Anda di halaman 1dari 12

NAMA : ANING FITRIANA

Perusahaan Dagang : Ramayana


Audited 2015

NO

AKUN

KAS DAN SETARA KAS

PERSEDIAAN

PIUTANG

UTANG

AUDIT REKONTRUKSI
KETERANGAN
1. Penerimaan kas
Prosedur
penerimaan kas dari penjualan tunai, Prosedur penerimaan kas dari penerimaan
piutang, Prosedur setoran ke bank, Prosedur pencatatan penerimaan kas

2. Pengeluaran Kas
Prosedur
pembuatan bukti kas keluar, Prosedur pembayaran kas,Prosedur pencatatan
pengeluaran kas

1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagial pembelian,


penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.

2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak, seperti:


purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order
pembelian),delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan
barang), sales order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).

3. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan


kas/bank, maupun pengeluaran kas/bank.

4. Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan


penerimaan serta pengeluaran kas.

Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sebesar jumlah yang harus ditagih.
Jika perusahaan tidak membentuk cadangan piutang usaha, harus mencantumkan
pengungkapannya di neraca bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah jumlah
bersih.
Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang
usaha.
Jika piutang usaha bersaldo material pada neraca harus disajikan rinciannya di
neraca atau dibuatkan Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Piutang usaha
yang bersaldo kredit terdapat pada kartu piutang pada tanggal neraca disajikan
dalam kelompok hutang lancar.

1. Hutang usaha biasanya timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik. 2. Hutang usaha biasanya
merupakan kewajiban lancar terbesar dalam neraca dan merupakan factor yang
signifikan dalam mengevaluasi solvensi jangka pendek perusahaan. Hutang
usaha biasanya juga dipengaruhi oleh volume transaksi yang tinggi dan
karenanya sangat rentan terhadap salah saji.
3.
Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian
Hutang usaha dipengaruhi oleh transaksi pembelian maupun transaksi
pengeluaran kas. Jadi risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha
dipengaruhi oleh risiko inheren, risiko prosedur analitis dan factor-faktor risiko
pengendalian yang berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut.

AUDIT REKONTRUKSI
PROSEDUR
Bandingkan saldo kas dan setara kas yang ada di neraca dengan saldo
akhir buku besarnya.
Hitung kembali saldo akhir buku besar kas, Telusuri pendebetan dan
pengkreditan kas ke masing-masing jurnalnya.
Lakukan cash count secara serentak dan buat cash count sheetnya
Bandingkan hasil cash count tersebut dengan saldo buku kas per tanggal
cash count Buat Berita Acara Pemeriksaan Kas dan tanda tangani oleh
kasirnya.

Lakukan Stock Opname.


Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di
gudang perusahaan, Untuk barang consignment out dan barang-barang
yang tersimpan di public warehouse jika jumlahnya material harus
dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim konfirmasi

Lakukan Observasi atas Stock Opname


Amati kembali hasil perhitungan fisik persediaan (stock Opname) yang
dilakukan. Cek Final Inventory List [Inventory Compilation)

Lakukan Peninjauan ulang terhadap Konsep Persediaan


Periksa unit price dari persediaan, periksa ada tidaknya barang-barang
yang rusak,dipakai dan hilang. Periksa cut-off penjualan dan cut-off
pembelian.
Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu
sebelum atau sesudah tanggal neraca. Lakukan Peninjauan ulang

Buatkan Laporan Hasil akhir Stock Opname


Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan
adjustment jika diperlukan.

1.Pelajari dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi


penjualan, piutang dan penerimaan.
2.Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang pertanggal
neraca.
3. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke
subledger lalu totalnya ke general ledger.
4. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang
dan sales invoice. Kirimkan konfirmasi piutang,
5. Periksa subsequent collections dengan memeriksa
buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal
neraca sampai mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan
(audit field work)

6.Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang didiskontokan


untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability.
7. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah
jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu
besar dan terlalu kecil.

8. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan


prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
9.Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

1.Prosedur awal
Pengujian audit dimilai dengan mendapatkan pemahaman tentang bisnis
dan industry klien.
2. Prosedur analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan
ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha
dengan akun-akun kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan.
3. Pengujian rincian transaksi
a. Menelusuri hutang yang dicatat ke dokumentasi pendukung. b.
Melaksanakan pengujian pisah batas pembelian. c. Melaksanakan
pengujian pisah batas pengeluaran kas. d. Melakukan pencarian hutang
yang belum tercatat.

4. Pengujian rincian saldo


a. Konfirmasi hutang usaha. b. Merekonsiliasi hutang yang belum
dikonfirmasi dengan laporan pemasok.
5. Pembandingan penyajian laporan dengan GAAP. Hutang usaha harus
diidentifikasi dan diklasifikasikan secara tepat sebagai kewajiban lancer.

Tujuan
1. Meyakinkan keberadaan kas,
2.
Meyakinkan penilaian kas,
3. Meyakinkan kelengkapan dokumen kas,
4.
Meyakinkan klasifikasi kas,
5. Meyakinkan posting kas

Untuk menetapakan bahwa bahan baku, barang dalam proses,


barang jadi, dan harga poko penjualan telah dinyatakan secara
wajar di dalam laporan keuangan

1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern yang


baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan
kas.
2.
Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke
otentikan) dari pada piutang.
3.
Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/Standar
Akuntansi Keuangan.

1.Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi


yang bersangkutan dengan hutang usaha.
2.
Membuktikan keberadaan hutang usaha dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan hutang usaha yang dicantumkan di neraca.
3.
Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan
akuntansi dan kelengkapan saldo hutang usaha yang disajikan di
neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca
5. Membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan hutang
usaha di neraca

Anda mungkin juga menyukai