Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Hani Nukivera/012116404
Pembimbing:
dr. Slamet Widi S., Sp.A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A
dr. Neni Sumarni, Sp.A
I.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: An. F
II.
Umur
: 2 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
Bangsal
: Nakula
Masuk RS
: 20 Januari 2016
Nama Ayah
: Tn. K
Umur
: 26 tahun
Pekerjaan
: Swasta
Nama Ibu
: Ny. I
Umur
: 23 Tahun
Pekerjaan
: Swasta
DATA DASAR
Anamnesis ( Alloanamnesis )
Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan pada tanggal 21 Januari 2016
pukul 8.00 WIB di Ruang Nakula Kamar 4.5 dan didukung dengan catatan medis.
a. Keluhan utama
: Panas
b. Keluhan Tambahan
: Sering Buang Air Kecil
c. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari sebelum masuk Rumah Sakit panas tinggi mendadak terus menerus,
panas sudah diobati kemudian sempat turun dan panas tinggi lagi, ibu pasien
mengatakan anaknya tidak batuk pilek, gusi tidak berdarah, tidak sesak nafas, tidak
ada bintik-bintik merah di kulit, makan dan minum kurang dari biasanya, badan
tidak menggigil, tidak ada kejang, tidak ada nyeri sendi. Selain itu ibu pasien
mengatakan pasien sempat mual dan muntah 2 kali, muntah seperti yang dimakan
dan minum, sering buang air kecil, BAK sehari lebih dari 10 kali, dengan jumlah
sedikit, warna urin kuning jernih, badan tampak lemas, dan anak rewel.
1 hari sebelum masuk Rumah Sakit badan semakin lemas, tidak mau makan
dan minum, demam tinggi, anak rewel, anak sempat mimisan ketika bangun tidur
selama kurang dari 1 menit, banyaknya darah sekitar 1 lembar tissue, mual muntah
1 kali seperti apa yang dimakan dan minum. BAK masih sering dengan jumlah
sedikit, BAB normal seperti biasa. Kemudian dibawa orang tuanya ke IGD RSUD
Kota Semarang. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum disunat.
1 hari setelah dirawat di rumah sakit panas mulai turun, tetapi anak masih
lemas dan rewel, mual muntah berkurang, BAK masih sering dengan jumlah
sedikit, BAB tidak ada keluhan, mau makan dan minum sedikit-sedikit.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sering menggunakan pampers setiap malam dan jarang diganti. Ibu
pasien mengatakan pemakaian pampers sejak mulai usia 19 bulan.
Ibu pasien mengatakan setelah BAB dan BAK selalu melakukan cara cebok
dengan benar.
perdarahan dan trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal.
Kesan : riwayat pemeliharaan prenatal baik
i. Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat.
Kesan : riwayat pemeliharaan postnatal baik
j. Riwayat Makan dan Minum Anak :
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 1,5 tahun. Setelah usia 6 bulan, selain
ASI anak juga mendapat diberikan makanan pendamping ASI berupa pisang yang
dilumat halus, bubur susu, nasi tim, dan buah. Mulai usia 1,5 tahun sampai
sekarang, anak diberikan makanan padat seperti anggota keluarga yang lain.
Kesan : kualitas dan kuantitas makanan baik
k. Riwayat Imunisasi :
BCG
: 1x (1 bulan ), scar (+) di lengan kanan atas
DPT
: 3x (2, 4, 6 bulan)
Polio
: 4x (0, 2, 4, 6 bulan)
Hepatitis B
: 3x (0, 1, 6 bulan)
Campak
: 1x (9 bulan)
Kesan : Imunisasi dasar sesuai dengan umur dan tepat waktu
l. Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak :
Pertumbuhan :
Pasien sering dibawa kontrol ke puskesmas untuk mengisi KMS dan selalu di
garis hijau.
Perkembangan :
Senyum
: 2 bulan
Miring : 3 bulan
Tengkurap
: 5 bulan
Duduk : 8 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan
: 12 bulan
Berbicara 1 kata : 12 bulan
Menyusun kalimat : 2 tahun
Saat ini anak berusia 2 tahun, berbicara lancar, interaksi dengan keluarga baik,
SD
1,3
3,5
1,1
Pemeriksaan Fisik
Tanggal 21 Januari 2016 pukul 8.00 WIB
Anak laki-laki usia 2 tahun, berat badan 11 kg, tinggi badan 90 cm.
Keadaan Umum
Tanda-tanda Vital :
-
Tekanan Darah
: 100/70 mm Hg
Nadi
: 104 x/ menit
Laju nafas
: 23x/ menit
Suhu
: 38,3 C
Status Internus
a.
Kepala
ada
kuduk.
b.
Kulit
c.
Mata
d.
Hidung
: bentuk normal, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-), epistaksis (+)
5
e.
Telinga
f.
Mulut
g.
Tenggorok : tonsil ukuran T1-T1, permukaan rata, kripte tonsil tidak melebar,
tidak hiperemis, faring hiperemis (-)
h.
Leher
Paru
- Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
mid clavicula
j. Abdomen :
-
Inspeksi
: datar
Auskultasi
: BU (+) normal
Perkusi
: timpani (+)
- Palpasi
l. Ekstremitas
6
IV.
Superior
Inferior
Akral Dingin
-/-
-/-
Akral Sianosis
-/-
-/-
Petechie
-/-
-/-
<2"
<2"
PEMERIKSAAN PENUNJANG
22/01
23/01
Normal
n
Hb
Ht
Leukosit
j.08.54
11,5
33,70
16,6
j.08.22
11,1
32,70
8,5
11-15 g/dL
40-52%
3,8-
98
10,6/mm3
150-400ml
Trombosit
j.20.00
13,0
34,50
17,6
68
59
Pemeriksaan Urin
Makroskopis
Warna
Kekeru
kuning
jernih
han
PH
Jamur
Protein
Reduks
i
Mikroskopis
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal
Amorf
Bakteri
Trikomonas
7,0
negatif
negatif
negatif
4-5
0-1
negatif
1-3
negatif
(+)
(+) 3
negatif
4,8-7,8
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Kesan
V.
RESUME
a. Keluhan utama
: Panas
b. Keluhan Tambahan
: Sering Buang Air Kecil
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Telah diperiksa seorang anak laki-laki usia 2 tahun, BB 11 kg, TB 90 cm
dengan keluhan 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit panas tinggi mendadak terus
menerus, panas sudah diobati kemudian sempat turun dan panas tinggi lagi, ibu
pasien mengatakan anaknya tidak batuk pilek, gusi tidak berdarah, tidak sesak
nafas, tidak ada bintik-bintik merah di kulit, makan dan minum kurang dari
biasanya, badan tidak menggigil, tidak ada kejang, tidak ada nyeri sendi. Selain itu
ibu pasien mengatakan pasien sempat mual dan muntah 2 kali, muntah seperti yang
dimakan dan minum, sering buang air kecil, BAK sehari lebih dari 10 kali, dengan
jumlah sedikit, warna urin kuning jernih, badan tampak lemas, dan anak rewel.
1 hari sebelum masuk Rumah Sakit badan semakin lemas, tidak mau makan
dan minum, demam tinggi, anak rewel, anak sempat mimisan ketika bangun tidur
selama kurang dari 1 menit, banyaknya darah sekitar 1 lembar tissue, mual muntah
1 kali seperti apa yang dimakan dan minum. BAK masih sering dengan jumlah
sedikit, BAB normal seperti biasa. Kemudian dibawa orang tuanya ke IGD RSUD
Kota Semarang. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya belum disunat.
1 hari setelah dirawat di rumah sakit panas mulai turun, tetapi anak masih
lemas dan rewel, mual muntah berkurang, BAK masih sering dengan jumlah
sedikit, BAB tidak ada keluhan, mau makan dan minum sedikit-sedikit.
d. Riwayat Penyakit Keluarga dan Lingkungan:
PEMERIKSAAN FISIK
Epistaksis (+)
OUE hiperemis
Test RL (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaa 20/01
22/01
23/01
Normal
n
Hb
Ht
Leukosit
j.08.54
11,5
33,70
16,6
j.08.22
11,1
32,70
8,5
11-15 g/dL
40-52%
3,8-
98
10,6/mm3
150-400ml
Trombosit
j.20.00
13,0
34,50
17,6
68
59
Pemeriksaan Urin
Makroskopis
Warna
Kekeru
kuning
jernih
han
PH
Jamur
Protein
Reduks
7,0
negatif
negatif
negatif
4,8-7,8
negatif
negatif
negatif
i
Mikroskopis
9
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Epitel
Kristal
Amorf
Bakteri
Trikomonas
4-5
0-1
negatif
1-3
negatif
(+)
(+) 3
negatif
negatif
VI.
DIAGNOSIS BANDING
Observasi febris (<7 hari):
1.
2.
3.
4.
DD
DHF
Chikungunya
ISPA
DIAGNOSIS SEMENTARA
1. DHF Grade II
2. ISK
VIII. TERAPI
Infus:
-
RL 77 cc/kgBB/jam
Injeksi:
10
Oral:
IX.
EDUKASI
Melakukan:
Proteksi diri dan keluarga dari gigitan nyamuk (tidak menggantung pakaian
sembarangan, menggunakan kelambu saat tidur, serta menggunakan lotion anti
nyamuk)
Abatasi: pada bak atau tempat penampungan air yang sulit dikuras, dapat ditaburkan
bubuk abate yang dapat membunuh jentik
Jaga kebersihan terutama dalam membersihkan genital anak setelah BAK maupun
BAB.
X.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
11
12
Adalah nyamuk yang hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak
di dalam rumah yaitu di tempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air disekitar rumah.
Biasanya nyamuk dewasa betina menisap darah pada pagi hari (8.00 10.00) dan
sore hari (15.00-17.00).
2. Aedes albopictus
Tempat habitatnya di tempat air jernih. Biasanya disekitar rumah atau pohonpohon, dimana tertampung air hujan yang besih yaitu pohon pisang, pandan,
kaleng bekas, dll.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia kasus demam berdarah pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya
dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang pada tahun 1968. Tahun-tahun selanjutnya
kasus DBD berfluktuasi jumlahnya setiap tahun dan cenderung meningkat. Demikian
juga wilayah yang terjangkit bertambah luas.
Pada awal terjadinya wabah di suatu negara, distribusi umur memperlihatkan jumlah
penderita terbanyak dari golongan anak berumur kurang dari 15 tahun (86-95%). Namun,
pada wabah-wabah selanjutnya, jumlah penderita yang digolongkan usia dewasa muda
meningkat. Di Indonesia penderita DBD terbanyak anak berumur 5-11 tahun. Proporsi
penderita yang berumur lebih dari 15 tahun sejak tahun 1984 meningkat. Secara
keseluruhan tidak terdapat perbedaan jenis kelamin penderita DBD tetapi penyebab
kematian lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Kejadian luar biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/
kematian oleh suatu penyakit menular tertentu yang bermakna secara epidemiologis, pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Khusus pada DBD, kriteria KLB-DBD bila
terjadi peningkatan dua kali atau lebih jumlah kasus DBD dalam suatu wilayah, dalam
kurun waktu 1 minggu/1 bulan yang sama pada tahun yang lalu.
13
PATOGENESIS
Virus dengue ditransmisi melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty atau Aedes
Albopictus. Vektor tersebut tersebar meluas di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan
dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia melalui gigitan nyamuk. Virus akan
berada di dalam darah sejak fase akut/fase demam hingga klinis demam menghilang.
Secara klinis, perjalanan penyakit dengue dibagi menjadi tiga, yaitu fase demam
(febrile), fase kritis, dan fase penyembuhan. Fase demam berlangsung pada demam hari ke-1
hingga 3, fase kritis terjadi pada demam hari ke 3 hingga 7, dan fase penyembuhan terjadi
setelah demam hari ke 6 7. Perjalanan penyakit tersebut menentukan dinamika perubahan
tanda dan gejala klinis pada pasien dengan infeksi demam berdarah dengue (DBD).
Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7
hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti lesu, tidak mau makan, dan
muntah. Selain itu, pada anak lebih sering terjadi gejala facial rush, radang faring,serta pilek.
Pada DBD, terjadi peningkatan permeabilitas vaskular yang menyebabkan kebocoran
plasma ke jaringan, sedangkan pada demam dengue tidak terjadi hal ini. Kondisi tersebut
dapat mengkibatkan syok hipovolemia. Peningkatan permeabilitas vaskular akan terjadi pada
fase kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut menjadi alasan mengapa cairan
diberikan maksimal 48 jam.
Kebocoran plasma terjadi akibat disfungsi endotel serta peran kompleks dari sistem
imun: monosit dan sel T, sistem komplement serta produksi mediator inflamasi dan sitokin
lainnya. Trombositopenia pun terjadi akibat beberapa mekanisme yang kompleks, seperti
gangguan megakariositopoesis (akibat infeksi sel hematopoietik) serta peningkatan destruksi
dan konsumsi trombosit.
Pada kasus DBD, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi hati leih sering ditemukan,
manifestasi perdarahan kulit (petekie) dan mimisan (epistaksis). Tanda perdarahan lainnya
yang patut diwaspadai, antara lain melena, hematemesis, dan hematuria. Pada kasus tanpa
perdarahan spontan maka dapat dilakukan uji tourniket. Kebocoran plasma secara masif akan
menyebabkan pasien mengalami syok hipovolemik. Kondisi ini disebut Sindrom Syok
Dengue (SSD).
WHO pada tahun 2009 mengeluarkan Guidelines for diagnosis, treatment, prevention
and control. Dalam panduan tersebut WHO membagi hari-hari sakit demam dengue menjadi
3 fase : 1. Fase Demam, 2.Fase Kritis, 3.Fase Recovery.
1.Fase Demam
14
Penderita mengalami demam akut 2-7 hari disertai muka wajah memerah, kulit
memerah, nyeri seluruh badan, mialgia, atralgia dan sakit kepala. Ada juga gejala nyeri
tenggorokan, faring hiperemis, konjunctiva hiperemis. Anorexia, nausea dan muntah muntah
umum terjadi. Sulit untuk membedakan dengue dengan non dengue pada fase demam, uji
torniquet positip mempertinggi kemungkinan penderita mengalami infeksi virus dengue.
Diperlukan monitor untuk menilai timbulnya tanda bahaya (warning sign) yang akan
membuat pasien masuk ke fase ke 2 fase kritis. Manifestasi perdarahan ringan seperti
petechiae dan perdarahan membran mukosa (seperti perdarahan hidung dan gusi) dapat
terjadi. Perdarahan pervaginam yang masif dapat terjadi pada wanita usia muda dan
perdarahan saluran cerna dapat terjadi pada fase ini tetapi jarang. Hati dapat membesar dan
tegang/nyeri setelah demam beberapa hari. Tanda paling awal dari pemeriksaan darah rutin
adalah menurunnya total leukosit (leukopenia) yang dapat menjadi dasar klinisi untuk menilai
pasien sudah terjangkit virus dengue.
2.Fase Kritis
Selama fase rawatan, pada saat temperatur tubuh turun menjadi 37,5-38oC dan
bertahan pada suhu tersebut, terjadi pada hari ke 3-7, meningkatnya permeabilitas kapiler
bersamaan dengan meningkatnya kadar hematokrit dapat terjadi. Ini merupakan tanda awal
fase kritis. Leukopenia yang progresif diikuti dengan menurunnya jumlah trombosit
mengiindikasikan kebocoran plasma. Efusi pleura dan ascites dapat terdeteksi tergantung dari
derajat kebocoran plasma dan volume dari terapi cairan. Foto thorax dan ultrasonografi
abdomen dapat digunakan untuk mendiagnosa efusi pleura dan ascites. Shok dapat terjadi
didahului oleh timbulnya tanda bahaya (warning sign). Temperatur tubuh dapat subnormal
saat shok terjadi. Shok yang memanjang, terjadi hipoperfusi organ yang dapat mengakibatkan
kegagalan organ, metabolik asidosis dan disseminated intravascular coagulation (DIC).
Hepatitis akut yang berat, encephalitis, mmiokarditis dan atau terjadi perdarahan yang masif
dapat terjadi
3.Fase Recovery
Bila pasien telah melewati 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi cairan dari kompartemen
extravascular terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum membaik, kembalinya nafsu makan,
berkurangnya gejala gastrointestinal, hemodinamik stabil dan cukup diuresis. Bradikardia dan
perubahan EKG dapat terjadi pada fase ini. Hematokrit kembali normal atau lebih rendah
karena efek dilusi cairan yang diberikan. Leukosit kembali meningkat disusul dengan
meningkatnya trombosit. (WHO, 2009)
15
Tombositopeni
Demam
Anoreksia
Muntah
Hepatomegali
Manifestasi
Perdarahan
Dehidrasi
komplek AgAb
komplemen
permeabilitas
vaskular naik
kebocoran plasma :
Hemokonsentrasi
Hipoproteinemia
Efusi plura
Asites
Demam dengue
II
Derajat
Hipovolemia
DIC
Perdarahan saluran
cerna
syok
Anoksia
III
asidosis
IV
meninggal
16
GAMBARAN KLINIS
Infeksi virus dengue memperlihatkan gambaran klinis yang bervariasi, dari derajat
ringan sampai berat. Infeksi dengue yang paling ringan dapat tidak menimbulkan gejala
(silent dengue infection), atau demam tanpa penyebab yang jelas (undifferentiated febrile
illness), diikuti oleh demam dengue (DD), dan demam berdarah dengue (DBD).
Manifestasi klinis DBD dapat berupa demam akut, perdarahan, serta kecenderungan
terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, ratarata 5-8 hari.
Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa
petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya
membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada
pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis
perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai
penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam
turun antara hari ke 3 dan hari ke 7 penyakit.
17
Asimtomatik
Simtomatik
Demam dengue
Tanpa
perdarahan
Demam berdarah
dengue
(kebocoran plasma)
Dengan
perdarahan
DBD tanpa
Syok
Demam dengue
DBD dengan
syok(DSS)
1. Darah
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan dalam
batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisa kuantitatif
ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX dan X. Pada pemeriksaan kimia darah
tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia, SGOT/SGPT, ureum dan
pH darah mungkin meningkat reserve alkali merendah.
2. Air seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3. Sumsum tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke-5
dengan gangguan maturasi sedangkan hari ke-10 biasanya sudah kembali normal
untuk semua sistem.
4. Serologi
Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca dengan melihat kenaikan titer antibodi fase
konvalesen terhadap titer antibodi fase akut (naik empat kali kelipatan atau lebih).
Ada 6 pemeriksaan serologi yang dianggap sebagai dasar yaitu :
lebih spesifik pada infeksi primer dan biasanya cepat menghilang dari darah (2-3
tahun).
Keuntungan : lebih spesifik dan dapat memastikan infeksi dengue pada
pasien dengan spesimen yang diambil pada akhir infeksi.
Kerugian
IgG
Interprestasi
Infeksi primer
Infeksi sekunder
5. Isolasi virus
Bahan pemeriksaan adalah spesimen darah/serum, plasma atau cairan buffy coat, dari
fase akut jaringan-jaringan baik dari pasien hidup (melalui biopsi), maupun fase akut
jaringan autopsi dari kasus yang meninggal terutama dari hati, limpa, timus, dan
nyamuk yang dikumpulkan di alam.
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pada foto rontgen dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada kedua
hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral
dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
DIAGNOSIS
Gejala dini infeksi dengue :
Demam
Sakit kepala
21
Nyeri otot
Nyeri sendi
Mual
Muntah
Indikator fase syok :
Suhu turun
1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
3. Trombositopenia ( 100.000/mm)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage oleh karena peningkatan
permeabilitas kapiler berikut :
Hematokrit turun hingga 20% dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
Derajat I (Ringan)
22
Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas: manifestasi perdarahan hanya
berupa uji torniquet positif
Derajat II (sedang)
Derajat I diseratai perdarahan spontan, dapat berupa perdarahan bawah kulit atau
jenis perdarahan lainnya.
Derajat IV
Renjatan yang ditandai dengan tekanan darah tidak terukur dan nadi yang tidak dapat
diraba.
DBD derajat III dan IV digolongkan dalam Dengue Shock Syndrom (DSS)
DIAGNOSIS BANDING
1.
2.
3.
4.
DHF grade II
Demam Dengue
DSS
Chikungunya
KOMPLIKASI
Ensefalopati dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
karena perdarahan, tetapi dapat pula terjadi pada DBD tanpa
disertai syok.
Kelainan ginjal
23
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik
walaupun jarang. Diuresis merupakan parameter yang penting dan mudah
dikerjakan, untuk mengetahui apakah syok telah teratasi. Pada keadaan syok berat
sering dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi perembesan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan
perdarahan.
Larutan ringer laktat (RL) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL)
Larutan ringer asetat ( RA) atau dekstrosa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA)
Larutan NaCl 0,9 % (Garam Faali= GF) atau dekstrosa 5 % dalam larutan Faali
(D5/GF)
b. Koloid
Koloid diberikan pada DBD derajat III dan IV bila diperlukan. Dosis
10-20ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB. Jenis
koloid :
24
Dekstran 40
Plasma
Indikasi tranfusi darah dilakukan pada :
Perdarahan
Tempat tinggal yang jauh dari Rumah Sakit pada fase kritis (berlangsung 24-48
jam) sekitar hari ke-3 sampai dengan hari ke-5 perjalanan penyakit. Umumnya
fase ini pasien tidak dapat makan dan minum oleh karena anoreksia atau muntah
1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi.
2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam,
serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan dengan diguyur,
seperti NaCl, ringer laktat yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan
teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander
atau dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29 ml/kgBB dan dipertahankan
selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan
penurunan Hb dan Ht maka diberikan tranfusi darah. Terapi oksigen 2 liter per menit
harus selalu diberikan pada semua pasien syok.
Kriteria untuk memulangkan pasien :
Tidak ada demam selama sedikitnya 24 jam tanpa penggunaan terapi antipiretik
Hematokrit stabil
Tidak ada distress pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura atau asites)
PROGNOSIS
Mortalitas pada penyakit DBD cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di
Surabaya, Semarang dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan
penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Sukri NC, Laras K, Wandra T, Didi S. (2003). Transmission of epidemic dengue
hemorrhagic fever in eastern most Indonesia. Am J Trop Med Hyg ; 68: 529 535.
WHO. (1997). Dengue haemorrhagic fever : Diagnosis, treatment, prevention and
control, 2nd edition. 12-47. Geneva
26
27