Status Psikiatri Endah
Status Psikiatri Endah
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. E
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 39 tahun
Tanggal Lahir
: 7 Juli 1977
Agama
: Islam
: Sunda / Indonesia
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Pendidikan Terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Alamat
: 7 Agustus 2016
II.RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis diperoleh dari:
Alloanamnesis diperoleh dari Ny.SA (kakak pertama pasien) Ny.SJ (kakak kedua
pasien), Ny.SS (kakak ke empat) dan Tn.M (suami kakak kedua pasien) pada tanggal
22 September 2016 saat kunjungan kerumah pasien.
A. Keluhan Utama
Berdasarkan alloanamnesis, pasien dibawa ke UGD RSMM karena pasien marahmarah, mengamuk, mengancam ingin membunuh dan memukul keponakan serta kakak
pasien secara tiba-tiba di rumah sejak 4 hari SMRS.
Keluhan Tambahan
Susah tidur, mudah tersinggung, membuang semua peralatan rumah tangga ke
dalam sumur, berbicara sendiri, tertawa sendiri.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
11 hari SMRS (28 Juli 2016, pasien 39 tahun) menurut kakak pasien, pasien tidak
tidur selama 4 hari, pasien mengurung diri dikamar, tidak mau bicara pada siapapun,
teratawa cekikikan dan bicara sendiri, menyeringai seperti sedang bercanda dengan
seseorang. Beberapa hari kemudian pasien mengamuk secara tiba-tiba, membuang semua
peralatan rumah tangga ke dalam sumur, membuang tutup sumur ke dalam sumur,
memecahkan kaca jendela rumah, kaca jendela rumah tetangga menggunakan kayu,
memukul kakak dan keponakan pasien dan mengancam akan membunuh mereka, dan
keluyuran. Menurut pasien dan kakaknya saat itu pasien masih mau makan dan minu. Saat
diatanyakan kepada pasien, pasien menjawab bahwa kakak, keponakan dan tetangga pasien
menghina pasien dan ingin mengucilkan pasien sehingga pasien menjadi marah dan benci
terhadap mereka semua. Menurut kakak pasien, suatu hari ketika kembali kerumah setelah
pasien keluyuran pasien membawa beberapa sampah yang pasien pungut dari jalanan.
Namun, setelah itu ia akan menyendiri dikamar dan tidak mau berbicara kepada siapapun.
Hal ini membuat kakak pasien beserta anak anaknya menjadi sangat ketakutan sehingga
memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah menginap dirumah kakak ke dua pasien yang
tak jauh dari tempat tinggal pasien selama seminggu.
1 minggu SMRS (1 Agustus 2016, pasien 39 tahun), Selama seminggu pasien
ditinggalkan sendiri dirumah, pasien tetap diberi makan oleh kakaknya namun kakak pasien
tidak berani untuk menginap serumah dengan pasien karena takut di pukul. Menurut kaka
pasien, saat kakak pasien datang untuk memasakkan makanan pasien mendatangi ke dapur
dan berkata hey lo dari mana aja? udah lama ya lo gak pulang, udah 12 tahun. Menurut
2
kakak pasien, pasien mengoceh namun tidak jelas apa yang dikatakan dan tidak bisa
dimengerti. Setalah itu pasien akan kembali bicara sendiri dan tertawa cekikikan sendiri
seperti sedang berbicara pada banyak orang. Menurut keterangan tetangga beberapa kali
pernah melihat pasien berkeluyuran keluar rumah menggunakan celana pendek dan baju
kaos. Menurut pasien, pasien dibawa kembali ke RSMM dikarenakan pasien tidak
meminum obat. Pasien lupa nama obatnya, ia hanya menyebutkan jumlah dan bentuk dan
warna obatnya. Obat tersebut ada 30 butir, berwarna bulat kuning kecil, abu abu sedikit
lonjng lebih besar, dan 1 jenis obat lagi pasien lupa, obat tersebut diminum ada yang 2 kali
dan 1 kali sehari. Pasien sadar bahwa kekambuhannya kali ini akibat tidak minum obat,
namun pasien mengatakan hal ini ia lakukan karena mual jika meminum obat, dan mulutnya
sering kaku dan mengeluarkan liur setelah minum obat. Pasien juga menyalahkan
pekerjaannya dimana pada saat dulu masih bekerja, ia susah meminum obat karena jam
kerja pasien bersamaan dengan jam minum obat sehingga menyusahkan pasien. Selain itu,
pasien kesal karena keinginan tidak tercapai seperti ingin bekerja dan menikah. Menurut
cerita pasien, sebelum dibawa ke RSMM pasien terlibat pertengkeran dengan tetangga
bernama bapak H. Hasan, menurut pasien beliau menghasut para warga untuk membenci
pasien sehingga pasien merasa terkucilkan. Pasien bercerita bapak H. Hasan berkata pukul
aja tuh si edo, bunuh, kita buang mayatnya ke kali supaya tidak mengganggu warga.
Menurut pasien saat itu pasien sangat marah dan tidak mampu melawan begitu banyak
warga sehingga pasien melampiaskannya dengan menyakiti diri sendiri seperti, memukul
tembok dan memecahkan kaca jendela menggunakan tangannya, sehingga pasien diabwa ke
RSMM.
Pada tanggal 7 Agustus 2016, kakak ipar pasien, melaporkan ke kepala desa untuk
menghubungi pihak RSMM agar pasien dapat segera dibawa ke RSMM. Sebelum pihak
Rumah Sakit datang, kakak ipar pasien datang terlebih dahulu kerumah pasien, menemui
pasien dan meminta pasien untuk ikut bersamanya ke Rumah Sakit. Menurut kakak pasien,
saat dilakukan penjemputan oleh kakak ipar pasien, pasien menurut dan berkata mau di
bawa ke Rumah Sakit ya? Yaudah ayok. Tak lama pihak RSMM pun datang dan membawa
pasien didampingi oleh kakak iparnya.
Pada saat tiba di RSMM, pasien dibawa ke UGD RSMM oleh petugas Rumah
Sakit. Pasien kemudian ditenangkan dan diobservasi di UGD sebelum kemudian
3
keterangan tersebut. Hal ini sering diungkapkan oleh pasien hingga sekarang sebagai rasa
kekecewaan kerana merasa dibuang oleh keluarga sehingga semua orang mengira ia adalah
pengemis dan gelandangan.
10 bulan SMRS (Oktober 2015, usia 38 tahun), menurut kakak pasien, pasien
mendapatkan pekerjaan di klinik medika (daerah Cilengsi) sebagai pengantar obat-obatan.
Pasien dipekerjakan oleh sahabatnya saat masih duduk di bangku sekolah dasar dulu,
bernama Asep yang kini sudah menjadi dokter dan merupakan pemilik klinik tersebut.
Setelah seminggu bekerja di klinik tersebut, pasien kembali kerumah atas perintah dr Asep,
dengan tujuan supaya pasien memberitahukan keluarga tentang keberadaannya sehingga
keluarga pasien tidak khawatir. Kakak pasien bercerita saat pulang tersebut, pasien sangat
senang sekali dapat bekerja bersama sahabatnya tersebut. Setelah 2 minggu semenjak pasien
kembali bekerja di klinik medika, pasien pulang kembali kerumah. Kepulangan pasien kali
ini berbeda dengan sebelumnya, pasien tampak sedih dan murung. Menurut pasien dan
kakak pasien, pasien merasa tersinggung terhadap ucapan Asep kepadanya. Menurut pasien
saat itu sahabatnya berkata Duh, ada orang gila nih ngelemparin lumpur ke mobil saya.
Sementara menurut pasien saat itu tidak ada orang sama sekali dah pasien pun merasa
tersinggung. Namun tidak lama setelah itu pasien tetap kembali ke klinik tersebut, kali ini
pasien hanya bertahan 2 hari. Menurut cerita kakak pasien, saat itu kakak pasien kaget
pasien tiba tiba pulang kerumah dengan muka murung. Pasien bercerita pada sang kakak
kali ini ia pulang kerumah dikarenakan istri Asep tidak menyukai dirinya, menganggap
pasien adalah orang gila, tidak pantas berteman akrab dan bekerja dengan suaminya,
sehingga mencari cara supaya pasien berhenti bekerja di klinik suaminya. Semenjak
kejadian tersebut, wajah pasien menjadi sering murung, tampak sedih tidak bersemangat
seperti biasanya dan lebih sering mengurung diri dikamar. Keluarga sudah mulai khawatir
melihat gejala tersebut, karena pasien sudah sering kali masuk RSMM dan memang selama
1 tahun terakhir sama sekali tidak pernah mengkonsumsi obat.
9 bulan SMRS (November 2015, pasien 38 tahun), Menurut cerita kakak pasien,
pasien mulai sering bicara sendiri dan tertawa sendiri di dalam kamarnya. Saat ditanya
sedang bicara dengan siapa, pasien menjawab dengan teman yang datang kerumah dan
mengajaknya mengobrol. Selain itu, terkadang pasien keluar kamar, namun hanya duduk
diam bersandar ditembok dan tidak pernah merubah posisinya. Pasien mempertahankan
7
posisi tersebut sekitar setengah hari, jika pasien lelah maka pasien akan kembali ke
kamarnya. Perilaku seperti ini terjadi selama 8 bulan SMRS. Selain itu pasien juga sangat
susah untuk tidur, pasien tidak mau berbicara kepada siapa pun kecuali kepada
keponakannya, dan itu hanya sekedar menyuruh keponakannya untuk pergi memintakan
rokok untuknya ke rumah kakak keduanya, Ny SJ, selain hal tersebut pasien tidak mau sama
sekali bebricara kepada siapapun, namun masih mau makan dan minum. Menurut kakak
pasien, pasien memamang orang yang sangat pendiam dan tidak pernah bercerita kepada
kakak, almarhum ibu atau almarhum ayahnya mengenai apa yang ia rasakan atau ia pendam,
sehingga keluarga susah untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkannya. Pasien juga
sudah tidak pernah melakukan ibadah shalat dan mengaji.
Menurut kakak pasien, selama 8 bulan SMRS nafsu makan pasien meningkat,
dalam 1 hari pasien bisa makan sebanyak 5-6 kali. Namun untuk masalah kebersihan
menjadi sangat buruk, pasien hanya mandi dan mengganti baju 1 kali seminggu, buang air
kecil dan air besar tidak disiram kembali bahkan terkadang pasien buang air kecil dan air
besar disembarangan tempat seperti di ruang tamu, kamar dan dapur. Sementara itu, menurut
pasien selama 8 bulan SMRS pasien hanya mengurung diri dikamar, tidak makan dan tidak
minum, namun pasien tetap mandi, mengganti baju dan melakukan ibadah shalat. Pasien
bercerita ia melihat sukma dari dalam tubuhnya berwarna putih terbang menjauhi tubuhnya,
ia merasa seperti nyawanya tercabut. Namun sekarang sukma tersebut telah kembali. Pasien
bercerita pernah mempunyai keinginan bunuh diri dengan meminum 30 butir obat sekaligus,
meminum baygon serta menyilet tangan karena kesal dengan kakak pasien yang
memerahinya. Sementara itu , menurut keterangan kakak pasien, ia hanya mengetahui
pasien meminum 30 butir obat sekaligus, selebihnya kakak pasien menyangkal. Menurut
kakak pasien, keluarga pasien selama ini tidak membawanya kembali ke RSMM
dikarenakan malu karena terlalu sering keluar masuk. Selain itu keuarga merasa terbebani
oleh biaya yang harus dikeluarkan untuk mengantar pasien ke RSMM.
2. Riwayat Kondisi Medis
Baik pasien maupun keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah mengalami
cedera kepala, kejang kejang, ataupun penyakit yang membutuhkan perawatan intensif di
rumah sakit.
8
Keterangan:
-
Tahun 2000 : pasien mulai sering melamun, mengurung diri tiba tiba marah marah
memuukul almarhum ibunya, kakak lari telanjang keluar rumah memecahkan
kaca rumah, membanting barang, bicara sendiri dan tertawa sendiri
9
Tahun 2003: gejala mulai timbul kembali, pasien tidak mau minum obat, murung,
mengucilkan diri dikamar ngamuk, membanting barang, memukul kakak dan
ponakan, berteriak-teriak, masuk rumah tetangga
Tahun 2005: mengamuk, melempar batu kerumah tetangga, berbicara sendiri, tertawa
sendiri, memukul orang yang ada dirumah
9 Desember 2014 : mengurung diri dikamar, bicara sendiri tertawa, memukul kakak dan
keponakannya, berkeluyuran keluar rumah
Nov 2015 : mulai berbicara sendiri bicara kacau dan teriak-teriak, tertawa sendiri
tidak tidur semalaman
28 Juli 2016 : pasien mengamuk, merusak barang, memukul kakak & keponakannya
1 Agustus : Pasien masih berbicara sendiri, tertawa sedniri, namun tidak memukul
kakaknya lagi
7 Agustus 2016 : pasien mau menuruti kakak iparnya dan dibawa ke RSMM, masuk ke
ruang kresna
9 Agustus November 2016 : pasien sudah mulai tenang, tidak ada keinginan memukul,
tidak mengamuk, pasien dipindahkan ke ruangan Gatot Kaca
10
15 Agustus 2016 sekarang : pasien tenang, sudah bisa tidur nyenyak, tidak pernah
mengamuk di bangsal dan tidak pernah melakukan tindakan kekerasan. Pasien
dipindahkan ke ruang yudistira. Pasien bercerita masih mendengar suara bsisikan dan
masih melihat sosok lelaki tua yang selalu datang menghampirinya, namun ia tau bahwa
itu tidak nyata dan berusa untuk tidak menanggainya. Pasien masih merasa gelandangan,
disertai perasaan sedih tidak ada keluarga yang mengunjungi, dan merasa sudah
membaik, ingin segera pulang kerumah , menikah dan bekerja.
pasien mengatakan mengajarkan latihan buang air (toilet training) kepada pasien, tetapi
tidak ingat pada umur berapa dimulainya latihan tersebut. Ibu pasien juga mengatakan
pasien tidak mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari, menggigit kuku, ataupun
mengompol / buang air besar saat tidur seiring bertambahnya usia. Kakak pasien tidak ingat
umur berapa terakhir kali pasien mengompol.Menurut ibu pasien, kepribadian pasien di
waktu kecil cukup aktif dan senang bermain. Terkadang pasien takut apabila bertemu
dengan orang yang belum dikenalnya, namun apabila pasien sudah mulai terbiasa
melihatnya ia tidak takut lagi.
12
Hubungan Sosial
Menurut pasien dan ibu pasien, pasien mempunyai banyak teman di lingkungan
pergaulannya. Pasien juga tidak pernah mempunyai masalah dengan teman-teman
maupun orang sekitarnya. Menurut pasien, ia adalah orang yang biasa saja dalam
pergaulan dan bukan merupakan pemimpin dalam kelompoknya. Pasien mengatakan
walaupun ia mudah bergaul, tapi ia adalah orang yang pendiam dan pemalu terutama
terhadap perempuan.
Riwayat Pendidikan
Menurut pasien dan kakaknya, pasien sekolah di Sekolah Dasar Cipayung 1.
Kemudia melanjutkan pendidikan SMP di SMPN pasar angin. Selama menempuh
pendidikan SD dan SMP pasien tidak pernah mengalami kesulitan, hingga ia dapat
melanjutkan Sekolah Menengah Atas Cibeduk. Saat di bangku SMA menurut pasien
dan kakaknya, pasien merupakan salah satu siswa berprestasi yang selalu mendapat
juara 1 dikelas dan penghargaan dari sekolahnya. Setelah tamat SMA (1998), pasien
mendapatkan beasiswa dari sekolahnya unutuk kuliah di Universitas Juanda, Ciawai
jurusan hukum. Namun, hanya sekitar 2 bulan pasien berhenti dari kulihnya tersebut.
Menurut pasien, ia berhenti kuliah karena setiap masuk kelas selalu mati lampu,
sehingga asien curiga bahwa semua hal ini disengaja oleh pihak sekolah agar pasien
segera keluar dari temapt kuliahnya tersebut. Sementara menurut kakak pasien, ia
tidak tahu apa yang menyebabkan pasien berhenti kuliah dikarenakan saat itu tempat
kuliah pasien jauh dari rumah sehingga tidak ada yang mengawasi dan pasien pun
tidak pernah becerita apapun pada keluarganya.
13
Pasien dapat membaca dan menulis dengan baik dan tidak terdapat gangguan
perkembangan yang spesifik. Pasien mengatakan terdapat gangguan memusatkan
konsentrasi saat belajar.
5. Masa Dewasa
-
Riwayat Pekerjaan
Setelah tamat SMA (usia pasien 18 tahun 1998), pasien mendapat tawaran
pekerjaan di Hotel Puri Arafah sebagai security, dan berkat prestasinya semasa
sekolah pasien ditawarkan unutk dapat melanjutkan kuliah sambil bekerja. Hal ini
membuat rekan kerja pasien iri sehingga sering mengancam dan tidak lama pasien
sakit, muntah darah dan berhenti bekerja. Setahun kemudian pada tahun 1999,
pasien mendapat pekerjaan kembali di Restoran Sari Raya sebagai tukang cuci
piring, namun hanya bertahan sekitar 4 bulan, dikarenakan pasien merasa dihina oleh
rekan kerjanya disana. Beberapa bulan kemudian masih di tahun 1998, menurut
kakak pasien, pasien diajak oleh keponakannya untuk berternak kelinci, hanya
bertahan 1 tahun karena kelincinya banyak yang mati terkena hama. Setelah itu
pasien mencoba kembali berternak ayam, dan hanya bertahan beberapa bulan ayamayamnya mati terkena virus. Menurut kakak ipar pasien, pada tahun 2005 (pasien
usia 24 tahun) pasien pernah bekerja di Depok sebagai pembuat skripsi mahasiswa
14
namun tidak bertahan lama hanya beberapa bulan berhenti, menurut kakak ipar
pasien, pasien berhenti karena tidak nyaman bekerja ditempat tersebut. Pada tahun
2015 akhir (pasien 38 tahun), pasien ditawari bekerja di klinik medika oleh seorang
sahabat pasien (teman saat SD ), bernama dr. Asep. Pasien bertahan hanya sekitar
sebulan setelah 2 kali pasien berniat unutk berhenti, menurut kakak pasien, pasien
pernah merasa tersinggung atas perkataan dr Asep disertai sikap istri dr Asep yang
tidak menyukai pasien. Pasien merasa istri dr Asep sangat membencinya karena
pasien sakit jiwa. Namun, menurut pasien ia tidak pernah bekerja di klinik medika
bersama sahabtanya, dan tidak mengenal dokter asep.
15
Agama
Pasien beragama Islam, sama dengan kedua orang tua dan kakak adiknya. Sikap
keluarga terhadap agama pasien cenderung optimis. Kedua orang tua pasien selalu
mengajarkan, mengajak dan mengingatkan pasien unutk menjalani ibadah terutama
shalat. Pandangan agama pasien (Islam) terhadap penyakit psikiatri adalah
mendukung pengobatan, disertai dengan bantuan doa dari keluarga.
Aktifitas Sosial
Menurut pasien, saat ini pasien mengatakan tidak memiliki teman dekat. Menurut
kakak pasien, semenjak sakit pasien kurang berinteraksi dengan tetangga-tetangga
sekitar. Setiap hari pasien hanya mengurung diri dikamar, tidur dan duduk diruang
TV. Jarang melakukan aktivitas dan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan.
Beda dengan sebelum sakit, pasien masih mau membantu membersihkan rumah,
melakukan kegiatan disekitar lingkungan rumah dan bermain bola dengan teman
sebayannya.
16
Riwayat Seksual
Pasien mengatakan pernah melakukan hubungan seksual dengan istri pertamanya.
Menurut pasien hubungan seksual seharusnya dilakukan setelah pernikahan. Pasien
mengatakan pengetahuan seksualnya didapatkan dari teman-temannya di pergaulan
dan sekolah. Pasien mengatakan sikapnya terhadap lawan jenis cenderung pemalu
dan hal itu menurut pasien dapat membantu unutk mendapatkan perhatiannya.
E. Riwayat Keluarga
Menurut penuturan ibu pasien, dalam keluarga pasien tidak terdapat riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti pasien atau gangguan mental
lainnya.Tidak ada yang pernah dirawat akibat gangguan psikiatri ataupun penyakit medis
lainnya.Tidak ada juga riwayat penyalahgunaan alkohol atau zat lain serta perilaku antisosial
di dalam keluarga pasien.
Pasien merupakan anak ke- 5 dari 10 bersaudara.Pasien tinggal bersama dengan
kakak ke empat dan ke empat anak kakak pasien. Menurut kakak pasien, ayah pasien
meninggal 18 tahun yang lalu (1997) akibat terkena infeksi paru-paru. Ibu pasien juga sudah
meninggal Kakak pertama pasien sudah menikah tinggalnya tidak jauh dari rumah pasien.
Kakak kedua pasien juga sudah menikah tinggal bersama keluarganya tidak jauh dari rumah
pasien. Adik pasien juga sudah berkeluarga tinggal di daerah Ciputat bersama keluarganya.
Sementara itu, kakak ketiga pasien dan adik ke enam, tujuh, delapan dan Sembilan sudah
meninggal saat balita. Adiknya meninggal karena sakit akibat penyakit infeksi.
Kakak pasien mengatakan sikap pasien dalam keluarga cenderung tertutup.
Menurutnya pasien adalah anak yang baik di rumah dan tidak pernah menyusahkan
17
keluarga. Pasien tidak pernah mau menceritakan masalahnya karena takut akan merepotkan
ayah, ibu dan keluarganya.
Keterangan :
18
merasa sudah sangat siap untuk pulang kembali ke rumah, ingin segera keluar dari
rumah sakit supaya bisa mencari pekerjaan dan mencari calon istri untuk menikah.
Hal yang menjadi sumber kejengkelan dan yang membuat bahagia : pasien
mengatakan seringkali kesal karena sanak saudaranya seakan meremehkan dan
kurang memperhatikan keluarga pasien. Pasien mengatakan akan merasa senang
sekali apabila dapat berkumpul kembali dengan keluarganya karena ia sangat rindu
dengan keluarganya di rumah.
III.
STATUS MENTAL
Dilakukan pada tanggal 23, 25 dan 26 Agustus 2016 di bangsal Yudistita RSMM Bogor
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan Umum
Seorang laki-laki berusia 39 tahun, berpenampilan sesuai dengan usianya. Penampilan
tidak rapi dan tidak bersih, rambut hitam berombak, kuku tidak terpotong rapi,
perawakan ideal.
20
2. Kesadaran
-
Biologis
: compos mentis
Psikologis
: terganggu
Sosial
: terganggu
Sebelum wawancara : pasien tampak sedang duduk diam di atas tempat tidur di
bangsal, cara jalan tampak normal
Selama wawancara : pasien tampak tenang, kontak mata adekuat, tidak ada gerakan
involunter ataupun menunjukkan agitasi
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan yang diberikan dengan cepat dan tegas.Intensitas suara
cukup, artikulasi jelas.
21
B. Alam Perasaan
1. Mood : Euthym
2. Ekspresi Afektif
-
Skala diferensiasi
Kestabilan
Echt / Unecht
Keserasian
Pengendalian
Intensitas
Empati
: luas
: stabil
: echt (sungguh-sungguh)
: serasi
: baik
: dalam
: dapat diraba rasakan
C. Fungsi Intelektual
1.
Kecerdasan :Baik. pasien mampu menjawab soal penjumlahan angka dengan baik
2.
Daya konsentrasi : Baik. Pasien bisa menghitung mundur 100-7 (Seven Serial
Test)
3.
Orientasi :
Orientasi Waktu : Baik. Pasien dapat mengetahuisiang atau malam, hari, dan
tanggal
Orientasi Tempat : Baik. Pasien mengetahui dirinya sedang berada di rumah sakit
4.
Daya ingat:
-
Daya Ingat Jangka Panjang : Baik. Pasien masih ingat nama sekolah SD-nya
Daya Ingat Jangka Pendek : Baik. Pasien masih mengingat menu sarapan tadi pagi
Daya Ingat Sesaat: Baik. Pasien mampu mengucapkan kembali apa yang baru saja ia
ceritakan
5. Pikiran Abstrak: Baik. Pasien mampu menyebutkan persamaan 2 objek seperti jeruk dan
pisang. Pasien mengatakan keduanya adalah buah-buahan.
6. Kemampuan Menolong Diri : Baik. Pasien mampu makan dan mandi sendiri.
7. Kemampuan Visuospatial : Baik. Pasien dapat mengikuti gambar tumpang tindih yang
dicontohkan pemeriksa.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
- Halusinasi Auditorik : Ada (Saat di ruang Kresna, mendengar suara lelaki yang
menyuruhnya untuk memukul, mengatakan bahwa orang orang sedang
meledekinya, saat di ruang Gatot Kaca, mendengar suara lelaki yang sama
menyuruh untuk menyapa orang yang lewat, saat di ruang Yudistira mendengar
suara lelaki yang menyuruhnya menggodai perempuan, menyapa perempuan
-
terkahir kali dilihat pada tanggal 24 Agustus 2016 pada tengah malam yang
membuat pasien terbangun sehingga pasien merasa ketakutan. Kemudian, pasien
melihat perempuan yang menangis di jendela kamar selama setengah jam hanya
1 kali pada tanggal 26 Agustus 2016 pukul 3 dini hari, pasien merasa ketakutan)
- Halusinasi Olfaktorik : Tidak ada
- Halusinasi Taktil : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
-
2. Isi Pikiran
-
24
F. Pengendalian Impuls
Baik
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : Baik. Ketika diberi pertanyaan apakah mencuri itu baik atau tidak,
pasien menjawab tidak baik.
2. Uji daya nilai : Buruk. Pasien mengatakan jika menemukan dompet di tengah jalan,
maka pasien akan menyimpannya dan jika 3 hari tidak ada yang merasa kehilangan
dompet maka uang didalam dompet akan diambil dan digunakan unutk kepentingannya
sendiri.
3. Penilaian realita : Terganggu (riwayat halusinasi dan waham)
H. Tilikan
Tilikan derajat 3 (Tilikan emosional sejati : sadar bahwa dirinya sakit dan menyalahkan
tuntutan pekerjaan sehingga pasien susah untuk minum obat hingga timbul gejala lagi).
I. Taraf Dapat Dipercaya
IV.
: Dapat dipercaya
STATUS FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Jumat, 26 Agustus 2016 di Ruang Yudistira RS. Dr.
Marzoeki Mahdi Bogor.
A. Status Internus
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi napas
: 20x/menit
Frekuensi nadi
: 88x/menit
Suhu
: 36,70 C
Status gizi
Kulit
: Kuning Langsat
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Leher
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas
B. Status Neurologis
GCS
: 15 (E4,V5,M6)
Kaku kuduk
: (-)
Pupil
: Bulat, isokor
: (-)
Motorik
: Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-),
eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi
Sensorik
Reflex fisiologis
: Normal
Reflex patologis
: (-)
Gejala ekstrapiramidal
: (-)
: Normal
: (-)
HASIL
NILAI
KETERANGAN
Hb
Leukosit
11,6
10.500
RUJUKAN
14-16
4000-10000
Normal
Normal
26
Trombosit
Hematokrit
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
GDS
269.000
34
17
18
10,4
0.73
94
150000-400000
40-50
< 42
< 47
10-50
0,7 1,0
<140
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
27
Dari hasil wawancara dan observasi didapatkan kesadaran pasien compos mentis,
sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif dan bisa bekerja sama. Mood euthym. Afek
stabil, pengendalian cukup, echt, empati dapat dirabarasakan, dalam, skala diferensiasi luas,
serasi. Ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik pada pasien. Ditemukan juga
adanya waham kebesaran dan waham kejar pada pasien. Penilaian realita pasien terganggu
karena adanya riwayat halusinasi dan waham. Tilikan derajat 3 dan secara keseluruhan dapat
dipercaya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, meliputi status generalis dan status
neurologis, serta pemeriksaan penunjang tidak didapatkan adanya kelainan kondisi medis
lain.
VI.
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera
kepala, kejang, tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung
ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Dari hasil pemeriksaan fisik juga tidak
ditemukan adanya kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena itu,
gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penggunaan
ganja dan tidak pernah lagi mengkonsumsi ganja dan zat psikoaktif lain sampai saat ini. Pasien
mengatakan tidak mengkonsumsi zat-zat psikoaktif, sehingga diagnosis gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan.
Ditemukan gejala-gejala psikotik pada pasien, berupa halusinasi visual dan auditorik
yang sering member perintah kepada pasien sehingga pasien sering memukul dan mengamuk,
waham kebesaran dan waham kejar, bicara kacau, kecurigaan terhadap orang lain. Seluruh gejala
ini terjadi secara mendadak namun sudah sering terjadi sebelumnya dan ada riwayat gejala yang
serupa sebelumya menunjukkan bahwa hal ini merupakan onset yang kronis. Total keseluruhan
gejala menunjukkan periode waktu >7 bulan, sehingga menurut kriteria PPDGJ-III digolongkan
ke dalam Skizofrenia Paranoid (F20.0).
28
Aksis II
Tidak ada
Aksis III
Berdasarkan hasil pemeriksaan status generalis, neurologis, dan pemeriksaan penunjang
tidak didapatkan kelainan medis umum pada pasien.
Aksis IV
Aksis V
GAF HLPY
Fungsi sosial
29
Fungsi sosial
GAF Current
Fungsi sosial
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
GAF HLPY
: 71
: 31
GAF Current
: 62
- Sosiobudaya
30
IX.
DIAGNOSIS BANDING
Skizofrenia Hebefrenik
X.
PENATALAKSANAAN
Psikofarmaka
Risperidone 2 x 2 mg / hari
Psikoterapi
Sosioterapi
-
Memberi nasehat kepada keluarga pasien agar mengerti keadaan pasien dan
selalu memberi dukungan kepada pasien untuk tetap mengikuti pengobatan
medis, juga mendukung pasien dalam kegiatan keagamaan sesuai dengan
kepercayaannya.
Mengingatkan keluarga pasien supaya pasien mengurangi/menghilangkan k
ebiasaannya minum kopi setelah pasien keluar dari RS Marzoeki Mahdi.
Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin membawa pasien kontrol ke RS
Marzoeki Mahdi dan mengawasi pasien untuk minum obat secara teratur.
Mendukung pasien untuk kembali ke pekerjaannya lagi setelah keluar dari RS
Marzoeki Mahdi untuk membangun rasa percaya dirinya serta membantu
perekonomian keluarga.
XI.
PROGNOSIS
Ad vitam
: Ad bonam
31
Ad fungtionam
: Dubia
Ad sanationam
: Dubia
Diketahui bahwa faktor pencetus timbulnya gangguan yaitu kurangnya perhatian keluarga
besar terutama dalam memantau pengobatannya, dan masalah kepercayaan di dalam
pekerjaan
Kondisi pasien yang secara umum masih baik dan kemampuan merawat diri sendiri
masih baik
Pasien pernah bekerja sebelumnya dan diperbolehkan untuk bekerja kembali di tempat
32