akan bereaksi lagi dengan katalis. Asam
asetat yang terbentuk belum murni. Untuk memisahkan asam asetat dari pengotor
maka dilakukan destilasi. Mekanisme pembuatan asam asetat dalam pabrik dengan
proses Cativa dapat dipresentasikan seperti berikut ini.
5.5 KARAKTERISASI
Asam asetat (disebut asam asetat glasial) selain diproduksi untuk cuka
konsumsi rumah tangga, asam asetat juga diproduksi sebagai prekursor
untuk polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan sebagai asam
lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat menyerang kulit. Asam asetat
merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat
digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat,dan
polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan,
asam asetat dengan kode adiktif makanan E260 digunakan sebagai pengatur
keasaman. Di rumah tangga, asam asetat disetujui penggunaannya di banyak
negara.
BAB VI
PENUTUP
6.1. KESIMPULAN
Dalam produksi asam asetat dari metanol, ada berbagai macam reaksi yang dapat
memproduksi produk asam asetat. Sebagai seorang teknik kimia, dalam perancangan
pabrik salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan adalah nilai ekonomis dari suatu
proses. Sehingga dapat merancang produk dengan nilai jual setinggi mungkin dan
pengeluaran sekecil mungkin. Oleh karena itu pembuatan asam asetat dari metanol dipilih
proses karbonilasi methanol. Proses pembuatan asam asetat dengan cara ini menggunakan
bahan baku berupa methanol dan gas CO. Reaksi ini dapat dijalankan dalam fae cair
maupun gas. Proses menggunakan karbonilasi metanol dapat mencapai 90-99%.
6.2. SARAN
1. Proses produksi asam asetat sebaiknya dilakukan pada tekanan besar dan suhu
rendah.
2. Industri asam asetat akan lebih baik jika menggunakan reactor CSTR.
DAFTAR PUSTAKA
Jones Jone H., The Cativa Process For The Manufacture Plant Of Acetic Acid Iridium
Catalyst Improves Productivity In An Established Industrial Process. BP Chemicals
Ltd., Hull Research &Technology Centre, Salt End, Hull HU12 8DS, U.K
Li Xuebing and Enrique Iglesia. The Synthesis of Acetic Acid from Ethane, Ethene, or
Ethanol on Mo-V-Nb Oxide. Department of Chemical Engineering, University of
California, Berkeley, CA 94720, USA