Anda di halaman 1dari 18

LUKA BAKAR

Learning Objective:
1. Histologi kulit
2. Fisiologi cidera sel
3. Definisi
4. Etiologi
5. Faktor risiko
6. Patofisiologi luka bakar (fase-fase luka bakar)
7. Biokimia dan efek ke organ
8. ATLS: Primary survey (ABC, cara menentukan derajat kedalaman
dan luas luka bakar kemudian tentukan kategori penderita luka
bakar) dan Secondary survey (Re-evaluasi, Anamnesis, PF, PP)
9. Penatalaksanaan (fase akut, subakut)
10.
Komplikasi
11.
Prognosis
Pendahuluan:
Luka bakar merupakan kasus kegawat daruratan, sehingga perlu segera di
tatalaksana dan di rujuk bila memungkinkan. Pada kasus kegawat
daruratan yang dilakukan pertama kali adalah primary survey (ABCDE,
tentukan kedalaman dan luas luka bakar), resusitasi baru kemudian
dilakukan secondary survey yang di dalamnya ada anamnesis, dan
pemeriksaan fisik.
Histologi kulit
Lapisan kulit
o Epidermis:
Epitel berlapis gepeng dengan lap tanduk
Tdp 4 jenis sel : keratinosit, melanosit, sel Langerhans,
sel Merkel
Keratinosit
o Stratum korneum:
Aselular, terutama terdiri atas keratin
Terdiri atas sisik gepeng yg mati (tidak
berinti)
o Sratum lusidum
Lap bening terang
Berisi eleidin, diduga menyebabkan
lap ini refraktil
o Stratum granulosum
Mengandung granula keratohialin &
keratinosom
o Stratum spinosum
Tdd 4-6 lap sel dgn desmosom
o Stratum basale
LI: jaringan ikat longgar dan padat
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Tdd selapis sel kubis / silindris


Bersama stratum spinosum disebut
stratum Malpighi
Tdp melanosit & sel Merkel

Melanosit (di basale): pigmen kulit


o Terletak dalam st basale
o Inti oval kecil
o Sitoplasma banyak
Merckel (di basale): reseptor rabaan/taktil reseptor
o Sedikit ditemukan di st basale
o Berperan penting sbg reseptor tekanan
Langerhans (di spinosum): imun yaitu sel dendritik
(APC) kulit
o Berbentuk bintang
o Terletak di lap atas st spinosum
o Inti padat
o Bentuk tak beraturan
o Dikelilingi sitoplasma jernih
o Terlibat dalam sistem imun tubuh
o Dermis:
Jar ikat kuat dibawah epidermis
Dalam dermis tdp pemb darah, saraf, akhiran saraf
Lap papilare:
menonjol ke epidermis. Merupakan jaringan ikat
longgar, banyak terdapat ujung serabut saraf
sensoris (meissner -> raba, ruffini -> panas,
Krause -> dingin, pacini -> tekanan)
Tdp fibroblas, serat kolagen tipe III & serat elastin
Banyak kapiler darah
Lap retikulare:
jaringan ikat longgar lebih padat dibanding pars
papilare, terdapat folikel kulit
Tdp serat kolagen tipe II (lebih kasar)
o Subkutan/Hipodermis
Jaringan ikat longgar
Terdapat berkas serat kolagen
Berisi jaringan lemak, bagian yang banyak terdapat jar
lemak disebut paniculus adiposus; c/o: bokong, paha,
perut
Adneksa kulit
o Rambut
o Kuku
o Kelenjar
LI: jaringan ikat longgar dan padat
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Sudoifera (keringat)
Apokrin
Ekrin
Sebasea/Holokrin

Fisiologi Cidera Sel


Fungsi sel normalnya adalah untuk homeostasis. Dalam keadaan stress,
sel melakukan adaptasi, tapi ketika sudah tidak bisa melakukan adaptasi
maka terjadi cidera/jejas sel. Selain karena tidak mampu lagi beradaptasi,
bisa juga dikarenakan adanya stimulus injury
Injury
Reversible
Irreversible
Tergantung: derajat keparahan
Kematian sel
Nekrosis: kerusakan membrane lisosom yang parah yang menyebabkan
keluarnya enzim hidrolitik masuk ke sitoplasma
Apoptosis:
Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi.
Epidemiologi dan Faktor Risiko
Gender: berdasarkan data terbaru jumlah kasus luka bakar laki-laki
dengan perempuan tidak jauh berbeda. Tingginya kasus luka bakar
pada perempuan bisa disebabkan karena aktivitas rumah tangga
seperti memasak.
Usia: dewasa muda dan anak kecil (1-9 tahun), tingginya kasus pada
anak kecil disebabkan karena kurangnya penjagaan orang dewasa
atau juga pada kasus kekerasan pada rumah tangga (perempuan
dewasa mangkanya rentan juga)
Sosioekonomi rendah
occupations that increase exposure to fire;
poverty, overcrowding and lack of proper safety measures;
placement of young girls in household roles such as cooking and
care of small children;
underlying medical conditions, including epilepsy, peripheral
neuropathy, and physical and cognitive disabilities;
alcohol abuse and smoking;
easy access to chemicals used for assault (such as in acid
violence attacks);
use of kerosene (paraffin) as a fuel source for non-electric
domestic appliances;
inadequate safety measures for liquefied petroleum gas and
electricity.
LI: jaringan ikat longgar dan padat
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Etiologi
Thermal
Luka bakar yang disebabkan oleh suhu tinggi, ada beberapa
penyebab yaitu:
o Fire
Flame: kobaran api yang terkena tubuh
Flash: jilatan api yang terkena tubuh
o Contact: terpapar/menyentuh objek dengan suhu tinggi
o Scald: Bahasa indo-nya adalah melepuh, yaitu bisa karena
terkena air, minyak atau uap dengan suhu tinggi
Kimia
Biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali. Jarang ditemukan
namun dapat menimbulkan luka bakar yang parah, disebabkan
karena substansi yang mengandung racun pada bahan kimia dapat
diserap masuk ke sirkulasi dan menimbulkan efek yang berbahaya
bagi tubuh. Seperti contohnya pada luka bakar yang disebabkan
Asam Format dapat menimbulkan hemolysis dan hemoglobinuria.
Terapi awalnya adalah menyingkirkan bahan kimia dari pasien dan
irigasi dengan air mengalir selama minimal 30 menit.
Radiasi
Disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury
ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan
terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar
sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi
Listrik
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh melalui bagian
tubuh yang kontak dengan sumber listrik (luka masuk) di alirkan
melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah (yaitu
cairan, darah/pembuluh darah) keluar melalui bagian tubuh yang
kontak dengan bumi. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi
ke distal. Curigai juga adanya aritmia jantung (cek EKG) dan juga
rhabdomyolisis karena adanya gangguan sirkulasi distal atau
terbakar karena panas yang dihasilkan listrik yang menjalar di
sepanjang tubuh.
Patofisologi
Pada luka bakar terdapat tiga fase, yaitu:
Fase akut/awal/syok: pada fase ini, permasalahan utama berkisar
pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas, gangguan
mekanisme bernafas dan gangguan sirkulasi. Berikut ini adalah
skema patofisilogi-nya.
LI: jaringan ikat longgar dan padat
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Luka bakar

Cedera Inhalasi*

Gangguan Mekanisme Bernafas

Gangguan Sirkulasi

Eskar di rongga
Fraktur
thoraks
tulang-tulang iga Respons Inflamasi
Paparan terhadap iritan

Peningkatan Permeabilitas
Timbul respons inflamasi
Gangguan ekspansi pada saat inspirasi

Ekstravasase cairan intravascular ke interstis

Volume inspirasi <<<


Oedem, Hipersekresi mukus
Disrupsi dan maserasi epitel yang nekrosis (sloughing)

Penimbunan cairan interstisiel

Penurunan PaO2

struksi lumen sal pernafasan


Bercampur sekret kental yang penuh fibrin

Vol cairan intravascular <<< (Hipovolem

Balance O2 ke jaringan tgg (Syok)


Suara
serak,
stridor,
Distress Pernafasan
Gagal Sirkulasi Vasokonstriksi

Kompensasi

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Efek sistemik (bersambung)
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Fase setelah syok berakhir/subakut: masalah yang timbul adalah


Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system
Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Ketiganya
merupakan dampak dari permasalahan pada fase akut. Berikut ini
adalah patofisiologinya dan juga merupakan lanjutan dari
patofisiologi fase akut.
Balance O2 ke jaringan terganggu (Syok)

Gagal Sirkulasi Vasokonstriksi pembuluh perifer

Gangguan sirkulasi otak

Kompensasi

Takikardia, hiperventilasi, takipnoe

Disorientasi, gelisah dan penurunan kesadaran


SIRS

PenurunanPembuluh
suhu
splanknik (GIT)renal

Otot

Jantung

serebral

MODS

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Fase lanjut: fase ini berlangsung sejak penutupan luka sampai


terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang sering dijumpai berupa
parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain.
o Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu: akut dan kronis. Luka dikatakan akut jika
penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 23 minggu.
Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak
tanda-tanda untuk sembuh dalam jangka lebih dari 46
minggu.
o Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap
cedera jaringan lunak. Begitu juga halnya dengan kriteria
sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan luka baik luka
ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka
traumatis, misalnya laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka
akibat tindakan bedah. Luka dikatakan mengalami proses
penyembuhan jika mengalami proses fase respon inflamasi
akut terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan
fase maturasi. Kemudian disertai dengan berkurangnya
luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan luka
semakin membaik.
o Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui
proses peradangan yang dikarakteristikan dengan lima tanda
utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan kerusakan
fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase
(Potter & Perry, 2005) yaitu:
Fase Inflamatori

Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3


4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini
yaitu hemostasis dan fagositosis. Hemostasis
(penghentian perdarahan) akibat vasokonstriksi
pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi
pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan
jaringan) dan pembentukan bekuan darah di
daerah luka. Scab (keropeng) juga dibentuk
dipermukaan luka. Scab membantu hemostasis
dan mencegah kontaminasi luka oleh
mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

berpindah dari luka ke tepi. Sel epitel membantu


sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan
dan mencegah masuknya mikroorganisme. Suplai
darah yang meningkat ke jaringan membawa
bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada
proses penyembuhan.
Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan

sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit


(terutama neutrofil) berpindah ke daerah
interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag
yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24
jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan
mikroorganisme dan sel debris melalui proses
yang disebut fagositosis. Makrofag juga
mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang
merangsang pembentukan ujung epitel diakhir
pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersamasama mempercepat proses penyembuhan. Respon
inflamatori ini sangat penting bagi proses
penyembuhan.
Respon segera setelah terjadi injuri akan terjadi

pembekuan darah untuk mencegah kehilangan


darah. Karakteristik fase ini adalah tumor, rubor,
dolor, calor, functio laesa. Lama fase ini bisa
singkat jika tidak terjadi infeksi.
Fase Proliferatif

Fase kedua ini berlangsung dari hari ke4 atau 5

sampai hari ke21. Jaringan granulasi terdiri dari


kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah
yang baru, fibronectin and hyularonic acid.
Fibroblas (menghubungkan sel-sel jaringan) yang
berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama
setelah terjadi luka. Diawali dengan mensintesis
kolagen dan substansi dasar yang disebut
proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka.
Kolagen adalah substansi protein yang menambah

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen


yang meningkat menambah kekuatan permukaan
luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka.
Kapilarisasi dan epitelisasi tumbuh melintasi luka,
meningkatkan aliran darah yang memberikan
oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi
penyembuhan.
Fase Maturasi

Fase maturasi dimulai hari ke21 dan berakhir 12


tahun. Fibroblas terus mensintesis kolagen.
Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam
struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil,
kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis
putih. Dalam fase ini terdapat remodeling luka
yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan
kolagen, pemecahan kolagen yang berlebih dan
regresi vaskularitas luka. Terbentuknya kolagen
yang baru yang mengubah bentuk luka serta
peningkatan kekuatan jaringan. Terbentuk jaringan
parut 5080% sama kuatnya dengan jaringan
sebelumnya. Kemudian terdapat pengurangan
secara bertahap pada aktivitas selular dan
vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan.

Assessment
1.
History
Was there an explosion? (risk of blast injuries)
Was the fire in an enclosed space? (CO poisoning,
smoke inhalation)
3.
What was the burning material? (burning plastics
release cyanide)
4.
When was the patient removed from the fire?
5.
How long was the patient exposed to fire and smoke?
6.
Was there a history of loss of consciousness?
7.
Did the patient fall or jump to escape the fire? (look for
other injuries)
8.
What is the patients past medical history and tetanus
status?
Primary survey:
o Airway:
1.
2.

2.

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Hoarseness (suara parau), stridor (suara napas kasar


pada saat inspirasi), disfagia, luka bakar pada wajah dan
perioral, abu hitam pada hidung atau palatum
Periksa juga kemungkinan trauma cervical biasanya
pada korban kebakaran yang terjebak di lantai atas dan
memilih menyelamatkan diri dengan cara melompat
dari jendela.
Breathing:
Adanya eskar pada dinding thoraks dapat me-restriksi
pergerakan dinding dada.
Circulation:
Tanda-tanda syok hipovolemik

3.

Menentukan luas permukaan luka bakar


a. Diagram rules of nine dari Wallace: didasari atas perhitungan
1% luas permukaan tubuh adalah seluas telapak tangan
penderita (bukan pemeriksa)
b. Diagram Lund-Browder

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

4.

Menentukan kedalaman/derajat luka bakar


Kedalaman luka bakar bergantung pada temperature dan durasi dari
panas.
a. Luka bakar derajat I
1.
Kerusakan terbatas pada bagian superfisial dermis
2.
Kulit kering, hiperemik memberikan efloresensi berupa
eritema
3.
Tidak dijumpai bula
4.
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
5.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10
hari
6.
Contohnya adalah luka bakar akibat sengatan matahari
b. Luka bakar derajat II
1.
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis,
berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi
2.
Dijumpai bula
3.
Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak
lebih tinggi di atas permukaan kulit normal
4.
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
a. Dangkal
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari
dermis
Adneksa kulit masih utuh
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu
10-14 hari
b. Dalam
Kerusakan hampir mengenai seluruh bagian
dermis
Adneksa kulit sebagian masih utuh
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung
adneksa kulit yang masih tersisa. Biasanya 1
bulan lebih.
c. Luka bakar derajat III
1.
Meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang
lebih dalam
2.
Adneksa kulit mengalami kerusakan
3.
Tidak dijumpai bula
4.
Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar akibat
koagulasi protein pada lapis epidermis dan dermis
(eskar)
5.
Tidak dijumpai rasa nyeri bahkan hilang sensasi
(paresthesia) karena ujung-ujung serabut saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian
6.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan baik dari dasar luka, tepi luka,
maupun adneksa kulit.

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

5.

6.

Menentukan kategori pasien luka bakar


a. Luka bakar berat/kritis (major burn)
1.
Derajat II-III > 20% pada pasien di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun
2.
Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
3.
Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki dan
perineum
4.
Adanya
cedera
pada
jalan
nafas
tanpa
memperhitungkan luas luka bakar
5.
Luka bakar listrik tegangan tinggi
6.
Disertai trauma lainnya
7.
Pasien-pasien dengan resiko tinggi
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1.
Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan
luka bakar derajat III <10%
2.
Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10
tahun atau dewasa >40 tahun, dengan luka bakar
derajat tiga <10%
3.
Luka bakar demgam derajat III <10% pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki dan perineum
c. Luka bakar ringan
1.
Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa
2.
Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut
3.
Luka bakar dengan luas <2% pada segala usia, tidak
mengenai muka, tangan, kaki dan perineum
Kategori penderita ini ditujukan untuk kepentingan prognosis, yang
berhubungan dengan angka mortalitas dan morbiditas.
Resusitasi
A. Prehospital first aid measures
Ensure rescuer safety firstbe guided by the fire crew.
Remove the patient from the burning environment. If clothes
are smoul- dering, apply cold water and remove them, unless
adherent.
Provide high flow O2. Cover burns in clean sheets. Airway and
cervical spine protection
B. Treat airway obstruction (b p.320).
Continue O2 and apply a hard cervical collar if there is any
possibility of spinal injurycervical spine imaging will be
required subsequently.
If there is any evidence of impending airway obstruction
(stridor, oropharyngeal swellingsee b p.394), call
immediately for senior ED help and a senior anaesthetist.

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Urgent GA and tracheal intubation may be life-saving. Use


uncut endotracheal (ET) tubes to allow for swelling of lips and
face.
C. Analgesia
Obtain IV access with two large peripheral cannulae.
Send blood: X-matching, FBC, COHb, U&E, glucose, and
coagulation.
Provide analgesia (IV morphine titrated according to
response).
Provide an antiemetic (eg IV cyclizine 50mg)
D. Fluid resuscitation

Give IV fluids. Start with isotonic crystalloid (eg 0.9% saline) at


24mL of crystalloid per kg body weight per % body surface
area burned, over the first 24hr following injury. Give half of
this volume in the first 8hr.
Check pulse, BP, and respiratory rate every 1015min
initially.
Insert a urinary catheter and test the urine. Patients with
myoglobinuria are at particularly high risk of acute renal
failurereduce this risk by adequate fluid resuscitation. Use
urine output to guide fluid therapy.
Review the rate of IV volume replacement frequently and
adjust it according to haemodynamic parameters, in order to
maintain a satisfactory urine output (>50mL/hr in adults;
12mL/kg/hr in children).
Some burns units prefer a colloid (eg Gelofusine or albumin)
to form a component of the initial volume replacement: follow

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

E.

F.

G.

H.

local policy.
Patients with full thickness burns of body surface area
>10% may require red cell transfusion in addition to
the above measures.
Breathing
Check COHb and ABG.
Circumferential full thickness chest burns restricting chest
movement require escharotomy. Cut the burnt areas down to
viable tissue to release the constriction. Cutting diathermy can
be helpful to reduce the significant blood loss involved in
extensive escharotomy.
Obtain a CXR.
The burn
Measure the area of the burn as a % of body surface area.
Irrigate chemical burns with warmed water (see b p.396).
Cover the burn with cling film or dry sterile sheets. Do not
apply extensive burns dressings before assessment by a burns
specialist.
Involve a burn specialist at an early stagein the UK, the
National Burn Bed Bureau will help to locate a suitable bed
(tel. 01384 215576). Ensure tetanus prophylaxis, but avoid
routine prophylactic antibiotics.
The burnt patient in cardiac arrest
Follow standard guidelines.
Give a large bolus of IV fluid.
If there is a strong possibility of cyanide poisoning (eg burnt
plastic furniture in a house fire), give appropriate antidote, eg
dicobalt edetate (see b p.207).
Vascular impairment to limbs and digits Consider the need for
longitudinal escharotomies. These are occasionally needed if
ischaemia causes severe pain: get advice from a burns specialist.

Secondary Survey
a. Periksa kembali tanda vital
b. Cek kesadaran (GCS)
c. Anamnesis
A: Allergies, M: Medication, P: Past Ilness/Pregnancy, L: Last
meal, E: Events/Environment related to the injury
d. Pemeriksaan Fisik
e. Re-evaluasi (urin output)
f. Pemeriksaan penunjang lain
1.
Laboratorium
a. Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun
menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan
adanya
cedera,
pada
Ht
LI: jaringan ikat longgar dan padat
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid
7.

b.
c.

d.

e.

f.

g.
h.
i.

j.
k.
l.

(Hematokrit)
yang
meningkat
menunjukkan
adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun
dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan
dengan adanya infeksi atau inflamasi.
GDA: Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen
(PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada
awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L
mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10
mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
Alkali
Fosfat:
Peningkatan
Alkali
Fosfat
sehubungan
dengan
perpindahan
cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum
menunjukkan respon stress.
Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya
kehilangan protein pada edema cairan.
BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan
penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
Loop aliran volume: Memberikan pengkajian noninvasif terhadap efek atau luasnya cedera.
EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia
miokardial atau distritmia.
Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.

Penatalaksanaan
Tatalaksana pre rumah sakit dan beberapa tatalaksana di rumah sakit
sudah dibahas pada bagian resusitasi, jadinya sekarang hanya membahas
tatalaksana khusus di rumah sakit.
A. Fase akut
Dimulai ketika hemodinamik ps stabil, permeabilitas kapiler
membaik, diuresis dimulai
48-72 jam setelah injury
Fokus:
LI: jaringan ikat longgar dan padat
Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

a. mengatasi infeksi
b. perawatan luka
c. penutupan luka
d. nutrisi
e. managemen nyeri
f. terapi fisik
B. Fase selanjutnya
Fase pemulihan & fase terakhir dari perawatan luka bakar
Penekanan dari program rehabilitasi:
peningkatan kemandirian
melalui pencapaian perbaikan fungsi yang maksimal.
Komplikasi
Keloid
Kontraktur:
Prognosis
Faktor yang berperan:
Faktor pasien
Kondisi umum
usia, gizi, gender
Faktor premorbid KV, neurologik, paru, metabolisme,
psikiatrik, kehamilan
Faktor trauma
Luka bakar
jenis, luas dan kedalaman
Trauma penyerta
Faktor penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan pra rumah sakit
2. Penatalaksanaan di rumah sakit
Fase awal (fase akut, fase syok)
Fase selanjutnya

ginjal,

LI: jaringan ikat longgar dan padat


Baca materi dr Hanslavina
Hormone Kontraregulator: Glukagon, Kortisol, E, NE, Growth Hormone
Tatalaksana berdasarkan: Fase/KU?
Komplikasi: kontraktur vs keloid

Anda mungkin juga menyukai