Chapter II Pompa2 PDF
Chapter II Pompa2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
silinder dan kemudian ditekan oleh torak sehingga tekanan statis fluida naik
dan sanggup mengalirkan fluida keluar melalui katup tekan (discharge valve).
Contoh tipe pompa ini adalah : pompa diafragma dan pompa plunyer.
pada poros untuk memutar impeler. Akibatnya fluida yang berada dalam impeler,
oleh dorongan sudu-sudu akan terlempar menuju saluran keluar. Pada proses ini
Impeler jenis radial digunakan untuk tinggi tekan (head) yang sedang dan
tinggi, sedangkan impeler jenis francis digunakan untuk head yang lebih
rendah dengan kapasitas yang besar.
Impeler dipasang pada ujung poros dan pada ujung lainnya dipasang kopling
sebagai penggerak poros pompa.
3. Pompa Vortex
Pompa ini mempunyai aliran campur dan sebuah rumah volut seperti
tergambar pada gambar 2.8. Pompa ini tidak menggunakan diffuser, namun
memakai saluran yang lebar. Dengan demikian pompa ini tidak mudah
tersumbat dan cocok untuk pemakaian pada pengolahan cairan limbah.
Motor bakar
Turbin
Penggerak tipe motor bakar dan turbin sangat tidak ekonomis untuk
pertimbangan
pemilihan
pompa,
didasarkan
pada
sistem
ekonomisnya, yakni keuntungan dan kerugian jika pompa tersebut digunakan dan
Konstruksi sederhana.
perencanaan ini, maka dengan mempertimbangkan sifat pompa dan cara kerjanya,
dipilih pompa sentrifugal dalam perencanaan ini, karena sesuai dengan sifat
pompa sentrifugal, yakni.:
-
Perawatannya murah.
Pada gambar ini terdapat dua buah titik dengan perbedaan kondisi letak,
luas penampang, tekanan serta kecepatan aliran fluida. Fluida kerja mengalir dari
kondisi pertama (titik 1) ke kondisi kedua (titik 2), aliran ini disebabkan oleh
adanya suatu energi luar E 0 . Energi luar E 0 ini terjadi merupakan perbedaan
tekanan yang terjadi pada kedua kondisi operasi (titik 1 dan 2), atau
E h1 = (P 2 -P 1 ).Q
Sedangkan pada setiap kondisi tersebut terdapat juga suatu bentuk energi,
yaitu energi kinetik (E k ) dan energi potensial (E p ). atau dapat dituliskan sebagai
berikut :
- untuk titik 1 :
energi yang terkandung E t1 = E k1 + E p1 + E h1
= m1. v1 2 + m1 .g.h1 + (P 2 P 1 ).Q
- untuk titik 2 :
energi yang terkandung Et 2 = E k2 + E p2 + E h2
= m2 .v2 2 + m2 . g.h 2
+ (P 2 P 1 ).Q
Dan hubungan dari kondisi kerja ini adalah Et = 0, Et = Et 2 -Et 1- Eh 1 , atau dapat
dituliskan :
0 = [ m2 .v 2 2 + m2 .g.h 2 ] [ m1 .v1 2 + m1 .g.h1 ] [P 2 -P 1 ) . Q]
(P 2 -P 1 ) . Q = [(m2 .v 2 2) (m1 .v 1 2)] + [(m2 .g.h 2 ) (m1 .g.h1 )]
(1)
Dimana :
Q = A . v = konstan
m=.A.v
, dimana 1 = 2
(v2 2
v1 2 )
.g
(h2 -
h1 ).(2)
jika (kg/m3) . g (m/s2) = (N/m3), maka persamaan 2 dapat disederhanakan
menjadi :
P2 P1
v 22 v12
+ (h2 h1 )
2.g
P1
v12
P
v2
+ Z1 + H p = 2 + 2 + Z 2 + H L
2g
2g
Maka :
Hp =
Dimana :
P2 P1
P2 P1
v 2 v1
+ Z 2 Z1 + H L
2g
= adalah perbedaan head tekanan
v 22 v12
2g
Z2 Z1
HL
Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa head total pompa diperoleh dengan
menjumlahkan head tekanan, head kecepatan, head potensial, dan head losses
yang timbul dalam instalasi pompa. Sementara head losses sendiri merupakan
jumlah kerugian head mayor (h f ) dan kerugian head minor (h m ).
HL = hf + h m
dihitung
berdasarkan
n s = 51,64
np
H p0.75
Jenis impeler
ns
Radial flow
500-3000
Francis
1500-4500
Aliran campuran
4500-8000
8000 ke atas
Q.H p . .g
Aliran dalam pemipaan akan terjadi dari titik yang mempunyai head
hidrolik yang lebih tinggi (energi internal per satu satuan berat air) ke head yang
lebih rendah, dimana terjadi kehilangan energi hidrolik di sepanjang pipa.
Kehilangan energi hidrolik sepanjang pipa secara umum disebabkan oleh :
a. Kerugian head mayor.
Kerugian head ini terjadi akibat adanya gesekan antara dinding pipa
dengan fluida yang mengalir di dalamnya. Persamaan umum yang dapat
digunakan untuk mencari headloss akibat gesekan dalam pipa dapat dilakukan
dengan menggunakan :
Persamaan Darcy-Weisbach
Persamaan Hazen-Williams
Persamaan Darcy-Weisbach :
1. Memberikan hasil yang lebih baik untuk pipa yang relatif pendek.
2. Untuk sistem yang terdiri dari bermacam-macam pipa akan lebih rumit
perhitungannya.
3. Populer atau sering dipakai untuk perhitungan dengan beda energi
besar.
4. Persamaan Darcy-Weisbach secara teori paling bagus dan dapat
digunakan ke semua jenis fluida.
Persamaan Hazen-Williams :
Hazen-William
paling
banyak
digunakan
untuk
b. Kerugian minor
Kerugian ini diakibatkan adanya perubahan dalam geometri aliran seperti
katup, belokan, perubahan diameter pipa, sambungan, saluran masuk dan keluar
pipa.
Rumus :
V2
h m = K.
2g
Dimana :
Putaran (rpm)
3000
1500
1000
750
10
600
12
500
Pada pemilihan kali ini dipilih motor listrik dengan 2 buah kutub dan
putaran 1500 rpm. Akibat adanya terjadi slip pada motor maka akan terjadi
penurunan putaran, besarnya (1 2)%, sehingga putaran menjadi 1450 rpm.
Motor listrik dikopel langsung dengan pompa sehingga putaran pompa
sama dengan putaran motor.
n s1 = n
Qp
H p0, 75
Jenis Impeler
ns
1.
Radial flow
500 3000
2.
Francis
1500 4500
3.
Aliran campur
4500 8000
4.
Aliran axial
8000 ke atas
2.12. Kavitasi
Kavitasi adalah suatu fenomena dimana fluida kerja (liquid) yang mengalir
di dalam pipa atau pompa mengalami perubahan formasi menjadi gelombang uap
(vapour field) dan diikuti pecahnya gelembung uap (vapour collapse) tersebut.
Akibat yang ditimbulkan kavitasi adalah:
-
tersedia lebih besar dari NPSH yang diperlukan. Dalam perencanaan instalasi
pompa, hal-hal yang perlu untuk menghindari kavitasi ialah:
-
Jarak antara permukaan air yang dihisap dengan letak pompa dibuat serendah
mungkin
diusahakan agar tidak ada satu bagianpun dari aliran di dalam pompa yang
mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh cairan pada
temperature bersangkutan. Dalam hal ini perlu diperhatikan dua macam tekanan
yang memegang peranan penting, yaitu:
-
neto (NPSH) adalah dipakai sebagai ukuran keamanan pompa terhadap kavitasi..
Di bawah ini akan diuraikan dua macam NPSH, yaitu:
1. NPSH yang tersedia pada instalasi
2. NPSH yang dibutuhkan pompa
P1
P2
ZA HS
Dimana :
P 1 = Tekanan pada pipa isap (N/m 2 )
P 2 = Tekanan uap jenuh airpada temperature Tf (N/m2)
H suN
Hn
dimana:
.g.H .Q
P
Dimana:
H = head pompa (m)
Q = kapasitas pompa (m 3 /s)
P = effisiensi pompa
N p (1 + )
Dimana:
N m = daya motor penggerak (kW)
N p = daya pompa (kW)