Anda di halaman 1dari 19

PELURUHAN GAMMA

Peluruhan inti yang memancarkan sebuah partikel seperti sebuah partikel


alfa atau beta, selalu meninggalkan inti pada keadaan tereksitasi seperti yang
tampak pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Keadaan inti saat tereksitasi

Energi yang tersedia untuk peluruhan selanjutnya menjadi lebih rendah


atau dapat mencapai energi pada keadaan dasar yang tidak cukup untuk
menyebabkan pemancaran partikel lain, atau peluruhan dengan pemancaran
partikel. Hal ini menyebabkan terjadinya transisi dari keadaan energi yang lebih
tinggi Ei menuju keadaan energi yang lebih rendah Ef , dan ini mengeluarkan
kelebihan energi E = Ei - Ef oleh salah satu dari tiga proses yakni:
a. pemancaran sinar gamma,
b. konversi internal atau
c. pembentukan pasangan internal.
Secara fisis dapat dijelaskan bahwa transisi tersebut dapat terjadi karena
jika suatu inti dalam keadaan tidak stabil maka akan mencapai tingkat
kestabilan/menuju ke tingkat dasar.

A
Z

Ei

E Ei E f
A
Z

Sejumlah energi yang dilepaskan

Ef

Gambar 2. Bagan pelepasan sejumlah energi saat adanya transisi

Di mana jika energi yang dilepaskan dalam bentuk sinar gamma, maka inti
yang berada pada tingkat dasar tidak mengalami perubahan nomer massa dan
nomer atom. Selisih antara dua tingkatan melibatkan tiga proses, yakni proses a, b
dan c seperti yang diungkapkan sebelumnya. Di mana salah satu proses yakni
konversi internal terjadi apabila energi yang dilepaskan diberikan kepada elektron
atomik. Dari ketiga proses tersebut, proses pemancaran sinar gamma merupakan
proses yang sering (lebih dominan) terjadi, sedangkan dua proses lainnya sangat
jarang terjadi.
Seperti pada kasus spektrum atomik, spektrum sinar gamma sebuah inti
menunjukkan garis-garis tajam (Gautreau & Savin, 1995). Hal ini berarti bahwa
inti memiliki tingkat energi yang diskrit. Energi dari pancaran sinar gamma
diberikan oleh persamaan berikut.

h = E = Ei - Ef ....................................................................................1)
Jika Ef

sama dengan keadaan dasar, pada keadaan ini inti tidak akan

memancarkan foton. Sebaliknya inti akan memancarkan satu atau lebih foton
sebelum menuju ke keadaan dasar, seperti yang tampak pada Gambar 3 berikut
ini.

Gambar 3. Pancaran Sinar Gamma

Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik dengan kekuatan


penetrasi yang cukup tinggi. Sinar gamma tidak menyebabakan banyak ionisasi
dan tidak dipengaruhi oleh medan listrik atau medan magnet, dan kenyataanya
interaksi sinar gamma dengan zat yang berbeda tergantung dari muatan partikel
penyusunnya zat tersebut. Biasanya sinar gamma menyertai proses peluruhan beta
ataupun alpha. Tidak ada secara khusus suatu inti memancarkan sinar gamma
seperti ditunjukan pada gambar berikut.

Alpha particles
Gambar 4. Pemancaran sinar gamma

Koefisian Absorpsi Foton


Intensitas sinar-

yang melalui suatu bahan mengikuti hukum

eksponensial, karena perubahan intensitas sebanding terhadap intensitas mulamula dan ketebalan bahan, yakni
I ~ I dan I ~ x ,

maka apabila seberkas foton dengan intensitas I melalui bahan secara tegak lurus
dengan ketebalan x . Perubahan intensitas I dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut.

I Ix .....2)
Di mana merupakan sebuah konstanta kesebandingan yaitu koefisien absorpsi.
Untuk sebuah material yang telah ditentukan, berbeda untuk foton dengan
energi yang berbeda. Tanda minus pada persamaan 2 menunjukkan bahwa
intensitas berkurang dengan meningkatnya ketebalan bahan. Jadi untuk radiasi
yang homogen, adalah konstan dan persamaan 2 dapat diturunkan sebagai
berikut.

I Ix , untuk bagain yang sangat kecil dapat ditulis


dI Idx
dI
dx
I
, dengan melakukan integral maka

I0

dI
dx
I
0

ln I

I0
I

ln I 0 ln I x atau dapat ditulis


ln I ln I 0 x

ln

I
x
I0

I
e x
I0
, sehingga diperoleh

I I 0e
dengan I

................3)

merupakan intensitas sinar, I 0 adalah intensitas awal sinar

yang

melintangi bahan dan x adalah ketebalan sebuah bahan. Di mana intensitas yang
hilang dari berkas sinar gamma adalah I0-I. Intensitas bisa juga dinyatakan dalam
fluks, yang menyatakan jumlah energi dari sinar gamma yang mengenai
permukaan secara tegak lurus persatuan waktu, dan dapat dirumuskan sebagai
berikut.

I h .......................................................................................................4)
Di mana h merupakan energi masing-masing foton sedangkan adalah fluks
(jumlah foton yang menumbuk satu satuan luas dalam satu satuan waktu setelah
menembusnya). Selanjutnya dengan mengkombinasikan persamaan 3 dan 4 maka
diperoleh

I I 0e

x h

I 0 x
I0
e
o
h
, di mana h
, sehingga diperoleh:

0 e x ...................................................................................................5)
dengan adalah jumlah fluks, 0 merupakan fluks awal dan adalah koefisien
absorpsi linier.
Selain koefisien absorpsi linier , terdapat juga koefisien absorpsi massa

m , koefisien absorpsi atomik

, dan koefisien absorpsi elektronik

Keempat koefisien ini berhubungan satu sama lain sesuai dengan persamaan
berikut.
a

Z e

N A
N A Z
a
e
A
A

N A a N AZ

A
A
.6)

Di mana Z menyatakan nomor atom, A menyatakan berat atom, menyatakan


kerapatan dalam satuan g/cm3, dan NA merupakan Bilangan Avogadro. Oleh
karena x tidak memiliki satuan, jika x dinyatakan dalam cm, akan dinyatakan
dalam cm-1. Berdasarkan koefisien absorpsi massa m , x dinyatakan dalam
gm/cm2 dan m dalam cm2/gm. Sama halnya jika x dinyatakan dalam atom/cm2
atau elektron/cm2, a dan e dinyatakan dalam cm2/atom dan cm2/elektron.
Karena Z/A berubah sangat lambat dengan peningkatan Z, dan e adalah
sama untuk semua elemen dalam rentang energi tertentu, hal ini meyimpulkan
bahwa m tidak banyak berubah untuk semua elemen dalam rentang energi
tertentu.
Di sini juga dikenal adanya istilah ketebalan setengah (x1/2) yang
merupakan karakteristik bahan penyerap dan didefinisikan sebagai ketebalan di
mana intensitas sinar berkurang setengah dari intensitas awalnya yang dinyatakan
sebagai berikut.

I 1
x1 / 2
e
I0 2
I I 0e

x1 / 2

, untuk menentukan x1/ 2 , maka substitusikan I = I0,

1
x1 / 2
I 0 I 0e
2
1
x1 / 2
e
2
ln

1
x1 / 2
2
5

ln 2 x1 / 2

x1 / 2

ln 2 0,693 0,693

m ........................................................................7)

Berdasarkan persamaan 7, semakin besar maka semakin kecil ketebalan materi


yang diperlukan untuk mengurangi intensitas sinar gamma. Logam-logam berat
seperti besi, terutama timah bagus digunakan untuk menghindari sinar gamma dan
sinar X.
Jika sinar penumbuk tersusun atas foton dengan energi yang berbeda, persamaan
(6) digantikan dengan persamaan berikut.

01e

1 x

02 e

2 x

03e

3 x

... ......................................................8)

dimana 01 , 02 , 03 , dan 1 , 2 , 3 ,.. masing-masing merupakan fluks


awal dan koefisien absorpsi dari foton dengan energi h 1 , h 2 , h 3 ,....
Koefisien melibatkan dua proses, yaitu pertama proses dimana foton
kehilangan energinya seluruhnya atau sebagian oleh sebuah partikel yang sangat
mudah diserap. Energi yang ada akan digunakan dan disimpan dalam bahan.
Kedua, proses di mana foton dihamburkan keluar tanpa absorpsi energi pada
bahan. Oleh karena itu dapat ditulis sebagai gabungan dari dua proses sebagai
berikut.

a s ................................................................................................9)
Dengan a menyatakan koefisien absorpsi (penyerapan) dan s adalah koefisien
penghamburan.
Interaksi Radiasi Sinar Gamma dengan Materi
Dalam interaksi sinar gamma dengan suatu materi terdapat tiga proses
utama di mana foton kehilangan energinya berdasarkan interaksi dengan bahan
yang terjadi antara lain melalui
a. efek foto listrik (P.E.),
b. efek compton (C.E.) oleh elektron dalam atom dan

c. produksi pasangan (P.P.), yakni pembentukan pasangan elektron positron


sebagai hasil interaksi sinar gamma dengan medan listrik dari inti atom
(Allya).
Ketiga proses ini memiliki rentangan energi foton yang berbeda. Rentangan
energi foton untuk efek foto listrik antara 0,01 sampai 0,5 MeV, untuk efek
compton antara 0,1 sampai 10 MeV, dan untuk produksi pasangan diawali dari
1,02 MeV dan meningkat sebanding dengan peningkatan energi gamma. Dari
ketiga rentangan energi ini dapat dianalogikan persamaan sebagai berikut.

I P.E . Ix ..10a)

I C .E . Ix ..10b)
I P.P. Ix ..10c)
Di mana , dan berturut-turut merupakan koefisien absorpsi untuk efek
foto listrik, efek Compton dan untuk produksi pasangan.
Dengan menjumlahkan ketiga persamaan tersebut secara bersamaan, maka
diperoleh
I I P.E . I C .E . I P.P.
= ( ) Ix ..11)
Berdasarkan persamaan 2 di mana I Ix dan persamaan 11 dapat ditulis
menjadi
Ix ( ) Ix , dan dapat disederhanakan menjadi

.12)
Di samping itu, terdapat beberapa proses yang tidak berkontribusi pada
koefisien absorpsi dalam rentangan energi sinar gamma.proses tersebut adalah:
a. Penghamburan Rayleigh,
b. Penghamburan Thomson,
c. Efek Foto Listrik Nuklei,
d. Hamburan Resonansi Nuklei, dan
e. Hamburan Elastik Potensial Nuklei (Penghamburan Delbruck)
Efek Foto Listrik
7

Efek ini lebih mengutamakan foton penembak dengan energi yang rendah,
dimana foton penembak diserap oleh satu elektron pada atom. Pada prosesnya
foton menghilang dan elektron terlepas seperti yang tampak pada Gambar 5
dengan energi kinetik Ke dan dirumuskan sebagai berikut.
Ke = h - In .................................................................................................13)
Di mana h menyatakan Energi foton penembak dan In merupakan Energi ikat
elektron orbital

elektron

foton

sebelum

sesudah
Gambar 5. Efek Fotolistrik

Suatu ketidakmungkinan berlaku bagi sebuah elektron bebas untuk


menyerap sebuah foton karena tidak akan memenuhi hukum kekekalan
momentum dan hukum kekekalan energi. Akan tetapi pada kasus elektron yang
terikat, atom akan terhambur dan oleh karena itu momentumnya kekal. Karena
massa atom sangat besar, energi hamburan atom sangat kecil, dan dapat diabaikan
yang tercantum pada persamaan 13.
Secara teori perhitungan tampang lintang dari efek fotolistrik melibatkan
perumusan relativitas Dirac untuk suatu ikatan elektron, akan tetapi ini sangat
rumit. Untuk bagian yang berbeda dari foton, dapat dihitung dengan
menggunakan cara yang lain. Perhitungan akan lebih mudah jika energi foton
cukup kecil, sehingga dapat diabaikan efek realtivitasnya, dan energi yang cukup
besar dengan mengabaikan energi dari orbital elektron. Pengabaian energi dari Kelektron dapat dituliskan (dalam rentangan 0,1 Mev sampai 0,35 Mev)
7

5
2
a K 0 Z 1 137 4 2 n ....................................................................14a)
4

di mana

0 8 / 3 e 2 / m0 c 2 6,651 10 25 cm 2 ............................................14b)
2

dan

m0 c 2

hv .............................................................................................14c)

dengan Z merupakan nomor atom absorber, e muatan elektron, c kecepatan


cahaya, dan m0 adalah massa diam elektron.
Persamann 14a hanya digunakan terhadap elektron yang lepas dari kulit K
dari atom yang berpengaruh 80% terhadap efek fotolistrik. Hal penting yang perlu
ditekankan bahwa a sangat bergantung terhadap Z dan energi dalam dari photon.

akan sebanding dengan Z5 dan akan berbading terbalik terhadap hv 2 .


7

Bergantung pada Z5 artinya untuk mencapai energi photon, maka proses


penyerapan fotolistrik sangat penting dalam logam kuat seperti timah hitam
daripada logam ringan seperti alumunium. Sedangkan bergantung pada energi
artinya bahwa dengan memberikan energi yang rendah maka akan memberikan
efek yang lebih besar pada photon daripada sebaliknya, sehingga penyerapan
energi rendah oleh photon pada logam kuat sangat penting dalam efek fotolistrik.
Ketergantungan a terhadap Z dan hvtidaklah sama. Jadi variasi a dengan Z
dengan menggunakan aturan eksponen ternyata memberikan kecocokan terhadap
teori peningkatan energi sinar gamma dan hanya berlaku antara 4 dan 5 untuk
energi di atas 0,35 Mev. Nilai dari teori-teori peningkatan energi sinar gamma
yang rumit digambarkan pada table berikut.

Tabel 1. Nilai kuantitatif


Energi sinar gamma
Mev
m c2
n 0
hv
0
0,0
0,125
0,194
0,25
0,375
0,50
0,75
1,0
1,25
1,5

5,108
4,086
2,663
2,043
1,362
1,002
0,6711
0,5108
0,4086
0,3405

Z=0

0,353
0,436
0,453
0,524
0,581
0,740
0,956
1,528
2,375
3,578
5,3

Z n di dalam unit 10-32 cm2

Z= 13

Z= 26

Z=

Z =50

Al

Fe

38

Sn

0,275
0,343
0,362
0,412
0,447
0,556
0,694
1,162
1,862
2,756
3,834

0,228
0,289
0,306
0,347
0,375
0,462
0,575
0,947
1,506
2,188
3,062

0,203
0,255
0,272
0,302
0,331
0,403
0,500
0,781
1,237
1,815
2,528

0,188
0,230
0,247
0,270
0,290
0,366
0,440
0,690
1,038
1,512
2,166

Z= 65

Z= 82
Pb

0,166
0,206
0,216
0,237
0,259
0,319
0,397
0,600
0,878
1,262
1,750

0,159
0,182
0,188
0,205
0,225
0,278
0,341
0,522
0,747
1,031
1,362

2,0
3,0

0,2554
0,1703

9,48
2,43

7,46
1,761

5,34
1,244

4,24
8,81

3,55
7,88

2,96
6,25

2,17
4,18

Dari
100 Tabel 1 terlihat bahwa kenaikan nilai n menunjukan penurunan
energi. Penghitungan
koefisien absorpsi fotoelektrik untuk hv dan Z yang berbeda
80
60 dalam bentuk kurva a / Z n vs Z untuk n yang berbeda seperti
digambarkan
50

ditunjukan pada Gambar 6.


40
30

n =0,25

20

a / Z

0.50

0.75

10

6
5
1.0
4
3

1.25

1.5
2.0

1.0
0.8

3.0

0.6

4.0

0.5
0.4

5.0

0.3
0.2
0.1

20 40

60

80
Nomor atom Z

Gambar 6. Kurva Tampang lintang fotoelektrik

10

Fotoelektron yang dihasilakan oleh sinar gamma tidak tersebar secara


merata. Kenyataanya tersebar dengan arah yang berbeda dengan vektor elektrik
sinar gamma tersebut. Seperti terlihat pada gambar 7, mengindikasikan
penyebarab tergantung pada kecepatan emisi dari elektron. Panjang garis dari
posisi awal (titik O) ke kurva menyatakan kemungkinan terjadinya fotoelektron di
berbagai sudut.1

03

photon

Gambar 7. Distribusi anguler dari photoelektrik

Jika energi photon menjadi sangat kecil (<20 Kev), koefisien absorpsi
meningkat dengan nilai yang besar pada eneregi tertentu untuk material yang
berbeda. hal ini terjadi saat energi photon sama dengan energi dari K-elektron.
Efek Compton
Proses ini m erupakan proses di mana foton penembak berinteraksi dengan
elektron bebas dan dihamburkan dengan energi yang lebih rendah, energi diam
yang digunakan untuk menghamburkan elektron. Karena elektron yang terdapat
pada atom terbebas dan energi foton penumbuk secara komparatif sangat tinggi,
penghamburan foton

dengan elektron pada

atom ini disebut sebagai

11

Penghamburan Compton. Foton penumbuk dengan energi h menumbuk sebuah


elektron bebas dengan massa diam m0. Hasil interaksi dihamburkan oleh foton
dengan energi h ' (< h ) pada sudut dan sebuah elektron terhambur dengan
energi kinetik Ke pada sudut seperti yang tampak pada Gambar 8.
y

hv'

hv '
x

E m0 c
2

sesudah

sebelum

Gambar 8. Hamburan Compton

Berdasarkan hukum kekekalan momentum dan energi, dengan menggunakan


ungkapan relativitas maka diperoleh persamaan berikut.

h / c h ' / c cos m0 c 1 2

1
2

cos ..........................................15a)

h ' / c sin m0 c1 2 2 sin ....15b)


1

h h ' m0 c 2 1 2

1
2

1
...15c)

Di mana v / c denga v merupakan kecepatan elektron setelah tumbukan.


y sebagai berikut.
Secara lebih jelas dapat diuraikan

Foton terhambur

hv'
E ' hv' ; p

Foton datang

E hv ; p

hv
c

E m0 c 4 p 2 c 2
Gambar 9. Hamburan Compton

hv'
c

12

pe

pe cos

p ' sin

pe sin

p' cos

Gambar 10. Analisis Hamburan Compton

Pada sumbu x : p p ' cos pe cos


Pada sumbu y : 0 p' sin pe sin

p p' cos 2 pe 2 cos 2


p '2 sin 2
pe sin 2

2
p 2 p '2 2 pp' cos pe
.....16)
2

Sehingga diperoleh:

2
2
'
Berdasarkan hukum kekekalan energi : E mc E ' mc K e
'
Dapat ditulis: E E ' pc p ' c K e

p p' c K e'
Dari persamaan energi relativitas diperoleh:

E 2 mc 2

mc

2 2

( pe c) 2 mc 2 K e'

( pe c ) 2 mc 2

( pe c ) 2 2mc 2 K e' K e'

2mc 2 K e' K e'

13

pe c 2 2mc 2 K e' K e'

'
Karena p p ' c K e , maka

pe c 2 2mc 2 p p' c p p' c 2


2

pe 2mc p p ' p p '


2

Dengan mensubstitusi hasil ini ke persamaan 16, diperoleh:


p 2 p '2 2 pp' cos 2mc p p ' p p '

p 2 p' 2 2 pp ' cos 2mc p p' p 2 2 pp ' p '2

pp ' cos mc p p ' pp '


pp ' cos mc p p ' pp '
pp ' 1 cos mc p p '
Selanjutnya dibagi dengan mcpp, maka diperoleh:

1 cos p p'
mc

1 cos
mc

Karena

pp'

1 1

p' p

h
h
p'
dan
' maka :

1 cos '
mc

1 cos '
mc

Sehingga diperoleh:

h
1 cos '
mc
Atau dapat dituliskan sebagai berikut.

h
1 cos
m0 c
...17)

'

' adalah panjang gelombang setelah tumbukan da adalah panjang gelombang


sebelum tumbukan. Sedangkan adalah sudut antara awal dan akhir dari
hamburan foton seperti pada gambar 10.

14

Diketahui bahwa

cv
, maka persamaan 17 dapat ditulis

c c h
1 cos

v' v m0 c
1 1 h
1 cos

v' v m0 c 2

v'

1
h
1 cos
m0 c 2

Jika penyebut dan pembilang pada sisi kanan persamaan ini dikalikan v, dan jika
kedua sisi persamaan dikalikan dengan h, maka hasilnya adalah:
hv '

hv
1

hv
1 cos
m0 c 2
..18)

Persamaan 18 menyatakan energi yang dihamburkan oleh foton pada energi awal
dan sudut hamburnya. Hamburan elektron memiliki energi kinetik yaitu:

hv
1 cos
m0 c 2
T hv hv' hv
hv
1 cos
1
m0 c 2
...19)
Energi kinetik bernilai maksimum jika cos =-1 atau =1800, yaitu foton akan
dipantulkan kea rah semula. Energi elektron dalam hal ini adalah:
Tmax

hv0
m c2
1 0
2hv0 ....20)

Batas maksimum tersebut sering disebut sebagai tepi Compton. Elektron


menerima energi terkecil dalam tumbukan di mana foton berlanjut dengan
frekuensi awal ke arah depan dan elektron dikeluarkan dengan kecepatan
mendekati 0 dengan arah 900 dari jalur foton. Kebolehjadian total Compton dari
peristwa penyinaran dengan cara hamburan adalah:
e

1 2(1 ) 1
1
1 3

3 4 0
ln( 1 2 )
ln( 1 2 )
2
(1 2 ) 2 ..21)
2
1 2

dengan

15

hv0
m0 c 2

n
1
Jika e dikalikan ( Z / A) hasilnya adalah koefisien absorpsi Compton (cm ) ,

diperoleh bahwa:

Z
e
A .................22)

Koefisien merupakan pengukuran terhadap kemungkinan terjadinya hamburan


foton dari pancaran terhadap absorber per cm. Besarnya jumlah energi yang
dibawa oleh foton dalam hamburan atau banyaknya energi yang diserap oleh
setisp elektron dinyatakan dalam bentuk

s dan

a .

s disebut tampang

lintang Compton untuk energi dari hamburan foton, yang dinyatakan dengan:
2
2

3 1 ln( 1 2 ) 2(1 )( 2 2 1) 8

e s
0

3
2
2
3
8
(1 2 )
3(1 2 )

.23)

sedangkan e a merupakan tampang lintang Compton untuk energi yang diserap


oleh elektron. Penjumlahan tampang lintang untuk energi yang diabsorpsi dan
tampang lintang untuk energi yang dihamburkan dapat dirumuskan sebagai
berikut.
e

e s e a

...24)

Produksi Pasangan
Proses yang ketiga ini memiliki suatu syarat di mana foton haruslah
memiliki energi ambang tertentu agar proses ini dapat berlangsung. Energi
ambang adalah energi maksimal yang harus dimiliki elektron agar terjadinya
proses pembentukan pasangan (Subratha, 2004). Energi ambang untuk proses ini
adalah sama dengan 2m0c2. Hal ini mengungkapkan bahwa, jika foton energinya
lebih besar dar 1,02 MeV menumbuk sebuah logam dengan Z yang tinggi, foton
hilang dan dan pada posisinya terbentuklah pasangan elektron-positron seperti
yang terlihat pada Gambar 11a. Jika pasangan ini diproduksi pada kamar kabut
dalam medan magnet, elektron dan positron akan dibelokkan dengan arah yang
berlawanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 11b sebagai berikut.

16

17

Gambar 11 a. Pembentukan Pasangan Elektron Positron

Gambar 11 b. Produksi Pasangan Pada Kamar Kabut

Produksi pasangan terjadi pada inti dan kekekalan energi dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut.

h 2 m 0 c 2 E E E
Di mana

nuc ................................................................25)

: Energi foton penumbuk

2m0 c 2

: Energi yang ekivalen dengan massa diam elektron dan


positron

E , E , E

nuc : Energi kinetik elektron, positron, dan inti terhambur.

Oleh karena massa inti sangat besar, sehingga dihasilan energi kinetik yang sangat
kecil, maka

nuc dapat diabaikan. Dengan demikian persamaan 25 menjadi

h 2m0 c 2 E E .............................................................................26)
di mana pada keadaan awal telah ditunjukkan bahwa ambang untuk pembentukan
2
pasangan adalah 2m0 c atau sebesar 1,02 MeV. Jadi dapat disimpulkan bahwa,

proses produksi pasangan hanya terjadi bila foton datang dengan energi 1,02 MeV.
Apabila foton semacam ini mengenai inti atom berat, foton tersebut akan lenyap

dan sebagai gantinya timbul sepasang elektron-positron. Positron adalah partikel


yang massanya sama dengan elektron dan bermuatan listrik positif yang besarnya
juga sama dengan muatan elektron. Disamping itu, produksi pasangan juga dapat
terjadi pada bahan yang ringan (Z-nya kecil), namun energi ambangnya adalah
2
berbeda yakni 2 kali 2m0 c yaitu sebesar 2,04 MeV. Batasan untuk Z dapat

dikatakan ringan yakni bila Z-nya memiliki nilai di antara 30 sampai 60,
sedangkan termasuk kategori berat bila Z-nya bernilai di atas 200.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Partikel gamma. Tersedia pada: http://id.wikipedia.org/wiki/ .
Diakses tanggal 5 Desember 2008.
Allya.--------. Physics nuclear.--------------------------.
Gautreau, R & Savin. 1995. Teori dan soal-soal fisika modern. Jakarta: Erlangga.
Subratha, N. 2004. Fisika inti (buku ajar). Tidak diterbitkan.

Anda mungkin juga menyukai