Anda di halaman 1dari 32

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. E

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 39 tahun

Tanggal Lahir

: 7 Juli 1977

Agama

: Islam

Suku bangsa / Negara

: Sunda / Indonesia

Status Pernikahan

: Belum Menikah

Pendidikan Terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Tidak Bekerja

Alamat

: Jl. Kp Cijulang, RT/RW 003/005 Kel. Kopo, Kec Cisarua,


Kab. Bogor

Tanggal Masuk UGD

: 7 Agustus 2016

II.RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:

Autoanamnesis pada Tanggal 23, 25 dan 26 Agustus 2016 di Bangsal Yudistira.

Alloanamnesis diperoleh dari Ny.SA (kakak pertama pasien) Ny.SJ (kakak kedua
pasien), Ny.SS (kakak ke empat) dan Tn.M (suami kakak kedua pasien) pada tanggal
22 September 2016 saat kunjungan kerumah pasien.

A. Keluhan Utama

Berdasarkan alloanamnesis, pasien dibawa ke UGD RSMM karena pasien marahmarah, mengamuk, mengancam ingin membunuh dan memukul keponakan serta kakak
pasien secara tiba-tiba di rumah sejak 4 hari SMRS.

Keluhan Tambahan
Susah tidur, mudah tersinggung, membuang semua peralatan rumah tangga ke
dalam sumur, berbicara sendiri, tertawa sendiri.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
11 hari SMRS (28 Juli 2016, pasien 39 tahun) menurut kakak pasien, pasien tidak
tidur selama 4 hari, pasien mengurung diri dikamar, tidak mau bicara pada siapapun,
teratawa cekikikan dan bicara sendiri, menyeringai seperti sedang bercanda dengan
seseorang. Beberapa hari kemudian pasien mengamuk secara tiba-tiba, membuang semua
peralatan rumah tangga ke dalam sumur, membuang tutup sumur ke dalam sumur,
memecahkan kaca jendela rumah, kaca jendela rumah tetangga menggunakan kayu,
memukul kakak dan keponakan pasien dan mengancam akan membunuh mereka, dan
keluyuran. Menurut pasien dan kakaknya saat itu pasien masih mau makan dan minu. Saat
diatanyakan kepada pasien, pasien menjawab bahwa kakak, keponakan dan tetangga pasien
menghina pasien dan ingin mengucilkan pasien sehingga pasien menjadi marah dan benci
terhadap mereka semua. Menurut kakak pasien, suatu hari ketika kembali kerumah setelah
pasien keluyuran pasien membawa beberapa sampah yang pasien pungut dari jalanan.
Namun, setelah itu ia akan menyendiri dikamar dan tidak mau berbicara kepada siapapun.
Hal ini membuat kakak pasien beserta anak anaknya menjadi sangat ketakutan sehingga
memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah menginap dirumah kakak ke dua pasien yang
tak jauh dari tempat tinggal pasien selama seminggu.
1 minggu SMRS (1 Agustus 2016, pasien 39 tahun), Selama seminggu pasien
ditinggalkan sendiri dirumah, pasien tetap diberi makan oleh kakaknya namun kakak pasien
tidak berani untuk menginap serumah dengan pasien karena takut di pukul. Menurut kaka
pasien, saat kakak pasien datang untuk memasakkan makanan pasien mendatangi ke dapur
dan berkata hey lo dari mana aja? udah lama ya lo gak pulang, udah 12 tahun. Menurut
2

kakak pasien, pasien mengoceh namun tidak jelas apa yang dikatakan dan tidak bisa
dimengerti. Setalah itu pasien akan kembali bicara sendiri dan tertawa cekikikan sendiri
seperti sedang berbicara pada banyak orang. Menurut keterangan tetangga beberapa kali
pernah melihat pasien berkeluyuran keluar rumah menggunakan celana pendek dan baju
kaos. Menurut pasien, pasien dibawa kembali ke RSMM dikarenakan pasien tidak
meminum obat. Pasien lupa nama obatnya, ia hanya menyebutkan jumlah dan bentuk dan
warna obatnya. Obat tersebut ada 30 butir, berwarna bulat kuning kecil, abu abu sedikit
lonjng lebih besar, dan 1 jenis obat lagi pasien lupa, obat tersebut diminum ada yang 2 kali
dan 1 kali sehari. Pasien sadar bahwa kekambuhannya kali ini akibat tidak minum obat,
namun pasien mengatakan hal ini ia lakukan karena mual jika meminum obat, dan mulutnya
sering kaku dan mengeluarkan liur setelah minum obat. Pasien juga menyalahkan
pekerjaannya dimana pada saat dulu masih bekerja, ia susah meminum obat karena jam
kerja pasien bersamaan dengan jam minum obat sehingga menyusahkan pasien. Selain itu,
pasien kesal karena keinginan tidak tercapai seperti ingin bekerja dan menikah. Menurut
cerita pasien, sebelum dibawa ke RSMM pasien terlibat pertengkeran dengan tetangga
bernama bapak H. Hasan, menurut pasien beliau menghasut para warga untuk membenci
pasien sehingga pasien merasa terkucilkan. Pasien bercerita bapak H. Hasan berkata pukul
aja tuh si edo, bunuh, kita buang mayatnya ke kali supaya tidak mengganggu warga.
Menurut pasien saat itu pasien sangat marah dan tidak mampu melawan begitu banyak
warga sehingga pasien melampiaskannya dengan menyakiti diri sendiri seperti, memukul
tembok dan memecahkan kaca jendela menggunakan tangannya, sehingga pasien diabwa ke
RSMM.
Pada tanggal 7 Agustus 2016, kakak ipar pasien, melaporkan ke kepala desa untuk
menghubungi pihak RSMM agar pasien dapat segera dibawa ke RSMM. Sebelum pihak
Rumah Sakit datang, kakak ipar pasien datang terlebih dahulu kerumah pasien, menemui
pasien dan meminta pasien untuk ikut bersamanya ke Rumah Sakit. Menurut kakak pasien,
saat dilakukan penjemputan oleh kakak ipar pasien, pasien menurut dan berkata mau di
bawa ke Rumah Sakit ya? Yaudah ayok. Tak lama pihak RSMM pun datang dan membawa
pasien didampingi oleh kakak iparnya.
Pada saat tiba di RSMM, pasien dibawa ke UGD RSMM oleh petugas Rumah
Sakit. Pasien kemudian ditenangkan dan diobservasi di UGD sebelum kemudian
3

dipindahkan ke ruang Kresna. Setelah mendapatkan perawatan selama 5 hari di ruang


Kresna, pasien dalam keadaan yang lebih tenang dan dapat mengendalikan emosinya,
sehingga pada tanggal 9 Agustus 2016 pasien pun dipindahkan ke ruangan Gatot Kaca.
Kakak ipar pasien datang untuk menjenguk pasien saat berada di Gatot Kaca, saat itu
menurut kakak pasien, pasien sudah mulai tenang dan sudah mulai bisa diajak berbicara
seperti sebelumnya. Dari ruangan Gatot Kaca, karena kondisi pasien semakin menunjukkan
perbaikan dan tidak pernah menunjukkan emosi atau mengamuk di dalam bangsal, sehingga
pada tanggal 15 Agustus 2016 pasien dipindahkan ke ruang perawatan Yudistira.
Sejak dirawat di ruang Yudistira hingga kini belum ada satupun keluarga yang
menjenguk pasien. Pasien mengatakan sudah dapat mengendalikan emosinya dan ingin
segera untuk pulang ke rumah, namun pasien merasa sedih karena belum ada satupun
keluarga yang menjenguknya. Pasien mengatakan tidak pernah marah-marah dan
mengamuk lagi. Menurutnya ia sekarang sudah bisa tidur dibawah jam 9 malam dan bangun
jam setengah 5 pagi tanpa ada gangguan di tengah malam. Pasien bercerita masih sering
mendengar bisikan yang menyuruhnya melakukan sesuatu seperti, menyapa orang,
menggoda perempuan, memukul orang, namun pasien megataka bahwa ia menyadari bahwa
itu tidak nyata sehingga pasien membiarkannya. Pasien juga masih sering didatangi oleh
lelaki tua menggunakan peci yang sering mengajaknya berbicara dan menggodanya untuk
segera menikah. Hal ini diakui pasien datang setiap hari, sekitar 5x sehari, namun pasien
sudah mulai mengacuhkan lelaki tersebut.
Pada hari jumat tanggal 26 agustus 2016, pukul 3 pagi, pasien mengatakan masih
melihat sosok perempuan berdiri dijendela kamar menangis histeris selama setengah jam,
saat itu pasien merasa sangat ketakutan sehingga pindah kekasur temannya dan tidur 1
ranjang dengan temannya. Keesokan paginya pasien sudah merasa lebih tenang terutama
setelah mengikuti pengajian, namun lelaki yang menggunakan peci tersebut masih tetap
mendatanginya. Menurut cerita pasien, pasien tetap pada pendiriannya tidak mau meladeni
lelaki tersebut karena menurut pasien dia itu tidak nyata. Selain itu, pasien bercerita masih
menganggap dirinnya gelandangan, dan menganggap semua teman di ruangan dan para
petugas termasuk dokter menganggap ia adalah gelandangan dan pengemis. Pasien merasa
sudah sembuh, ingin pulang dan mengatakan jika keluar ia sangat ingin pulang kerumah
mencari kerja dan menikah.
4

C. Riwayat Gangguan Dahulu


1. Riwayat Psikiatri
Pasien mengatakan ia sudah pernah mengamuk seperti kejadian ini sebelumnya dan
sudah 12 kali masuk ke RSMM. Pertama kali pada tahun 2000 (pasien 20 tahun), menurut
pasien ia terpaksa harus menolak cinta seorang perempuan, bernama Nanik rekan kerjanya
di restoran diakrenakan hukum adat yang tidak memperbolehkan merka bersama yaitu
perempuan itu orang Cirebon sementara pasien orang Kuningan. Hal ini membuat pasien,
menjadi sangat tertekan, menyendiri, menarik diri, sampai perasaan ingin bunuh diri . Selain
itu menurut kakak pasien dan pasien, penyakit gngguan jiwa ini juga dikarenakan masalah
pekerjaan pasien saat masih bekerja sebagai security di hotel puri arafah. Pasien mengalami
muntah darah, yang menurut pasien akibat guna-guna (ilmu santet) yang dilakukan oleh
rekan kerja yang iri terhadapnya karena pasien ditawarkan untuk dapat melanjutkan kuliah
sambil bekerja dan akan segera naik jabatan. Selain itu rekan kerja pasien juga sering
mengancam akan melukai pasien jika ia tidak berhenti dari pekerjaannya tersebut, sehingga
akhirnya pasien berhenti setelah kerja selama 1 tahun di tempat tersebut. Beberapa bulan
setelah kejadian tersebut, pasien diterima bekerja di hotel dan restoran lainnya sebagai
pencuci piring, namun tetap tidak ada yang bertahan lama, pasien berhenti karena tidak
tahan ledekan tema temannya. Menurut kakak pasien setelah 2 kali gagal dalam
pekerjaannya, pasien sempat mencoba usaha perternakan ayam namun tak lama berhenti
dikarenakan ayamnya mati kerana hama. Setelah itu, pasien diajak oleh keponakannya untuk
berternak kelinci. Perternakan kelinci ini bertahan lebih lama dari pada perternakan ayam
yang sebelumnya ia jalani, namun hanya bertahan 1 tahun kelincinya pun mati satu persatu
karena sakit. Semenjak itu pasien hanya berdiam diri dirumah. Sesekali almarhum ibu
pasien meminta pasien mencari pekerjaan, dan sepertinya hal itu semakin menambah beban
pikiran pasien sehingga pada akhirnya pasien sering melamun, mengurung diri dikamar,
tidak mau berbicara.
5

Berapa bulan kemudian, pasien semakin menunjukkan perburukan, pasien mulai


bersikap tidak kenal terhadap orang tua, kakak dan keluarga lainnya. Pasien mulai sering
mengamuk secara tiba tiba dan jika ditanya pasien menjawab saya bosan hidup seperti ini.
Pasien mulai sering berbicara sendiri tertawa terbahak bahak sendiri, memukul ibu dan
kakaknya, bahakan hingga menginjak kepala ibunya. Pasien sering keluar rumah dalam
konsidi tidak memakai baju hingga telanjang. Selain itu pasien juga sering keluar masuk
rumah tetangga, mematikan lampu dan listrik tetangga. Keluarga akhirnya membawa pasien
ke Pelabuhan Ratu untuk di ruqiyah, namun selama sehari tidak ada perubahan pasien
dibawa pulang kembali. Hal ini sangat mencewaskan warga sehingga keluarga melaporkan
hal ini ke kepala Desa dan pasien pun di jemput oleh pihak RSMM unutk ditangani. Setelah
40 hari di RSMM pasien pulih, dalam 2 bulan pasien rajin minum obat namun setelahnya
pasien sudah tidak mau minum obat lagi, sehingga gejala pasien kembali muncuul. Hal ini
terus berlanjut hingga beberapa kali pasien masuk RSMM yaitu, tahun 2003, 2005, 2007,
2011, 2014 dan terakhir 2015. Pada tanggal 9 Desember 2014 (pasien 37 tahun), menurut
kakak pasien, pasien kembali masuk RSMM, karena secara tiba-tiba mengamuk,
memecahkan barang- barang yang ada dirumah, pergi keluyuran dan memukul orang rumah.
Kakak pasien tidak tahu apa yang menjadi faktor pencetus pasien mengamuk, namun pasien
memang tidak pernah mau minum obat. Pasien dirawat selama 40 hari. Setelah keluar dari
rumah sakit, hanya dalam waktu 8 hari setelah pasien keluar dari RSMM (20 Januari 2015,
pasien 38 tahun), tanggal 28 januari 2015 (pasien 38 tahun), kembali mengamuk dirumah,
memukul kakaknya, bicara dan tertawa sendiri. Menurut kakak pasien setelah pulang dari
RSMM pasien tidak mau meminum obatnya sehingga gejalanya kambuh kembali. Menurut
pasien, selama sekitar setahun terakhir ia selalu mendengar bisikan yang menyuruhnya
melakukan sesuatu, seperti memukul, menendang, menginjak atau memarahi orang sehingga
ia sering memukul keluarga dan memecahkan barang serta kaca rumah. Dan pasien juga
bercerita bahwa dulu banyak orang yang sering datang kerumah mengajak bermain, dan
terkadang orang yang datang itu memberikan informasi bahwa tetangga yang lewat di depan
rumah termasuk orang rumah sedang membicarakan dan mengina pasien. Pada tahun 2015
(pasien 38 tahun), terakhir kali pasien dirawat, menurut kakak pasien saat itu pasien dibawa
ke RSMM dengan keterangan bahwa pasien adalah gelandangan karena tidak mempunyai
data data dan tidak ada rumah. Keluarga tidak mengetahui apa penyebab kesalahan dari
6

keterangan tersebut. Hal ini sering diungkapkan oleh pasien hingga sekarang sebagai rasa
kekecewaan kerana merasa dibuang oleh keluarga sehingga semua orang mengira ia adalah
pengemis dan gelandangan.
10 bulan SMRS (Oktober 2015, usia 38 tahun), menurut kakak pasien, pasien
mendapatkan pekerjaan di klinik medika (daerah Cilengsi) sebagai pengantar obat-obatan.
Pasien dipekerjakan oleh sahabatnya saat masih duduk di bangku sekolah dasar dulu,
bernama Asep yang kini sudah menjadi dokter dan merupakan pemilik klinik tersebut.
Setelah seminggu bekerja di klinik tersebut, pasien kembali kerumah atas perintah dr Asep,
dengan tujuan supaya pasien memberitahukan keluarga tentang keberadaannya sehingga
keluarga pasien tidak khawatir. Kakak pasien bercerita saat pulang tersebut, pasien sangat
senang sekali dapat bekerja bersama sahabatnya tersebut. Setelah 2 minggu semenjak pasien
kembali bekerja di klinik medika, pasien pulang kembali kerumah. Kepulangan pasien kali
ini berbeda dengan sebelumnya, pasien tampak sedih dan murung. Menurut pasien dan
kakak pasien, pasien merasa tersinggung terhadap ucapan Asep kepadanya. Menurut pasien
saat itu sahabatnya berkata Duh, ada orang gila nih ngelemparin lumpur ke mobil saya.
Sementara menurut pasien saat itu tidak ada orang sama sekali dah pasien pun merasa
tersinggung. Namun tidak lama setelah itu pasien tetap kembali ke klinik tersebut, kali ini
pasien hanya bertahan 2 hari. Menurut cerita kakak pasien, saat itu kakak pasien kaget
pasien tiba tiba pulang kerumah dengan muka murung. Pasien bercerita pada sang kakak
kali ini ia pulang kerumah dikarenakan istri Asep tidak menyukai dirinya, menganggap
pasien adalah orang gila, tidak pantas berteman akrab dan bekerja dengan suaminya,
sehingga mencari cara supaya pasien berhenti bekerja di klinik suaminya. Semenjak
kejadian tersebut, wajah pasien menjadi sering murung, tampak sedih tidak bersemangat
seperti biasanya dan lebih sering mengurung diri dikamar. Keluarga sudah mulai khawatir
melihat gejala tersebut, karena pasien sudah sering kali masuk RSMM dan memang selama
1 tahun terakhir sama sekali tidak pernah mengkonsumsi obat.
9 bulan SMRS (November 2015, pasien 38 tahun), Menurut cerita kakak pasien,
pasien mulai sering bicara sendiri dan tertawa sendiri di dalam kamarnya. Saat ditanya
sedang bicara dengan siapa, pasien menjawab dengan teman yang datang kerumah dan
mengajaknya mengobrol. Selain itu, terkadang pasien keluar kamar, namun hanya duduk
diam bersandar ditembok dan tidak pernah merubah posisinya. Pasien mempertahankan
7

posisi tersebut sekitar setengah hari, jika pasien lelah maka pasien akan kembali ke
kamarnya. Perilaku seperti ini terjadi selama 8 bulan SMRS. Selain itu pasien juga sangat
susah untuk tidur, pasien tidak mau berbicara kepada siapa pun kecuali kepada
keponakannya, dan itu hanya sekedar menyuruh keponakannya untuk pergi memintakan
rokok untuknya ke rumah kakak keduanya, Ny SJ, selain hal tersebut pasien tidak mau sama
sekali bebricara kepada siapapun, namun masih mau makan dan minum. Menurut kakak
pasien, pasien memamang orang yang sangat pendiam dan tidak pernah bercerita kepada
kakak, almarhum ibu atau almarhum ayahnya mengenai apa yang ia rasakan atau ia pendam,
sehingga keluarga susah untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkannya. Pasien juga
sudah tidak pernah melakukan ibadah shalat dan mengaji.
Menurut kakak pasien, selama 8 bulan SMRS nafsu makan pasien meningkat,
dalam 1 hari pasien bisa makan sebanyak 5-6 kali. Namun untuk masalah kebersihan
menjadi sangat buruk, pasien hanya mandi dan mengganti baju 1 kali seminggu, buang air
kecil dan air besar tidak disiram kembali bahkan terkadang pasien buang air kecil dan air
besar disembarangan tempat seperti di ruang tamu, kamar dan dapur. Sementara itu, menurut
pasien selama 8 bulan SMRS pasien hanya mengurung diri dikamar, tidak makan dan tidak
minum, namun pasien tetap mandi, mengganti baju dan melakukan ibadah shalat. Pasien
bercerita ia melihat sukma dari dalam tubuhnya berwarna putih terbang menjauhi tubuhnya,
ia merasa seperti nyawanya tercabut. Namun sekarang sukma tersebut telah kembali. Pasien
bercerita pernah mempunyai keinginan bunuh diri dengan meminum 30 butir obat sekaligus,
meminum baygon serta menyilet tangan karena kesal dengan kakak pasien yang
memerahinya. Sementara itu , menurut keterangan kakak pasien, ia hanya mengetahui
pasien meminum 30 butir obat sekaligus, selebihnya kakak pasien menyangkal. Menurut
kakak pasien, keluarga pasien selama ini tidak membawanya kembali ke RSMM
dikarenakan malu karena terlalu sering keluar masuk. Selain itu keuarga merasa terbebani
oleh biaya yang harus dikeluarkan untuk mengantar pasien ke RSMM.
2. Riwayat Kondisi Medis
Baik pasien maupun keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami
cedera kepala, kejang kejang, ataupun penyakit yang membutuhkan perawatan intensif di
rumah sakit.
8

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol


Menurut pasien dan ibunya, pasien merupakan perokok berat. Setiap hari pasien biasa
menghabiskan setengah bungkus rokok setiap hari, kadang lebih. Pasien mengatakan ia
tidak pernah mengkonsumsi alkohol. Pasien mengatakan tidak pernah lagi mengkonsumsi
ganja maupun zat psikoaktif lainnya sampai sekarang

Grafik Perjalanan Penyakit

Keterangan:
-

Tahun 2000 : pasien mulai sering melamun, mengurung diri tiba tiba marah marah
memuukul almarhum ibunya, kakak lari telanjang keluar rumah memecahkan
kaca rumah, membanting barang, bicara sendiri dan tertawa sendiri
9

Tahun 2003: gejala mulai timbul kembali, pasien tidak mau minum obat, murung,
mengucilkan diri dikamar ngamuk, membanting barang, memukul kakak dan
ponakan, berteriak-teriak, masuk rumah tetangga

Tahun 2005: mengamuk, melempar batu kerumah tetangga, berbicara sendiri, tertawa
sendiri, memukul orang yang ada dirumah

Tahun 2007: mengamuk, melemparkan barang-barang, berbicara sendiri, tertawa sendiri,


memukul orang yang ada dirumah

Tahun 2011 : mengamuk, melemparkan barang-barang, berbicara sendiri dan tertawa


sendiri didalam kamar, memukul orang yang ada dirumah

9 Desember 2014 : mengurung diri dikamar, bicara sendiri tertawa, memukul kakak dan
keponakannya, berkeluyuran keluar rumah

28 Januari 2015 : Gejala

yang sama, mengamuk, memukul keluarga, keluyuran,

berbicara dan tertawa sendiri


-

Oktober 2015 : pasien menunjukkan gejala awalnya diam dan melamun

Nov 2015 : mulai berbicara sendiri bicara kacau dan teriak-teriak, tertawa sendiri
tidak tidur semalaman

28 Juli 2016 : pasien mengamuk, merusak barang, memukul kakak & keponakannya

1 Agustus : Pasien masih berbicara sendiri, tertawa sedniri, namun tidak memukul
kakaknya lagi

7 Agustus 2016 : pasien mau menuruti kakak iparnya dan dibawa ke RSMM, masuk ke
ruang kresna

9 Agustus November 2016 : pasien sudah mulai tenang, tidak ada keinginan memukul,
tidak mengamuk, pasien dipindahkan ke ruangan Gatot Kaca

10

15 Agustus 2016 sekarang : pasien tenang, sudah bisa tidur nyenyak, tidak pernah
mengamuk di bangsal dan tidak pernah melakukan tindakan kekerasan. Pasien
dipindahkan ke ruang yudistira. Pasien bercerita masih mendengar suara bsisikan dan
masih melihat sosok lelaki tua yang selalu datang menghampirinya, namun ia tau bahwa
itu tidak nyata dan berusa untuk tidak menanggainya. Pasien masih merasa gelandangan,
disertai perasaan sedih tidak ada keluarga yang mengunjungi, dan merasa sudah
membaik, ingin segera pulang kerumah , menikah dan bekerja.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut ibu pasien, pada saat hamil ibu pasien tidak mengkonsumsi alkohol ataupun
obat-obatan narkotika. Pasien lahir cukup bulan dengan berat 3,5 kg, lahir spontan di rumah
dengan dukun beranak. Tidak terdapat trauma pada saat proses kelahiran tersebut. Pasien
merupakan anak yang diharapkan dan direncanakan dalam keluarga.Keadaan emosional ibu
pada saat pasien lahir baik.

2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)


Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya, serumah dengan keempat kakaknya. Pasien
mendapatkan ASI sampai usia 6 bulan dan mulai diberikan makanan selain ASI setelah usia
6 bulan. Menurut ibu pasien, tumbuh kembang pasien (berbicara, tumbuh gigi,
perkembangan bahasa, perkembangan motorik) normal seperti anak sebayanya. Kakak
11

pasien mengatakan mengajarkan latihan buang air (toilet training) kepada pasien, tetapi
tidak ingat pada umur berapa dimulainya latihan tersebut. Ibu pasien juga mengatakan
pasien tidak mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit kuku, ataupun
mengompol / buang air besar saat tidur seiring bertambahnya usia. Kakak pasien tidak ingat
umur berapa terakhir kali pasien mengompol.Menurut ibu pasien, kepribadian pasien di
waktu kecil cukup aktif dan senang bermain. Terkadang pasien takut apabila bertemu
dengan orang yang belum dikenalnya, namun apabila pasien sudah mulai terbiasa
melihatnya ia tidak takut lagi.

3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)


Pasien mulai masuk sekolah dasar pada umur 7 tahun. Pasien mengatakan tidak ingat
tentang pengalaman awal masuk sekolah, termasuk bagaimana sikap pasien terhadap
perpisahan dengan orang tua di sekolah. Tetapi kakak pasien mengatakan pasien tidak
mengalami masalah pada saat awal masuk sekolah dasar. Pasien juga tidak menolak
perpisahan dengan ibunya saat masuk sekolah dasar, menurut kakak pasien, pasien tidak
pernah ditunggu oleh almarhum ibu pasien saat sekolah dasar, pasien sangat mandiri dan
pemberani. Pasien dan kakak pasien mengatakan pasien adalah orang yang mudah bergaul
dan memiliki cukup banyak teman saat sekolah dasar. Hubungan pasien dengan guru dan
teman-teman juga baik menurut ibu pasien, pasien sering terlihat bermain bersama temanteman sekolahnya dulu. Menurut kakak pasien, pasien tergolong anak yang sangat pintar di
sekolah. Pasien selalu mendapat juara 1 di kelas dan selalu naik kelas saat sekolah dasar. Ibu
pasien mengatakan pasien juga terlihat tidak pernah malas belajar dan mengerjakan tugas
saat sekolah dasar. Namun menurut kakak pasien, saat sekolah dasar pasien pernah minder
atau tidak percaya diri saat senang melihat teman perempuannya yang merupakan anak
orang kaya.

4. Masa Kanak Akhir (Pubertas hingga Remaja)

12

Hubungan Sosial
Menurut pasien dan ibu pasien, pasien mempunyai banyak teman di lingkungan
pergaulannya. Pasien juga tidak pernah mempunyai masalah dengan teman-teman
maupun orang sekitarnya. Menurut pasien, ia adalah orang yang biasa saja dalam
pergaulan dan bukan merupakan pemimpin dalam kelompoknya. Pasien mengatakan
walaupun ia mudah bergaul, tapi ia adalah orang yang pendiam dan pemalu terutama
terhadap perempuan.

Riwayat Pendidikan
Menurut pasien dan kakaknya, pasien sekolah di Sekolah Dasar Cipayung 1.
Kemudia melanjutkan pendidikan SMP di SMPN pasar angin. Selama menempuh
pendidikan SD dan SMP pasien tidak pernah mengalami kesulitan, hingga ia dapat
melanjutkan Sekolah Menengah Atas Cibeduk. Saat di bangku SMA menurut pasien
dan kakaknya, pasien merupakan salah satu siswa berprestasi yang selalu mendapat
juara 1 dikelas dan penghargaan dari sekolahnya. Setelah tamat SMA (1998), pasien
mendapatkan beasiswa dari sekolahnya unutuk kuliah di Universitas Juanda, Ciawai
jurusan hukum. Namun, hanya sekitar 2 bulan pasien berhenti dari kulihnya tersebut.
Menurut pasien, ia berhenti kuliah karena setiap masuk kelas selalu mati lampu,
sehingga asien curiga bahwa semua hal ini disengaja oleh pihak sekolah agar pasien
segera keluar dari temapt kuliahnya tersebut. Sementara menurut kakak pasien, ia
tidak tahu apa yang menyebabkan pasien berhenti kuliah dikarenakan saat itu tempat
kuliah pasien jauh dari rumah sehingga tidak ada yang mengawasi dan pasien pun
tidak pernah becerita apapun pada keluarganya.

Perkembangan Kognitif dan Motorik

13

Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik dan tidak terdapat gangguan
perkembangan yang spesifik. Pasien mengatakan terdapat gangguan memusatkan
konsentrasi saat belajar.

Masalah Emosional dan Fisik


Pasien mengatakan tidak pernah merokok walaupun sering diajak oleh temannya.
Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami perasaan depresi atau timbul ide
untuk bunuh diri. Menurut pasien, ia tidak pernah menceritakan apapun yang ia
alami atau rasakan ke keluarga atau pun temannya karena ia tidak ingin membebani
orang lain.

5. Masa Dewasa
-

Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat SMA (usia pasien 18 tahun 1998), pasien mendapat tawaran
pekerjaan di Hotel Puri Arafah sebagai security, dan berkat prestasinya semasa
sekolah pasien ditawarkan unutk dapat melanjutkan kuliah sambil bekerja. Hal ini
membuat rekan kerja pasien iri sehingga sering mengancam dan tidak lama pasien
sakit, muntah darah dan berhenti bekerja. Setahun kemudian pada tahun 1999,
pasien mendapat pekerjaan kembali di Restoran Sari Raya sebagai tukang cuci
piring, namun hanya bertahan sekitar 4 bulan, dikarenakan pasien merasa dihina oleh
rekan kerjanya disana. Beberapa bulan kemudian masih di tahun 1998, menurut
kakak pasien, pasien diajak oleh keponakannya untuk berternak kelinci, hanya
bertahan 1 tahun karena kelincinya banyak yang mati terkena hama. Setelah itu
pasien mencoba kembali berternak ayam, dan hanya bertahan beberapa bulan ayamayamnya mati terkena virus. Menurut kakak ipar pasien, pada tahun 2005 (pasien
usia 24 tahun) pasien pernah bekerja di Depok sebagai pembuat skripsi mahasiswa
14

namun tidak bertahan lama hanya beberapa bulan berhenti, menurut kakak ipar
pasien, pasien berhenti karena tidak nyaman bekerja ditempat tersebut. Pada tahun
2015 akhir (pasien 38 tahun), pasien ditawari bekerja di klinik medika oleh seorang
sahabat pasien (teman saat SD ), bernama dr. Asep. Pasien bertahan hanya sekitar
sebulan setelah 2 kali pasien berniat unutk berhenti, menurut kakak pasien, pasien
pernah merasa tersinggung atas perkataan dr Asep disertai sikap istri dr Asep yang
tidak menyukai pasien. Pasien merasa istri dr Asep sangat membencinya karena
pasien sakit jiwa. Namun, menurut pasien ia tidak pernah bekerja di klinik medika
bersama sahabtanya, dan tidak mengenal dokter asep.

Riwayat Pernikahan dan Hubungan


Pasien dan ibu pasien mengatakan pasien belum pernah menikah. Saat ini pasien
mengaku tidak punya pacar. Pasien bercerita bahwa ia mempunya 4 orang istri yang
berbeda beda tempat, yaitu Tanjung pinang, bogor, Cipayung dan Palembang. Istri
pertama, Elsa Aminudin, merupakan teman SD pasien yang sudah meninggal setelah
melahirkan anak kembar. Menurut pasien ia sangat menyayangi Elsa Aminudin dan
tidak bisa melupakannya. Sementara itu, meurut kakak pasien Elsa Aminudin
tersebut adalah teman SD pasien, perempuan yang dulu pernah disenangi oleh
pasien, namun pasien merasa tidak percaya diri untuk mendekatinya karena pasien
adalah orang biasa bukan orang kaya sepertinya. Istri kedua adalah Ida yang sudah
punya 2 anak dari pernikahan pertamanaya. Menurut pasien, meraka hanya menikah
sirih selama sehari tanpa meniduri wanita tersebut, dikarenakan wanita tersebut
hanya membutuhkan pasien sebagai sukarelawan agar Ida bisa kembali menikah
dengan mantan suami setelah mantan suaminya dulu memberikan talak 3 padanya.
Istri ke 3 nya adalah dina dan tina yang meninggalkan pasien, dikarenakan menurut
pasien mereka cemburu karena pasien masih mencintai istri pertamanya. Sementara
itu, menurut kakak pasien ia tidak mengenal nama perempuan yang sering id
sebutkan pasien kecuali Elsa Aminudin.

15

Riwayat Tindakan Kriminal


Pasien dan ibu pasien mengatakan pasien pernah membakar dapur rumah kakak
pasien, namun hal ini tidak sampai melibatkan kepolisian. Hal kriminal lainnya
tidak ada.

Agama
Pasien beragama Islam, sama dengan kedua orang tua dan kakak adiknya. Sikap
keluarga terhadap agama pasien cenderung optimis. Kedua orang tua pasien selalu
mengajarkan, mengajak dan mengingatkan pasien unutk menjalani ibadah terutama
shalat. Pandangan agama pasien (Islam) terhadap penyakit psikiatri adalah
mendukung pengobatan, disertai dengan bantuan doa dari keluarga.

Aktifitas Sosial
Menurut pasien, saat ini pasien mengatakan tidak memiliki teman dekat. Menurut
kakak pasien, semenjak sakit pasien kurang berinteraksi dengan tetangga-tetangga
sekitar. Setiap hari pasien hanya mengurung diri dikamar, tidur dan duduk diruang
TV. Jarang melakukan aktivitas dan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan.
Beda dengan sebelum sakit, pasien masih mau membantu membersihkan rumah,
melakukan kegiatan disekitar lingkungan rumah dan bermain bola dengan teman
sebayannya.
16

Riwayat Seksual
Pasien mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan istri pertamanya.
Menurut pasien hubungan seksual seharusnya dilakukan setelah pernikahan. Pasien
mengatakan pengetahuan seksualnya didapatkan dari teman-temannya di pergaulan
dan sekolah. Pasien mengatakan sikapnya terhadap lawan jenis cenderung pemalu
dan hal itu menurut pasien dapat membantu unutk mendapatkan perhatiannya.

E. Riwayat Keluarga
Menurut penuturan ibu pasien, dalam keluarga pasien tidak terdapat riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien atau gangguan mental
lainnya.Tidak ada yang pernah dirawat akibat gangguan psikiatri ataupun penyakit medis
lainnya.Tidak ada juga riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat lain serta perilaku antisosial
di dalam keluarga pasien.
Pasien merupakan anak ke- 5 dari 10 bersaudara.Pasien tinggal bersama dengan
kakak ke empat dan ke empat anak kakak pasien. Menurut kakak pasien, ayah pasien
meninggal 18 tahun yang lalu (1997) akibat terkena infeksi paru-paru. Ibu pasien juga sudah
meninggal Kakak pertama pasien sudah menikah tinggalnya tidak jauh dari rumah pasien.
Kakak kedua pasien juga sudah menikah tinggal bersama keluarganya tidak jauh dari rumah
pasien. Adik pasien juga sudah berkeluarga tinggal di daerah Ciputat bersama keluarganya.
Sementara itu, kakak ketiga pasien dan adik ke enam, tujuh, delapan dan Sembilan sudah
meninggal saat balita. Adiknya meninggal karena sakit akibat penyakit infeksi.
Kakak pasien mengatakan sikap pasien dalam keluarga cenderung tertutup.
Menurutnya pasien adalah anak yang baik di rumah dan tidak pernah menyusahkan
17

keluarga. Pasien tidak pernah mau menceritakan masalahnya karena takut akan merepotkan
ayah, ibu dan keluarganya.

Genogram keluarga pasien :

Keterangan :
18

F. Situasi Kehidupan Terkini


Saat ini pasien tinggal di rumah beserta dengan 6 anggota keluarga lainnya.
Keadaan lokasi rumah pasien terletak di pemukiman padat penduduk di daerah
Cipayung, dengan lokasi antar rumah saling berdempetan dan sangat dekat. Sumber
pendapatan keluarga menurut kakak pasien mayoritas berasal dari kakak ipar pasien
yang bekerja sebagai pengurus mesjid. Ketiga kakak pasien merupakan ibu rumah
tangga yang tidak bekerja. Terkadang juga mereka mendapatkan bantuan dana dari
saudara dekat berupa uang bantuan tetapi tidak rutin.
Sebelum tanggal 9 Agustus 2016, pasien tidak pernah dikunjungi keluarganya.
Kunjungan pertama kali dilakukan oleh kakak ipar pasien semiggu setelah pasien
dipindahkan ke ruang gatot kaca (9 Agustus 2016). Hingga kini pasien belum pernah
mendapat kunjungan lagi dari keluarga ataupun kerabat dekat.
Menurut kakak dan kakak ipar pasien, perawatan di rumah sakit ini sangat penting
untuk menstabilkan emosi pasien, keluarga merasa sangat ketakutan jika pasien pulang
dalam waktu dekat ini, keluarga masih trauma dengan tindakan kekerasan pasien
terhadap mereka dan anak mereka yang masih kecil serta masih merasa cemas jika harus
tinggal satu rumah bersama pasien kembali. Sedangkan menurut penuturan pasien, ia
19

merasa sudah sangat siap untuk pulang kembali ke rumah, ingin segera keluar dari
rumah sakit supaya bisa mencari pekerjaan dan mencari calon istri untuk menikah.

G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya


-

Impian : pasien mengatakan ingin sekali memuliakan kedua orang tua

Fantasi : pasien mengatakan tidak memiliki fantasi untuk masa depannya

Sistem nilai :pasien menganggap pekerjaannya adalah suatu kewajiban untuk


memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya nanti

Dorongan kehendak : pasien ingin segera keluar dari rumah sakit

Hal yang menjadi sumber kejengkelan dan yang membuat bahagia : pasien
mengatakan seringkali kesal karena sanak saudaranya seakan meremehkan dan
kurang memperhatikan keluarga pasien. Pasien mengatakan akan merasa senang
sekali apabila dapat berkumpul kembali dengan keluarganya karena ia sangat rindu
dengan keluarganya di rumah.

III.

STATUS MENTAL

Dilakukan pada tanggal 23, 25 dan 26 Agustus 2016 di bangsal Yudistita RSMM Bogor
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Seorang laki-laki berusia 39 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya. Penampilan
tidak rapi dan tidak bersih, rambut hitam berombak, kuku tidak terpotong rapi,
perawakan ideal.

20

2. Kesadaran
-

Biologis

: compos mentis

Psikologis

: terganggu

Sosial

: terganggu

3. Perilaku dan Aktifitas Psikomotor


-

Sebelum wawancara : pasien tampak sedang duduk diam di atas tempat tidur di
bangsal, cara jalan tampak normal

Selama wawancara : pasien tampak tenang, kontak mata adekuat, tidak ada gerakan
involunter ataupun menunjukkan agitasi

Setelah wawancara : pasien kembali bergabung dengan teman lainnya di bangsal

4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan cepat dan tegas.Intensitas suara
cukup, artikulasi jelas.

5. Sikap Terhadap Pemeriksa : kooperatif dan penuh perhatian.

21

B. Alam Perasaan
1. Mood : Euthym
2. Ekspresi Afektif
-

Skala diferensiasi
Kestabilan
Echt / Unecht
Keserasian
Pengendalian
Intensitas
Empati

: luas
: stabil
: echt (sungguh-sungguh)
: serasi
: baik
: dalam
: dapat diraba rasakan

C. Fungsi Intelektual
1.

Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan:


-

Taraf pendidikan : Sesuai dengan taraf pendidikan

Pengetahuan umum: Baik. Pasien dapat mengetahui presiden RI saat ini

Kecerdasan :Baik. pasien mampu menjawab soal penjumlahan angka dengan baik

2.

Daya konsentrasi : Baik. Pasien bisa menghitung mundur 100-7 (Seven Serial
Test)

3.

Orientasi :

Orientasi Waktu : Baik. Pasien dapat mengetahuisiang atau malam, hari, dan
tanggal

Orientasi Tempat : Baik. Pasien mengetahui dirinya sedang berada di rumah sakit

Orientasi Personal: Baik. Pasien dapat mengenali pemeriksa


22

4.

Daya ingat:
-

Daya Ingat Jangka Panjang : Baik. Pasien masih ingat nama sekolah SD-nya
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik. Pasien masih mengingat menu sarapan tadi pagi
Daya Ingat Sesaat: Baik. Pasien mampu mengucapkan kembali apa yang baru saja ia
ceritakan

5. Pikiran Abstrak: Baik. Pasien mampu menyebutkan persamaan 2 objek seperti jeruk dan
pisang. Pasien mengatakan keduanya adalah buah-buahan.
6. Kemampuan Menolong Diri : Baik. Pasien mampu makan dan mandi sendiri.
7. Kemampuan Visuospatial : Baik. Pasien dapat mengikuti gambar tumpang tindih yang
dicontohkan pemeriksa.

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
- Halusinasi Auditorik : Ada (Saat di ruang Kresna, mendengar suara lelaki yang
menyuruhnya untuk memukul, mengatakan bahwa orang orang sedang
meledekinya, saat di ruang Gatot Kaca, mendengar suara lelaki yang sama
menyuruh untuk menyapa orang yang lewat, saat di ruang Yudistira mendengar
suara lelaki yang menyuruhnya menggodai perempuan, menyapa perempuan
-

terakhir kali pada tanggal 26 Agustus 2016)


Halusinasi Visual : Ada (Pasien pernah melihat sukma dari dalam tubuhnya
berwarna putih keluar terbang dan menghilang saat pasien tidak mau makan
selam 7 hari 7 malam. Pasien melihat seorang lelaki menggunakan peci yang
selalu datang setiap hari mengajak pasine mngoborl, menyuruh pasien unutk
segera menikah mencari calon istri. Lelaki itu sering menggoda pasien, pasien
merasa senang. Satu hari sosok tersebut datang 5x. Selain itu makluk tinggi besar
23

terkahir kali dilihat pada tanggal 24 Agustus 2016 pada tengah malam yang
membuat pasien terbangun sehingga pasien merasa ketakutan. Kemudian, pasien
melihat perempuan yang menangis di jendela kamar selama setengah jam hanya
1 kali pada tanggal 26 Agustus 2016 pukul 3 dini hari, pasien merasa ketakutan)
- Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada
- Halusinasi Taktil : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
-

Produktivitas : Banyak. Pasien menjawab semua pertanyaan pemeriksa dan ide

cerita yang banyak.


Kontinuitas pikiran: Asosiasi longgar. Jawaban pasien ide-ide berpindah-pindah

dari satu topik ke topik yg lain


Hendaya berbahasa: Tidak ada. Pasien tidak menggunakan bahasa yang tidak
dimengerti/kata kata baru yang hanya pasien mengerti (neologisme) dan pasien
mengunakan bahasa secara lazim sesuai dengan tata bahasa.

2. Isi Pikiran
-

Preokupasi: Tidak ada


Waham:
Waham Kebesaran (Pasien meyakini bahwa ia memiliki 4 orang istri, dan
disenangi banyak perempuan karean ia adalah orang yang sabar, ideal,
menghargai, selalu ceria, dan punya prisip ksenangan bisa dicari, orang yang
menyenangkan susah dicari, pasien juga meyakini bahwa ia mendapatkan
beasiswa unutk sekolah ke Harvard karena sangat genius)
Waham kejar (Pasien meyakini bahwa keluarga, tetangga, semua orang yang
melihatnya termasuk petugas dan para dokter dirumah sakit menganggap dia
adalah pengemis dan gelandangan. Dan semua keluarga dan warga sekitar
rumahnya sengaja mengucilkan dia bahkan ingin membunuhnya membuang
jasadnya ke kali )

24

F. Pengendalian Impuls

Baik

G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Baik. Ketika diberi pertanyaan apakah mencuri itu baik atau tidak,
pasien menjawab tidak baik.
2. Uji daya nilai : Buruk. Pasien mengatakan jika menemukan dompet di tengah jalan,
maka pasien akan menyimpannya dan jika 3 hari tidak ada yang merasa kehilangan
dompet maka uang didalam dompet akan diambil dan digunakan unutk kepentingannya
sendiri.
3. Penilaian realita : Terganggu (riwayat halusinasi dan waham)
H. Tilikan
Tilikan derajat 3 (Tilikan emosional sejati : sadar bahwa dirinya sakit dan menyalahkan
tuntutan pekerjaan sehingga pasien susah untuk minum obat hingga timbul gejala lagi).
I. Taraf Dapat Dipercaya

IV.

: Dapat dipercaya

STATUS FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jumat, 26 Agustus 2016 di Ruang Yudistira RS. Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor.

A. Status Internus
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compos Mentis

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Frekuensi napas

: 20x/menit

Frekuensi nadi

: 88x/menit

Suhu

: 36,70 C

Status gizi

: Kesan gizi normal


(TB = 160 cm, BB =53,2 kg; BMI = 20,7 kg/m2)

Kulit

: Kuning Langsat

Kepala

: Tidak ada deformitas, normocephali


25

Rambut

: Hitam, lebat, tidak mudah tercabut

Mata

: Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

Telinga

: Normotia, sekret (-)

Gigi dan mulut

: Dalam batas normal

Leher

: Pembesaran KGB (-)

Jantung

: Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru

: Pergerakan dinding dada simetris, suara napas vesikuler, ronkhi


-/-, wheezing -/-

Abdomen

: Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan pembesaran


hepar dan lien

Ekstremitas

: Akral hangat (+), edema (-)

B. Status Neurologis
GCS

: 15 (E4,V5,M6)

Kaku kuduk

: (-)

Pupil

: Bulat, isokor

Parase nervus kraniali

: (-)

Motorik

: Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-),
eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi

Sensorik

:Tidak ada gangguan sensibilitas

Reflex fisiologis

: Normal

Reflex patologis

: (-)

Gejala ekstrapiramidal

: (-)

Stabilitas postur tubuh

: Normal

Tremor di kedua tangan

: (-)

C. Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 17-10-2015)


PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI

KETERANGAN

Hb
Leukosit

11,6
10.500

RUJUKAN
14-16
4000-10000

Normal
Normal
26

Trombosit
Hematokrit
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
GDS

269.000
34
17
18
10,4
0.73
94

150000-400000
40-50
< 42
< 47
10-50
0,7 1,0
<140

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien laki-laki usia 39 tahun datang ke UGD RSMM dibawa oleh petugas rumah
sakit. Pasien tidak bisa tidur, mengurung diri dikamar, tidak mau berbicara kepada siapapun,
kemudian tiba-tiba marah-marah, mengamuk, mengancam ingin membunuh dan memukul
keponakan serta kakak pasien secara tiba-tiba di rumah sejak 4 hari SMRS. Selain itu
menurut kaka pasien, pasien memungut sampah dari jalanan dan dibawa pulang kerumah.
Pasien juga berbicara, teriak-teriak sendiri, ketawa cekikikan, membanting barang-barang di
rumah, melempar semua peralatan rumah tangga dan barang yang ada dirumah kedalam
sumur, memukul kakak serta keponakannya. Kejadian ini terjadi secara tiba-tiba tapi
merupakan kejadian yang sudah berulang . Pasien mengatakan saat kejadian tersebut, pasien
merasa kesal dengan salah satu warga bernama H. Hasan yang menghasut warga untuk
membenci pasien, memukul pasien, dan membuang jasad pasien ke kali, karena menurut
mereka pasien gila dan tidak pantas tinggal lingkungan rumah pasien. Menurut pasien ia
mendengar dan melihat sendiri pak H. Hasan berbicara seperti itu di depan semua warga.
Tidak hanya warga bahkan keluarganya sendiri pun ikut ingin meembuang danmengucilkan
pasien. Pasien juga bercerita bahwa beberapa bulan sebelum kejadian tersebut pasien
mengurung diri dikamar tidak mau berbicara dengan siapa pun tidak makan dan minum
selama 7 hari 7 malam hingga melihat sukma berwarna putih keluar dari tubuhnya dan
menghilang, menurutnya sukma itu adalah roh jiwanya yang terbang.
Pasien meyakini bahwa ia memiliki 4 orang istri, dan disenangi banyak
perempuan karean ia adalah orang yang sabar, ideal, menghargai, selalu ceria, dan punya
prisip kesenangan bisa dicari, orang yang menyenangkan susah dicari, pasien juga
meyakini bahwa ia mendapatkan beasiswa unutk sekolah ke Harvard karena sangat genius.

27

Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan kesadaran pasien compos mentis,
sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif dan bisa bekerja sama. Mood euthym. Afek
stabil, pengendalian cukup, echt, empati dapat dirabarasakan, dalam, skala diferensiasi luas,
serasi. Ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik pada pasien. Ditemukan juga
adanya waham kebesaran dan waham kejar pada pasien. Penilaian realita pasien terganggu
karena adanya riwayat halusinasi dan waham. Tilikan derajat 3 dan secara keseluruhan dapat
dipercaya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, meliputi status generalis dan status
neurologis, serta pemeriksaan penunjang tidak didapatkan adanya kelainan kondisi medis
lain.

VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera
kepala, kejang, tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Dari hasil pemeriksaan fisik juga tidak
ditemukan adanya kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu,
gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penggunaan
ganja dan tidak pernah lagi mengkonsumsi ganja dan zat psikoaktif lain sampai saat ini. Pasien
mengatakan tidak mengkonsumsi zat-zat psikoaktif, sehingga diagnosis gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
Ditemukan gejala-gejala psikotik pada pasien, berupa halusinasi visual dan auditorik
yang sering member perintah kepada pasien sehingga pasien sering memukul dan mengamuk,
waham kebesaran dan waham kejar, bicara kacau, kecurigaan terhadap orang lain. Seluruh gejala
ini terjadi secara mendadak namun sudah sering terjadi sebelumnya dan ada riwayat gejala yang
serupa sebelumya menunjukkan bahwa hal ini merupakan onset yang kronis. Total keseluruhan
gejala menunjukkan periode waktu >7 bulan, sehingga menurut kriteria PPDGJ-III digolongkan
ke dalam Skizofrenia Paranoid (F20.0).

28

Aksis II
Tidak ada
Aksis III
Berdasarkan hasil pemeriksaan status generalis, neurologis, dan pemeriksaan penunjang
tidak didapatkan kelainan medis umum pada pasien.
Aksis IV

Masalah dengan keluarga : Ada. Pasien merasa keluarga besarnya menganggap


remeh, tidak mengahragai, menganggap pasien hanya bisa menyusahkan keluarga
saja dan kurang memperhatikannya.
Masalah dengan lingkungan sosial : Ada, pasien merasa seluruh warga sekitar

rumah membencinya, menganggap remeh, dan ingin mengucilkan pasien


Masalah pendidikan :Tidak ada
Masalah pekerjaan : Ada. Pasien merasa selalu gagal dalam menjalani pekerjaannya,

namun menyalahkan beberapa pihak atas hal tersebut.


Masalah ekonomi:Ada. Pasien termasuk masyarakat dengan ekonomi kurang, dimana
penghasilan di dalam keluarga mayoritas dibebankan kepada kakak ipar pasien,

semenjak ayah dan ibu pasien meninggal.


Masalah akses ke pelayanan kesehatan:Tidak ada

Aksis V

GAF HLPY

: 71 (Gejala sementara dapat diatasi, disabilitas ringan

dalam social, pekerjaan sekolah, dll)


Fungsi Psikologis

: terdapat gejala halusinasi, namun jarang

Fungsi sosial

: pasien berkomunikasi dan berinteraksi dengan


keluarga dan lingkungan sekitar, tetapi cenderung
menutup diri

Fungsi perawatan diri

: pasien dapat merawat dirinya sendiri dengan baik

29

GAF Saat Masuk

: 31 (beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita

dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi)


Fungsi psikologi

: terdapat gejala halusinasi dan waham

Fungsi sosial

: pasien mengalami gangguan penilaian realita dan tidak


dapat berkomunikasi dengan baik

Fungsi perawatan diri

: pasien tidak dapat menjalankan fungsi perawatan dirinya

GAF Current

: 62 (Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik)


Fungsi psikologi

: riwayat halusinasi dan waham

Fungsi sosial

:pasien mengalami gangguan dalam hubungan dengan


realita, komunikasi baik

Fungsi perawatan diri


VII.

: perawatan diri pasien kurang baik

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I

Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia

Aksis II

Ciri kepribadian skizoid

Aksis III

Tidak ada diagnosis

Aksis IV

Masalah keluarga, pekerjaan, dan ekonomi

Aksis V

GAF HLPY

: 71

GAF Saat Masuk

: 31

GAF Current

: 62

VIII. DAFTAR PROBLEM


- Organobiologis
- Psikologi

: Tidak terdapat faktor herediter


: Halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham kebesaran, dan waham
kejar, berbicara dan tertawa sendiri, sulit tidur, gaduh gelisah, marah-

- Sosiobudaya

marah, memukul orang, mengganggu lingkungan rumah


: Hendaya dalam fungsi sosial

30

IX.

DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia Hebefrenik

X.

PENATALAKSANAAN

Psikofarmaka

Risperidone 2 x 2 mg / hari

Psikoterapi

Memberi kesempatan kepada pasien untuk menceritakan / mengungkapkan isi

hatinya sehingga pasien dapat merasa lebih tenang.


Memberi psikoterapi suportif pada pasien agar pasien memahami kondisi
penyakitnya sehingga pasien menyadari bahwa dia membutuhkan pengobatan

yang lama dan teratur.


Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur.

Sosioterapi
-

Memberi nasehat kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan
selalu memberi dukungan kepada pasien untuk tetap mengikuti pengobatan
medis, juga mendukung pasien dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan

kepercayaannya.
Mengingatkan keluarga pasien supaya pasien mengurangi/menghilangkan k
ebiasaannya minum kopi setelah pasien keluar dari RS Marzoeki Mahdi.
Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin membawa pasien kontrol ke RS

Marzoeki Mahdi dan mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur.
Mendukung pasien untuk kembali ke pekerjaannya lagi setelah keluar dari RS
Marzoeki Mahdi untuk membangun rasa percaya dirinya serta membantu
perekonomian keluarga.

XI.

PROGNOSIS

Ad vitam

: Ad bonam
31

Ad fungtionam

: Dubia

Ad sanationam

: Dubia

Faktor yang memperingan:

Tidak terdapat faktor herediter

Diketahui bahwa faktor pencetus timbulnya gangguan yaitu kurangnya perhatian keluarga
besar terutama dalam memantau pengobatannya, dan masalah kepercayaan di dalam

pekerjaan
Kondisi pasien yang secara umum masih baik dan kemampuan merawat diri sendiri
masih baik

Keluarga yang sangat menyayangi pasien dan mendukung pengobatan pasien

Pasien pernah bekerja sebelumnya dan diperbolehkan untuk bekerja kembali di tempat

kerjanya sebelum dirawat di RS


Pendidikan baik
Tidak ada riwayat penggunaan napza

Faktor yang memperberat:

Awitan dimulai pada usia muda


Masalah perekonomian keluarga pasien
Lingkungan sekitar tidak menerima keberadaan pasien yang memiliki gangguan jiwa
Belum menikah
Riwayat kekambuhan yang sering

32

Anda mungkin juga menyukai