Babb Ii
Babb Ii
TINJAUAN TEORI
A; ANATOMI FISIOLOGI ORGAN TERKAIT
Tulang panjang (femur, humerus ) terdiri dari satu batang dan dua epifisis.
Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat.epifisis dibentuk oleh spongi
bone (Cacellous atau trabecular )
Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri dari dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang cancellous.
darah melalui
pembuluh
metafis
dan
epifis.
Pembuluh
periosteum
Otot rangka (otot lurik) didapatkan pada system skeletal dan berfungsi untuk
memberikan
pengontrolan
pergerakan,
mempertahankan
sikap
dan
menghasilkan panas
-
Otot jantung didapatkan hanya pada jantung dan kontraksinya tidak dibawah
control keinginan.
c; Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat yang dilakukan pada gelatin yang kuat.
Kartilago sangat kuat tapi fleksibel dan tidak bervascular. Nutrisi mencapai keselsel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada
di perichondrium (fibros yang menutupi kartilago) atau sejumlah serat-serat
kolagen didapatkan pada kartilago.
d; Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibros yang tebal dimana merupakan
ahir dari suatu otot dan dan berfungsi mengikat suatu tulang.
e; Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrous yang
membungkus setiap otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung
yang mengelilingi tendon tertentu, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit.
B; PROSES MENUA
a; Pengertian
Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas yang akan
terus menerus mengalami perubahan melalui proses menua yang bersifat mental
psikologis dan social, neskipun dalam kenyataannya terdapat perbedaan anatar satu
orang dengan orang lainnya (Departemen Sosial RI, 2002).
Menurut UU 23 tahun 1992 (pasal 19) manusia lanjut usia adalah seseorang
yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial,
perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk
kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus
dengan tetap dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuannya, sehingga dapat ikut serta berperan aktif
dalam pembangunan. Manusia usia lanjut adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto, 2005). Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya
antara usia 65 dan 75 tahun (Potter&Perry, 2005).
b; Klasifikasi Lansia
: 45-59 tahun
b; Elderly
: 60-70 tahun
c; Old
: 75-90 tahun
d; Very Old
: Di atas 90 tahun
: 0-1 tahun
: 1-6 tahun
c; Masa Sekolah
: 6-10 tahun
d; Masa Pubertas
: 10-20 tahun
e; Masa Dewasa
: 20-40 tahun
: 65 tahun ke atas
: 25-40 tahun
b; Fase Verilitas
: 40-50 tahun
c; Fase Prasenium
: 55-65 tahun
d; Fase Senium
: 65 tahun ke atas
a; Elderly Adulhood
: 18/20-25 tahun
b; Middle Years
: 25-60/65 tahun
c; Geriatric Age
d; Young Old
: 70-75 tahun
e; Old
: 75-80 tahun
f; Very Old
: Di atas 80 tahun
2;
3;
4;
5;
6;
Teori ini memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai
peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis
(Stanley dan Beare, 2006).
7; Teori Tugas Perkembangan
Proses maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus dikuasai pada berbagai
tahap sepanjang rentang kehidupan manusia (Stanley dan Beare, 2006).
8; Teori DISENGAGEMENT
Teori ini menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia dari eran bermasyarakt
dan tanggung jawabnya (Stanley dan Beare, 2006).
9; Teori Aktivitas
Teori ini merupakan lawan dari teori sebelumnya, dimana teori ini mengatakan
bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara beraktifitas (Stanley
dan Beare, 2006).
10; Teori Kontinuitas
Teori ini dikenal juga dengan teori perkembangan. Teori ini menakankan pada
kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
akibat penuaan (Stanley dan Beare, 2006).
C; PENUAAN SISTEM TERKAIT
1; Skeletal
Penurunan progresif dalam tinggi badan adalah hal yang umum terjadi
diantara semua ras dan pada kedua jenis kelamin terutama ditunjukan pada
penyempitan diskus intervertebral dan penekanan pada columna spinalist. Bahu
menjadi lebih sempit dan pelvis menjadi lebih lebar, ditunjukan oleh peningkatan
diameter anteroposterior.
Ketika manusia mengalami penuaan jumlah massa otot tubuh pengalami
penurunan. Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam
konstur tubuh dan memperdalam cekukan di sekitar kelopak mata, aksila, bahu
dan tulsng rusuk. Tonnjolan tulang (vertebra, krista iliaka, tulang rusuk, skapula)
menjadi lebih menonjol.
Semua jenis tulang termasuk jenis tulang kortikal dan trabekular, dan masingmasing mempunyai suatu peran struktural yang berbeda.daerah yang memiliki
dampak besar akibat tekanan yang terjadi dari brbagai arah mengandung pola
tukang trabekular. Fungsi utama tulang kortikal adalah sebagai pelindung terhadap
beban gerakan rotasi dan lengkungan. Proses penyerapan kalsium dari tulang
untuk mempertahankan kadar kalsium darah yang stabil dan penyimpanan
kembali kalsium untuk membentuk tulang baru dikenal sebagai remodeling
PENUAAN
1; Osteoporosis
1; Pengertian
Osteoporosis adalah suatu penyakit metabolik tulang yang ditandai
dengan menurunnya masa tulang dan perubahan struktur tulang dengan
akibat kecenderungan tulang untuk mengalami fraktur. Fraktur biasanya
terjadi pada tulang panggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan.
Umumnya terjadi pada usia lanjut, terutama pada wanita pasca menopause.
Osteoporosis merupakan masalah kesehatan di masyarakat, karena
komplikasi yang ditimbulkan yaitu fraktur yang akan memberikan dampak
sosio-ekonomi, kecacatan, ketergantungan pada orang lain, penurunan
kualitas hidup dan produktivitas, serta kematian. Patogenesisnya berupa
adanya
peningkatan
penyerapan
tulang
tanpa
diikuti
dengan
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun
beberapa faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a; Umur. Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan
adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat
dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak,
jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b; Jenis Kelamin. Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
c; Genetic. Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal,
pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang
distal terdapat dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari
pada ibu dananak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
d; Suku. Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya
osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari
pada kaukasia. Osteoartritis lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika
asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
e; Kegemukan. Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun
pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain
(tangan atau sternoklavikula).
3; Manifestasi klinis
Gejala osteoartritis biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan lama-kelamaan
akan memburuk, gejala dan tanda-tandanya antara lain
1; nyeri pada engsel dan sambungan tulang selama atau sesudah digerakkan
atau setelah lama tidak bergerak/tidak aktif.
2;
Rasa
ngilu
pada
engsel
saat
mengangkat
beban
ringan
Kaku pada engsel saat bangun tidur atau setelah lama tidak bergerak
Kehilangan fleksibilitas yang membuat pasien sulit menggerakkan
engsel
3;
4; Patofisiologi
fisioterapi dan alat bantu tidak mendorong ke arah perbaikan yang berarti dan
nyeri telah melumpuhkan, operasi penggantian sendi mungkin diindikasikan.
Semua obat memiliki efek samping yang berbeda, oleh karena itu, penting
bagi pasien untuk membicarakan dengan dokter untuk mengetahui obat mana
yang paling cocok untuk di konsumsi. Berikut adalah beberapa obat
pengontrol rasa sakit untuk penderita osteoarthritis.
a; Acetaminophen, merupakan obat pertama yang di rekomendasikan karena
b;
c;
d;
e;
f;
g;
h;
3. Artritis Reumatik
a; Definisi
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a; Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Rematoid
b; Gangguan Metabolisme
c; Genetik
d; Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial
c; Manifestasi Klinis
termasuk
klien
yang
memenuhi
kriteria
dari
American
e; Patofisiologi
Cidera mikro vascular dan jumlah sel yang membatasi dinding sinovium
merupakan lesi paling dini pada sinovisis remotoid. Sifat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan proses sinovium edematosa dan
menonjol kedalam rongga sendi sebagai tonjolan-tonjolon vilosa. Pada penyakit
Rematoid Artritis terdapat 3 stadium yaitu :
a; Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak dan kekakuan.
b; Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga
pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c; Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
f; Penatalaksanaan
Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat
yang dapat dipilih adalah aspirin. Terapi kortikosteroid yang diinjeksikan melalui
sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara
cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya,
injeksi yang diberikan kedalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga
kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6
minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat
alami AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau
perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin
mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan kekeuatan
dan kekeuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan
istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan pada sendi.
(Suddarth, 2002).
Proses Penuaan
Trauma
Intrinsik
Ekstrinsik
E; PATHWAY
Penyempitan rongga sendi
MK: Kurang pengetahuan
Deformitas sendi
Kontraktur
Penurunan Kekuatan
nyeri
Hipertrof
Distensi Cairan
F; ASUHAN KEPERAWATAN
1; Pengkajian Lansia
a; Biodata
kesehatannya?
Apa yang dilakukan secara rutin?
Bagaimana cara lansia mengatasi penyakitnya?
Perihal apakah di dalam agama/kepercayaan lansia terkait dengan
pemeliharaan kesehatan?
Seberapa sering lansia berkunjung ke dokter umum, dokter gigi,
atau tenaga kesehatan yang lain?
Apakah lansia mengkonsumsi makanan-makanan yang berisiko
terhadap kesehatannya?
Apakah lansia mempunyai sumber yang cukup untuk memelihara
kesehatannya?
Apakah lansia mempunyai pengetahuan yang cukup untuk
mengambil keputusan tentang pemeliharaan kesehatan?
Obyektif:
a; Bagaimana kebersihan diri lansia (rambut, kulit, mulut dan geligi,
dalam sehari?
b; Apakah ada makanan suplemen, vitamin atau obat-obatan yang
terkait dengan nutrisi?
c; Jenis makanan yang disukai?
Obyektif:
a; Bagaimana kondisi: rambut, kulit, conjungtiva, palpebrae, sclera,
gigi geligi, rongga mulut, gusi, lidah, kelenjar getah bening, status
hidrasi?
b; Bagaimana hasil pemeriksaan abdomen?
c; Kemampuan mengunyah keras?
d; Apakah menggunakan gigi palsu?
e; Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostic yang terkait
dengan kecukupan nutrisi lansia?
f; Berat badan, tinggi badan dan IMT?
3; Pola Eliminasi
Subyektif:
a; Bagaimana pola BAB: frekuensi, kontinen/inkotinen, konsistensi,
ginjal?
b; Apakah lansia terlihat memegang perutnya?
c; Hasil pemeriksaan/medik/laboratorium yang dilakukan terkait dengan
eliminasi.
4; Pola Aktivitas Latihan
Subyektif:
lamanya?
b; Apakah teratur dalam melakukan latihan pergerakan sendi?
c; Adakah keluhan ketika beraktivitas?
d; Apakah ada hambatan fisik dalam melakukan aktivitas dan berupa apa
hambatan tersebut?
e; Alat bantu apa yang diperlukan lansia pada saat beraktifitas, apakah
lansia merasa nyaman dengan alat tersebut?
f; Apakah lansia mengalami gangguan keseimbangan?
g; Adakah keluhan sesak, lelah, lemah?
h; Seberapa jauh dapat melalui aktivitas?
i; Adakah keluhan nyeri dada, batuk? Bagaimana dengan produksi slym?
Obyektif:
a; Apakah lansia memerlukan bantuan orang lain atau alat bantu untuk
beraktifas?
b; Apakah lingkungan cukup aman bagi lansia untuk melakukan
aktifitas?
c; Bagaimana dengan uji kekuatan otot?
d; Adakah tanda-tanda hipotensi orthostatik?
e; Bagaimana dengan postur dan gaya jalan lansia?
f; Apakah klien mampu memenuhi kebutuhan hariannya?
g; Adakah tanda-tanda sianosis, takikardi, diaphoresis?
h; Apakah lingkungan aman bagi lansia?
i; Bagaimana hasil pemeriksaan thoraks dan jantung, serta lengan dan
tungkai?
j; Hasil observasi: P, N, TD, JVP, kapilary refill, edema perifer.
Laboratorium, EKG, dan pemeriksaan diagnostik lainnya.
Subyektif:
a; Apakah lansia merasa segar setelah tidur pada malam hari?
b; Kebiasaan tidur berapa jam/hari, pukul berapa, siang/malam?
c; Apakah tidur dapat berlangsung lama atau sering terbangun?
d; Apakah ada laporan tentang lansia: pernapasan yang abnormal,
mendengkur terlalu keras, gerakan-gerakan abnormal pada waktu
tidur?
e; Apa yang dilakukan lansia sebagai ritual tidur atau upaya untuk
sosial lainnya?
b; Bagaimana interaksi lansia dalam keluarga dan lingkungannya?
c; Apakah ada perubahan peran akibat proses penuaan?
Obyektif:
Observasi interaksi antara anggota keluarga atau dengan lingkungan
sekitar
9; Pola Seksual Reproduksi
a; Adakah perubahan fisiologis yang berdampak terhadap seksualitas
b;
c;
d;
e;
lansia?
Kapan lansia mengalami menopause? Keluhan apa yang dirasakan
setelah mengalami menopause?
Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah akibat
menopause?
Masihkah ada minat dalam melakukan hubungan intim dengan
pasangan? Bagaimana dengan frekuensi dan adakah kesulitan?
Adakah keluhan dengan prostat atau hernia?
agamanya?
c; Apakah lansia teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan?
d; Apa latar belakang yang dimiliki lansia (agama, filosofi, kultur)?
e; Apakah sistem tersebut mempengaruhi semua aspek baik kesehatan
atau koping terhadap stress?
Obyektif:
Observasi adanya alat-alat untuk ibadah.
Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 10). Catat
faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal
Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan
saat klien beristirahat/tidur.
Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa
kali sehari.
Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan
Intervensi:
-
Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan
isometric jika memungkinkan
Intervensi:
-
Susun
batasan
pada
perilaku
maladaptif,
bantu
klien
untuk
Mengidentifikasikan
sumber-sumber
pribadi/komunitas
yang
dapat
memenuhi kebutuhan.
e; Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan
dengan :
-
Intervensi:
-
Mempertahankan
keamanan
lingkungan
yang
meningkatkan
perkembangan.
-
Intervensi :
-
Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan
palang keamanan.
Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada
saat istirahat maupun pada saat melakukan aktivitas.