Pendahuluan ............................................................................................................................ 1
1.1
1.2
2.
2.1
2.5
3.
3.1
3.2
2.2
2.3
2.4
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
3.3
3.4
4.
Rekomendasi ......................................................................................................................... 25
4.1
4.2
4.3
4.4
GLOSARRY ...................................................................................................................................... 48
ii
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR GAMBAR
iii
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rekomendasi hasil Pemeliharaan In service Inspection ................................. 26
Tabel 4.2 Rekomendasi Hasil Pemeliharaan In Service Measurement ........................... 27
Tabel 4.3. Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown testing ...................................... 28
Tabel 4.4. Rekomendasi Hasil Pemeliharaan Shutdown Function Check ........................ 31
iv
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pendahuluan
1.1
Gambaran Umum
Busbar merupakan bagian utama dalam suatu gardu induk yang berfungsi sebagai
tempat terhubungnya semua bay yang ada pada gardu induk tersebut, baik bay line
maupun bay trafo. Umumnya gardu induk didesain dengan konfigurasi 2 busbar
(double busbar), namun juga masih terdapat gardu induk yang memiliki satu busbar
(single busbar).
Sistem gardu induk yang dikelola oleh PT PLN (Persero) beroperasi pada beberapa
level tegangan. Level tegangan ini dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu tegangan
ekstra tinggi dan tegangan tinggi. Gardu induk yang beroperasi pada level tegangan
500 kV dan 275 kV disebut sebagai GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi),
sedangkan gardu induk yang beroperasi pada level tegangan 150 kV dan 70 kV
disebut sebagai GI (Gardu Induk). GITET dibangun dengan konfigurasi sistem satu
setengah PMT, sedangkan GI umumnya menggunakan konfigurasi 1 breaker (single
breaker). Namun, pada beberapa GI yang tersambung langsung dengan pembangkit
juga menggunakan konfigurasi sistem satu setengah PMT.
Gardu Induk satu setengah PMT memiliki bagian utama yang disebut sebagai diameter
yang berfungsi untuk menghubungkan 2 busbar pada sistem gardu induk satu
setengah PMT tersebut. Diameter dilengkapi dengan 3 buah Pemutus Tenaga (PMT),
di antaranya : PMT busbar A (PMT A), PMT busbar B (PMT B) dan PMT pengapit
(PMT AB).
Dalam pengoperasiannya, busbar dan diameter tidak terlepas dari kondisi abnormal
yang disebut sebagai gangguan. Gangguan yang terjadi pada busbar dan diameter
adalah gangguan yang bersifat destruktif. Apabila terjadi gangguan pada busbar atau
diameter, maka kemungkinan terjadi kerusakan pada peralatan instalasi yang sangat
besar. Di samping itu, keandalan sistem dalam menyalurkan pasokan daya juga akan
terganggu. Proteksi busbar/diameter adalah suatu sistem proteksi yang berperanan
penting dalam mengamankan gangguan yang terjadi pada busbar atau diameter.
Sistem proteksi ini harus bekerja secara sensitif, selektif, cepat dan harus stabil untuk
gangguan yang terjadi di luar daerah proteksian busbar atau diameter.
Sistem proteksi busbar dan diameter merupakan suatu sistem kolektif yang meliputi :
trafo arus (CT) / trafo tegangan (PT), relai proteksi, pemutus tenaga (PMT), catu daya
dan rangkaian pengawatannya. Bagian-bagian dari sistem proteksi ini seperti terlihat
pada gambar 1.1.
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Daerah kerja proteksi busbar adalah daerah di antara semua trafo arus (CT) bay yang
tersambung di busbar tersebut. Sistem proteksi busbar harus bekerja tanpa tunda
waktu (instantaneous) apabila terjadi gangguan di dalam zona proteksiannya (area
warna hijau) seperti diperlihatkan pada Gambar 1.2. Namun, untuk gangguan yang
terjadi di luar zona proteksiannya (di luar area warna hijau), proteksi busbar tidak boleh
bekerja (relai harus stabil).
Proteksi diameter memiliki daerah kerja yang meliputi daerah di antara CT dalam satu
diameter yang sama seperti diperlihatkan pada Gambar 1.3.
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1.2
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Buspro Busbar A
Buspro Busbar B
Check Zone
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
relai ini adalah harus memiliki modul CT cadangan (spare) untuk keperluan
penambahan bay pada busbar nantinya. Apabila modul cadangan ini tidak tersedia,
maka penambahan bay baru pada busbar juga membutuhkan penambahan relai
busbar baru.
1.2.2
Circulating Current Protection (CCP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan diameter. CCP umumnya diterapkan pada sistem Gardu Induk satu
setengah breaker yang menggunakan CT line. Sistem proteksi CCP digunakan untuk
mengamankan daerah di antara CT pada bay T/L dengan CT pada PMT pengapit
diameter tersebut. Apabila terjadi gangguan di daerah kerja relai CCP, maka relai ini
akan mentripkan 2 buah PMT diameter dan mengirimkan sinyal direct transfer trip
(DTT) ke GI lawan/depan.
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
2. Fungsi Intertrip
Fungsi intertrip pada relai CCP berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct transfer trip
(DTT) ke GI lawan/GI depan sehingga lokasi gangguan bisa dilokalisir.
1.2.3 Breaker Failure Protection
Relai Circuit Breaker Failure (CBF) merupakan proteksi yang bekerja apabila terjadi
kegagalan pemutusan PMT saat terjadi gangguan. Pada sistem gardu induk 1 breaker,
relai CBF akan mentripkan semua PMT yang terhubung ke busbar yang sama serta
mengirimkan sinyal direct transfer trip ke gardu induk lawan. Pada sistem gardu induk
satu setengah PMT relai CBF akan mentripkan PMT berdasarkan PMT yang gagal trip
yaitu :
1. Apabila PMT A yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan PMT A, PMT AB
dalam satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar A dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip.
2. Apabila PMT B yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan PMT B, PMT AB
dalam satu diameter, seluruh PMT yang terhubung pada busbar B dan
mengirimkan sinyal direct transfer trip.
3. Apabila PMT AB yang gagal trip, maka relai CBF akan mentripkan pengapitnya
(PMT A dan PMT B) serta mengirimkan sinyal direct transfer trip.
Relai CBF merupakan proteksi cadangan karena kerjanya menunggu proteksi
utama/proteksi cadangan bekerja terlebih dahulu. Relai CBF akan bekerja apabila
beberapa persyaratannya terpenuhi di antaranya :
1. Arus gangguan dideteksi oleh relai CBF (menggunakan relai OCR).
2. Ada initiate dari proteksi utama atau proteksi cadangan atau dari relai lock out.
3. Pada batas waktu tertentu PMT masih dalam kondisi menutup (close).
Komponen yang menyusun suatu sistem proteksi CBF adalah :
1. Relai Arus Lebih (OCR)
Relai arus lebih pada CBF berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan pada sistem
berdasarkan besar arus yang dideteksi relai.
2. Rangkaian Logika (Logic)
Rangkaian logika pada relai CBF berfungsi untuk membentuk suatu persyaratan yang
memungkinkan relai ini bekerja.
3. Rangkaian Intertrip
Rangkaian intertrip pada relai CBF berfungsi untuk mengirimkan sinyal direct transfer
trip (DTT) ke GI lawan sehingga gangguan bisa dilokalisir.
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1.2.4
Relai Short Zone Protection (SZP) merupakan jenis proteksi yang digunakan untuk
mengamankan daerah antara CT dan PMT pada diameter saat PMT tersebut dalam
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
kondisi terbuka (open). Apabila PMT dalam kondisi tertutup (close), daerah tersebut
diamankan oleh relai CCP.
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Relai frekuensi kurang merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi
penurunan frekuensi di sistem. Relai ini mendapat masukan dari tegangan sekunder
PT untuk mendeteksi adanya perubahan frekuensi di sistem. Namun relai ini akan blok
apabila tegangan masukan dari sekunder PT turun melebihi nilai tertentu.
10
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1.2.8 Discrepancy Control Switch
Discrepancy control switch adalah peralatan/saklar yang berfungsi untuk merubah
status PMT dan PMS dari posisi masuk (close) menjadi buka (open) ataupun dari
posisi buka menjadi masuk. Pengoperasian switch ini dilakukan dengan cara memutar,
menekan dan memutar ataupun memutar dan menekan. Switch ini dilengkapi dengan
lampu indikator ketidaksesuaian yang menerangkan status peralatan terkait.
11
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
1.2.11 Meter
Meter merupakan alat yang dapat memonitoring pembebanan busbar dan tegangan
yang terjadi. Beban busbar diukur dengan Amperemeter, sedangkan tegangan busbar
diukur dengan Voltmeter.
1.2.12 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Sistem proteksi busbar dan diameter yang sedang beroperasi memiliki potensi
mengalami kegagalan, gangguan dan kerusakan. Banyak kemungkinan yang bisa
menjadi penyebab kerusakan dan kegagalan sistem proteksi ini disebabkan oleh
karena sistem proteksi busbar dan diameter terdiri dari beberapa komponen yang
terpadu menjadi satu kesatuan. Setiap komponen tersebut memiliki potensi
kerusakan/kegagalan fungsi yang akan mengarah kepada kerusakan/kegagalan dari
seluruh sistem tersebut. Pola kerusakan pun memiliki banyak kemungkinan. Untuk
mengetahui peluang kerusakan dari setiap komponen dan seperti apa jalur
kerusakannya, digunakanlah metoda Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). FMEA
ini disusun dengan cara mengelompokan setiap komponen sistem proteksi busbar dan
diameter berdasarkan fungsinya. Tiap kelompok ini selanjutnya disebut sebagai SubSistem. Adapun sub-sistem yang menyusun sistem proteksi bay busbar dan diameter
di antaranya adalah :
1. Fungsi Diferensial Busbar
2. Fungsi Circulating Current
3. Fungsi Breaker Failure
4. Fungsi Short Zone
5. Fungsi OCR/GFR
6. Fungsi Tegangan Nol
7. Fungsi Frekuensi Kurang
8. Fungsi Control
FMEA untuk pemeliharaan proteksi busbar dan diameter terlampir.
2.
PEDOMAN PEMELIHARAAN
2.1
12
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
2. Inspeksi mingguan
3. Inspeksi bulanan
2.1.1 Inspeksi Harian
Inspeksi Harian dilakukan pada setiap hari kerja oleh petugas asisten supervisor
GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama. Inspeksi yang termasuk
dalam kategori ini adalah :
1. Kondisi relai proteksi Diferensial Busbar
2. Kondisi relai proteksi Circulating Current
3. Kondisi relai proteksi OCR/GFR
4. Kondisi relai trip circuit supervisi 1
5. Kondisi relai trip circuit supervisi 2
2.1.2
Inspeksi Mingguan
Inspeksi Mingguan dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu minggu
oleh petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang
sama. Pemeriksaan yang dilakukan dalam inspeksi mingguan meliputi :
1. Suhu ruangan
2. Kelembaban ruangan
3. Kondisi masing-masing panel proteksi meliputi :
a. Suara (Normal/Tidak Normal)
b. Bau (Normal/Bangkai/Hangus)
c. Grounding panel (Normal/Korosi/Rantas/Kendor/Hilang)
d. Terminasi wiring (Normal/Korosi/Panas)
4. Kondisi panas diukur menggunakan thermogun
a. Kabel kontrol (Normal/Terkelupas)
5. Kondisi relai proteksi breaker failure/short zone
6. Kondisi relai tegangan nol
7. Kondisi relai frekuensi kurang
8. Kondisi panel kontrol bay kopel atau diameter
2.1.3 Inspeksi Bulanan
Inspeksi Bulanan dilakukan pada hari kerja dan dilakukan sekali dalam satu bulan oleh
petugas asisten supervisor GI/GITET dan dilaporkan hasilnya pada hari yang sama.
Inspeksi Bulanan meliputi :
1. Kondisi umum panel proteksi
a. Kondisi panel (Normal/Kotor/Lembab)
b. Lampu penerangan panel (Normal/Redup/Tidak berfungsi/Hilang)
c. Heater (Normal/Rusak/Hilang)
d. Pintu Panel (Normal/Korosi/Tidak bisa dikunci /Hilang)
13
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
e. Door Sealant (Normal/Tidak Elastis/Putus/Hilang)
f. Lubang Kabel Kontrol (Normal/Tidak Rapat/Glen Kabel tidak ada)
Kondisi Amperemeter
Kondisi kV-Meter (R, S, T)
Kondisi MW-Meter
Kondisi MVar-Meter
Kondisi kWH-Meter
a. kWH-Meter IN
b. kWH-Meter OUT
7. Kondisi Annunciator
8. Kondisi Sirkit Voltage Selection
2.
3.
4.
5.
6.
2.2
14
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
2.3
Shutdown Testing/Measurement /
Bertegangan
Pengujian Dalam
Keadaan Tidak
Shutdown testing/measurement dilakukan pada saat busbar, diameter atau bay kopel
dalam keadaan tidak bertegangan/padam. Pekerjaan ini dilakukan secara rutin di
setiap pemeliharaan maupun pada saat investigasi ketidaknormalan proteksi (anomali).
2.3.1 Pengujian Relai Diferensial Busbar
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai diferensial
busbar dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja
juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai diferensial busbar.
1. Pengujian arus/tegangan kerja relai
a. Relai diferensial busbar low impedance dan high impedance tipe arus
Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai diferensial,
dimulai dari nilai arus yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap sampai
didapatkan nilai arus yang membuat relai diferensial bekerja/trip.
b. Relai diferensial busbar high impedance tipe tegangan
Pengujian tegangan kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan tegangan pada relai
diferensial, dimulai dari nilai tegangan yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap
sampai didapatkan nilai tegangan yang membuat relai diferensial kerja/trip.
2. Pengujian slope
Pengujian slope hanya dilakukan pada relai diferensial busbar low impedance.
Pengujian slope dilakukan untuk mendapatkan beberapa nilai arus diff kerja pada
beberapa nilai arus restrain dan menggambarkan karakteristik slope dari rele
diferensial low impedance.
3. Pengukuran waktu kerja relai
Mengukur waktu kerja relai diferensial mulai dari relai itu mendapat injeksi
arus/tegangan sampai relai tersebut bekerja.
Pengujian individu relai diferensial busbar dilakukan setiap :
a. Secara rutin 6 tahun sekali.
b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul relai.
c. Setiap penambahan bay.
15
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
2.3.2
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus/tegangan kerja dari relai circulating
current dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus/tegangan kerja
juga dilakukan pengukuran kecepatan waktu kerja relai circulating current.
1. Pengujian arus/tegangan kerja relai
a. Relai CCP low impedance dan CCP high impedance tipe arus
Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai CCP,
dimulai dari nilai arus yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap hingga
didapatkan nilai arus yang membuat relai CCP bekerja/trip.
b. Relai CCP high impedance tipe tegangan
Pengujian tegangan kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan tegangan pada relai
CCP, dimulai dari nilai tegangan yang relatif kecil dan dinaikkan secara bertahap
hingga didapatkan nilai tegangan yang membuat relai CCP kerja/trip.
Pengujian individu relai circulating current dilakukan setiap :
a. Secara rutin 6 tahun sekali.
b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di
relai.
2.3.3
Pengujian Relai Circuit Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja dari relai breaker failure dan relai
short zone dibandingkan dengan nilai settingnya. Selain pengujian arus kerja juga
dilakukan pengujian waktu kerja relai dibandingkan dengan setting waktunya.
1. Pengujian arus kerja relai
Pengujian arus kerja relai dilakukan dengan menginjeksikan arus secara bertahap
pada relai CBF dan SZP sehingga didapatkan nilai arus yang membuat relai
bekerja/trip.
2. Pengukuran waktu kerja relai.
Mengukur waktu kerja relai CBF dan SZP mulai dari relai itu mendapat injeksi
arus/tegangan sampai relai tersebut bekerja.
Pengujian individu relai circuit breaker failure dilakukan setiap :
a. Secara rutin 6 tahun sekali.
16
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
b. b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di
relai.
2.3.4 Pengujian Relai Arus Lebih/Relai Gangguan Tanah (OCR/GFR)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui arus kerja, arus reset/kembali, waktu kerja
dan karakteristik dari relai OCR/GFR dengan nilai settingnya.
a. Arus kerja minimum (pick-up) dan arus kembali (drop-off)
Pengujian ini dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai OCR/GFR di bawah
nilai setting arusnya kemudian dinaikkan secara bertahap hingga didapatkan nilai arus
kerja minimum yang membuat relai OCR/GFR pick-up/starting. Setelah itu, arus injeksi
diturunkan secara bertahap hingga didapatkan besaran arus yang membuat relai
OCR/GFR reset (drop-off).
b. Karakteristik waktu kerja relai
Pengujian karakteristik relai dilakukan dengan menginjeksikan arus pada relai
OCR/GFR sebesar 2xIset, 3xIset dan 5xIset dan mengukur waktu kerja relai. Catat nilai
arus uji dan waktu kerja relai OCR/GFR tersebut ke dalam blangko pengujian.
Pengujian individu relai OCR/GFR dilakukan setiap :
a. Secara rutin 2 tahun sekali untuk relai elektromekanik dan elektrostatik dan 6 tahun
untuk relai numerik/digital.
b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau penggantian modul di
relai.
2.3.5 Pengujian Relai Tegangan Nol
Pengujian relai tegangan nol dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai apabila
semua input tegangan tidak mendapatkan supply. Pengujian relai tegangan nol
dilakukan dengan cara menginjeksikan tegangan pengukuran ke terminal masukkan
relai dari nilai tegangan pengenal, kemudian tegangan dihilangkan. Pengujian individu
relai relai tegangan nol dilakukan setiap :
a. Secara rutin 6 tahun sekali.
b. Setiap dilakukan perubahan setting relai, logic relai atau rekonfigurasi tripping ke
PMT.
2.3.6 Pengujian Relai Frekuensi Kurang
Pengujian relai frekuensi kurang dilakukan untuk memastikan unjuk kerja relai pada
saat terjadi penurunan frekuensi di sistem. Pengujian ini dilakukan dengan cara
mencari nilai frekuensi kerja, frekuensi reset, setting df/dt serta nilai under voltage
blocking. Pengujian individu relai frekuensi kurang dilakukan setiap :
17
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
a.
b.
2.3.7
Kalibrasi Meter
2.4
Shutdown function check dilakukan untuk mengetahui fungsi dari relai-relai proteksi
busbar dan diameter maupun indikator yang ada pada bay tersebut. Item item yang
harus diperiksa pada saat shutdown function test adalah sbb :
2.4.1 Function Test Relai Diferensial Busbar
Pengujian function relai diferensial busbar dilakukan untuk melihat skema tripping relai
proteksi busbar. Untuk menguji skema relai proteksi busbar secara keseluruhan
dilakukan dengan cara memadamkan semua bay pada GI/GITET atau dengan cara
melakukan pemadaman secara bergantian pada setiap bay di GI/GITET tersebut.
1. Pengujian fungsi relai diferensial busbar dilakukan secara rutin setiap 6 tahun
sekali untuk menguji skema dan sistem tripping untuk setiap bay.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau setting relai.
2.4.2
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan intertrip dari relai circulating
current. Pengujian fungsi relai circulating current dilakukan setiap :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai CCP.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT.
3. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus uji intertrip).
2.4.3 Pengujian Relai Breaker Failure (CBF) dan Relai Short Zone (SZP)
Pengujian function relai breaker failure dan relai short zone dilakukan untuk menguji
skema tripping relai tersebut. Untuk menguji skema proteksi ini secara keseluruhan,
dilakukan dengan cara memadamkan semua bay pada GI/GITET atau dengan cara
melakukan pemadaman secara bergantian pada setiap bay di GI/GITET tersebut.
18
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Pengujian fungsi relai breaker failure dan relai short zone dilakukan :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji skema dan sistem tripping ke
PMT.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT.
3. Setiap dilakukan penggantian peralatan teleproteksi (khusus test intertrip).
2.4.4 Pengujian relai OCR/GFR
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai OCR/GFR.
Pengujian fungsi relai OCR/GFR dilakukan :
1. Secara rutin setiap 2 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai OCR/GFR.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT.
2.4.5 Pengujian Relai Tegangan Nol
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai tegangan nol.
Pengujian fungsi relai tegangan nol dilakukan setiap :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai tegangan nol.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT.
2.4.6 Pengujian Relai Frekuensi Kurang
Pengujian ini bertujuan untuk menguji sistem tripping dan alarm dari relai frekuensi
kurang. Pengujian fungsi relai frekuensi kurang dilakukan setiap :
1. Secara rutin setiap 6 tahun sekali untuk menguji sistem tripping setiap bay/PMT
yang ditripkan oleh relai frekuensi kurang.
2. Setiap dilakukan penggantian relai atau penggantian PMT.
2.5
Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, hal pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan identifikasi gangguan seperti waktu terjadinya gangguan,
lokasi gangguan dan fasa apa yang terganggu. Setelah itu dilakukan investigasi
peralatan proteksi mana saja yang harus bekerja untuk melokalisir gangguan tersebut.
Dari data-data gangguan yang diperoleh, dapat dianalisa proteksi mana saja yang
bekerja dengan benar dan proteksi mana yang salah bekerja.
Proteksi utama busbar dan diameter harus bekerja paling awal saat terjadi gangguan
pada busbar atau diameter. Apabila proteksi utama ini gagal, maka sistem proteksi
19
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
cadangan yang harus bekerja melokalisir gangguan tersebut. Adapun kegagalankegagalan yang biasa terjadi pada sistem proteksi di antaranya :
1. Tidak sensitif yaitu sistem proteksi tidak bekerja pada nilai settingnya (di bawah
atau di atas nilai settingnya).
2. Tidak selektif yaitu bekerja pada saat terjadi gangguan di luar daerah
proteksiannya.
3. Tidak cepat yaitu sistem proteksi bekerja lebih lambat dari setting waktunya.
4. Gagal bekerja yaitu relai proteksi tidak mendeteksi gangguan atau relai proteksi
berhasil mendeteksi gangguan namun gagal membuka pemutus tenaga (PMT)
pada saat terjadi gangguan dalam daerah proteksiannya.
Hal-hal yang harus dilakukan apabila terjadi kegagalan kerja pada sistem proteksi
busbar dan diameter adalah :
1. Tidak sensitif
Hal-hal yang harus dilakukan yaitu :
a. Uji individu untuk melihat karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja.
b. Jika diperlukan dilakukan pengujian comtrade untuk melihat respon relai terhadap
gangguan yang terjadi (khusus untuk relai jenis numerik).
2. Tidak selektif
a. Periksa rangkaian pengawatan arus/tegangan dari CT/PT ke relai.
b. Uji Comtrade (jika diperlukan).
c. Pengujian kestabilan (stability test) terkait adanya malakerja relai diferensial busbar
dan relai circulating current.
d. Pengujian kestabilan terkait adanya penggantian relai diferensial busbar/circulating
current ataupun penggantian CT bay/diameter.
3. Tidak Cepat
a. Uji waktu kerja relai proteksi, relai-relai bantu dan relai lockout.
b. Uji Comtrade (jika diperlukan).
4. Gagal bekerja
a. Evaluasi nilai setting.
b. Uji karakteristik relai terkait yang mengalami malakerja, meliputi uji arus/tegangan
kerja dan waktu kerja relai proteksi.
c. Uji Comtrade (jika diperlukan).
d. Uji individu relai lockout dan relai-relai bantu, meliputi tegangan dan waktu kerja.
e. Periksa rangkaian pengawatan CT/PT, rangkaian logic, rangkaian trip dan
rangkaian catu daya.
f. Uji kestabilan (stability test).
g. Periksa sinyal trip pada tripping coil PMT.
20
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Shutdown Testing
Uji Individual relai
In Service
Measurement
In Service
Inspection
Untuk
memastikan
semua rangkaian arus
dan tegangan dalam
kondisi normal sebelum
dilakukan
shutdown
testing
In Service
Measurement
Untuk
memastikan
semua rangkaian arus
dan tegangan dalam
kondisi normal sesudah
dilakukan
shutdown
testing
Instalasi di
Offkan
Shutdown Function
Uji Fungsi
Instalasi di
Operasikan
1. Fungsi Trip
2. Fungsi Alarm
3. Annunsiator
4. Fault Clearing Time
21
Relai Differensial
Busbar/Relai
Circulating Current
1. Uji arus/tegangan kerja
minimum
2. Uji waktu kerja
Relai CBF/Relai
SZP/OCR/GFR
1. Uji arus kerja
minimum
2. Uji arus drop-off
3. Uji waktu kerja
Relai Tegangan Nol
1. Uji tegangan kerja
minimum
2. Uji waktu kerja
Relai Frekuensi Kurang
1. Uji frekuensi kerja
minimum
2. Uji frekuensi drop off
3. Uji waktu kerja
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
3.
EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN
Hasil pemeliharaan perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti segera apabila ditemukan
ketidaknormalan relai proteksi busbar dan diamater, sehingga penyaluran tenaga listrik
tidak terhambat karena adanya ketidaknormalan relai proteksi. Evaluasi pemeliharaan
tersebut harus mengacu pada standar yang ditentukan.
3.1
Standar
Suhu Ruangan
20 - 24 C
Kelembaban
< 70 %
Bersih
Lampu Penerangan
Terang
Heater
Ada, baik
Pintu Panel
Tidak korosi
Door Sealant
Baik, elastis
Tertutup rapat
Suara
Tidak ada
Bau
Tidak berbau
Grounding Panel
10
Terminasi Wiring
Kencang,
karatan
11
Kabel Kontrol
Tidak
putus
cacat/Tidak
12
Tidak
putus
cacat/Tidak
tidak
Normal, LED in
service nyala
Normal, LED in
service nyala
Normal, LED in
service nyala
22
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Normal,
LED
service nyala
in
Normal,
LED
service nyala
in
Normal,
LED
service nyala
in
Normal,
LED
service nyala
in
LED/bendera
muncul
Normal,
LED
service nyala
tidak
in
Ampere Meter
Normal, terbaca
Normal, terbaca
Selector Switch
3
MW Meter
Normal, terbaca
Mvar Meter
Normal, terbaca
kWh Meter
3.2
Normal
KWh IN
Normal, terbaca
KWh OUT
Normal, terbaca
Normal,
menyala
pada test lamp
Announciator Lampu
In service measurement mengacu pada ada atau tidaknya arus dan tegangan sesuai
fungsi relai proteksi.
Tabel 3.2 Standar Acuan Pemeliharaan In Service Measurement
Item Relai
Acuan
Relai
Diferensial
Circulating Current
Impedance
Busbar
/
Jenis Low
23
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Item Relai
Acuan
3.3
Pengujian individual relai proteksi harus mengacu pada akurasi dari pabrikan, dan
dapat dilihat dari manual buku pabrikan. Standar akurasi ini terdiri dari akurasi arus
kerja dan akurasi waktu kerja. Kesalahannya harus lebih kecil atau sama dengan
akurasi yang dinyatakan di buku manual pabrikan.
Kesalahan (error) dinyatakan melalui :
Error =
x 100%
Nilai setting
: + 5% + 10 ms
3.4
3.4.1
Pengujian fungsi sistem proteksi hingga PMT dilakukan untuk memastikan bahwa
sistem proteksi berfungsi dengan benar mulai dari peralatan primer hingga PMT, dan
dilakukan melalui injeksi primer, dan memastikan gangguan yang terjadi akan
menghasilkan alarm dan indikasi annunciator yang benar ke panel kontrol.
24
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
3.4.2
Pengujian ini harus mengacu kepada grid code untuk masing-masing level tegangan
sistem. Waktu pemutusan gangguan (fault clearing time) di jaringan, mulai dari saat
terjadi gangguan hingga padamnya busur listrik oleh terbukanya Pemutus Tenaga
(PMT), harus kurang dari atau sama dengan :
Sistem 500 kV
Sistem 275 kV
Sistem 150 kV
Sistem 70 kV
: 90 ms
: 100 ms
: 120 ms
: 150 ms
4.
Rekomendasi
Rekomendasi yang dihasilkan harus mengacu kepada hasil pemeliharaan yang telah
dilakukan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.
25
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
4.1
No
1
Pemeriksaan
Kondisi suhu ruang proteksi dan kontrol
Kondisi
Panas atau Lembab
Rekomendasi
Periksa
ruangan,
lingkungan
Periksa
dan
perbaiki
sistem AC pendingin
2
Kondisi heater
- Kotor
- Dibersihkan
- Berkarat
- Dicat
- Diperiksa
- Periksa
- Diganti
- Diganti
-
- Korosi
- Dicat
- Diperbaiki
- Diganti
- Berlubang
- Ditutup rapat
Suara
- Tidak normal
Bau
- Tidak normal
Grounding Panel
- Kendor
- Diperbaiki
- Diganti
- Kendor
- Diperbaiki
- Panas, Korosi
- Diganti
Terminasi Wiring
Kabel Kontrol
- Terkelupas
- Diisolasi, diganti
- Terkelupas
- Diisolasi, diganti
- Cek Supplai DC
- Periksa
Supplai
card
DC
- Ganti relai
4
Bekerja
26
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
No
5
4.2
Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Kondisi meter-meter
- Analog
- Digital
Displai padam
Kondisi annunciator
Lampu padam
Ganti lampu
No
Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
Periksa rangkaian input
sistem proteksi diferensial
busbar dan circulating
current
Periksa rangkaian input
sistem proteksi diferensial
busbar dan circulating
current
Periksa rangkaian input
sistem proteksi breaker
failure dan short zone
protection
Relai
diferensial
circulating current
high impedance
dan
jenis
Relai
diferensial
dan
circulating current jenis low
impedance
Relai
(GFR)
gangguan
tanah
input
27
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
4.3
No
Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi/tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Waktu kerja
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Waktu kerja
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
28
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
3
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Rasio DO/PU
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Waktu kerja
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Rasio DO/PU
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Waktu kerja
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
29
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
5
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Rasio DO/PU
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Frekuensi df/dt
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
Waktu kerja
> standar
Relai elektromekanik :
- Kalibrasi / tuning
- Ganti relai
Relai elektrostatik / numerik :
- Periksa card,
- Ganti card
- Ganti relai
30
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
4.4
No
Pemeriksaan
Kondisi
Rekomendasi
dengan
regu
pemeliharaan PMT.
Alarm
dan
announciator
tidak bekerja
pemutusan.
standar acuan
31
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
32
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
33
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
34
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
35
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 3. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Low Impedance Tipe Arus
36
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 4. Blangko Pengujian Relai Diferensial Busbar Lom Impedance Tipe Tegangan
37
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 5. Blangko Pengujian Relai CCP Tipe Tegangan
38
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 6. Blangko Pengujian Relai CCP Tipe Arus
39
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 7. Blangko Pengujian Relai CBF/SZP
40
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 8. Blangko Pengujian Relai Tegangan Nol
41
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 9. Blangko Pengujian Relai Frekuensi Kurang
42
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 10. Blangko In Service Inspection periode harian
43
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 11. Blangko In Service Inspection periode mingguan
44
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 12. Blangko In Service Inspection periode bulanan
45
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lanjutan Blangko In Service Inspection periode bulanan
46
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
Lampiran 13.Bangko In Service Measurement
47
PT PLN (Persero)
PROTEKSI DAN KONTROL BUSBAR
GLOSARRY
1. Inservice
Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.
2. Inservice Inspection
Pemeriksaan Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi bertegangan
menggunakan panca indera.
3. Inservice Measurement
Pengujian atau pengukuran peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan menggunakan alat bantu.
4. Shutdown Testing/Measurement
Pengujian/pengukuran Peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak
bertegangan.
5. Shutdown Function Check
Pengujian fungsi peralatan penyaluran tenaga listrik dalam kondisi tidak
bertegangan.
6. Pengujian /Pemeriksaan Setelah Gangguan
Pengujian / Pemeriksaan yang dilakukan setelah terjadi gangguan pada
peralatan penyaluran tenaga listrik.
7. FMEA (Failure Mode Effect Analysis)
Metode evaluasi peralatan untuk meningkatkan availability dengan cara
mendeteksi kemungkinan kemungkinan kelemahan desain dan penyebab
kerusakan dominan.
48