Anda di halaman 1dari 20

NAMA

NIM

: PRASETA OKTA VIANA


: 04021181320039
SOAL KOMUNIKASI KEPERAWATAN SEMESTER IV
PSIK FK UNSRI
HERLIAWATI
MEI 2015

1. Jelaskan bagaimana kode etik keperawatan dapat berperan dalam komunikasi


terapetik antara perawat dengan pasien.
Secara umum menurut Kozier (1992). dikatakan bahwa tujuan kode etik profesi
keperawatan adalah meningkatkan praktek keperawatan dengan moral dan kualitas dan
menggambarkan tanggung jawab, akontabilitas serta mempersiapkan petunjuk bagi
anggotannya. Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur prilaku moral
dalam keperawatan. Dalam menyusun alat pengukur ini keputusan diambil berdasarkan kode
etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat (Suhaemi,
2002). Adanya penggunaan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat
meletakkan kerangka berfikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab
kepada masyarakat anggota tim kesehatan lain dan kepada profesi.
Dengan adanya kode etik keperawatan dalam berkomunikasi terapeutik, maka perawat
dapat menerapkan prinsip-prinsip moral dalam praktek keperawatan, yaitu sebagai berikut:

1.

Menghargai otonomi (facilitate autonomy)

Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan/prilaku dan tujuan hidup individu.
Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tanggung jawab terhadap pilihannya sendiri.
2.

Kebebasan (freedom)

Prilaku tanpa tekanan dari luar, memutuskan sesuatu tanpa tekanan atau paksaan pihak lain
(Facione et all, 1991). Bahwa siapapun bebas menentukan pilihan yang menurut
pandangannya sesuatu yang terbaik.

Contoh : Klien mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan keperawatan yang
diberikan.
3.

Kebenaran (Veracity) truth

Melakukan kegiatan/tindakan sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang tidak
bertentangan (tepat, lengkap). Kebenaran merupakan hal yang fundamental dalam
membangun hubungan saling percaya dengan pasien. Contoh : Tindakan pemasangan infus
harus dilakukan sesuai dengan SOP yang berlaku dimana klien dirawat.
4.

Keadilan (Justice)

Hak setiap orang untuk diperlakukan sama (facione et all, 1991). Merupakan suatu prinsip
moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu mendapat tindakan yang
sama mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Ketika
seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka menurut prinsip ini harus
mendapatkan sumber-sumber yang besar pula, sebagai contoh: Tindakan keperawatan yang
dilakukan seorang perawat baik dibangsal maupun di ruang VIP harus sama dan sesuai SAK
5. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Tindakan/ prilaku yang tidak menyebabkan kecelakaan atau membahayakan orang lain.
(Aiken, 2003). Contoh : Bila ada klien dirawat dengan penurunan kesadaran, maka harus
dipasang side driil.
6.

Kemurahan Hati (Benefiecence)

Menyeimbangkan hal-hal yang menguntungkan dan merugikan/membahayakan dari tindakan


yang dilakukan. Melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain. Merupakan prinsip untuk
melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain/pasien. Prinsip ini sering kali sulit
diterapkan dalam praktek keperawatan. Berbagai tindakan yang dilakukan sering memberikan
dampak yang merugikan pasien, serta tidak adanya kepastian yang jelas apakah perawat
bertanggung jawab atas semua cara yang menguntungkan pasien.
Contoh: Setiap perawat harus dapat merawat dan memperlakukan klien dengan baik dan
benar.
7.

Kesetiaan (fidelity)

Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab, memenuhi
janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada
suatu kesepakatan. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung

jawab

menjaga

janji,

mempertahankan

konfidensi

dan

memberikan

perhatian/kepedulian. Rasa kepedulian perawat diwujudkan dalam memberi asuhan


keperawatan dengan pendekatan individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan
menunjukan kemampuan professional. Contoh: Bila perawat sudah berjanji untuk
memberikan suatu tindakan, maka tidak boleh mengingkari janji tersebut.
8.

Kerahasiaan (Confidentiality)

Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa perawat menghargai semua
informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan
semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara tidak
tepat (Aiken, 2003). Contoh : Perawat tidak boleh menceritakan rahasia klien pada orang lain,
kecuali seijin klien atau seijin keluarga demi kepentingan hukum.
9.

Hak (Right)

Berprilaku sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas, berhubungan


dengan hukum legal.(Websters, 1998). Contoh : Klien berhak untuk mengetahui informasi
tentang penyakit dan segala sesuatu yang perlu diketahuinya.

2. Jelakan hambatan-hambatan yang ada dalam penerapan komunikasi terapetik


perawat dengan pasien.
Hambatan komunikasi terapeutik dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari
tiga jenis utama : resistens, transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998).
1.Resisten.
Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi yang
dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri seseorang.
Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan
untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya diperlihatkan oleh klien selama
fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah.

2.Transferens.
Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap
perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa lalu. Sifat
yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan penggunaan
mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada dua jenis utama
reaksi bermusuhan dan tergantung.
3.Kontertransferens.
Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien. Konterrtransferens
merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam
isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi. Reaksi
ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi sangat mencintai, reaksi sangat
bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas sering kali digunakan sebagai respon
terhadap resisten klien. Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap
untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan
perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya
hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab
terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.
Beberapa hal yang menghambat komunikasi :
1. Menunjukkan perasaan marah, resah, gelisah, tidak sabar atau kurang dapat
mengendalikan diri
2. Menunjukkan kesibukan, tidak mempunyai waktu mendengarkan keluhan pasien
3. Menggunakan kalimat yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan latar belakang pasien
4. Memberikan komentar yang bersifat klise seperti semua baik, nanti juga sembuh
5. Memberikan informasi yang tidak relevan, menghakimi, mengalihhkan
6. Mengabaikan perasaan pasien
7. Situasional : ruangan yang rebut, banyak gangguan dan jarak bicara yang terlalu
dekat/jauh

8. Cacat fisik : tuli, kesulitan bicara


9. Cacat psikis : kurang konsentrasi dan perhatian, tingkat daya piker dan intelegensia
yang rendah
10. Perbedaan pengalaman, kebudayaan dan status social
11. Sikap: tidak menatap lawan bicara, terburu-buru atau mencibir

3. Jelaskan tehnik-tehnik dalam komunikasi verbal antaranperawat dengan


pasien.
Stuart dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1.Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang
disampaikan klien. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan
mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak pada klien
untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2.Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
3.Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa
yang disampaikan oleh klien.
4.Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik bahwa
perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5.Mengklasifikasi.
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau pikiran
yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

6.Memfokuskan.
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi
lebih spesifik dan dimengerti.
7.Menyatakan hasil observasi.
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non verbal klien.
8.Menawarkan informasi.
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien
yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9.Diam.
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir. Diam
memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikiran dan
memproses informasi.
10.Meringkas.
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
11.Memberi penghargaan.
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan sampai klien
berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian dan persetujuan
atas perbuatannya.
12.Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan.
13.Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan.
14.Menempatkan kejadian secara berurutan.
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk melihatnya
dalam suatu perspektif.

15.Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya


Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala sesuatunya dari
perspektif klien.
16.Refleksi.
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

4. Jelaskan komponen yang ada dalam analisa proses interaksi.


Komponen Analisa Proses Interaksi
1.
2.

Komunikasi verbal dan non verbal perawat dan klien


Analisa dan identifikasi perasaan perawat serta kemungkinan komunikasi yang dapat

dilakukan perawat
3.

Analisa dan identifikasi persepsi perawat terhadap emosi dan komunikasi klien

4.

Analisa makna dan rasional dari komunikasi

5.

Kesan / evaluasi terhadap efektifitas dari komunikasi berdasarkan data 1 sampai

dengan 4
6.

Rencana lanjutan tindakan keperawatan

5. Buat contoh satu percakapan perawat dan pasien dalam konteks analisa proses
interaksi (format API).
ANALISA PROSES INTERAKSI PASIEN DENGAN DISTRES SPIRITUAL

Nama Klien

: Ny S

Status interaksi

: Fase perkenalan

Pertemuan ke

:1

Kondisi klien

: Penampilan terlihat kurang rapi,pakaian bersih,rambut panjang di

ikat
kebelakang,ekspresi wajah tampak murung dan cemas.
Kondisi lingkungan

: Klien duduk di tempat tidur berhadapan dengan perawat yang duduk

dikursi samping

tempat tidur pasien.

Tujuan

: Klien dapat memahami penyebab kecemasannya dan dapat

melakukan kegiatan
ibadah yang masih bisa klien lakukan.
Nama mahasiswa

: Mischa

Waktu interaksi

: Pukul 09.00 -09.15 wib

Tanggal

: 13 November 2013

Ruang

: Ruang Orchid RSSM

Komunikasi

Komunikasi non verbal

verbal

Analisa

Analisa berfokus Rasional

berfokus pada pada klien


perawat

P : Selamat

P : memandang ny S dan P : Merasa

K : Merasa

Salam adalah

pagi bu

tersenyum

tenang dan

senang ada

kalimat pembuka

siap untuk

perawat yang

dalammemulai

memulai

datang

suatu percakapan

K : Tersenyum

interaksi

dan juga

dengan klien

merupakan satu
cara membina
hubungan saling
percaya.

K : Pagi suster K : Tersenyum


P : Memandang ny S dan
tersenyum
P :Saya suster

P : Merasa

K : Merasa

senang atas

tenang

tanggapan Ny
S

P :badan condong kea rah P : merasa

K : merasa

Memperkenalkan

ade

tenang dan

senang perawat

kurniah,biasan sambil tersenyum dan

siap untuk

memperkenalkan memperkuat

ya dipanggil

membina

dirinya

suster ade,ibu
sukanya di
panggil apa?

klien,memandang klien
mengulurkan tangan.
K :tersenyum,
memandang perawat dan
menerima jabatan tangan

diri dapat
hubungan saling

hubungan

percaya antara

saling percaya

perawat dank lien.

dengan klien

pe rawat.
K : panggil saja K:tersenyum,memandang P : merasa

K : merasa

saya bu S ,

perawat dan menerima

merasa senang senang

suster

jabatan tangan perawat.

atas respon

P: tersenyumdan kontak
mata

klien yang
mau menerima
perkenalan
perawat.

P : bagaimana

P :tersenyum dan kontak P : ingin

K : masih tampak Pertanyaan

perasaan ibu

mata.

murungtapi

hari ini?

K : wajah berubah
menunjukan kesedihan

menggali

perasaan ny s memperhatikan

klienmember

tentang apa

apa yang

kesempatan pada

ynag

diucapkan

klien untuk

dirasakannya. perawat,kontak
mata.
K : saya

K ; wajah tampak

merasa sedih

sedih,mata berkaca-kaca. menunjukan

dengan
penyakit yang
saya
alami,suster .

P : ibu s

P :kontak mata,tangan
menyentuh tangan klien
untuk menunjukan
dukungan.

P: ingin
pada klien

mengungkapkan
perasaannya.

K : menunjukan
kesedihan tentang
penyakit yang

bahwa perawat klien alami.


care dengan
yang dirasakan
klien.
P:

K : Menunjukan Mengatakan hasil

tampak murung klien,kontak mat

menunjukan

kesedihan tentang observasi adalah

dan cemas,apa

hasil

penyakit yang

teknik komunikasi

observasi

klien alami

yang dapat

sebenarnya

P :memandang

terbuka

K: wajah tampak
sedih,mata berkaca-kaca.

yang ibu

untuk

digunakan untuk

rasakan

menggali

mengggali

perasaan klien

perasaan klien

lebih dalam

lebih dalam.

K : saya sedih

K : menundukan

dengan penyakit kepala,mata

P : menunjukan

K : masih

keseriusan untuk

menunjukan

yang saya

berkaca-kaca,nada mendengarkan

alami,Allah

suara rendah .

sepertinya tidak
sayang sama
saya memberi
cobaan seberat
ini

P : menggengam
tangan kontak

keluhan klien dan menyalahkan


ingin memberikan Tuhan
dukungan.

mata,memandang
klien.

P : bagaimana

P :memandang

kalau pagi ini

ibuS,kontak mata. untukmembantu

kita berbincangbincang tentang


perasaaan ibu?
mungkin sekitar
15 menit ?ibu

kesedihan dan

K : mengangkat
kepala dan
memandang

P : merasa tenang K : merasa

Kontrak

tertarik dengan

waktu,tempat dan

klien

ajakan

topic akan

mengungkapkan

perawat,dan

mengarahkan

perasaannya.

merasa perawat pembicaraan

perawat.

peduli dengan

terfokus pada

perassannya.

tujuan yang

maunya kita

hendak dicapai.

ngobrol dimana?
K : boleh

K : mengangkat

P : merasa senang K : merasa

suster,tempatnya kepala dan

atas respon yang

senang perawat

disini saja yah.

ditnjukan ibu S

mau

memandang
perawat
P : memandang ibu

mendengarkan
keluhannya.

S dan kontak mata


P : Baik bu,jadi

P : duduk

P : merasa tenang K : merasa siap Pertanyaan

sebenarnya apa

menghadap klien

menghadapi ibu S untuk bercerita

yang ibu rasakan ,memandang klien

pada perawat.

dan tersenyum.

terbuka
memungkinkan
klien ntuk
menceritakan

K : duduk ditempat

perasaannya

tidur menghadap

secara mendalam.

perawat,kontak
mata .
K : saya merasa K : memandang
Allah tidak adil

perawat dan kontak ibu S mau

dan tidak sayang mata.


sama saya ,saya
sudahberusaha
hidup sehat tapi

P : merasa senang K : merasa


bercerita

senang bisa
menceritakan
masalahnya ke

P : memandang ibu

perawat dengan

S,

harapan akan

tetap dikasih

memdapat

sakit berat

bantuan untuk
menyelesaikan
masalahnya.

P : oh jadi

P : menatap ibu S

P : menunjukan

K : merasa

menurut ibu

dan kontak mata.

keseriusan

senang perawat teknik komunikasi

mendengarkan

menyimak

Allah tidak adil


dan sayang sama
ibu,maukah ibu
menyebutkan
pendapat ibu

K : memandang
perawat berusaha
meyakinkan
pendapatnya.

Klarifikasi adalah
yang digunakan

keluhan ibu S dan keluhannya.

untuk

berusaha

menyamakan

mengklarifikasi

persepsi antara

untuk meyakinkan

perawat dan kl

tentang ag ama

pemahaman

yang ibu anut

perawat .

selama ini?
K : saya

K : memandang

P : menunjukan

seorangmuslim

perawat dan kontak ketenangan

untuk

dan beragama

mata,tampak

menceritakan

islam,tadinya

keraguan dari nada keluhan ibu S,tidak pendapatnya

saya selalu

suara yang

mendengarkan

K : merasa yakin

menyanggah atau pada perawat.

percaya agama
saya yang terbaik
tapi dengan sakit
ini ,saya merasa
ragu dengan

diucapkan ibu S.

membenarkan.

P : memandang dan
tersenyum pada ibu
S

agama
saya.Allah
memberi saya
sakit yang
beratdan saya
merasa tidak
sanggup
menanggungnya
P :menurut ibu,

P : memandang ibu P : merasa tenang

K : tampak

Mengkaji

apakah agama

S dan menyentuh

untuk menggali

bersemangat

pendapat ibu S

yang ibu anut

tangannya.

perasaan ibu S

masih membawa
ketenangan dan
kedamaian
dalam hidup ibu?

tentang agamanya

K : memandang
perawat dan kontak
mata

K : sebenarnya
sih dalam lubuk
hati saya
terdalam,saya
masih percaya
agama saya.

K : nada suara
terdengar ragu,
memandang
perawat dan wajah
masih tampak
cemas.
P : menganggukanggukan kepala.

P : merasa tenang
mendengarkan
keluhan ibu s

K : tampak
bersemangat

P :oh, jadi menurut

P : memandang

ibu agama yang ibu

dan kontak mata mengklarifikasi pertanyaan

yakini masih

dengan ibu S.

membawa kedamaian
dihati ibu? Lalu
kegiatan ibadah apa
saja yang masih bisa
ibu kerjakan dengan
kondisi sakit ibu ini?
Misalnya shalat atau

P : mencoba
ucapan ibu S.

K : menganggukangukan

K : menyimak Klarifikasi
merupakan teknik

perawat dengan komunikasi untuk


sungguh-

menyamakan

sungguh.

persepsii antara
perawat dank lien.

kepala,sambil
sesekali
memamdang
perawat.

dzikir?
K : bila merasa sakit

P:

sekali waktu

memandang,dan perkataan ibu S bersemangat

kemoterapi saya

mengangukan

dengan harapan menceritakan

masih suka berdzikir

kepala.

dapat

menyebut nama Allah.

K : memandang
dan kontak mata
dengan perawat.

P : menyimak

K : merasa

masalahnya.

menemukan jalan
keluar untuk
masalah ibu S.

P :Baik bu, bagus

P : memandang

P : merasa

K:

sekali ibu s masih

ibu S sambil

senang klien

tampaksenang positif membuat

melakukan dzikir

tersenyum dan

dapat

atas tanggapan seseorang senang

ketika ibu merasakan

mengajungkan

menyebutkan

perawat.

sakit karena

jempol.

kegiatan ibadah

laku tersebut

yang masih bisa

dapat diulangi.

kemoterapi.Bagaiman
a perasaan ibu setelah
melaksanakan dzkir?

K : memandang
perawat dan

klien lakukan.

tersenyum juga.

K : saya merasa lebih K : memandang

P : merasa tenang K: merasa lebih

tenang sih suster,sakit dan kontak mata.

rileks dan

yang saya rasakan

tenang

rasanya berkurang.

P : memandang
ibu S,dan

Reinforment

sehingga tingkah

tersenyum.
P : bagaimana

P : menyentuh

perasaan ibu setelah

tangan klien dan mempersiapkan senang setelah sejauh mana

kita berbincang-

tersenyum.

bincang?

K : memandang
perawat

P:

K : merasa

diri untuk

bercerita pada perasaan klien

mengakhiri

perawat.

perbincangan.

setelah
berbincangbincang.

K : saya merasa lebih K : ekspresi

P : merasa

K : merasa

lega suster.

senang karena

senang

wajah lebih

Mengeksploitasi

cerah,tersenyum ibu S merasa


dan memandang lebih baik setelah
perawat.
P : tersenyum dan
memandang ibu

berbincangbincang dengan
perawat.

S.
P : nah ibu S untuk

P : memandang

selanjutnya bila ibu

ibu S dan kontak untuk

senang

kembali tindakan

merasa cemas atau

mata.

menegaskan

menemukan

yang dapat

kegiatan yang

kegiatan ibadah dilakukan ibu S.

sakit terutama waktu


kemoterapi ibu dapat
berdzikir,jangan lupa
yah bu
P :sampai disini dulu

K : tersenyum dan
memandang
perawat.

Menegaskan

dapat dilakukan yang ternyata


ibu S.

bermanfaat.

P : merasa tenang K : merasa

Kontrak yang

perbincangan kita yah ibu

mengakhiri

tenang dan

akan datang akan

bu, bagaimana kalau

S,mengulurkan

interaksi

setuju dengan

menjadi lanjutan

nanti siang waktu

tangan untuk

sementara dan

kontrak yang

dari interaksi

dhuhur suster kesini

pamitan

membuat kontrak dibuat perawat perawat dan klien.

lagi untuk

sementara dengan selanjutnya.

untuk

membicarakan cara

ibu S.

pertemuan

ibadah yang lain yaitu


sholat,bagaimana ibu
setuju?suter pamit

P : memandang

P : merasa perlu K : merasa

K : tersenyum dan
menerima jabatan

selanjutnya.

dulu.assalamualaikum tangan suster.

6. Jelaskan cara menciptakan komunikasi terapetik antara perawat dengan tim


kesehatan lain yang ada di rumah sakit.
Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi,
pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam
lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik
untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan
interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta
perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari
pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan
komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

1.

Konflik dalam berkomunikasi


Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk menemukan

kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam banyak contoh, berbagai jenis
hubungan dapat berkembang melalui penggunaan teknik komunikasi manajemen konflik.
Pada situasi klinis sebagai suatu proses kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan
mengikuti langkah :

Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan tentang isu-isu
spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien untuk masalah perawatan kesehatan.

Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa masalah mungkin
relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan informasi penting tentang pendekatan
interpersonal yang terbaik untuk digunakan.

Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya bertemu secara
berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan klien.

2.

Komunikasi antara perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup
lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat

mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.Contoh : Ketika
perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan
dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana perawatan diabetes di
rumah.Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter
terhadap pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV,
anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium
sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat
dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi kebingungan saat
berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai tujuan yang
diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari
kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu,
perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit
pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud
dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:
1.

Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama dan posisi,

mengidentifikasi

klien dan diagnosis klien atau orang-orang lain yang terlibat dalam

masalah dengan nama.


2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
3. Menyatakan tujuan ,
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan praktek klinik,
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab untuk pelaksanaan,
mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan telepon, menentukan kerangka waktu
pelaksanaan). (Arnold & Boogs, 2007).
3.

Komunikasi antara Perawat dengan Perawat

Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga


kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang
klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat
tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan
baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang
terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan
pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan
jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan
wewenang dan tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan
supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh
hubungan struktural.Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang lazim dan terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah
hal- hal yang tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam
pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
4.

Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat bekerja dengan pemberi terapi
respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu
dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien
secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien
dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Contoh : Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk
klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas seharihari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.

5.

Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi

Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk
merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang
farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran yang utama dalam
meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika
membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun
pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan
bersama tenaga kesehatan lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju,
dosis yang tepat dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini
tidak tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka
perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obatobatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan.
Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama
mengetahui dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim
medis bila terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat
menyampaikan pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obatobatan yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli
farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi
perawatan klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat.
6.

Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh
terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap
orang

dan

memerlukan

pedoman

agar

tercapai

pelayanan

yang

bermutu.

Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obatan yang digunakan pasien, jika perawat
tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa
saja menghambat absorbsi dari obat tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang
baik antara kedua belah pihak.

7.

Komunikasi terkait kasus pemicu


Fokus dalam segmen model komunikasi kesehatan dapat melukiskan hubungan
interpersonal dalam tim kesehatan. Northouse (1998) mengungkapkan ada 3 area
permasalahan yang dimiliki dalam hubungan interprofesional yaitu:
1) Stres Peranan (Role Stress)
2) Rendahnya pemahaman interpersonal (lack of interpersonal understanding)
3) Otonomi yang keras (autonomy struggle)
Bertemu dengan orang sakit setiap hari merupakan tugas yang tidak mudah. Pekerjaan
profesional kesehatan secara konstan menempatkan mereka dalam kontak dengan pasien
yang sedang bergelut dengan kondisi kritis dalam hidupnya dan mereka sedang mencoba
mengatasi emosi atau penyakit yang serius. Sumber masalah role stress yang dialami para
professional kesehatan berhubungan dengan penyelesaian peran professional itu sendiri. Jenis
role stress dibagi dua jenis yaitu role conflict dan role overload. Kasus role conflict dapat
ditunjukan salah satunya dengan reality shock.
Kramer (1974) dalam teorinya tentang Reality Shock menjelaskan bahwa stress dapat
disebabkan oleh adanya kesenjangan atau perbedaan antara lingkungan pendidikan dengan
pelayanan. Hal itu biasanya dialami oleh lulusan perawat baru. Perawat Yanti sebagai perawat
baru yang bekerja di sebuah Rumah Sakit merasakan bahwa pendidikan yang ia tempuh
selama ini ternyata belum cukup untuk mempersiapkan dirinya dalam lingkungan kerja.
Perawat Yanti akhirnya mengalami reality shock yang menyebabkan terhambatnya
komunikasi terapeutik antara perawat dan klien. Karena baru pertama masuk dunia kerja,
perawat Yanti juga merasakan kesulitan berkomunikasi dengan tim kesehatan lain, apalagi
untuk berbicara di depan suatu forum tim kesehatan. Hubungan interpersonal antara perawat
dan profesi lain pun harus terpelihara dengan baik. Hubungan tersebut dapat diwujudkan
dengan meningkatkan pemahaman interpersonal mengenai peran masing-masing individu
atau profesi.
Perawat Yanti harus paham benar tentang perannya sebagai perawat dan berusaha tidak
memasuki batas wilayah peran profesi lainnya sehingga tidak memicu konflik internal tim
kesehatan. Kolaborasi antara perawat Yanti dengan perawat atau tim kesehatan lain dapat
terwujud jika hubungan interpersonal perawat Yanti berjalan dengan baik. Area-area rentang
konflik seperti yang digambarkan di atas merupakan hal yang perlu diwaspadai, terutama

dalam menjalin kolaborasi antar anggota tim kesehatan atau interprofesional. Untuk
mempertahankan hubungan yang harmonis serta mengurangi beban stress di lingkungan
kerja, akhirnya para professional kesehatan membuat jadwal pertemuan rutin yang digunakan
sebagai sarana sharing atau berdiskusi tentang masalah-masalah yang ada di lingkungan
kerja. Pertemuan tersebut antara lain rapat rutin tim kesehatan dan case conference.

JAWABAN SOAL DI TERIMA MAKSIMAL 1 JAM DARI EMAIL INI TERKIRIM.


JIKA LEWAT BATAS WAKTU, MAKA JAWABAN TIDAK DI TERIMA.
PRINT OUT JAWABAN DIKUMPULKAN BESOK.
JAWABAN EMAIL DAN PRINT OUT TIDAK BOLEH BERBEDA, JIKA BERBEDA
TIDAK AKAN DI KOREKSI DAN DIANGGAP TIDAK MENGIKUTI UJIAN.

Anda mungkin juga menyukai