Diaper Rash
Diaper Rash
DIAPER RASH
BAB I
PENDAHULUAN
Diaper rash adalah dermatitis yang umum terjadi pada area popok pada
kulit bayi. Prevalensi tertinggi terjadi antara usia 6 hingga 12 bulan. Dermatitis
popok juga dapat ditemukan pada orang dewasa dengan inkontinensia urin atau
feses. 2 Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan diaper rash
yaitu maserasi air, gesekan, urin, feses, perawatan kulit yang salah,
mikroorganisme, antibiotik dan diare ;
Gesekan
Urin
Normalnya bayi yang baru lahir buang air lebih dari 20 kali dalam 24
jam. Frekuensi akan berkurang menjadi rata-rata tujuh kali dalam 24 jam
pada usia 12 bulan. Selama bertahun-tahun amonia diyakini yang
diproduksi oleh bakteri dari urea dalam urin bayi, adalah penyebab utama
iritasi diaper rash namun hal ini tidak terbukti. 1-3
Feses
Feses pada bayi mengandung substansial jumlah protease dan lipase
pankreas yang diproduksi dalam usus oleh berbagai bakteri. Efek iritasi
dari enzim tersebut dapat meningkat oleh banyak faktor, terutama pH
tinggi. Salah satu faktor yang telah terbukti mempengaruhi pH feses adalah
makanan bayi, pH yang lebih tinggi ditemukan dalam susu susu formula
bayi sapi. Enzim urease diproduksi oleh berbagai bakteri feses, dan
memiliki efek meningkatkan pH bila dicampur dengan air kencing.
peningkatan pH meningkatkan aktivitas lipase feses dan protease. (1-3)
Antibiotik
Diare
Produksi tinja cair berhubungan dengan pemendekan waktu transit di
usus, dan feses tersebut mengandung jumlah yang lebih besar dari sisa-sisa
enzim pencernan. 1
Diaper Rash disebabkan dari kontak yang terlalu lama terhadap kelembaban
dan isi dari popok (yaitu, urin dan feses). Iritan utama dalam situasi ini adalah
protease tinja dan lipase, yang aktivitasnya meningkat pesat dengan pH yang
tinggi. Permukaan kulit yang asam (pH netral atau rendah) sangat penting untuk
pemeliharaan mikroflora normal, yang memberikan perlindungan antimikroba
bawaan terhadap invasi oleh bakteri pathogen serta jamur. Lipase feses dan
aktivitas
protease
juga
sangat
meningkat
dengan
percepatan
transit
BAB II
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
Seperti yang kita ketahui prevalensi tertinggi terjadinya napkin dermatitis
yaitu pada usia 6-12 bulan. Untuk menegakkan diagnosa melalui anamnesis kita
dapat secara langsung bertanya melalui orang tua atau kepada perawat yang
sehari-hari mengganti popok (heteroanamnesis). Begitu juga dengan dewasa
yang mengalami inkontinensia atau tidak sadar. Adapun informasi yang penting
untuk didapatkan antara lain frekuensi mengganti popok dalam sehari, hal ini
penting untuk menentukan faktor penyebab terjadinya diaper rash. Selain itu kita
menanyakan lokasi ruam, gambaran karateristik ruam, waktu munculnya ruam
dan sudah berapa lama ruam tersebut muncul. Adapun beberapa informasi yang
perlu kita tambahkan dalam anamnesis untuk mendiagnosa diaper rash seperti
adanya rasa nyeri, gatal, demam, pilek, sakit tenggorokan atau infeksi kulit yang
diderita pasien. Hal ini untuk mencari adanya tanda-tanda infeksi. Setelah itu
informasi tambahan lainnya berguna untuk menentukan faktor resiko diaper rash
seperti faktor diet atau makanan yang dikonsumsi sehari-hari, adanya alergi pada
makanan atau adanya riwayat keluarga dengan kondisi serupa. Informasi penting
lainnya yang perlu didapatkan pada pasien diaper rash yaitu faktor yang
memperburuk, dan faktor-faktor apa saja yang mungkin mengatasi masalah dan
juga apakah ada trauma kulit yang pernah dialami penderita, seperti luka bakar
dari air panas.
B. Pemeriksaan Fisis
Untuk menegakkan diagnosis diaper rash melalui pemeriksaan fisik, hal yang
perlu dilakukan adalah melihat gejala klinis. Dengan melakukan inspeksi secara
teliti serta anamnesis yang tepat diagnosis diaper rash dapat ditegakkan. Adapun
gambaran bentuk klinis yang harus diperhatikan antara lain ; Diaper rash sering
tidak terlihat pada 3 minggu kehidupan pertama. Waktu yang paling sering
terlihat saat hari ketiga diminggu 12, dan prevelansi puncak terlihat antara bulan
ketuju dan duabelas.1
Dermatitis popok mempunyai bentuk klinis yang beragam tergantung
penyebabnya.
1. Dermatitis popok kontak iritan
Merupakan bentuk dermatitis yang paling banyak. Dermatitis popok ini bisa
terjadi pada segala usia. Gambaran klinis berlokasi pada daerah popok yang
cembung dan berkontak erat dengan popok. Lesinya berupa ruam yang basah,
eritematous, kadang-kadang dijumpai skuama dan erosi.
2. Dermatitis popok kandida
Merupakan bentuk dermatitis popok kedua tersering. Lesi berupa plak
eritema, berskuama,berbatas tegas disertai lesi satelit. Kadang-kadang dermatitis
popok kandida ini bersamaan dengan oral trush.
3. Miliaria rubra (MR)
Biasanya dijumpai pada bokong yang tertutup popok plastik yang
menyebabkan muara kelenjar ekrin yang tertutup. Miliaria rubra juga bisa
dijumpai pada daerah lipatan, leher dan dada bagian atas.
4. Pseudoveritocous papules dan nodules
Dijumpai pada daerah popok dan perianal dan kelainan ini disebabkan
kelembaban yang berlama-lama.
C. Pemeriksaan Penunjang
Keadaan diaper rash umumnya dapat didiagnosis secara klinis, pemeriksaan
penunjang memiliki beberapa keterbatasan dan kekurangan dalam mendiagnosis
dermatitis ini. Namun pemeriksaan penunjang kadang kala digunakan untuk
eliminasi diagnosa banding lainnya4
Tes Rutin :
Hitung darah lengkap dapat membantu terutama jika ada demam atau diduga
infeksi sekunder.Jika hasil tes ditemukan anemia menandakan keadaan
berkaitan dengan hepatosplenomegali dengan kemungkinan diagnosis
Histiositosis sel Langerhans atau sifilis kongenital. Jika dicurigai sifilis
kongenital, serologi yang relevan harus dikirim bidang pemeriksaan
mikroskopis gelap untuk spirochetes dari setiap kerokan lesi bulosa yang
dapat dilakukan.
Kultur dari lesi yang mengering serta infeksi yang sudah jelas diindikasikan
untuk tes sensitifitas antibiotik.
Pewarnaan Gram atau kultur bula karakteristik impetigo untuk S. aureus dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis ini. Kultur rutin menunjukkan
infeksi polimikrobial (misalnya, streptokokus, Enterobacteriaceae, dan
anaerob) dalam hampir satu setengah dari kasus.
Kerokan Kalium hidroksida (KOH) dari lesi pustul dapat menunjukkan
pseudohyphae dalam kasus dugaan kandidiasis.
Jika ditemukan tungau dapat didiagnosa skabies.
Tes lain :
D. Diagnosis Banding
Diagnosis diaper rash antara lain psoriasis vulgaris, candidiasis, dermatitis
seboroik, dermatitis atopik, acrodermatitis enteropathica. Dalam psoriasis
vulgaris dapat terlihat adanya plak eritematosa yang berbatas tegas, dan skuama
halus putih. Jika erupsi mempengaruhi daerah inguinal secara terus menerus
hingga lebih dari 72 jam maka dapat dicurigai diagnosa kandidiasis. Ketika
infeksi bakteri berlapis, bagian dalam erosi, sehingga terbentuk krusta kuning
dan impetiginisasi terlihat. Dermatitis seboroik ditandai dengan kuning
deskuamasi kuning pada latar belakang eritematosa. Rambut, wajah dan daerah
intertriginosa akan terpengaruh. Dermatitis atopik dapat menyebabkan erupsi
umum di wajah dan permukaan tubuh dan jarang terlihat pada bayi kurang dari 6
bulan.
terlihat terutama pada bayi tidak menyusui penyakit ini memiliki trias klasik
yaitu dermatitis, diare dan alopecia. 3
BAB III
PENATALAKSANAAN
Dasar Pengobatan
Menjaga area popok tetap bersih dan kering adalah hal yang sulit,
namun hal ini adalah dasar dari semua pengobatan diaper rash. Secara
teoritis, anak diperbolehkan untuk dibebaskan dari penggunaan popok hal ini
juga baik untuk memastikan area kering secara sempurna, namun hal ini akan
mengganggu jam tidur pada keadaan tertentu. Pastikan jenis popok yang
dipakai adalah jenis superabsorben yang hanya dipakai sekali dan diganti
secara berkala. Area popok harus dibersihkan secarah menyeluruh dan
dikeringkan. Daerah harus dibersihkan pada setiap penggantian popok dengan
krim berair dan air. 5
Strategi praktis digunakan untuk memerangi dermatitis popok
termasuk mengganti popok kotor secepat mungkin dan menggunakan popok
sekali pakai, yang telah dirancang untuk menyerap kelembaban dalam popok
dan mengurangi kelembaban terhadap kulit. Popok sekali pakai diciptakan
dengan bahan gel penyerap dan bahan microbreatheable yang berpengaruh
terhadap penurunan dermatitis popok. Adapun popok yang dianjurkan oleh
dokter ahli antara lain bahan pembentuk gel penyerap, yang banyak dipakai
pada popok untuk penyerapan, terdiri dari cross-linked natrium poliakrilat
yang mengikat air dalam matriks gel. RUPS memiliki penyangga kapasitas
untuk mengontrol pH, dan tingkat penyerapan yang cepat membantu untuk
memisahkan urine dari kotoran. Popok mengandung gel diberi label sebagai
"penyerap super," dan tersedia dari produsen utama (seperti Pampers, Procter
and Gamble atau Huggies, Kimberly-Clark), serta banyak versi toko-merek
dari produk ini. Juga mengandung liners kain bernapas yang mengurangi
kontak antara dan kelembaban kulit. Sebagian dokter anak juga tahu, "barrier
10
sebagai
pilihan
pengobatan
untuk
diaper
rush,
meskipun
potensi
agen.
oklusi-sejak
popok-ditunjukkan
untuk
11
kontak iritan dermatitis. Sebuah varian yang bahkan jarang adalah Jacquet
popok erosive dermatitis, ditandai oleh menekan keluar bisul atau erosi
dengan margin yang tinggi. Umumnya digunakan topical antijamur untuk
manajemen dermatitis popok termasuk nistatin, clotrimazole,dan miconazole.
Dalam beberapa percobaan, clotrimazole ditemukan unggul dari nistatin
dalam hal pengurangan gejala skor dan Investigator global Assessment, tapi
kedua agen mencapai 100 persen mikrobiologi cure. Dalam uji coba terkontrol
nitrat miconazole 0,25% salep, tingkat kesembuhan mikrobiologis adalah 50
persen untuk pengobatan aktif dibandingkan dengan 23% untuk control. 6
Adapun pencegahan terjadinya keadaan diaper rash yaitu
Jika tanda munculnya diaper rash mulai terlihat, gunakan zinc oxide
(salep topikal yang dioleskan sebagai bahan kedap air)
12
tidak lagi dipakai. Namun, dalam beberapa anak-anak, erupsi di daerah popok
menjadi pertanda dari kerentanan suatu gangguan kulit kronik, terutama psoriasis dan
dermatitis atopik. Karena dermatitis atopik sering diawali dengan dermatitis popok.
Ada baiknya tidak terlalu optimis memberitahukan prognosis terhadap orangtua. 1
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Rook A, Wilkinson DS, Ebling FJG. 2010. Textbook of Dermatology. 8th ed.
Blackwell Science: Malden.
2. William D. James TGB, Dirk M. Elston. Andrew's Diseases of The Skin:
Clinical Dermatology. 11th ed. Canada: Sanders Elsevier; 2011.
3. Server Serdaroglu, Tugba K. Ustunbas. Diaper Dermatitis (Napkin Dermatitis,
Nappy Rash). Journal of the Turkish Academy of Dermatology. 2010. J Turk
Acad Dermatol.
4. Rachel Cadalina. Diaper Rash Clinical Considerations and Evaluation
5. John Hunter JSaMD. Clinical Dermatology. 4rd ed. Australia: Blackwell
Publishing; 2013.
6. Joseph Bikowski. Update on Prevention and Treatment of Diaper Dermatitis.
July/August 2010. Practical Dermatoly of Pediatrics
14