Pendahuluan
A.
agar menjadi dewasa. Dengan dimikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa dalam
pergaulan dengan mahasiswa untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah
kedewasaan.4[4] Dalam firman Allah SWT, berfirman:
(78.16 :)
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur. (QS. An-Nahl. 16-78)5[5]
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga
terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena
itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan masuknya anak ke sekolah, maka terbentuklah
hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan
tujuan yang sama, yakni mendidik anak.6[6]
Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam
proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup manusia baik dalam
hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesamanya. Untuk itu sebagai
benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya
untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan
pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah
digariskan agama dan dapat menyelamatkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang
keterbelakangan mental.
Pendidikan agama Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung bertahap. Oleh
karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau
pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui proses demi proses ke arah
tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.7[7]
4[4] Prof. Dr. H. Tamayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.
Hlm. 1.
5[5] Al-Quran dan Terjemah, Departemen agama Republik Indonesia, Jakarta: CV.
Toha Putra Semarang. 1989. Hlm. 413.
6[6] DR. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
Hlm. 76.
Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam
adalah bimbingan jasmani, dan rohani berdasarkan Al-Quran terhadap anak-anak agar
terbentuk kepribadian Muslim yang sempurna.
Pada proposal skripsi ini, penulis akan mengungkap peranan pendidikan agama Islam
terhadap pembentukan akhlak anak didik di SMA Syaichona Cholil Balikpapan.
Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:
1)
Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dan masa
2)
3)
Penulis ingin mengetahui bagaimana peranan pendidikan agama Islam terhadap akhlak
anak didik di SMA Syaichona Cholil Balikpapan.
B.
1.
a)
Pembatasan Masalah
Pendidikan agama Islam yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan pendidikan agama
b)
2.
C.
Tujuan Penelitian
1) Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peranan pendidikan agama Islam terhadapat
akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
2) Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang dilakukan sekolah dalam mengingkatkan
akhlak anak didik di RA Al-Hikam Malang.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan berguna untuk:
a)
Peneliti sebagai syarat dalam menyelesaikan ujian akhir semester (UAS) semester 5 jurusan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi Agama Islam Mahad Aly Al-Hikam Malang.
7[7] Prof. H. M. Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987.
Hlm. 10.
b)
8[8] Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.
Hlm. 1.
9[9] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. AlMaarif. 1981. Hlm. 19.
10[10] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2005. Hlm. 4.
Dari semua defiisi itu, dapat disimpulan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan
yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang
memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.
Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960
di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadapat
pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.11[11]
b)
a) Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak secara emtimologi, perkataan akhlak berakar dari bahasa Arab
jama dari mufradnya khuluq yang menurut bahasa Indonesia diartikan: budi pekerti,
perangai,
dengan khalkun yang berarti kejadian sserta erat hubungan Khaliq yang berarti Pencipta
dan makhluq yang berarti diciptakan.15[15]
Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam Al-Quran,
sebagai berikut:
Artinya: Dan sesungguhnya engkau Muhammad, benar-benar berbudi pekerti yang
agung. (Q.S. Al-Quran, 68:4).16[16]
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar
mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu.17[17]
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai
perbutan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika
sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara
maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbutan tercela, maka sikap
tersebut disebut akhlak yang buruk.18[18]
Jika diperhtaikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak
sebagaimana tersebut di atas tidak ada yang saling bertenganan, melaikan salaing
melengkapi, yaitu sifat yang tertananm kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbutan lahiriah
15[15] Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.
Hlm. 1.
16[16] Al-Quran Al-Karim.
17[17] Zahruddin AR, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.
Hlm. 4
18[18] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama.
2005. Hlm. 29.
yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi
kebiasaan.
b) Sumber dan Macam-macam Akhlak
1. Sumber Akhlak
Akhlak Islam, sebab merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan
terhadap Allah, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan
demikian, dasar atau sumber pokok dari akhlak adalah Al-Quran dan Al-Hadits yang
merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.19[19]
Pribadi Nabi Muhammad SAW adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan
teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabatnya yang selalu
berdoman kepada Al-Quran dan As-Sunnah dalam berprilaku keseharian.
2. Macam-macam Akhlak
a) Akhlak Al-Karimah
Akhlak Al-Karimah atau akhlak yang mulia sangat amat banyak jumlahnya, namun
dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang
mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Akhlak Terhadap Allah
Aklak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain
Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia,
malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya.
2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati,
menyayangi dan menjaga diri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai
ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.
Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana
serta jujur dan menhindari perbutan yang tercela.
3.
paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukank dengan memuliakannya memberikan
bantuan, pertologan dan mengharainya.20[20]
b) Akhlak Al-Mazmumah
Aklak Al-Mazmumah atau akhlak yang tercela adalah sebagai antonim dari akhlak
yang baik sebagaimana tertulis di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara
terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara
menjauhinya.
Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di
antaranya:
1. Berbohong
Berbohong adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai
dengan yang sebenarnya.
2. Takabur atau sombong
Takabur adalah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain.
Pendek katanya yaitu merasa dirinya lebih hebat.
3. Dengki
Dengki adalah rasa atau sikap tidak sengan atas kenikmatan yang diperoleh orang
lain.
4.
20[20] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama.
2005. Hlm. 49-57.
21[21]Ibid, hlm. 57-59.
Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam
pelajaran agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah.
Ha: Siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama memiliki akhlak yang
lebih baik jika dibandingkan dari siswa yang memperoleh nilai rendah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitaan
Metode yang digunakan dalam membahas proposal ini adalah metode deskriftif
analisis. Deskritif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas
mengenai permasalahan yang terkait dengan isi proposal skripsi ini. analitis dipakai agar
penulis dapat menyusun proposal skripsi ini dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena
pada inti permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di RA Al-Hikam Malang dan membutuhkan waktu
sekurang-kurangnya 3 bulan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda,
tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu
dalam sebuah penelitan.24[24] Adapun populasi pada penelitian ini adalah murid-murid RA
Al-Hikam Malang.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat karakteristik yang sama
sehingga betul-betul mewakili populasi.25[25]
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan teknik
random sampling, yakni pengambilan secara acak dari jumlah populasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field
research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke obyek penelitian.
24[24] Herman Resito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 1992. Hlm. 49.
25[25] Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung:
Sinar Baru. 1989. Hlm. 84.
Untuk memperoleh data-data lapangan ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Observasi
Sebagai metode ilmiah observasi diartiakn dengan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi ii mengadakan pengamatan dengan
mencatat data atau informasi yang diperlukan dan dibutuhkan sesuai dengan masalah yang
diikuti.
2. Dokumentasi
Suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan
bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan.
Dokumen ini dilakukan untuk memperoleh data sejarah didirikannya RA Al-Hikam Malang,
keadaan sarana dan prasarana dan juga data-data guru RA Al-Hikam Malang.
3. Angket
Dengan metode angket ini penulis mempersiapkan sejumlah pertanyaan tertentu,
kemudian diseberkan kepada responen, untuk mendapatkan jawaban yang diperlukan secara
langsung. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi untuk dijadikan sampel dalam penelitian
untuk mengetahui pengaruh pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.
Angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup yang berisi pertanyaan yang disertai
jawaban terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.
E.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-Maarif. 1981.
Al-Quran Al-Karim.
AR, Zahruddin, Pengatar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT Grafindo Persada. 2004.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia. 1998.
Drs. Ahmad D. Marimba, Metodik khusus Islam, Bandung: PT. Al-Maarif. 1981.
Drs. Barnawie Umary, Materi Akhlak, Solo: CV Ramadhani. 1988.
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia. 1997.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.
Majid, Abdul, A.Ag, et.ol, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT
Remaja Rosdakarta. 2004.
Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia. 2004.
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. MitraCahaya Utama. 2005.
Resito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 1992.
Sudjana, Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru.
1989.
d. Sebagai imformasi kepada masyarakat luas tentang pengaruh pendidikan orang tua dalam
meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama islam di MTSN Muara Enim Kecamatan
Muara
Enim.
E. Hipotesis yang kebenarannya dibutuhkan melalui analisa secara lebih lanjut dalam
pendidikan ini dirumuskan sebagai berikut semakin baik pendidikan orang tua, maka
semakin baik prestasi belajar pendidikan agama Islam MTSN Muara Enim Kecamatan Muara
Enim.
F.
Variabel
Variabel
Indevenden
Variabel
Devenden
G.
Defenisi
Operasional
Variabel
1.
Pendidikan
Orang
Tua
Murid.
Cara orang tua membimbing anak tentang pelayanan agama islam baik dirumah atau di luar
rumah,
dengan
indicator
adalah
sebagai
berikut
:
a.
Membantu
pekerjaan
rumah.
b.
Mengajar
sholat
berjama
ah
dan
mengaji
di
rumah.
c.
Mengajarkan
mengaji
di
TPA.
d.
Memberikan
contoh
yang
baik.
2.
Prestasi
Belajar
Hasil belajar yang diterima siswasetelah melewati suatu proses pembelajaran yang di tandai
dengan
ulangan
nilai
raport.
H.
Metodelogi
penelitian.
1.
Populasi
dan
Sampel.
Dalam penelitian ini meliputi populasi yaitu orang tua dan siswa MTSN Muara Enim
Kecamatan
Muara
Enim.
Dengan mengambil sampel dari orang tua siswa kelas kelas III, kemudian ditarik sebagai
kesimpulan.
2.
Jenis
Dan
Sumber
Data.
Jenis
dan
sumber
data
dalam
penelitian
ini
ada
dua
macam:
a.
Kualitatif
yang
terdiri
dari:
Nilai,
kegiatan
belajar,
metode
atau
cara
orang
tua
menidik
anak.
b.
Kuanitatif
terdiri
dari:
Jumlah gedung, siswa, guru, pegawai, pasilitas belajar dan lain-lain.sumber data yang
diperlukan
dalam
penelitian
adalah
:
1.
Primer
yaitu
kepala
sekolah,
orang
tua
dan
siswa.
2.
Sekunder
yaitu
buku,
laporan
Koran
dan
lain-lain.
3.
Metode
Pengumpulan
Data.
Untuk mengumpulkan data yang relevan maka penulis mengunakan metode:
a.
Pengamatan
Opservasi.
Metode ini digunakan untuk mengamati beberapa halyang menyangkut sarana dan fasilitas
MTSN
Muara
Enim
Kecamatan
Muara
Enim.
b.
Metode
Wawancara.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan imformasi tentang latar belakang didirikannya
MTSN Muara Enim Kecamatan Muara Enim, sumber data MTSN Muara Enim Kecamatan
Muara Enim (Daftar pertanyaan terlampir ).
c.
Metode
dokumentasi.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang siswa MTSNMuara Enim yang
meliputi klasifikasi kelas, klasifikasi pendidikan orang tua murid, keadaan guru/pegawai serta
setatus ke pegawayan dan proses kegiatan belajar mengajar di MTSN Muara Enim
Kecamatan
Muara
Enim.
4.
Teknik
Analisa
Data.
Setelah semua data terkumpul, maka diadakan pemeriksaan seperlunya, kemudian diadakan
analisa data dengan uji stastistik. Adapun untuk mengetahui kompetensi guru agama islam
maupun prestasi belajar siswa, dapat dianalisa dengan uji stastistik.
TSR,
yaitu:
Sedangkan untuk menguji hepotesa dapat dilakukan dengan analisa korelasi Kutengensi,
dengan
rumus:
1.
Sestematika
pembahasan.
Untuk mempermudah pemahaman dan penjelasan kegiatan, maka disusun dan disajikan
dalam
beberapa
pembahasan
serta
beberapa
bab,
yaitu:
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan Kegunaan penelitian,
hivotisis, variabel, depinisi operasional Variabel, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
BAB
11
LANDASAN
TEORI
Meliputi pengertian, dasar dan tujuan pendidikan agama Islam, Pendidikan orang tua dan
prestasi belajar, metode pembelajaran pendidikan agama Islam dan lain-lain.
BAB 111 KEADAAN UMUM MTSN MUARA ENIM KECAMATAN
MUARA
ENIM.
Dalam bab ini mengemukakan tentang gambaran umum keadaan MTSN Muara Enim yang
meliputi letak dan sejahteranya, keadan siswa dan guru, sarana dan prasarana, fasilitas serta
proses
mengajar.
BAB
IV
PENGARUH
PENDIDIKAN
ORANG
TUA
TERHADAP
PRESTASI
BELAJAR
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
MTSN
MUARA
ENIM
KECAMATAN
MUARA
ENIM.
Bab ini menyajikan tentang pengaruh pendidikan orang tua terhadap
Prestasi belajar pendidikan agama islam siswa MTSN Muara Enim Kecamatan Mura Enim.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN
SARAN.
Bab ini merupakan bab terakhir yang berupa kesimpulan dan saran.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2024786-contoh-proposal-skripsi-paipengaruh/
Disusun Oleh :
________________
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
..
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
proposal skripsi dengan judul Upaya Meningkatkan Pemahaman Pelajaran Pai Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Inside Outside Circle Pada Siswa Kelas Vii Smp Tahun
Pelajaran 2012/2013 (Studi di SMPN 1 Jawilan).
Adapun penyusunan proposal skripsi ini dilakukan Sebagai Salah Satu Syarat Penyusunan
Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Program S1 Tarbiyah di Sekolah
Tinggi Agama Islam K.H. Abdul Kabier (STAIKHA) Kubang Petir Serang dan
selanjutnya proposal ini sebagai pertimbangan pihak terkait untuk dilanjutkan kebentuk
skripsi.
Penulis menyadari akan kekurangan dalam penyusunan proposal skripsi ini, oleh karena itu
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan demi hasil penelitian yang
lebih baik.
Akhirnya penulis ucapkan terima kasih kepada ketua dan civitas akademika Sekolah Tinggi
Agama Islam K.H. Abdul Kabier (STAIKHA) yang senantiasa memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis umumnya bagi pembaca.
Kubang,
Juni 2012
Penyusun,
MASTUROH
PROPOSAL SKRIPSI
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE DAN OUTSIDE
CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI
Penggunaan Metode yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan
monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) yang biasanya menggunakan metode konvensional memang sudah membuat
siswa aktif, namun kurang dapat mengembangkan keterampilan sosial siswa yang kelak dapat
berguna dalam kehidupan sosial.
Upaya peningkatan pemahaman belajar sangatlah tidak mudah, karena pembelajaran
konvensional sekarang ini kurang cocok lagi untuk mentransfer ilmu ke peserta didik. Jadi
perlu adanya strategi pembelajaran yang dapat menarik bagi siswa untuk belajar Pendidikan
Agama Islam (PAI). dalam pembelajaran, stategi pembelajaran mempunyai peranan yang
sangat penting untuk meningkatkan pemahaman belajar.
Salah satu Metode pembelajaran yang menuntut aktivitas siswa adalah pembelajaran
kooperatif. Metode pembelajaran kooperatif selain membantu siswa memahami konsepkonsep yang sulit juga berguna untuk membantu siswa menumbuhkan keterampilan
kerjasama dalam kelompoknya dan melatih siswa dalam berpikir kritis sehingga kemampuan
siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan dapat meningkat.
Hal lain yang penting dalam pembelajaran kooperatif adalah dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dan sikap yang positif, menambah motivasi belajar dan rasa percaya diri bagi
siswa, menambah rasa senang berada di sekolah dan rasa sayang terhadap teman-teman
sekelasnya.
Metode Inside-Outside Circle adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif. Dalam
metode ini siswa dituntut untuk bekerja kelompok, sehingga dapat memperkuat hubungan
antar individu. Selain itu metode pendekatan ini memerlukan ketrampilan berkomunikasi dan
proses kelompok yang baik.[2]
Selain pemilihan strategi yang tepat, hal lain yang dapat mempengaruhi pemahaman belajar
adalah aktivitas belajar siswa. Siswa yang aktivitas belajarnya tinggi akan lebih cepat dalam
bertindak untuk melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan pemahaman belajar siswa. Dan
sebaliknya, siswa yang aktivitas belajarnya rendah merasa malas untuk belajar.
Untuk siswa kelas VII SMP semester 1 pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) akan
lebih efektif bila disampaikan melalui strategi yang tepat. Dalam hal ini, metode
pembelajaran Inside-Outside Circlesangatlah tepat untuk pembelajaran. Pada pembelajarn
Inside-Outside Circlesiswa dalam kelas dibagi dalam 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok
besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.
Dari permasalahan tersebut diatas, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INSIDE DAN OUTSIDE
CIRCLE TERHADAP PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PAI (Studi
di SMPN 1 Jawilan).
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahn
sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan metode pembelajaran Inside-Outside Circle di SMPN 1
Jawilan?
2. Bagaimana pemahaman siswa pada mata pelajaran PAI di SMPN 1 Jawilan?
3. Bagaimana penggunaan model pembelajaran Inside-Outside Circle dan aktivitas
belajar siswa terhadap pemahaman belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMPN 1
Jawilan?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui penggunaan metode pembelajaran Inside-Outside Circletehadap
pemahaman belajar siswa di SMPN 1 Jawilan.
2. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar siswa terhadap pemahaman belajar
siswa.
3. Untuk mengetahui interaksi antara metode pembelajaran Inside-Outside Circledan
aktivitas belajar siswa terhadap pemahaman belajar.
D. Kerangka Pemikiran
Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar memahami ajaran
Islam (knowing), terampil melakukan ajaran Islam (doing), dan melakukan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari (being). Adapun tujuan pendidikan agama Islam di sekolah
umum adalah untuk meningkatkan pemahaman, keterampilan melakukan, dan pengamalan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama pendidikan agama Islam di sekolah
ialah keberagamaan, yaitu menjadi muslim yang sebenarnya. Keberagamaan inilah yang
selama ini kurang di perhatikan.
Pendidikan agama dapat didefenisikan sebagai upaya untuk mengaktualkan sifat-sifat
kesempurnaan yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt kepada manusia, upaya tersebut
dilaksanakan tanpa pamrih apapun kecuali untuk semata-mata beribadah kepada Allah.[3]
Ahli lain juga menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah sebagai proses penyampaian
informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertakwa agar manusia
menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa
yang berhadapan berbagi informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkaran luar
berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.
PENGGUNAAN
MODEL
PEMBELAJARAN
INSIDE
DAN OUTSIDE CIRCLE
(VARIABEL X)
E. Hipoptesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawan sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
yang dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.[5]
Dari suatu penelitian yang harus diuji kebenarannya melalui jalan riset. Dengan kata lain
hipotesisi merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah yang membutuhkan
pembuktian atau diuji kebenarannya.
Dari gambaran diatas dapat diajukan hipotesisnya sebagai berikut :
H0 : Diduga dapat meningkatkan pemahaman pelajaran PAI dengan menerapkan model
pembelajaran inside outside circle pada siswa kelas vii smp tahun pelajaran 2012/2013
H1 :
Diduga tidak dapat meningkatkan pemahaman pelajaran PAI dengan menerapkan
model pembelajaran inside outside circle pada siswa kelas vii smp tahun pelajaran 2012/2013
F. Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terbagi kedalam lima bab, sebagai berikut :
Bab I adalah Pendahuluan ; terdiri atas Latar Belakang Masalah,Identifikasi Masalah,
Perumusan Masalah, Pemecahan Masalah, TujuanPenelitian, Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Penelitian.
Bab II adalah Kajian Pustaka; terdiri atas Melafalkan Huruf Hijaiyah, Media Lagu, dan Mata
Pelajaran Al-Quran Hadits.
Bab III adalah Metode Penelitian; terdiri atas Pendekatan Penelitian, Kancah Penelitian,
Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian, Subyek Penelitian, Prosedur Penelitian,
Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan data, Teknik Pengumpulan data, dan
Analisis Data.
Bab IV adalah Hasil Dan Pembahasan Penelitian ; terdiri atas Deskripsi Hasil Penelitian, dan
Pembahasan.
Bab IV adalah Kesimpulan Dan Saran-Saran; terdiri atas Kesimpulan, dan Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Reni dan Hawadi. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Grasindo.
Bahari, Abdullah dkk. 2000. Metode Belajar Anak Kreatif. Bandung : Dwi Pasha Press.
B. Adam. Macam-macam metode pembelajaran. Diakses dari http://store.cc.cc/
Macam_macam_Metode_Pembelajaran_g1g177821 Pada tanggal 30 Mei 2012
Riyanto, Yatim. 2006. Pengembangan Kurikulum dan Seputar Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), IKAPI : Universiti Press.
Agama
dan
Pembangunan
Untuk
Sukuco, Padmo. 2002. Penleitian Kualitatif : Metodologi, Aplikasi, dan Evaluasi. Jakarta :
Gunung Agung.
Suriah. N. 2003. Penelitian Tindakan. Malang : Bayu Media Publishing.
Suryaman, Maman. 1990. Kerangka Acuan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Bandung :
Angkasa.
Starawaji. Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar. Diakses dari
http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurutberbagai-pakar/ Pada tanggal 31 Mei 2012.
Margono, S. Drs. 2001, Metodologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta, cet.01 Press.cet 9.
Tafsir, Ahmad, 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Persfektif Islam, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga
Pendidikan.
Zuhaerini, 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional.
[1] Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. 1992. Hal.57.
[2] B. Adam. Macam-macam metode pembelajaran. Diakses dari http://store.cc.cc/
Macam_macam_Metode_Pembelajaran_g1g177821 Pada tanggal 30 Mei 2012. Pukul 13:00
wib.
[3] ibid
[4] Off cit
[5] Margono, S. Drs. 2001, Metodologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta, cet.01 Press.cet 9.
About these ads
http://kreativitasdircom.wordpress.com/2012/08/22/contoh-proposal-skripsi/
Belajar Sendiri
Strategi Pembelajaran LSQ (Learning Start With a Question) dan IS (Information
Search) Di Sekolah
Oleh:
Hendi
Burahman
A.Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan
perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
pendidikanya. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam UndangUndang No.20 tahun 2003 khususnya pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat
dalam Undang-Undang tersebut, harus dipahami dan disadari oleh setiap pengembang
kurikulum. Sebab, apapun yang direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam
setiap proses pendidikan pada akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap
anak agar mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia,
manusia
yang
sehat,
berilmu,
cakap
dan
lain
sebagainya.
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang
paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi
belajar peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah
dipilih. Tujuan utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah
mengembangkan strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan
dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan
dan dapat meraih prestasi belajar secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan
belajar mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Strategi pembelajaran yang baru berkembang adalah metode Learning Start With A Question
(LSQ) dan Information Search (IS) yang dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk
meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang
tepat. Strategi yang dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
adalah strategi LSQ yaitu suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa dapat
memiliki daya berinkuiri dan saling bekerjasama diperlukan suatu strategi dan metode yang
disebut dengan strategi IS, yaitu suatu strategi pembelajaran mencari informasi melalui
diskusi kelompok. Namun ironisnya, strategi pembelajaran ini tidak semuanya digunakan
oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah-sekolah. Padahal jika dilihat dari peran dan fungsi
strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question) dan IS (Information Search),
sangat
urgen
dalam
meningkatkan
hasil
belajar
siswa.
B.Rumusan
Masalah
1.Bagaimana
memilih
strategi
pembelajaran?
2.Apa dampak dari pelaksanaan strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question)
dan
IS
(Information
Search)?
C.Pengertian
Strategi
Pembelajaran
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu kegiatan. Biasanya
cara tersebut telah direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan. Bila belum mencapai hasil
yang optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut
menunjukkan bahwa orang selalu berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Setiap orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan
menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut dipakai
sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu strategi dan pembelajaran. Istilah strategi
(strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda,
strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dan ago (memimpin),
sebagai kata kerja, stratego, berarti merencanakan (to plan)1. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus2. Sedangkan secara umum strategi mengandung pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan3. Strategi,
menurut Poerwadarminta adalah; 1). Ilmu siasat perang, 2). Siasat Perang, 3). Bahasa
Pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan Pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus
atau intruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional
adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran4. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk
mencapai
suatu
tujuan
yang
telah
terprogram
secara
sistematis.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana mengajar
dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di mana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu5.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan
sumber belajar6. Jadi, menurut penulis, pembelajaran secara sederhana dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu peserta didik (siswa)
aktif
dalam
kegiatan
belajar
yang
telah
dirancang
oleh
guru.
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran menurut Slameto ialah suatu rencana tentang pendayagunaan dan
sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengajaran7. Menurut Nana
Sudjana, strategi pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan variabel pengajaran (yaitu
tujuan, materi, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan8. Dari berbagai pendapat mengenai strategi pembelajaran di
atas, dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan
pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam
kegiatan
pembelajaran
dan
mencapai
hasil
yang
diharapkan
D.Pertimbangan
Pemilihan
Strategi
Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.
Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka
pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang
harus
dicapai
akan
menentukan
bagaimana
cara
mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa
pertimbangan
yang
harus
diperhatikan:
a.Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang
dapat
diajukan
adalah:
1)Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
2)Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi
atau
tingkat
rendah
?
3)Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b.Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1)Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2)Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau
tidak
?
3)Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
c.Pertimbangan
dari
sudut
siswa:
1)Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d.Pertimbangan-pertimbangan
lainnya:
1)Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu strategi saja ?
2)Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3)Apakah
strategi
itu
memiliki
nilai
efektivitas
dan
efisiensi
?9.
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi
yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek
kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang
berhubungan
dengan
aspek
afektif
atau
aspek
psikomotor,
dll.
E.Pelaksanaan
Strategi
Learning
Start
With
A
Question
(LSQ)
Secara tegas telah dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagai salah satu ilmplikasi dari tuntutan
normatif, Udin S. Wiranaputra mengemukakan bahwa kapasitas dan kinerja guru pada tiap
satuan pendidikan perlu dikembangkan agar dapat memberi layanan pendidikan yang
bermutu. Kapasitas dan kinerja pembelajaran adalah kemampuan guru dalam satuan
pendidikan untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan
penyempurnaan program pembelajaran secara utuh dan berkelanjutan sebagai bagian integral
dari perwujudan peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah. Bentuk peningkatan
kapasitas dan kinerja guru melalui kompetensi metodologi adalah melalui pemahaman dan
pelaksanaan strategi pembelajaran yang mampu membangun pembentukan sikap demokratis
dan bertanggung jawab. Strategi pembelajaran adalah penataan cara-cara atau langkahlangkah dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda guna mencapai tujuan atau kompetensi
hasil
pembelajaran10.
Strategi Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi
yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka
siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam
membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat
dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah
mempelajari materi tersebut, maka guru melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas
kepada siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat
terlihat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca maka
dapat memetik bahan-bahan pokok yang penting. Dalam membaca terdapat beberapa cara
seperti
:
1)Saat membaca, siswa memberi garis bawah. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui kata
yang
penting
atau
kata-kata
yang
kurang
dimengerti.
2)Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa
mengetahui
materi
yang
perlu
dihafal
atau
dikaji
ulang.
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih
sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif
tingkat tinggi. Dengan demikian guru tidak hanya akan belajar bagaimana bertanya yang
baik dan benar, tetapi juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran
bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan
diajukan guru kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi
guru di dalam proses belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan
ditujukan pada pelajaran yang memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran,
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan11. Zaini dkk.
mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran LSQ sebagai berikut :
1)Guru
memberi
tahu
dahulu
materi
apa
yang
akan
dibahas.
2)Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari dan meminta siswa
untuk menuliskan atau memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahaminya dirumah.
3)Guru
meminta
siswa
untuk
bertanya
materi
yang
kurang
dipahami
4)pada
saat
membaca.
5)Guru mulai melakukan kegiatan sesuai yang direncanakan di dalam
6)Rancangan
pembelajaran12.
F.Strategi
Information
Search
(IS)
Pembelajaran
dapat
lebih
menarik
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
Waktu
pelaksanaan
pembelajaran
dapat
diperpendek
Kualitas
pembelajaran
dapat
ditingkatkan
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan
Peran
guru
berubahan
kearah
yang
positif
Peluang
Menarik
perhatian
siswa
Membantu
untuk
mempercepat
pemahaman
dalam
proses
pembelajaran
Mengatasi
keterbatasan
ruang
Pembelajaran
lebih
komunikatif
dan
produktif
Waktu
pembelajaran
bisa
dikondisikan
Menghilangkan
kebosanan
siswa
dalam
belajar
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar.
Melayani
gaya
belajar
siswa
yang
beraneka
ragam
Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Tantangan
peserta
didik
dituntut
respon
dengan
proses
pembelajaran
peserta
didik
akan
terpancing
untuk
berfikir
peserta didik harus melkukan komunikasi agar mendapatkan respon dari peserta didik yang
lain.
Menyediakan
fasilitas
yang
sesuai
dengan
pokok
kajian
pendidik harus melakukan pengkondisian kelas, karena proses LSQ harus terjadi komunikasi
1
lawan
1
dan
1
lawan
audiens
sebelum proses berlangsung, pendidik harus mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan
bahan
yang
dibahas
peserta
didik
dituntut
berani
dan
tidak
malu
pendidik
harus
menjadi
netral
dalam
pelaksanaan
proses
tersebut.
Kelemahan
peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam strategi tersebut
tidak
disukai
pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak
semua
pendidik
di
Indonesia
memiliki
karakter
tersebut.
Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia
menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda
H.Kesimpulan
Sebelum melaksanakan berbagai macam strategi yang bervariatif, hendaknya pendidik
memilih strategi yang sesuai dengan kondisi peserta didik agar tujuan pembelajaran aktif,
kreatif dan menyenangkan dapat dicapai. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran
Melaksanakan berbagai macam strategi pembelajaran adalah upaya guru dalam
mengembangkan kualitas peserta didik. Dengan melaksanakan strategi pembelajaran LSQ
(Learning Start With a Question) dan IS (Information Search) Untuk meningkatkan motivasi
dan keaktifan siswa dalam bertanya dan menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa serta
dapat
memiliki
daya
berinkuiri
dan
saling
bekerjasama.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi ke-3, cet. 1,
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Algensindo, 2002)
Rasyad, Aminuddin , Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003)
Sudjana
S,
Strategi
Pembelajaran,
cet.
3,
(Bandung:
Falah
Production,
2000)
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002),
cet.
2,
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu memecahkan
problematika
belajar
dan
mengajar,
(Bandung:
Alfabeta,
2003)
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi
Aksara,
1991)
Sunaryo. Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. (Jakarta::
Depdikbud
1989)
Udin, S. Winataputra,. Pedoman Umum Sekolah Sebagai Wahana Pengembangan Warga
Negara Yang Demokratis dan Bertanggung Jawab melalip Pendidikan Kewarganegaraan
(Jakarta:
Dirjen.
Mandikasmen
2007)
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ed. 1, cet. 5,
(Jakarta:
Kencana,
2008)
Zaini, Hisyam; Bermawy Munthe; Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif
(Yogyakarta : Pustaka Insan Madani 2008)
Diposkan oleh Belajar Sendiri di 04:16
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
http://alone-education.blogspot.com/2009/07/strategi-pembelajaran-lsq-learning.html
Pembelajaran Aktif Tipe Learning start with a Question (LSQ)
oleh: percailmu Pengarang : dina
Kunjungan : 128
kata:300
Sesuai prosedur di atas maka pelaksanaan pembelajaran tipe LSQ dengan memberikan LKS
kepada siswa. Di awal pembelajaran siswa diminta untuk duduk di dalam kelompoknya
masing-masing, kemudian guru memberikan LKS untuk dipelajari dan mendiskusikan LKS
yang diberikan.
Pembentukan kelompok dapat dilakukan dengan memperhatikan keanekaragaman jenis
kelamin, latar belakang sosial, ekonomi dan etnik serta kemampuan akademik. Namun dalam
penelitian ini nantinya , pembentukan kelompok lebih diutamakan kepada kemampuan
akademik dan jenis kelamin siswa. Setiap kelompok terdiri dari 35 orang yang
berkemampuan tinggi, menengah dan rendah.
Langkah-langkah pembentukan kelompok berdasarkan kemampuan akademik menurut Anita
(2002: 41) yaitu:
a. Siswa diurutkan dari tingkat kemampuan rendah sampai kemampuan tinggi.
b. Pembentukan kelompok I dilakukan dengan mengambil satu orang siswa berkemampuan
tinggi, satu orang berkemampuan menengah, dan dua orang berkemampuan rendah.
c. Pembentukan kelompok II dan seterusnya dilakukan dengan mengambil siswa dari urutan
yang telah dikemukakan pada point b.
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2297556-pembelajaran-aktif-tipelearning-start/#ixzz2Dh3NEqdb
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2297556-pembelajaran-aktif-tipe-learningstart/
STRATEGI LEARNING STARTS WITH A QUESTION
(PEMBELAJARAN DIMULAI DENGAN PERTANYAAN)
Oleh: Laksmi Purnajanti
1.
Pendahuluan
Kimia sebagai bagian dari sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam
secara sistematis merupakan bagian integral dari kehidupan modern. Seseorang yang
mempelajari kimia tidak hanya membutuhkan keterampilan saja, tetapi juga diperlukan
proses berfikir untuk memahami, menemukan, mengembangkan konsep, teori dan hukum
serta pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003). Sehubungan
dengan hal tersebut, proses pengajaran bidang studi kimia harus lebih dipandang sebagai
usaha untuk membantu proses pengkonstruksian pengetahuan dan penyadaran akan tanggung
jawab siswa tentang proses pembelajaran yang dilakukannya, seperti cara memperoleh
informasi, mengekspresikan dirinya, bagaimana belajar lebih mudah dan efektif sehingga
siswa memperoleh keterampilan berfikir dan termotivasi untuk menggali dan mengolah
informasi serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Depdiknas (2003)
mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa dan bagaimana gejalagejala alam, khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi,
dinamika dan energetika zat. Dalam ilmu kimia terkandung produk berupa fakta, teori,
konsep dan hukum, serta terkandung proses berupa kerja ilmiah. Oleh sebab itu dalam
pembelajaran kimia di SMA perlu memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk
dan proses.
Kenyataan memperlihatkan hasil evaluasi terhadap pendidikan kimia menemui
masalah dalam proses pembelajaran, yaitu 1) strategi pembelajaran tidak memberikan
kesempatan siswa untuk mengaktualisasikan diri terhadap ide-ide yang mereka miliki, 2)
strategi pembelajaran kurang mampu memotivasi dan memberikan respon positif siswa untuk
aktif belajar mandiri, 3) proses pembelajaran masih menganut falsafah dari bawah ke atas,
yaitu apa yang dipelajari siswa di kelas merupakan materi tingkat lanjut yang diturunkan dari
disiplin ilmu dan bukan sebaliknya, yaitu materi yang menyangkut kehidupan sehari-hari
siswa (Koes dan Arief, 2001 dalam Marzuki, 2005)
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Koes dan Arief (2001) dalam Marzuki (2005)
mengemukakan bahwa banyak siswa yang menganggap kimia sebagai ilmu hafalan dan
mengulang kembali apa yang disampaikan oleh guru. Siswa jarang aktif bertanya serta
menanggapi teman atau guru. Asumsi ini didukung bahwa sebagian besar materi kimia yang
diberikan kepada siswa berpusat pada hafalan mengenai fakta dan konsep yang tercakup
dalam satuan pengajaran. Tes yang meliputi penerapan konsep (C3) sampai evaluasi (C6)
jarang diberikan. Selain itu, guru jarang memberikan kesempatan siswa untuk belajar bekerja
sama, memberikan tugas yang sifatnya membentuk pola berfikir kritis, seperti menyusun
pertanyaan, melakukan klarifikasi atau evaluasi, membuat sari bacaan dan presentasi hasil.
Learning Starts With a Question merupakan salah satu dari strategi pembelajaran yang
bersifat konstruktivistik, strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran topik-topik kimia
yang bersifat teoritis. Topik yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah teori belajar yang
menjadi acuan, unsur-unsur penting, skenario pembelajaran serta contoh dari implementasi
model pembelajaran Learning Starts With a Question
Setelah membaca materi dalam pokok bahasan diharapkan pembaca memperoleh
wawasan model pembelajaran yang melibatkan Learning Starts With a Question.
1.
Secara umum teori yang mendasari strategi Pembelajaran Yang Dimulai dengan Pertanyaan
(Learning Starts With a Question) ini adalah teori konstruktivisme. Prinsip penting di dalam
Teori Konstruktivisme adalah pembelajar harus membangun sendiri pengetahuannya secara
aktif. Pembelajaran yang bersifat konstruktivisme yaitu: (1) lebih memotivasi siswa dalam
belajar sebab terfokus kepada siswa, (2) mendorong siswa berfikir kritis, (3) memungkinkan
penggunaan gaya belajar yang berbeda-beda sebagai akibat dari focus perhatian kepada siswa
secara individual, (4) mendorong siswa mencari informasi secara alami dan mandiri
(Iskandar, 2001). Pengajar dapat membantu proses ini dengan memberi kesempatan melalui
struktur pembelajaran. Prinsip lain yang tidak kalah pentingnya adalah dalam mengkonstruksi
pengetahuan pembelajar memerlukan interaksi dengan obyek baik yang bersifat kongkret
maupun abstrak tergantung pada tahap manakah pembelajar berada. Dalam strategi
Pembelajaran Yang Dimulai dengan Pertanyaan (Learning Starts With a Question), obyek
yang dimaksud di atas merupakan kondisi yang diberikan kepada pembelajar untuk
menyusun pertanyaan tentang materi pembelajaran yang belum dimengerti. Kegiatan ini
dapat melatih keterampilan berfikir kritis siswa karena menyusun pertanyaan merupakan
upaya mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam memperoleh berbagai informasi (Faisal
dalam Marzuki, 2005). Nurhadi dan Senduk (2003) mengemukakan bahwa manfaat
pertanyaan yang disusun oleh siswa adalah untuk mengetahui sejauhmana rasa ingin tahu dan
yang sudah diketahui oleh siswa serta melatih siswa berfikir kritis.
Teori konstruktivisme melandasi pembelajaran kooperatif yakni pembelajaran yang
memusatkan pada siswa, dimana siswa yang membangun sendiri, menggali informasi baik
yang ada di buku teks maupun sumber yang lain. Strategi Learning Starts With a Question
merupakan variasi dari pembelajaran kooperatif. Oleh karena strategi ini merupakan variasi
dari pembelajaran kooperatif utamanya pembelajaran berkelompok, maka unsur-unsur pada
pembelajaran berkelompok berlaku pula untuk Learning Starts With A Question . Unsur
unsur tersebut adalah: (1) interaksi langsung antar siswa dalam kelompok, (2) ketergantungan
positif bekerja sama untuk mencapai tujuan kelompok, (3) keterandalan individu menguasai
kajian, dan (4) keterampilan antar personal dan kelompok kecil secara efektif agar tujuan
kelompok tercapai. (Slavin, 1990: Jacob et all, 1996 dalam Marzuki, 2005) Oleh karena itu,
antar anggota dalam kelompok berpartisipasi semaksimal mungkin demi keberhasilan
kelompok (Iskandar, 2004)
Para ahli pendidikan dan psikologi sependapat bahwa motivasi amat penting untuk
keberhasilan kita belajar baik itu secara individual maupun secara kelompok. Motivasi yang
kuat membuat kita semangat bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan. Sebaliknya motivasi
yang kurang akan membuat kita malas bertindak dan melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan (Thabrany, 1994)
3.
Ada beberapa unsur penting yang menjadi ciri khas Strategi Learning Starts With a Question
yaitu:
1. Kemampuan individu dalam memahami informasi
2. Kerjasama tim kecil
3. Ketrampilan membuat pertanyaan secara individu
4. Kerjasama dalam tim yang lebih besar
5. Menginventarisasi focus pertanyaan/pertanyaan utama
6. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan utama
4.
Langkah-langkah yang diambil pengajar untuk menerapkan Stategi Learning Starts With a
Question dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 1.1 Langkah-langkah Kegiatan dalam Strategi Learning Starts With a Question
No
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan awal.
1
Kegiatan inti
3
7
Pembelajar diminta memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami dan
diminta menyusun suatu pertanyaan.
8
10
11
12
13
Pengajar mengarahkan pembelajar untuk menarik kesimpulan
14
Kegiatan akhir
Pengajar menutup pelajaran
5.
Contoh Implementasi Strategi Learning Starts With a Question pada
Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester
: XI/2
I.
Standar kompetensi
II.
Kompetensi Dasar
Indikator
IV.
B. Dispersi koloid
C. Dispersi molekuler
(larutan sejati)
Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.
V.
Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat menjelaskan sistem dispersi, setelah diberikan suatu campuran pasir dan
air, dan larutan garam dapur.
Siswa dapat mengklasifikasikan persamaan dan perbedaan laritan, koloid, dan supensi
dari data hasil pengamatan
VI.
Pendekatan/model pembelajaran
VII.
Media Pembelajaran.
Susu, larutan Garam dapur, keju, styrofoam, hand body, campuran pasir dan air
VIII.
Langkah-langkah Pembelajaran
Alokasi
waktU
Kegiatan Guru
1. 1.
Kegiatan Siswa
Kegiatan Awal
J
Membuka
pelajaran
mengucapkan salam
Kegiatan Awal
dengan J Menjawab salam
1. 2.
Kegitan Inti
dan
dari
J Masing-masing siswa
bergabung
membentuk
J Meminta siswa dalam kelompok kecil kelompok kecil
memberi tanda sebanyak mungkin pada
bagian bacaan yang tidak dipahami,
kemudian
disusun
dalam
bentuk
10
pertanyaan-pertanyaan
J
Bersama
dengan
temannya dalam kelompok
J Meminta 2 kelompok kecil bergabung kecil,
bekerjasama
menjadi 1 kelompok (terdiri dari 4 siswa) memaknai
wacana,
memberi tanda pada bagian
yang
kurang/
tidak 5
dipahami, disusun dalam
bentuk pertanyaan.
J Meminta siswa dalam kelompok yang J Setelah selesai berdiskusi
lebih besar ini untuk membahas dengan kelompok kecil,
dengan 10
pertanyaan/poin-poin yang tidak diketahui bergabung
kelompok
kecil
lain
yang telah diberi tanda.
membentuk kelompok besar
J Meminta siswa di dalam kelompoknya
untuk menyusun pertanyaan tentang
materi Sistem Dispersi yang belum dapat
diselesaikan .
J Diskusi , saling bertanya 5
dan
saling
bertukar
J Selama berdiskusi, melakukan observasi informasi dengan anggota
kelompoknya
keaktifan siswa dalam tugas kelompok.
J Meminta dari masing-masing kelompok
5
10
5. Air gula
6. Air kapur
1. 3. Kegiatan Akhir
J Jika masih ada waktu, guru menjawab
pertanyaan yang belum bisa diselesaikan
antar kelompok dan jika tidak ada waktu
guru menjadikan pertanyaan itu sebagai
tugas di rumah.
J
Menginformasikan
kompetensi/permasalahan
untuk
pertemuan berikutnya
J Menutup pelajaran dengan mengucapkan
salam
IX.
Penilaian
Individu.
Pelaksanaannya melalui penilaian kuis (kognitif)
Kelompok
Pelaksanaannya melalui penilaian unjuk kerja (performance) yaitu keaktifan kelompok
selama kegiatan diskusi berlangsung dengan menggunakan lembar observasi pembelajaran
kooperatif.
Lembar Penilaian Individu / Kuis
No
Soal
Jawaban
Skor
Jelaskan apa yang dimaksud Sistem dispersi adalah pencampuran secara nyata 2
dengan sistem dispersi!
antara dua zat atau lebih dimana zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut fasa terdispersi dan
zat yang jumlahnya lebih banyak disebut medium
pendispersi
Perbedaan:
1. Larutan cuka
1. Larutan
2. Agar-agar
2. Koloid
3. Air kopi
3. Suspensi
4. Cat
4. Koloid
5. Air gula
5. Larutan
6.
6. suspensi
Air kapur
22
: ---------------------------------------- x 100
Indikator
Kelompok 1
Siswa 1
Saling
ketergantungan
positif
Interaksi langsung
antar siswa
Pertanggung
jawaban individu
Keterampilan
berinteraksi
antar
individu
dalam
kelompok
Keefektifan proses
dalam kelompok
Jumlah Skor
NIlai
Rata-rata
Siswa 2
Siswa 3
Siswa 4
Siswa 5
: 15
:
: ---------------------------------------- x 100
Jumlah skor maksimum
Rubrik.
No
Indikator
Saling
positif
ketergantungan
Deskriptor
Pertanggungjawaban
individu
Keterampilan
berinteraksi
antar
individu dan kelompok
Keefektifan
proses
dalam kelompok
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah
Menengah dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang
Iskandar, Srini M. 2001. Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMU.
Media Komunikasi Kimia.
Iskandar, Srini M. 2004. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Kimia. Malang :
Semi-Que V
Marzuki, Erdi, M.R. 2005. Penerapan Strategi Pengajaran Timbal Balik (Reciprocal
Teaching) dalam Model Jigsaw Guna Meningkatkan Kompetensi dan Respon Siswa Pada
Pembelajaran Konsep Sistem Reproduksi Manusia di Kelas II SMA Negeri 10 Malang. Tesis
tidak diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Nurhadi, dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Cooperative Contextual Teaching and
Learning (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM Press.
Thabrany, Hasbullah. 1994. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Zaini, Hisyam, dkk. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
CTSD
http://laksmie.guru-indonesia.net/artikel_detail-28013.html
Sabtu, 24 Maret 2012
Strategi Pembelajaran Aktif Dalam Bertanya ( Learning Start With A
Question)
a. Pengertian Pembelajaran Learning Start With A Question
Strategi learning start with a question adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Mel Silbermen dalam bukunya Active Learning mengemukakan bahwa proses
mempelajari sesuatu yang baru adalah lebih efektif jika peserta didik tersebut aktif mencari
pola dari pada menerima saja (terus bertanya dari pada hanya menerima apa yang
disampaikan oleh pengajar). Satu cara menciptakan pola belajar aktif ini adalah merangsang
peserta didik untuk bertanya tentang mata pelajaran mereka tanpa penjelasan dari pengajar
terlebih dahulu. Strategi sederhana ini merangsang siswa untuk bertanya, kunci belajar
(Silbermen, 2007:144).
Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan
dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari sehingga apabila dalam membaca
atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta
dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah mempelajari materi
tersebut, maka guru melakukan pre-test. Selain itu, guru memberi tugas kepada siswa untuk
membuat rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat terlihat berapa persen
siswa yang belajar dan yang tidak belajar.
b. Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya dapat diartikan kemampuan mengungkapkan pertanyaan, baik lisan
maupun tulisan. Dalam tulisan ini, keterampilan bertanya dibatasi pada kemampuan
mengungkapkan pertanyaan secara lisan yang dilakukan oleh guru pada suasana
pembelajaran dikelas. Pertanyaan yang digunakan untuk mengungkapkan pertanyaan dapat
menggunakan kata tanya maupun kata perintah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa
(Suwardi, 2007:138). Yaitu:
a. Maksud Pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk:
1)
Maksudnya pertanyaan yang diajukan oleh guru diharapkan dapat memunculkan rasa ke
ingin tahuan siswa. Biasanya pertanyaan yang demikian ini dilakukan pada saat membuka
dan menutup pelajaran, meskipun dapat juga dilakukan pada saat penyampaian materi.
2)
Agar siswa terfokus pada materi yang diajarkan, biasanya guru mengajukan pertanyaan
sebagai cara untuk meningkatkan perhatian siswa pada materi yang akan atau sedang
diajarkan.
3)
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan sebagai cara mengaktifkan siswa
dalam proses pembelajaran. Cara yang demikian ini, dalam metode pembelajaran disebut
metode Tanya jawab.
4)
Mendiagnosis kesulitan belajar adalah menganalisis suatu kondisi yang dapat menyebabkan
terhambatnya pencapaian tujuan pembelajaran. Salah satu caranya, guru dapat mengajukan
pertanyaan kepada siswanya. Apabila pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh siswanya,
guru dapat menyimpulkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar.
5)
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan
siswanya. Untuk maksud ini, pertanyaan dapat diajukan pada awal, tengah maupun akhir
pembelajaran.
6)
Pertanyaan yang diajukan oleh guru dapat dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa agar dapat mengemukakan pendapat dan pandangannya. Pertanyaan yang
demikian ini penting untuk melatih keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
Degan demikian guru mudah mengarahkan pendapat dan pandangan siswa untuk disesuaikan
dengan tujuan pembelajarannya.
b. Sikap Bertanya
Pada saat mengajukan pertanyaan perlu dilakukan dengan sikap yang baik dan benar. Hal ini
akan tercapai, apabila pada saat mengajukan pertanyaan guru memperhatikan norma yang
berlaku dan menghargai harkat dan martabat siswa. Guru dalam mengajukan pertanyaan tidak
boleh pilih kasih. Misalnya, guru hanya mengajukan pertanyaan kepada siswa yang pandai
saja atau siswa yang kurang pandai saja atau siswa yang dikenal saja atau siswa yang duduk
di depan saja. Sikap yang demikian ini akan menjadikan siswa merasa iri.
Sikap lain yang perlu diperhatikan guru adalah perhatian dan kedekatan. Sikap ini dapat
ditunjukkan dengan cara Oleh sebab itu, guru harus berusaha mengajukan pertanyaan secara
menyebar. Selain itu, pada saat mengajukan pertanyaan harus menggunakan bahasa yang baik
dan sopan. Maksudnya guru tidak boleh menggunakan bahasa yang terkesan mengejek,
mendekati tempat duduk, menyebutkan nama siswa, memperhatikan jawaban siswa, menatap
wajah siswa, memberi pujian kepada siswa. Sikap yang demikian ini akan mendekatkan
hubungan psikologis guru dengan siswanya.
13:25:32
Walisongo
file
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
motivasi
belajar
peserta
didik
manakah yang lebih efektif antara yang diajar menggunakan metode learning
starts with a question dan yang diajar menggunakan metode konvensional di kelas
VII semester II pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs Al-Irsyad
Gajah
Demak
Penelitian
ini
tahun
merupakan
jenis
ajaran
penelitian
2010-2011.
penelitian
eksperimen
yakni
diberikan
perlakuan.
Peneliti
menggunakan
kelas
VII A sebagai
kelas
eksperimen yang terdiri dari 36 peserta didik dan kelas VII E sebagai kelas
kontrol yang terdiri dari 36 peserta didik. Pengambilan sampel dilakukan dengan
Claster random Sampling, sistem pengkelasan karena sampel sudah terdiri dari
kelas-kelas
Setelah
tetapi
dilakukan
menggunakan
dalam
analisis
metode
penentuannya
data,
konvensional
motivasi
berada
dilakukan
belajar
dalam
peserta
kategori
dengan
didik
acak.
yang
cukup.
Hal
diajar
ini
diketahui dengan melihat nilai mean dari variable tersebut yaitu sebesar 42,06
terletak pada interval 40 - 43. Sedangkan motivasi belajar peserta didik yang
diajar menggunakan metode learning starts with a question berada dalam keadaan
cukup karena mean dari variable tersebut adalah sebesar 45, 42 terletak pada
interval 44- 47 yang berkategorikan bernilai cukup. Adapun Hasil uji hipotesis
menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 5,045 > ttabel (5%) = 2,00 dan ttabel (1%) =
2,65. Karena thitung lebih besar dari pada ttabel maka hipotesis yang peneliti ajukan
diterima, yaitu motivasi belajar peserta didik yang diajar menggunakan metode
learning starts with a question lebih baik dari pada yang diajar menggunakan
metode
konvensional
di
kelas
VII
semester
II
pada
mata
pelajaran
Sejarah
A.
Latar
belakang
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang
paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi
belajar peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah
dipilih. Tujuan utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah
mengembangkan strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan
dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan
dan dapat meraih prestasi belajar secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan
belajar mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Strategi pembelajaran yang baru berkembang adalah metode Learning Start With A Question
(LSQ) yang dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi dan
keaktifan siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang tepat. Strategi yang dapat
menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah strategi LSQ yaitu
suatu
strategi
pembelajaran
aktif
dalam
bertanya.
B.
Deskripsi
Strategi Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi
yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka
siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam
membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat
dibahas
serta
dibenarkan
secara
bersama-sama.
C.
Tujuan
Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga
memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan
dari
guru.
Siswa
aktif
bertanya
dan
mencari
informasi.
Materi
dapat
diingat
lebih
lama.
Kecerdasan siswa dapat diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut
tanpa
bantuan
guru.
Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas
wawasan
melalui
bertukar
pendapat
secara
kelompok.
D.
Langkah-langkah
Seorang guru memberikan bahan bacaan untuk di bagikan kepada siswa.
Seorang guru meminta seorang siswa untuk mempelajari sendiri atau dengan teman.
Seorang guru meminta siswa untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang sulit di
pahami. Anjurkan untuk memberi tanda sebanyak mungkin, dan meminta mereka untuk
membahas poin-poin yang tidak di ketahui yang di tandai dalam kelompok kecil.
Di dalam pasangan atau kelompok kecil, guru meminta peserta didik untuk materi yang
telah
mereka
baca.
Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah di tulis oleh peserta didik.
Sampaikan
pelajaran
dengan
menjawab
pertanyaan
tersebut.
E.
Kesimpulan
dan
saran
Kesimpulan
Dalam pembelajaran ipa tentang mengidentifikasi fungsi organ pernapasan hewan dengan
menggunakan Strategi pembelajaran dengan metode Learning Start With A Question (LSQ)
itu dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan
siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang tepat. Strategi yang dapat menumbuhkan
motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran adalah strategi LSQ yaitu suatu strategi
pembelajaran
aktif
dalam
bertanya
Saran
v
Guru
Seorang guru harus bisa menetapkan strategi pembelajaran apa yang paling tepat dan sesuai
untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik, dan
untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih.
Diposkan oleh Faqih Savenfold di 20:57
http://faqihhunaini.blogspot.com/2012/01/strategi-pembelajaran-aktiplearning.html
Belajar Sendiri
Strategi Pembelajaran LSQ (Learning Start With a Question) dan IS (Information
Search) Di Sekolah
Oleh:
Hendi
Burahman
A.Pendahuluan
Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan
perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
pendidikanya. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam UndangUndang No.20 tahun 2003 khususnya pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan sebagaimana termuat
dalam Undang-Undang tersebut, harus dipahami dan disadari oleh setiap pengembang
kurikulum. Sebab, apapun yang direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam
setiap proses pendidikan pada akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap
anak agar mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia,
manusia
yang
sehat,
berilmu,
cakap
dan
lain
sebagainya.
Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi
pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran apa yang
paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi
belajar peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah
dipilih. Tujuan utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah
mengembangkan strategi belajar-mengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini
dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan
dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan
dan dapat meraih prestasi belajar secara memuaskan. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan
belajar mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru.
Strategi pembelajaran yang baru berkembang adalah metode Learning Start With A Question
(LSQ) dan Information Search (IS) yang dapat meningkatkan Hasil Belajar siswa. Untuk
meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam bertanya diperlukan suatu strategi yang
tepat. Strategi yang dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran
adalah strategi LSQ yaitu suatu strategi pembelajaran aktif dalam bertanya. Agar siswa dapat
memiliki daya berinkuiri dan saling bekerjasama diperlukan suatu strategi dan metode yang
disebut dengan strategi IS, yaitu suatu strategi pembelajaran mencari informasi melalui
diskusi kelompok. Namun ironisnya, strategi pembelajaran ini tidak semuanya digunakan
oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah-sekolah. Padahal jika dilihat dari peran dan fungsi
strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question) dan IS (Information Search),
sangat
urgen
dalam
meningkatkan
hasil
belajar
siswa.
B.Rumusan
Masalah
1.Bagaimana
memilih
strategi
pembelajaran?
2.Apa dampak dari pelaksanaan strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question)
dan
IS
(Information
Search)?
C.Pengertian
Strategi
Pembelajaran
Setiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu kegiatan. Biasanya
cara tersebut telah direncanakan sebelum pelaksanaan kegiatan. Bila belum mencapai hasil
yang optimal, dia berusaha mencari cara lain yang dapat mencapai tujuannya. Proses tersebut
menunjukkan bahwa orang selalu berusaha mencari cara terbaik untuk mendapatkan hasil
yang diharapkan. Setiap orang yang menerapkan cara tertentu dalam suatu kegiatan
menunjukkan bahwa orang tersebut telah melakukan strategi. Dan strategi tersebut dipakai
sesuai dengan kondisi waktu dan tempat saat dilaksanakannya kegiatan.
Strategi pembelajaran terdiri atas dua kata, yaitu strategi dan pembelajaran. Istilah strategi
(strategy) berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani, sebagai kata benda,
strategos, merupakan gabungan kata stratos (militer) dan ago (memimpin),
sebagai kata kerja, stratego, berarti merencanakan (to plan)1. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, strategi berarti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran
khusus2. Sedangkan secara umum strategi mengandung pengertian suatu garis-garis besar
haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan3. Strategi,
menurut Poerwadarminta adalah; 1). Ilmu siasat perang, 2). Siasat Perang, 3). Bahasa
Pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan Pembelajaran
merupakan terjemahan dari kata instruction yang dalam bahasa Yunani disebut instructus
atau intruere yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti instruksional
adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah secara bermakna melalui
pembelajaran4. Pengertian ini lebih mengarah kepada guru sebagai pelaku perubahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi sebagai suatu cara yang dianggap mampu untuk
mencapai
suatu
tujuan
yang
telah
terprogram
secara
sistematis.
Sedangkan pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, di mana mengajar
dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
siswa. Konsep pembelajaran menurut Corey adalah suatu proses di mana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu5.
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dalam
desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan penyediaan
sumber belajar6. Jadi, menurut penulis, pembelajaran secara sederhana dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu peserta didik (siswa)
aktif
dalam
kegiatan
belajar
yang
telah
dirancang
oleh
guru.
Strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar disebut strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran menurut Slameto ialah suatu rencana tentang pendayagunaan dan
sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengajaran7. Menurut Nana
Sudjana, strategi pembelajaran adalah tindakan guru melaksanakan variabel pengajaran (yaitu
tujuan, materi, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan8. Dari berbagai pendapat mengenai strategi pembelajaran di
atas, dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan
pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam
kegiatan
pembelajaran
dan
mencapai
hasil
yang
diharapkan
D.Pertimbangan
Pemilihan
Strategi
Pembelajaran
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru.
Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka
pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang
harus
dicapai
akan
menentukan
bagaimana
cara
mencapainya.
Sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa
pertimbangan
yang
harus
diperhatikan:
a.Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan
yang
dapat
diajukan
adalah:
1)Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek
2)Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah tingkat tinggi
atau
tingkat
rendah
?
3)Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis ?
b.Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1)Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum, atau teori tertentu ?
2)Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau
tidak
?
3)Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu ?
c.Pertimbangan
dari
sudut
siswa:
1)Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa ?
2)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi siswa ?
3)Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa ?
d.Pertimbangan-pertimbangan
lainnya:
1)Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu strategi saja ?
2)Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan ?
3)Apakah
strategi
itu
memiliki
nilai
efektivitas
dan
efisiensi
?9.
Dari berbagai pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi
yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek
kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan yang
berhubungan
dengan
aspek
afektif
atau
aspek
psikomotor,
dll.
E.Pelaksanaan
Strategi
Learning
Start
With
A
Question
(LSQ)
Secara tegas telah dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sebagai salah satu ilmplikasi dari tuntutan
normatif, Udin S. Wiranaputra mengemukakan bahwa kapasitas dan kinerja guru pada tiap
satuan pendidikan perlu dikembangkan agar dapat memberi layanan pendidikan yang
bermutu. Kapasitas dan kinerja pembelajaran adalah kemampuan guru dalam satuan
pendidikan untuk merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan
penyempurnaan program pembelajaran secara utuh dan berkelanjutan sebagai bagian integral
dari perwujudan peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah. Bentuk peningkatan
kapasitas dan kinerja guru melalui kompetensi metodologi adalah melalui pemahaman dan
pelaksanaan strategi pembelajaran yang mampu membangun pembentukan sikap demokratis
dan bertanggung jawab. Strategi pembelajaran adalah penataan cara-cara atau langkahlangkah dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda guna mencapai tujuan atau kompetensi
hasil
pembelajaran10.
Strategi Learning Start With a Question (LSQ) adalah suatu strategi pembelajaran aktif dalam
bertanya. Agar siswa aktif dalam bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi
yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Dengan membaca maka
siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam
membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan dapat
dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Untuk melihat apakah siswa telah
mempelajari materi tersebut, maka guru melakukan pre test. Selain itu, guru memberi tugas
kepada siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar pertanyaan, sehingga dapat
terlihat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar. Dengan membaca maka
dapat memetik bahan-bahan pokok yang penting. Dalam membaca terdapat beberapa cara
seperti
:
1)Saat membaca, siswa memberi garis bawah. Hal ini bertujuan agar siswa mengetahui kata
yang
penting
atau
kata-kata
yang
kurang
dimengerti.
2)Siswa membuat catatan atau ringkasan hasil bacaan. Hal ini bertujuan agar siswa
mengetahui
materi
yang
perlu
dihafal
atau
dikaji
ulang.
Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih
sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif
tingkat tinggi. Dengan demikian guru tidak hanya akan belajar bagaimana bertanya yang
baik dan benar, tetapi juga belajar bagaimana pengaruh bertanya di dalam kelas. Kelancaran
bertanya (fluency) adalah merupakan jumlah pertanyaan yang secara logis dan relevan
diajukan guru kepada siswa di dalam kelas. Kelancaran bertanya ini sangat diperlukan bagi
guru di dalam proses belajar-mengajar. Pertanyaan yang disajikan guru diarahkan dan
ditujukan pada pelajaran yang memiliki informasi yang relevan dengan materi pelajaran,
untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan11. Zaini dkk.
mengatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran LSQ sebagai berikut :
1)Guru
memberi
tahu
dahulu
materi
apa
yang
akan
dibahas.
2)Guru meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari dan meminta siswa
untuk menuliskan atau memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahaminya dirumah.
3)Guru
meminta
siswa
untuk
bertanya
materi
yang
kurang
dipahami
4)pada
saat
membaca.
5)Guru mulai melakukan kegiatan sesuai yang direncanakan di dalam
6)Rancangan
pembelajaran12.
F.Strategi
Information
Search
(IS)
Strategi IS (Information Search) adalah suatu strategi pembelajaran mencari informasi.
Informasi dapat diperoleh melalui koran, buku paket, majalah, atau internet. Hal tersebut
digunakan agar siswa dapat memiliki informasi lebih tentang materi tersebut. Agar siswa
aktif mencari informasi, maka guru membuat suatu permasalahan yang dituangkan di dalam
LDS (Lembar Diskusi Siswa). Pencarian informasi ini dilakukan secara kelompok, yang
bertujuan agar permasalahan tersebut terselesaikan dengan cepat, dan apabila siswa malu
bertanya kepada guru siswa dapat bertanya dengan teman sekelompoknya, sehingga terjadi
tukar pendapat antar anggota kelompok13. Langkah-langkah strategi IS sebagai berikut :
Guru membuat suatu permasalahan yang mana dalam permasalahan tersebut siswa diminta
untuk mencari informasi agar permasalahan tersebut dapat dipecahkan. Permasalahan ini
dituangkan di dalam LDS, dan LDS ini dikerjakan secara kelompok. Tiap kelompok dapat
mencari informasi tersebut melalui bahan-bahan sumber yang bisa diakses siswa, seperti
koran, majalah internet, dan buku paket lainya. Setelah siswa menyelesaikan LDS dengan
waktu yang telah ditetapkan, kemudian guru meminta siswa untuk mempresentasikan
jawaban tersebut di depan kelas. Kelompok lain mendengarkan, melontarkan pertanyaan, dan
menyanggahnya, sehingga terjadi diskusi di kelas. Selanjutnya guru menegaskan kembali
materi yang telah dibahas, hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami salah persepsi
tentang materi tersebut. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa strategi LSQ dan IS ini
memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan dari strategi LSQ dan IS sebagai berikut :
1)Siswa menjadi siap memulai pelajaran, karena siswa belajar terlebih dahulu sehingga
memiliki sedikit gambaran dan menjadi lebih paham setelah mendapat tambahan penjelasan
dari
guru.
2)Siswa
aktif
bertanya
dan
mencari
informasi.
3)Materi
dapat
diingat
lebih
lama.
4)Kecerdasan siswa diasah pada saat siswa mencari informasi tentang materi tersebut tanpa
bantuan
guru.
5)Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat secara terbuka dan memperluas
wawasan
melalui
bertukar
pendapat
secara
kelompok.
6)Siswa belajar memecahkan masalah sendiri secara berkelompok dan saling bekerjasama
antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Melalui langkah-langkah dalam
strategi LSQ dan IS akan membuat beberapa tahapan pembelajaran yang menggunakan
strategi
LSQ
dan
IS
yang
dibantu
dengan
diskusi
kelompok.
G.Analisis
SWOT
dalam
strategi
pembelajaran
LSQ
dan
IS
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan
strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Sthrengths) dan peluang
(Opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan
ancaman (Threats). Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang dan
Ancaman
dengan
faktor
internal
Kekatan
dan
Kelemahan14.
Strategi pembelajaran LSQ dan IS dianalisis menggunakan analisis swot menghasilkan
berbagai solusi dan permasalahan, namun dengan berbagai bahasan strategi ini dapat
dikatakan
layak
digunakan
dalam
proses
pembelajaran.
Kekuatan
Penyampaian
pesan
pembelajaran
dapat
lebih
terstandar
Pembelajaran
dapat
lebih
menarik
Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
Waktu
pelaksanaan
pembelajaran
dapat
diperpendek
Kualitas
pembelajaran
dapat
ditingkatkan
Proses pembelajaran dapat berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan
Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat
ditingkatkan
Peran
guru
berubahan
kearah
yang
positif
Peluang
Menarik
perhatian
siswa
Membantu
untuk
mempercepat
pemahaman
dalam
proses
pembelajaran
Mengatasi
keterbatasan
ruang
Pembelajaran
lebih
komunikatif
dan
produktif
Waktu
pembelajaran
bisa
dikondisikan
Menghilangkan
kebosanan
siswa
dalam
belajar
Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar.
Melayani
gaya
belajar
siswa
yang
beraneka
ragam
Meningkatkan kadar keaktifan atau keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Tantangan
peserta
didik
dituntut
respon
dengan
proses
pembelajaran
peserta
didik
akan
terpancing
untuk
berfikir
peserta didik harus melkukan komunikasi agar mendapatkan respon dari peserta didik yang
lain.
Menyediakan
fasilitas
yang
sesuai
dengan
pokok
kajian
pendidik harus melakukan pengkondisian kelas, karena proses LSQ harus terjadi komunikasi
1
lawan
1
dan
1
lawan
audiens
sebelum proses berlangsung, pendidik harus mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan
bahan
yang
dibahas
peserta
didik
dituntut
berani
dan
tidak
malu
pendidik
harus
menjadi
netral
dalam
pelaksanaan
proses
tersebut.
Kelemahan
peserta didik yang jarang memperhatikan atau bosan jika bahasan dalam strategi tersebut
tidak
disukai
pelaksanaan strategi harus dilakukan oleh pendidik yang kreatif dan vokal, sedangkan tidak
semua
pendidik
di
Indonesia
memiliki
karakter
tersebut.
Tidak semua lembaga bisa melaksanakannya, karena fasillitas harus tersedia
menjadi hambatan dengan berbagai pola pikir dan karakter peserta didik yang berbeda-beda
H.Kesimpulan
Sebelum melaksanakan berbagai macam strategi yang bervariatif, hendaknya pendidik
memilih strategi yang sesuai dengan kondisi peserta didik agar tujuan pembelajaran aktif,
kreatif dan menyenangkan dapat dicapai. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran
Melaksanakan berbagai macam strategi pembelajaran adalah upaya guru dalam
mengembangkan kualitas peserta didik. Dengan melaksanakan strategi pembelajaran LSQ
(Learning Start With a Question) dan IS (Information Search) Untuk meningkatkan motivasi
dan keaktifan siswa dalam bertanya dan menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa serta
dapat
memiliki
daya
berinkuiri
dan
saling
bekerjasama.
DAFTAR
PUSTAKA
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), edisi ke-3, cet. 1,
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999)
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Algensindo, 2002)
Rasyad, Aminuddin , Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003)
Sudjana
S,
Strategi
Pembelajaran,
cet.
3,
(Bandung:
Falah
Production,
2000)
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002),
cet.
2,
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk membantu memecahkan
problematika
belajar
dan
mengajar,
(Bandung:
Alfabeta,
2003)
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi
Aksara,
1991)
Sunaryo. Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. (Jakarta::
Depdikbud
1989)
Udin, S. Winataputra,. Pedoman Umum Sekolah Sebagai Wahana Pengembangan Warga
Negara Yang Demokratis dan Bertanggung Jawab melalip Pendidikan Kewarganegaraan
(Jakarta:
Dirjen.
Mandikasmen
2007)
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ed. 1, cet. 5,
(Jakarta:
Kencana,
2008)
Zaini, Hisyam; Bermawy Munthe; Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif
(Yogyakarta : Pustaka Insan Madani 2008)
Diposkan oleh Belajar Sendiri di 04:16
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
0 komentar:
http://alone-education.blogspot.com/2009/07/strategi-pembelajaran-lsq-learning.html
PENGARUH STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION TERHADAP HASIL
BELAJAR SISWA DALAM BIDANG STUDI FIQIH DI MTs DARUL ULUM WARU
SIDOARJO
Undergraduate
Theses
from
JIPTIAIN
/
2009-11-10
14:50:06
Oleh : Novie Irma Yunita NIM. D01205195, S2 - Pendidikan Agama Islam (PAI)
Dibuat
:
2009-10-31,
dengan
6
file
Keyword : STRATEGI LEARNING START WITH A QUESTION, HASIL BELAJAR
Dalam dunia pendidikan dewasa ini muncul keyakinan bahwa untuk mencapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien diperlukan strategi yang mampu mengaktifkan peserta
didik. Berangkat dari keyakinan tersebut, muncullah istilah CBSA. Sayangnya, untuk
mengaktifkan peserta didik seringkali guru hanya menggunakan metode bertanya atau
diskusi, padahal banyak metode-metode dan strategi pembelajaran yang dapat digunakan
guru
untuk
mengaktifkan
peserta
didik.
Melalui Strategi Learning Start With a Question, siswa di tuntut untuk aktif dalam bertanya,
siswa diminta untuk mempelajari materi yang akan dipelajarinya, yaitu dengan membaca
terlebih dahulu. Dengan membaca maka siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan
dipelajari, sehingga apabila dalam membaca atau membahas materi tersebut terjadi kesalahan
konsep akan terlihat dan dapat dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Selain itu,
guru memberi tugas pada siswa untuk membuat rangkuman serta membuat daftar pertanyaan,
sehingga dapat terlihat berapa persen siswa yang belajar dan yang tidak belajar. Dengan
pendapat. Demikian pada saat diskusi kelompok hanya beberapa siswa saja yang aktif
sedangkan
siswa
yang
lain
ramai
dan
berbicara
dengan
temannya
Salah satu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pandangan kontruktivis adalah
belajar bekerja sama. Belajar model ini mengunakan perilaku bersama dalam bekerja atau
saling membantu di antara sesama dalam struktur kerja kelompok. Dewasa ini terdapat
berbagai model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkatkan keterlibatan
siswa dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang menarik, menyenangkan,
dan dapat meningkatkan keaktifan siswa karena guru mampu mengaktifkan siswa sehingga
tujuan
pembelajaran
dapat
tercapai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran LSQ
Terhadap Keberhasilan Belajar Mata Pelajaran Akhlak di MADIN Miftahul Huda Sidoarjo..
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment), dengan
mengambil kelas III sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian berupa angket dan post
test. Teknik analisis yang digunakan adalah formula mean dan product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat adanya pengaruh yang kuat antara penerapan
strategi pembelajaran LSQ terhadap keberhasilan belajar mata pelajaran Akhlak, Hal ini
terbukti dari yang diperoleh dengan menggunakan product moment dengan rata-rata 0,81.
Bila dikonsultasikan dengan tabel signifikan 5% dan 1% maka dapat di lihat bahwa nilai
r hasil penelititn lebih besar dari nilai r yang terdapat tabel product moment
dan apabila dikonsultasikan dengan tabel interpretasi nilai r tingkat pengaruh startegi
pembelajaran snow balling terhadap keberhasilan pembelajaran mata pelajaran fiqih terbukti
kuat atau tinngi. Sebab nilai 0,81 hasil penelitian berada diantara perhitungan 0,70 0,90
yang berarti kategori kuat atau tinggi
Copyrights : Copyright 2001 by Digital Library IAIN Sunan Ampel . Verbatim copying
and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this
notice is preserved.
digilib.sunan-ampel.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptiain--mmubasird5-9651