Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 16, No.

2, 2011, halaman 203-208

ISSN : 1410-0177

PENETAPAN KADAR KUMARIN DARI KULIT MANIS (Cinnamomum burmanii Bl.)


DENGAN METODA KROMATOGRAFI GAS
Yulianis1, Adek Zamrud Adnan2, Deddi Prima Putra2
1
Dosen Prodi Farmasi STIKES Harapan Ibu Jambi
2
Dosen Fakultas Universitas Andalas Jambi

ABSTRACT
The qualitative and quantitative analysis of coumarin in cinnamon (Cinnamomum burmanii
Bl.) which are qualified in to AA, KA and KB has been done by gas chromatography and gas
chromatography-mass spectrometry. Extraction of quality KB coumarin was carried out by
soxchletation in hexane, dichloromethane and methanol. Meanwhile, quality AA and KA
coumarins are soxchletated in methanol. The qualitative analysis using gas chromatographymass spectrometry with column BP-5 showed that hexane, dichloromethane and methanol
extracts of qualified KB coumarin, as well as methanol extracts of qualified AA and KB only
contain coumarin compounds, no other coumarin groups were found. From coumarin
quantitative analysis by gas chromatography using BP-624 column and FID detector of
methanol extracts obtained 1855.51 ppm (0.186%), 1915.75 ppm (0.192%), 9177.36 ppm
(0,918%), for qualified KB, AA, and KA respectively.
Key words : Coumarin, Cinnamomum burmanii Bl., Gas Chromatography
PENDAHULUAN
Tumbuhan kayu manis merupakan spesies
dari genus Cinnamomum dengan famili
Lauraceae, berupa tumbuhan berkayu
yang umumnya dikenal sebagai rempahrempah (Syarif, 2006). Tumbuhan ini
tersebar di Asia Tenggara, Cina dan
Australia. True cinnamon, Cinnamomum
zeylanicum dari Sri langka. Cassia
cinnamon diperoleh dari sumber yang
berbeda,
misalnya
Cinnamomum
aromatica dari Cina dan Vietnam, C.
tamala dari India dan Miyanmar (Burma)
dan Cinnamomum burmanii berasal dari
Indonesia, terutama daerah Sumatera dan
Jawa (Ravindran, Babu, and Shylaja,
2004).
Selain sebagai rempah, Cinnamomum
burmanii Bl. umumnya digunakan secara
tradisional untuk mengobati berbagai
penyakit seperti diare, hipertensi, rematik,
memar, sakit gigi, mengatasi rasa sakit

pada dismenorre dan amenorre, mengatasi


kehilangan nafsu
makan, malaria,
karminatif dan sebagai flavour yaitu
pemberi rasa dan aroma pada pengolahan
makanan dan minuman (BPOM, 2006).
Adanya kumarin dalam Cinnamomum
burmanii Bl. memberikan isu negatif
dalam perdagangan, karena adanya
aktifitas biologis misalnya antikoagulan,
yang untuk kebutuhan produk makanan
dan minuman tidak diperlukan. Hal itu
dapat memberikan dampak pada turunnya
daya saing kayu manis di dunia.
Keberadaan kumarin telah dilaporkan oleh
Miller dkk. (1996) yang melihat perbedaan
antara dua jenis cinnamon berdasarkan
kandungan eugenol dan kumarin. Eugenol
terdapat pada true cinnamon dan kumarin
terdapat dalam cassia, sedangkan kumarin
pada true cinnamon sangat sedikit (trace).
Disamping itu Setyaji (2004) juga
menemukan kumarin dalam Cinnamomum
burmanii Bl. dengan metoda GC-MS dari
203

Yulianis., et al.

fraksi dietil eter, namun dari kedua


penelitian tersebut tidak diketahui jenis
mutu kayu manis yang digunakan. Hasil
penelitian lain telah menemukan ada
perbedaan kumarin berdasarkan umur dan
mutu kayu manis dengan metoda HPLC
(Putra et al. 2007).
Dalam rangka pemanfaatan kayu manis
yang maksimal sebagai bahan baku obat,
kosmetik, zat tambahan makanan dan
minuman, maka dilakukan suatu penentuan
kualitas
kayu
manis
berdasarkan
kandungan senyawa di dalamnya. Analisa
kandungan senyawa di dalam Cinnamon
baik true cinnamon maupun cassia telah
dilakukan dengan metoda GC oleh Miller
dkk (1996) Setyaji, (2004). Dalam AOAC
(1990) analisa kumarin dalam minuman
beralkohol dilakukan dengan metoda GC.
Metoda kromatografi gas merupakan
metoda analisa yang cepat dengan
sensitifitas yang tinggi. Berdasarkan latar
belakang
tersebut
perlu
dilakukan
penelitian tentang analisa kumarin di
dalam C. burmanii Bl. dengan metoda
kromatografi gas untuk meneliti kadar
kumarin dari beberapa jenis mutu
Cinnamomum burmanii Bl.
METODA PENELITIAN
Alat
Peralatan
yang
digunakan
adalah
seperangkat
alat
sokletasi
(labu
penampung 250ml, tempat selongsong,
kondensor, heating mentle), kromatografi
gas (GC) Shimadzu 17A, kromatografi
gas-spektometri massa (GC-MS) Shimadzu
2010, grinder, oven Memmert, rotary
evaporator, timbangan analitik, labu ukur,
corong, gelas ukur, micro syringe 10l,
pipet, kertas saring, botol, vial dan tutup
karet.

J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kayu manis
(Cinnamomum burmanii Bl.) mutu AA,
KA, KB, standar kumarin murni (unit Uji
Andalas Farma UNAND), diklorometan
(destilasi), metanol (destilasi), heksan
(destilasi), metanol p.a (Merck).
Metoda Ekstraksi
A. Ekstraksi kumarin C. burmanii Bl.
dengan pelarut yang berbeda
Serbuk kayu manis 5 gram ditempatkan
dalam kertas saring dan masukkan dalam
tempat sampel pada tempat selongsong
soklet, selanjutnya hubungkan tempat
selongsong dengan labu yang telah berisi
batu didih, kemudian 150 ml DCM
ditambahkan ke dalam selongsong soklet
sehingga pelarut mengalir melalui pipa
kapiler selongsong ke labu penampung,
kemudian selongsong dihubungkan dengan
kondensor dan dialirkan air. Soklet
dinyalakan pada suhu konstan (tanda 6,5
pada heating mentle (tanda antara 1-10).
Ekstraksi dilakukan selama 6 jam. Ekstrak
yang diperoleh disaring dengan kertas
saring dan cuci kertas saring dengan
pelarut, kemudian diuapkan dengan rotary
evaporator sampai diperoleh ekstrak kental
dan ditimbang sampai berat yang konstan.
Ekstrak dilarutkan dengan metanol pa dan
analisa dengan metoda kromatografi gas.
Cara yang sama juga dilakukan
ekstraksi dengan pelarut berbeda heksan
dan metanol dan dianalisa dengan
kromatografi gas. Prosedur masing-masing
dilakukan 3 kali (untuk optimasi ini
dilakukan terhadap mutu kayu manis KB).
B. Ekstraksi kumarin dalam C. burmanii
Bl. dengan mutu yang berbeda
Dengan cara yang sama (prosedurA)
dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut
204

Yulianis., et al.

J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

metanol terhadap mutu kayu manis lain


KA dan AA.

kromatografi gas. Kromatografi gas


beroperasi pada kondisi sebagai berikut :
kolom BP-624, detektor FID, suhu injektor
200oC, suhu detektor 250oC, suhu kolom
terprogram (suhu awal 80oC, suhu dinaikan
4oC/menit sampai 120oC, selanjutnya suhu
dinaikan 10oC/menit sampai 240oC,
pertahankan suhu akhir selama 5 menit),
total flow 45ml/menit, velocity linear
60cm/detik, kolom flow 3,3ml/menit, split
rasio 10:1, total press 204 kPa, kecepatan
gas pembawa N2 33ml/menit, gas
pembakar H2 dan udara.

Validasi Metoda
A. Preparasi Standar Kumarin dan
Kurva Kalibrasi
B. Penentuan Limit Deteksi (LOD)
dan Limit Kuantitatif (LOQ)
C. Penentuan Presisi Sistem dan
Presisi Metoda
D. Akurasi dan Recovery
Analisa Kumarin

Dari hasil kromatogram diperoleh luas


area. Dengan menggunakan persamaan
regresi linear dari kurva kalibrasi dapat
dihitung kadar kumarin yang terkandung
dalam sampel Cinnamomum burmanii Bl.

Hasil ekstrak ditimbang seksama 100mg,


diencerkan dengan metanol p.a sampai 10
ml dalam labu terukur. Larutan uji
diinjeksikan sebanyak 3l ke dalam sistem

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 2. Hasil validasi metoda kromatografi gas
Linearitas &
persamaa regresi

Sensitifitas

Presisi sistem

Presisi metoda

Y = -68088+2252,09X

LOD= 6,50g/ml

RSD T retensi= 0,018%

RSD =0,43 %

(r) = 0,999

LOQ =55,01g/ml

RSD kons. = 1,40 %

(intraday)

Akurasi dan
recovery

107,49113,58%
RSD = 2,94%

RSD = 0,42 %
(interday)

Hasil validasi metoda kromatografi gas


(tabel 2) sesuai dengan USP (2005).
Analisis kadar kumarin dalam ekstrak
dilakukan secara kromatografi gas.
Kromatografi gas (GC) berfungsi untuk
memisahkan berbagai senyawa kimia dari
campuran yang masuk ke dalam sistem dan
menentukan kuantitatif senyawa tersebut.
Metode ini dapat digunakan untuk analisa
senyawa yang mudah menguap dengan
bobot molekul kecil. Berdasarkan hal

tersebut maka digunakan metoda GC untuk


analisa kumarin didalam ekstrak kayu
manis, kumarin diketahui senyawa yang
sedikit menguap (semi volatile) dengan
bobot molekul yang cukup kecil 146.
Prinsip pemisahannya adalah afinitas
berbagai komponen campuran pada fase
diam cair, sedangkan fase gerak (gas)
bermigrasi melalui sistem (Novotny).
Hasil analisa kadar kumarin ekstrak C.
burmanii Bl. berupa kromatogram yang
205

Yulianis., et al.

memperlihatkan luas area dengan waktu


retensi yang sama dengan waktu retensi
kumarin standar yaitu sekitar 24,6 menit.
Dari kromatogram sampel dapat dihitung
kadar kumarin dengan menggunakan
persamaan regresi dari kurva kalibrasi
standar. Kadar kumarin yang diperoleh
dari ekstrak metanol dari mutu kayu manis
KB, AA, dan KA masing-masing
diperoleh: 1855,5ppm (0,186% b/b),
1915,8 ppm (0,192% b/b), 9177,4 ppm
(0,918% b/b).
Di dalam beberapa literatur menyebutkan
kumarin lebih banyak terdapat pada cassia
sedangkan di dalam true cinnamon sangat
sedikit (trace), dan kadar kumarin di dalam
cassia tersebut tidak lebih dari 0,45%
(BPOM, 2006). Dari hasil yang diperoleh
kadar kumarin <0,45% seperti yang
disyaratkan adalah C. burmanii mutu AA
dan KB, sedang KA > 0,45%. Sedangkan
di dalam British Herbal Compendium
(BHC), kandungan kumarin dari cassia
bark (Chinese cinnamon) kadar kumarin
0,14-1,1%. Hasil yang diperoleh dari ke 3
mutu kayu manis tersebut <1,1%, hal ini
masih memenuhi persyaratan.
Dengan adanya kumarin dapat dibedakan
anatara cassia dan true cinnamon dari
kadarnya. Kadar kumarin pada true
cinnamon lebih kecil dari cassia menurut
Farmakope eropa <0,03%. Hasil yang
diperoleh dari ke 3 mutu tersebut, jika
dibandingkan dengan kadar kumarin yang
ditentukan untuk true cinnamon, ke 3 hasil
tersebut >0,03%. Jadi kadar kumarin C.
burmanii lebih besar dari kadar true
cinnamon.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
kadar kumarin dari mutu kayu manis KB<
AA<KA. Dengan hasil masing-masing
berturut-turut 1855,5ppm, 1915,8 ppm,
9177,4 ppm. Dari literatur dan hasil
karakterisasi mutu kayu manis secara
visual menunjukkan mutu KA lebih tebal

J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

dari AA dan KB, dan disebutkan KA dan


AA diperoleh dari batang, sedangkan KB
diperoleh dari cabang karena lebih tipis.
Juga disebutkan mutu kayu manis
berdasarkan kadar minyak atsiri yang
dikandung KB, AA dan KA masingmasing maksimal : 1,5 %, 1,75% dan 2%.
Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan
kadar kumarin berbanding lurus dengan
kadar minyak atsiri di dalam mutu kayu
manis tersebut. Dalam hal ini semakin
kecil kadar minyak atsiri semakin kecil
pula kadar kumarin di dalamnya.
Perbedaan kadar kumarin
yang
berbanding lurus dengan kadar minyak
atsiri di dalam mutu kayu manis juga
ditunjukkan oleh hasil penelitian Putra dkk
(2007) terhadap analisis kandungan
kumarin dari tipe/mutu kayu manis
diperdagangan yang diperoleh kadar
kumarin yang sangat bervariasi dari 27
ppm sampai lebih dari 5000 ppm. Sampel
yang diteliti berasal dari beberapa daerah
ada yang tidak teridentifikasi tipe/mutu
kayu manis yang digunakan. Tetapi ada 3
tipe sampel diteliti berasal dari mutu KS,
KA dan KTP, dari informasi yang
diketahui KS dan KA memiliki ciri-ciri
lebih tebal dari KTP sekitar 1,5-2,5 mm
dan umumnya berasal kulit batang
tumbuhan yang berumur lebih dari 10
tahun sedangkan KTP memiliki kulit
paling tipis. Dari kadar minyak atsiri yang
terkandung di dalam masing-masing mutu
kayu manis diketahui KTP<KA<KS. Hasil
yang diperoleh dari masing-masing mutu
KTP, KA dan KS berturut-turut yaitu 27,
140, dan 3.686 ppm. Hasil tersebut
berbeda terhadap perolehan kadar kumarin
dengan hasil penelitian ini, hal ini mungkin
dikarenakan metoda yang digunakan
terdahulu berbeda yaitu HPLC.
Perbedaan kadar yang
AA dan KB terhadap
bahwa bagian-bagian
batang atau daun) yang

signifikan antara
KA menunjukan
tumbuhan (kulit
lebih muda lebih
206

Yulianis., et al.

kecil kandungan kumarinnya. Dari hasil


penelitian ini dapat dimungkinkan bahwa
akumulasi biosintesa kumarin terjadi pada
bagian batang yang sudah berumur.
Sebagaimana yang juga ditunjukkan oleh
penelitian kandungan kumarin pada daun
(Marlina, 2008), diperoleh pada daun
muda lebih kecil kadar kumarinnya
daripada daun tua. Dan hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini berbeda
dengan hasil yang diperoleh Marlina
(2008) bahwa dari kulit kayu manis kadar
kumarinnya sangat sedikit (trace), hal
tersebut
banyak
faktor
yang
mempengaruhinya dimungkinkan karena
cara pengambilannya/panen atau selama
proses pengeringan, yang diketahui
kumarin pada tanaman dibiosintesa sebagai
hasil hidrolisis enzim dan laktonisasi
melalui kerusakan jaringan selama
pemanenan dan pemprosesan (Dewich,
2005). Perbedaan hasil tersebut juga
mungkin dikarenakan umur dari tumbuhan
tersebut. Sehingga semakin tua bagian
batang dan daun maka semakin besar
akumulasi kumarin, akibat hasil proses
biosintesa yang tersimpan didalam bagian
tumbuhan tersebut. Kumarin Umumnya
kumarin didistribusikan melalui semua
bagian tamaman, terutama buah, akar,
ranting dan daun. Kondisi lingkungan dan
perubahan musim dapat mempengaruhi
kandungan kumarin dalam tumbuhan
(Paul, 2005).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penggunaan
kondisi
sistem
kromatografi gas yang dilakukan
adalah dengan kolom BP-624,
detektor FID, dengan gas pembawa N2
33 ml/menit, telah dapat menganalisa
kumarin dengan melakukan validasi
metoda yang meliputi linearitas

J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

2.

dengan koefisien korelasi mendekati 1


yaitu: 0,999, sensitifitas diperoleh
LOD=16,50g/ml
dan
LOQ=55,01g/ml, presisi sistem
RSD=1,40%,
presisi
metoda
RSD=0,43%, akurasi dan recovery
RSD= 2,94%. Hasil yang diperoleh
memenuhi
persyaratan
yang
ditetapkan oleh USP (2005), sehingga
metoda GC cukup handal untuk
analisa kumarin.
Kadar kumarin dalam C. burmanii Bl.
mutu AA, KA dan KB diperoleh
masing-masing 0,192%, 0,918%,
0,186%. Hasil analisa statistik
menunjukkan ada perbedaan (sangat
bermakna
pada P<0,01) kadar
kumarin dari C. burmanii Bl. mutu
KA, KB dan AA.

Saran
Untuk peneliti selanjutnya disarankan
menganalisa kumarin dari jalur biosintesa
yang berbeda dari berbagai bagian
tumbuhan kayu manis seperti buah, daun
dan batang, dan dari geografis yang
berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC, (15th edition), 1990, List of Methods
of Analysis for Beverage Alcohol,
Official Methods of Analysis 976.12.
Badan Standarisasi Nasional, SNI 2004, Casia
Indonesia, RR SNI (Rancangan Revisi
SNI 01-3395-2004.
BPOM RI, 2006, Acuan Sediaan Herbal, Vol.
II, Ed. 1, hal 37-44.
BPOM RI,(a) 2006, Ekstrak Tumbuhan Obat
Indonesia, Vol. 2, Jakarta
Depkes RI, Dirjen POM, 2000, Parameter
Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Jakarta.

207

Yulianis., et al.

J. Sains Tek. Far., 16(2), 2011

Dewich, P.M., 2005, Medicinal Natural


Products A Biosynthetic Approach,
Second edition, John Willey & Sons.
Miller, K.G., Poole, C.F., Pawlowski, T.M.P.,
1996, Classification of the Botanical
Origin of Cinnamon by Solid-Phase
Microextraction
and
Gas
Chromatography, Chromatographia, 42,
No.11/12, 639-646.

Ravindran, P.N., Babu, K.N., and Shylaja, M.,


2004, Cinnamon and Cassia, the genus
Cinnamomum, Volume 36, CRC
PRESS, USA.

Paul, M., 2005, Medicinal Natural Products, A


Biosynthetic Approach, second edition,
John Willey & Sons, Ltd, 142-147.

The Merck Index,Ninth edition,1976, an


Encyclopedia of Chemicals and Drugs,
published by Merck & co, USA.

Putra, D.P., Bachtiar A., Nasrun dan Arbain,


D., (Peneliti Mitra), 2007, Kajian
Kandungan Kumarin pada Kayu Manis
(Cinnamomum burmanii Bl.) Produk
Eksport Sumatera Barat dan Kerinci,
Pusat Studi Tumbuhan Obat Univeritas
Andalas,
KKP3T,
Departemen
Pertanian, RI.

USP 28, National Formulary 23, 2005, The


United States Pharmacopeia, USP
Convention inc.,Canada.

Setyaji, H., 2004, Identifikasi Senyawa Aktif


dan Pengujian Sifat Antioksidan Ekstrak
Kulit Kayu Manis (Cinnamomum
burmanii), PPs UGM, Yogyakarta.

Syarif,R., 2006, Kayu Manis (Cassia vera)


Penelitian dan Pengembangannya,
Baristand.

208

Anda mungkin juga menyukai