TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi dan Morfologi Tuberkulosis
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
berukuran
lebar
0,3
0,6
mm
dan
panjang
mm.
Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi
(60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord factor,
dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat
merupakan asam lemak berantai panjang (C60 C90) yang dihubungkan dengan
arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh jembatan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang
kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosisbersifat tahan asam, yaitu
apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna
tersebut dengan larutan asam alkohol.1,4,6
2.2. Patofisiologi Tuberkulosis
A. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di
jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut
sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana
saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan
kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus
(limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut :2,3,7,8
meningitis
tuberkulosis,
typhobacillosis
Landouzy.
atau patologi anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat
dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan
konsisten dengan TB ekstraparu aktif. 1,5,8,13
10
Gambar
2.4 : Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior
- Pemeriksaan
Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
11
pemeriksaan/spesimen
yang
berbentuk
cairan
: Pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens
screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
-
12
13
lobus atas. Kelainan foto toraks pada tuberculosis primer ini adalah adalah
limfadenopati, parenchymal disease,
pleura. . Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah satu komplikasi
yang mungkin timbul adalah Pleuritis eksudatif, akibat perluasan infitrat primer
ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis
akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalarn bronkus. Baik pleuritis
maupun atelektasis pada anak-anak mungkin demikian luas sehingga sarang
primer tersembunyi dibelakangnya.
14
Gambar 2.8 : Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar).
Foto toraks PA dan lateral
15
16
Bercak infiltrat yang terlihat pada foto roentgen biasanya dilapangan atas dan
segmen apikal lobi bawah. Kadang-kadang juga terdapat di bagian basal paru
yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar limfe pada tuberkulosis
sekunder jarang dijumpai.
Klasifikasi tuberkulosis sekunder8
Klasifikasikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association
( ATA ).
1. Tuberculosis minimal : luas sarang-sarang yang kelihatan tidak melebihi
daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks dan iga 2 depan, sarang-sarang
soliter dapat berada dimana saja. Tidak ditemukan adanya kavitas
2. Tuberkulosis lanjut sedang ( moderately advance tuberculosis ) : Luas sarang
-sarang yang berupa bercak infiltrat tidak melebihi luas satu paru. Sedangkan
bila ada kavitas, diameternya tidak melebihi 4 cm. Kalau bayangan sarang
tersebut berupa awan - awan menjelma menjadi daerah konsolidasi yang
homogen, luasnya tidak boleh melebihi 1 lobus paru .
17
18
19
adalah suatu sarang keju (caseosa) dan biasanya menunjukkan penyakit yang tidak
begitu virulen bahkan biasanya tuberkuloma bersifat tidak aktif lebih-lebih bila
batasnya licin, tegas dan dipinggirnya ada sarang perkapuran, sesuatu yang dapat
dilihat jelas pada tomogram.
Diagnostik diferensialnya dengan suatu tumor sejati adalah bahwa didekat
tuberkuloma sering ditemukan sarang kapur.
20
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang ) bila
setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya sama.
Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau lubang,
melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur.
Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium, termasuk
sputum.
Perburukan ( perluasan ) penyakit8
1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan 1015 ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda
meniscus sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus
efusi pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal.
Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
Pleuritis TB bias terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna
dalam memperlihatkan aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah paru.
Pada foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai kabut
(Snow storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada Ginjal,
Tulang, Sendi, Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius )
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering
tipis berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin
terlihat cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan
21
fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up)
dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang
sudah tenang.
Pemeriksaan laboratorium
non
TB,
karsinoma
(bronchioloalveolar
cell
ca),
22
2. Silikosis
3. Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
4. Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor paru
5. kavitas multiple bisa dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan
jamur.
VII. Komplikasi
Komplikasi dini: pleuritis , efusi pleura, empiema, laryngitis
Komplikasi lanjut; TB usus, Obstruksi jalan nafas , Fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gaal nafas dewasa,
meningitis TB
Tuberkulosis pada tulang dan sendi
Basil tuberculosis biasanya menyangkut di spongiosa tulang. Pada tempat infeksi
timbul osteitis, kaseasi dan likuifaksi dengan pembentukan pus yang kemudian
dapat mengalami kalsifikasi. Pada tuberkulosis tulang ada kecenderungan terjadi
perusakan tulang rawan sendi atau diskus intervertebralis.
Tuberkulosis pada tulang panjang
Lesi paling sering terdapat di daerah metafisis yang pada foto roentgen terlihat
sebagai lesi destruktif berbentuk bulat atau lonjong. Pada permulaan, batasbatasnya tidak tegas tetaapi pada proses yang sudah kronis batasnya menjadi
tegas. Kadang-kadang dengan sklerosis pada tepinya. Lesi cepat menyebrangi
epifisis dan selanjutkan mengenai sendi. Proses dapat bermula pada epifisis tulang
panjang.
23
Gambar 2.19 :
Tuberkulosis pada
tulang panjang
Tuberkulosis
pada
Frekuensi
tulang belakang
tuberkulosis
tulang
tinggi
adalah
pada
tulang
belakang, biasanya di
daerah
torakal
lumbal,
yang
paling
jarang
di
dan
Gambar 2.20 : Abses pott pada pasien dengan tuberculosis spondylosis. pada vertebrae thorax 11
terdapat pott abses.
24
Gambar 2.21 : Kalsifikasi abses dari muskulus psoas pada spondilitis tuberculosis, ginjal
terdorong oleh massa abses poas serta diikuti oleh destruksi dari vertebrae
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis TB adalah
manifestasi
diagnosis dini
sangat penting
untuk
untuk
mengurangi
hematogen.
morbiditas dan
mortalitas. Penyebarannya
khas adalah
biasanya
abnormal
Tuberkulosis Parenkim
Lesi ini dapat soliter, beberapa, atau miliaria dan dapat dilihat di mana saja
dalam parenkim otak, meskipun paling sering terjadi di dalam lobus frontal dan
parietal7.
25
Tuberkulosis Abdominal
Perut adalah fokus paling sering pada penyakit tuberkulosis luar paru. CT
adalah andalan untuk
menyelidiki
TBC perut ,
namun
pengetahuan
26
Dosis yg dianjurkan
Dosis
Ob
at
(Mg/K
g
BB/Ha
ri)
Harian (
DosisMa
mg/
Intermitten (mg/Kg/BB
kgBB / h
/kali)
R
H
8-12
4-6
ari)
10
5
10
10
20-30
25
35
ks (mg)
600
300
< 40
300
150
750
4060
>60
450
300
100
600
450
150
27
15-20
15-18
15
30
15
750
15
Sesu
1000
ai BB
100
150
0
100
750
BB
Harian
Fase intensif
2 bulan
Harian
3x/minggu
Fase lanjutan
4 bulan
Haria 3x/minggu
RHZE
RHZ
RHZ
n
RH
RH
150/75/400/27
150/75/40
150/150/50
150/7
150/150
30-
5
2
0
2
0
2
5
2
37
28
38-
54
5570
>71
Paduan Obat Anti Tuberkulosis
Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:11,17,18,23
TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks : lesi luas
Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE/ 6HE atau 2 RHZE
/ 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas (termasuk luluh paru)
Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan disesuaikan dengan hasil uji
resistensi
TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks : lesi minimal
Paduan obat yang dianjurkan : 2 RHZE / 4 RH atau 6 RHE atau 2 RHZE/ 4R3H3
lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi
dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
29
berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji resistensi, sesuaikan dengan hasil uji
resistensi. (minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif) ditambah dengan
obat lini 2 seperti kuinolon, betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18
bulan.
- Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
- Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan kemungkinan penyembuhan
- Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis paru
30
TB Millier
Rawat inap
Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH
Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinis, radiologi
risiko tinggi
31
terpajan HIV. Jadi tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB
paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:
Infeksi lanjut
Sputum mikroskopis
TB ekstra pulmonal
Mikobakterimia
Tuberkulin
Foto toraks
Adenopati hilus/
(CD4>200/mm3)
Sering positif
Jarang
Tidak ada
Positif
Reaktivasi TB, kaviti di puncak
Tidak ada
(CD4<200/mm3)
Sering negatif
Umum/ banyak
Ada
Negatif
Tipikal primer TB milier / interstisial
Ada
mediastinum
Efusi pleura
Tidak ada
Ada
HIV/AIDS.
Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa jenis obat
dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu yang tepa
Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya karena
32
Keterangan:
EFV
Kecuali pada HIV stadium IV, mulai ART setelah terapi TB selesai.
Bila tidak ada tanda lain dari imunodefisiensi dan penderita menunjukkan
perbaikan setelah pemberian terapi TB, ART diberikan setelah terapi TB
diselesaikan.
E. TB Paru Pada Kehamilan dan Menyusui
33
kreatinin)
Rujuk ke ahli Paru
G. TB Paru dengan Kelainan Hati
Bila ada kecurigaan penyakit hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan.
Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh diberikan.
Paduan obat yang dianjurkan (rekomendasi WHO) ialah 2 SHRE/6 RH
34
Batuk darah
Pneumotoraks
Luluh paru
Gagal napas
Gagal jantung
Efusi pleura
Kesehatan
Dunia
(WHO)
menyatakan
bahwa
kunci
35
strategi DOTS, yang juga telah dianut oleh negara kita. Oleh karena itu
pemahaman tentang DOTS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat
ditanggulangi dengan baik.
DOTS mengandung lima komponen, yaitu :
o Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional
o Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopis
o Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, dikenal
dengan istilah DOT (Directly Observed Therapy)
o Pengadaan OAT secara berkesinambungan
o Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku /standar
Saat ini terdapat 6 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh
WHO:
1. Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan
kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh
pasien terutama pasien tidak mampu
2. Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, MDR-TB, dengan aktiviti
gabungan TB-HIV, DOTS-PLUS dan pendekatan-pendekatan lain yang
relevan
3. Kontribusi pada sistem kesehatan, dengan kolaborasi bersama program
kesehatan yang lain dan pelayanan umum
4. Melibatkan seluruh praktisi kesehatan,
masyarakat,
swasta
dan
Mix
36
Bila pasien mampu datang teratur, misal tiap minggu maka paramedis atau
petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO. Bila pasien diperkirakan
tidak mampu datang secara teratur, sebaiknya dilakukan koordinasi dengan
puskesmas setempat. Rumah PMO harus dekat dengan rumah pasien TB
untuk pelaksanaan DOT ini Beberapa kemungkinan yang dapat menjadi
PMO.
I.
Petugas kesehatan
II.
Orang lain (kader, tokoh masyarakat dll)
III.
Suami/Istri/Keluarga/Orang serumah
o Pasien dirawat :
Selama perawatan di rumah sakit yang bertindak sebagai PMO adalah
petugas rumah sakit, selesai perawatan untuk pengobatan selanjutnya
sesuai dengan berobat jalan.
C. Langkah Pelaksanaan DOT
Dalam melaksanakan DOT, sebelum pengobatan pertama kali dimulai,
pasien diberikan penjelasan bahwa harus ada seorang PMO dan PMO tersebut
harus ikut hadir di poliklinik untuk mendapat penjelasan tentang DOT
D. Persyaratan PMO
o PMO bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh
selama pengobatan dengan OAT dan menjaga kerahasiaan penderita
HIV/AIDS.
o PMO diutamakan petugas kesehatan, tetapi dapat juga kader kesehatan,
kader dasawisma, kader PPTI, PKK, atau anggota keluarga yang disegani
pasien
E. Tugas PMO
o Tersedia mendapat penjelasan di poliklinik
o Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat
o Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai
jadwal yang telah ditentukan
o Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur
hingga selesai
o Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar
tetap mau menelan obat
o Merujuk pasien bila efek samping semakin berat
o Melakukan kunjungan rumah
37
sebagai
bahan
untuk
penatalaksanaan
selanjutnya,
beri
38
o Bila seorang pasien TB paru juga mempunyai TB di luar paru, maka untuk
kepentingan pencatatan pasien tersebut harus dicatat sebagai pasien TB
paru.
o Bila seorang pasien ekstraparu pada beberapa organ, maka dicatat sebagai
ekstraparu pada organ yang penyakitnya paling berat
o Contoh formulir terlampir