Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK PENANGKARAN NAPOLEON

(diajukan untuk memenuhi salah satu tugas salah satu mata kuliah Penataan Tata
Ruang Pesisir dan Laut

Disusun oleh :
Kelompok 2
Dini Syarifah

230210130002

Ade Kurnia Suhendi 230210130018


Rizki Kusuma B

230210100020

Azen Sukma I

230210130031

Wilman Shobara

230210130045

Devara Yafika

230210130080

Mala Septiani

230210130082

PROGRAM STUDI KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat-Nya kelompok 2 dapat
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu. Terima kasih diucapkan untuk dosen
mata kuliah Pemetaan Tata Ruang Pesisir dan Laut atas ilmu yang telah diberikan.
Ilmu dari mata kuliah tersebut sangat dibutuhkan oleh mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan karena melalui hal tersebut mahasiswa mampu
menambah pengetahuan dimana hal tersebut merupakan salah satu penyusun
penting dalam menunjang sebagai mahasiswa ilmu kelautan. Makalah ini kami
susun untuk dapat lebih memahami mengenai Fungsi Perencanan Penataan Ruang
Pesisr dan Laut.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini telah tersusun namun
masih terdapat kekurangan. Dengan kerendahan hati, kelompok kami membuka
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk mengkoreksi perihal yang kurang
tepat dan memotivasi mahasiswa agar dapat menyajikan makalah yang lebih baik
lagi.

Jatinangor, Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Fungsi Perencanaan Penataan Ruang Pesisir dan laut..2
2.2 Penataan Ruang Pesisir Berdasarkan Fungsi Utama Kawasan...............4
2.3 Fungsi dan Kegunaan Tata Ruang Pesisir................................................5
2.4. Penyelenggaraan Manajeman Tata Ruang..............................................6
2.5 Pola Pikir Manajemen Tata Ruang yang Dapat Mewujudkan Ruang
Wilayah Nasional yang Aman Produktif dan Berkelanjutan..................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................9
3.2 Saran.........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah yang mayoritas
adalah lautan. Pembangunan yang dilakukan di wilayah pesisir dan laut sering
memicu munculnya berbagai persoalan. Semuanya ini terkait erat dengan
penataan ruang di kawasan pesisir dan laut. Dengan begitu perencanaan penataan
ruang pesisir dan laut di Indonesia sangatlah penting. Kawasan pesisir sendiri
adalah wilayah perairan laut yang terkait dengan kegiatan budidaya dan wilayah
daratan yang berada di belakang garis sempadan pesisir yang secara langsung
berkaitan dengan kegiatan sosial ekonomi di wilayah sempadan pesisir dan
perairan laut.
Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Pesisir dan Pulau-pulau kecil, bahwa daerah pesisir di hitung ke daerah darat yaitu
dari garis pantai sampai batas administrasi, sedangkan ke laut dihitung dari garis
pantai sepanjang 12 mil ke arah pantai. Sehingga kawasan pesisir merupakan
daerah atau kawasan yang kaya akan potensi baik dari ekonomi, Wisata, Sumber
daya serta potensi besar bencana.Maka dari itu kaitan perencanaan penataan ruang
pesisir dan laut dengan wilayah Indonesia sangat berkaitan,sehingga perlu
diketahuinya fungsi dari perencanaan penataan ruang pesisir dan laut.
1.2 Tujuan
Mengetahui fungsi dan manfaat dari perencanaan penataan ruang pesisir
dan laut.
1.3 Manfaat
Dapat mengetahui fungsi perencanaan penataan ruang pesisir dan laut.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Fungsi Perencanaan Penataan Ruang Pesisir dan laut


Menurut UU No. 26 Bab 1 pasal 1 poin ke 13 tahun 2007, dijelaskan
bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang. Sedangkan pengertian tata ruang berdasarkan UU No. 26 Bab 1 pasal 1
poin ke 2 tahun 2007 menjelaskan bahwa tata ruang adalah wujud struktur
(susunan) ruang dan pola ruang. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Hal ini telah dijelaskan dalam UU
No.26 Bab 1 pasal 1 poin ke 4 tahun 2007. Berdasarkan UU No. 26 Bab 1 pasal 1
poin ke 1 tahun 2007 menjelaskan ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,
ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan
wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 menjelaskan bahwa penataan ruang
adalah suatu upaya untuk mewujudkan tata ruang yang terencana melalui suatu
proses yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan
ruang yang satu sama lainnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait.
Sedangkan dalam UU No. 26 Bab 1 Pasal 1 poin 5 tahun 2007 menjelaskan
bahwa penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Jadi di dalam penataan
ruang terkandung pengertian mengenai tata ruang.
Tujuan yang mendasari terselenggaranya penataan ruang yaitu agar
terbentuknya penataan ruang yang berwawasan lingkungan, mulai dari kawasan
lindung dan budidaya, serta tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas,
hingga terciptanya pembangunan yang berkelanjutan selaras dengan pertumbuhan
ekonomi.

Berdasarkan undang-undang nomor 26 tahun 2007 pasal 3 menjelaskan


bahwa penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang
aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara
dan Ketahanan Nasional dengan terciptanya kriteria sebagai berikut :
a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan
buatan;
b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan
sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Penataan ruang dalam segala sektor harus memiliki dampak yang positif
dan dapat mencapai tujuan secara efaktif. Selain itu, tujuan penataan ruang yaitu
untuk

mensejahterakan

masyarakat

dan

dapat

meningkatkan

kualitas

perekonomian masyarakat itu sendiri. Usaha penataan ruang diperlukan untuk


menyelenggarakan pengaturan pemanfaatanr uang agar tercapai pembangunan
yang optimal, serasi dan berkelanjutan. Melalui perencanaan tataruang dapat
mewujudkan kesatuan ruang untuk mencapai ketahanan nasional yang tangguh,
dan untuk menciptakan lingkungan hidup yang berkualitas bagi manusia maupun
makhluk lainnya, baik itu sekarang maupun dimasa yang akan datang. Adapun
tujuan tataruang pesisir dan laut berdasarkan negara kesatuan republik Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. Aman
Kondisi aman yang dimaksud adalah situasi dimana masyarakat
pesisir dapat menjalankan aktifitas kehidupannya dengan merasa
terlindungi dari berbagai ancaman yang ada.
2. Nyaman
Kondisi nyaman yang dimaksud adalah adanya suatu nilai sosial di
daerah pesisir dan berfungsi untuk menciptakan suasana tenang dan damai.
3. Produktif
Keadaan dimana berjalannya proses kegiatan produksi yang
dilakukan oleh masyarakat pesisir secara efisien sehingga dapat menambah
nilai ekonomi dan mampu meningkatkan daya saing serta mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir pada umumnya.
4. Berkelanjutan

Adanya bentuk keharmonisan antara lingkungan alam denagan


lingkungan buatan untuk kelangsungan hidup generasi yang akan datang,
tentunya dengan memperhatikan sumber daya alam dan sumber daya
manusianya juga.
2.2. Penataan Ruang Pesisir Berdasarkan Fungsi Utama Kawasan
Demi terjaganya kondisi sumberdaya alam yang ada serta semakin
berkembangnya bidang perekonomian dan industri, tentu perlu pembagianpembagian kawasan. Menurut UU No. 26 tahun 2007 pasal 5 ayat 2 dilaskan
bahwa pembagian fungsi utama kawasan dibedakan menjadi 2 yaitu kawasan
lindung dan kawasan budidaya.
1. Kawasan Lindung
Menurut UU No 26 tahun 2007 pasal 1 poin 21 dalam bab 1 yang
membahas mengenai ketentuan umum memjelaskan bahwa kawasan lindung
merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Kemudian dalam UU No. 26 tahun 2007 pasal 5 ayat 2 menjelaskan kembali
sebagai berikut :
Yang termasuk dalam kawasan lindung adalah:
a. Kawasan yang memberikan pelindungan kawasan bawahannya, antara
lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan
air;
b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan
sungai, kawasan sekitar danau/waduk, dan kawasan sekitar mata air;
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, kawasan pantai berhutan
bakau, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, cagar alam,
suaka margasatwa, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
d. kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor,
kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; dan

e. kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan


perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu
karang.
2. Kawasan Budidaya
Berdasarkan UU No. 26 tahun 2007 pasal 1 poin 22 dalam bab 1 yang
membahas mengenai ketentuan umum memjelaskan bahwa kawasan Budidaya
merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan
atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Kemudian deperjelas kembali dalam UU No. 26 tahun 2007
pasal 5 ayat 2, yang dimaksud dengan kawasan lindung adalah kawasan
peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan
peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan
pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri,
kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan,
dan kawasan pertahanan keamanan.
2.3. Fungsi dan Kegunaan Tata Ruang Pesisir
Seperti yang telah kita ketahui bahwasannya wilayah pesisir merupakan
wilayah yang sering sekali terjadi tumpang tindih dari berbagai kepentingan,
terutama yang sering terjadi adalah ktumpang tindihnya kepentingan dari para
steakholder. Selain untuk menata ruang pesisir agar lebih teratur, adapun tujuan
lainnya sebaga berikut :
1.

Sebagai ruang kawasan pesisir dalam proses pembangunan berkelanjutan


(sustainable development) wilayah Kabupaten / Kota : Provinsi, Negara /

2.

Satuan wilayah ekologi (DAS)


Sebagai dasar (kebijakan pokok) dalam pemanfaatan ruang pesisir dalam

3.

kerangka pembangunan berkelanjutan suatu wilayah.


Sebagai arahan untuk menunjukan keterkaitan dan keseimbangan

4.
5.

pembangunan intra kawasan dan antar kawasan.


Sebagai arahan untuk keterpaduan pembangunan antar sektora
Sebagai arahan pemanfaatan ruang wilayah kususnya untuk invasi dan
kegiatan pembangunan lainnya. Proteksi kawasan lindung deliniasi
kawasan rawan bencana.

2.4. Penyelenggaraan Manajeman Tata Ruang


Dalam pelaksanaan tata ruang, tentu harus memperkirakan hal-hal apa saja
yang akan terjadi dan bagaimana cara untuk memanajnya ketika masalah
masalah yang diperkirakan itu terjadi. Manajemen tataruang biasanya meliputi
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang
ada di wilayah tersebut. Sementara fokus utama ruang mencangkup kondisi
politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Fisik Pesisir dan Laut
Kondisi fisik yang dimaksud adalah keadaan sedimen di pesisir tersebut,
kecepatan arus, struktur bebatuan, jenis struktur penyusun pantai dan lain
sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menentukah tempat tersebut cocok untuk
melakukan pembangunan atau menerapkan tipe, dan jenis bahan pembangunan
yang cocok di tempat tersebut.
2. Penyelenggaraan yang Rentan Bencana
Apabila membuat suatu penataan pembangunan di wilayah pesisir yang
berada di kawasan yang rentan terhadap bencana, maka hal-hal yang perlu di
perhatikan adalah bangunan yang menyusunnya seperti bangunan anti gempa.
Dengan demikian maka bangunan-bangunan yang dibangun di tersebut maka
takperlu khawatir ketika bencana gempa melanda.
3. Potensi Sumber Daya Alam, Sumberdaya Manusia dan Sumberdaya Buatan
Dalam penyelenggaraan manajemen tata ruang diharapkan tidak
mengganggu, merusak bahkan merugikan sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan yang ada di suatu tempat. Yang dimaksud
dengan sumberdaya buatan adalah sumberdaya alam yang sengaja dibuat
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, contohnya seperti sawah, waduk,
perkebunan, dan tegalan (kebun). Manajemen tata ruang bisa saja menjadi tidak
terlaksana apabila tidak memperhatikan kelangsungan dari tiga faktor tersebut.
4. Keterkaitan Antar Sektor
Adapun keterkaitan antar sektor yang dimaksudkan yaitu meliputi
POLESOSBUDHANKAM,

Lingkungan

Hidup,

Ilmu

Pengetahuan

dan

Teknologi, Geopolitik, dan Perekonomian. Hal ini dilakukan demi terlaksananya


manajemen penataan ruang yang berkesinambungan sehingga perlu banyak
reverensi serta masukam dari multi disiplin ilmu yang masih berkesinambungan.
Dengan adanya keterkaitan antar unsur pokok tersebut, maka dapat
menimbulkan rasa aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan khususnya bagi
warga setempat.
2.5. Pola Pikir Manajemen Tata Ruang yang Dapat Mewujudkan Ruang
Wilayah Nasional yang Aman Produktif dan Berkelanjutan
Suatau produk manajeman penataan ruang tentu harus mampu
meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Oleh karena itu, untuk lebih
memahami bagaimana cara mewujudkan manajemen penataan ruang wilayah
nasional yang aman, produktif dan berkelanjutan tentu harus terlebih dahulu
memahami pola pikir manajeman penataan ruang itu sendiri. Adapun sketsa pola
pikir manajemen penataan ruang tersebut adalah sebagai berikut :

Produktif dan
berkelanjutan

Masalah
manajeme
n tata
ruang

Input

Produ
k

Tata Ruang
Aman
Produktif
Berkelanjuta
n

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan upaya menciptakan penataan ruang dan tata ruang yang
sejalan dengan tujuan penataan ruang pesisir dan laut yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan perlu adanya penataan ruang pesisir berdasarkan
fungsi utama kawasan dimana terdapat kawasan lindung dan kawasan budidaya
yang harus diperhatikan agar potensi sumberdaya alam tetap terjaga, unsur-unsur
yang terkandung dalam UU No. 26 tahun 2007 pasal 1 poin 22 dalam bab 1 dan
UU No. 26 tahun 2007 pasal 5 ayat 2 terkelola dengan baik sepenuhnya tidak ada
satu aspek pun yang terlewatkan guna menjaga kelestarian sumberdaya yang ada
dan masyarakat ikut sejahtera karena dalam UU tersebut terdapat salah satu hak
rakyat yaitu kawasan hutan peruntukan rakyat. Penyelenggaraan manajemen dan
pola pikir manajemen tata ruang merupakan faktor utama agar tercapainya tujuan
diatas dimana potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya
buatan yang ada di wilayah tersebut tidak saling merugikan atau bahkan merusak
satu sama lain. Dengan pola pikir manajamen tata ruang yang sesuai dan
terstruktur akan menghasilkan suatu produk manajemen tata ruang yang mampu
meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami sebagai penulis masih terdapat
banyak kekurangan, maka dari itu kami menyarankan agar pembaca dapat
mencari dan memahami dari fungsi Perencanaan Penataan Ruang Pesisir dan laut
sesuai dengan UU yang berlaku dan yang telah ditetapkan .

DAFTAR PUSTAKA

Juniarso Ridwan. 2008. Hukum Tata Ruang. Nuansa. Bandung.


Salim, A.R, dkk. 2011. Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Kabupaten
Bone Bolango Yang Berwawasan Lingkungan. Jurnal Ilmu Lingkungan.
Volume 9 No. 1.
Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah. 2003. Tinjauan Aspek Penataan
Ruang Dalam Pengelolaan Wilayah Laut Dan Pesisir. Surabaya

10

Anda mungkin juga menyukai