Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENATALAKSANAAN GANGGUAN
BIPOLAR
Pembimbing :
dr. Yos Suwardi, SpKJ
Disusun Oleh :
Melissa
(1410221081)
Mutia Rachmi
(1410221093)
(1410221096)
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
kami dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul Penatalaksanaan Gangguan
Bipolar. Referat ini kami susun untuk menambah ilmu pengetahuan yang kami miliki dan
untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa di RSPAD Gatot Soebroto.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian referat ini. Kami menyadari masih
banyak kekurangan baik pada isi maupun format referat ini, oleh karea itu, kami menerima kritik
dan saran dengan tangan terbuka terhadap referat yang kami buat ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa,
menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin, serta
menjamin hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang merupakan amanat dari UndangUndang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Hal tersebut juga mencakup hak setiap orang yang mengalami
gangguan jiwa untuk memperoleh upaya penanganan kesehatan, yaitu dengan menjamin hak
setiap orang dalam mencapai kualitas hidup yang baik, menikrnati kehidupan kejiwaan yang
sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan 14,1 % penduduk
Indonesia
mengalami gangguan jiwa dari ringan hingga berat. Data dari 33 rumah sakit jiwa di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 2,5 juta orang, di
Indonesia prevalensinya sekitar 11% dari total penduduk dewasa.
Menurut Riskesdas 2014, masalah gangguan jiwa seringkali terjadi pada kota-kota besar.
Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah gangguan jiwa yang dapat terjadi pada kotakota besar terutama di Jakarta.
Masalah kejiwaan yang terjadi pada usia produktif merupakan suatu beban bagi
masyarakat karena dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi di suatu negara, sehingga masalah
ini merupakan hal yang sangat penting untuk diatasi.
Masalah penatalaksanaan gangguan jiwa terutama gangguan bipolar merupakan hal yang
perlu dikuasai untuk mengontrol gejala yang timbul pada gangguan bipolar. Sehingga angka
kejadian gangguan jiwa pada masyarakat di kota-kota besar khususnya Jakarta akan berkurang,
yang pada akhirnya mengurangi angka kejadian gangguan jiwa di Indonesia dan diharapkan
dalam lingkup Global.
B.
Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui penatalaksanaan yang tepat dari
gangguan bipolar pada berbagai tipe bipolar sehingga dapat membantu mengatasi dan mencegah
gangguan bipolar yang pada akhirnya diharapkan gejala bipolar dapat terkontrol dengan baik.
C.
Manfaat
Manfaat penulisan referat ini adalah untuk menambah wawasan teman sejawat mengenai
penatalaksanaan terkini untuk gejala-gejala yang timbul pada gangguan bipolar sehingga dapat
melakukan pengobatan yang sesuai dengan kemampuan sebagai dokter umum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup.
Gangguan ini bersifat episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode), dimana afek
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah ada
penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan. Episode depresi cenderung berlangsung lebih
lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang lanjut usia.
Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau
trauma mental lain (stress tidak esensial untuk penegakkan diagnosis). (1)
B. EPIDEMIOLOGI (2)
1. Insiden dan Prevalensi
Prevalensi GB I selama kehidupan mencapai 2,4%, GB II berkisar antara 0,3%-4,8%,
siklotimia antara 0,5%-6,3%, dan hipomania antara 2,6%-7,8%. Total prevalensi spektrum
bipolar, selama kehidupan, yaitu antara 2,6%-7,8%. (3)
2. Seks
Gangguan bipolar I memiliki prevalensi yang sama antara laki-laki dan perempuan.
Episode manik lebih sering terjadi pada laki-laki dan episode depresif lebih sering pada
perempuan. Bila episode manik terjadi pada perempuan, lebih mungkin terjadinya gambaran
campuran dibandingkan laki-laki. Perempuan juga memiliki angka yang lebih tinggi untuk
terjadinya siklus cepat, yaitu mengalami empat atau lebih episode manik dalam waktu 1
tahun.
3. Usia
Awitan gangguan bipolar I terjadi pada usia dini. Awitan usia berkisar dari masa
kanak-kanak (5-6 tahun) sampai 50 tahun atau ada juga pada usia lebih tua namun jarang.
Usia rata-rata saat terjadinya awitan pada usia 30 tahun.
D. GEJALA KLINIS
Di bawah ini adalah jenis-jenis gangguan bipolar (GB) sesuai dengan kriteria diagnostic
yang terera dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders IV-Text Revision
(DSM-IV TR);
1. Episode manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang
elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut
(empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu:
a. grandiositas atau percaya diri berlebihan
b. berkurangnya kebutuhan tidur
c. cepat dan banyaknya pembicaraan
d. lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e. perhatian mudah teralih
f. peningkatan energi dan hiperaktivitas psikomotor
g. meningkatnya aktivitas bertujuan (sosial, seksual, pekerjaan dan sekolah)
h. tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang).
5. Siklus cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi, hipomania atau
mania dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas gejala dan
biasanya terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan.
6. Siklus ultra cepat
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam
beberapa hari. Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia dan
sangat sulit diatasi
7. Gejala psikotik
Pada kasus berat, pasien bisa mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling
sering yaitu:
a. halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. waham : misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan
waham nihilistik terjadi pada episode depresi. Ada kalanya gejala psikotik tidak serasi
dengan mood. Pasien dengan GB sering didiagnosis sebagai skizofrenia.
E. KRITERIA DIAGNOSIS
Keterampilan wawancara dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Informasi dari
keluarga sangat diperlukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria yang terdapat dalam
DSM-IV atau ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi
simtom GB adalah The Structured Clinical Interview for DSM-IV (SCID). The Present State
Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi gejala sesuai dengan ICD-10.
1. Gangguan Mood Bipolar I
a. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Tunggal
1) Hanya mengalami satu kali episode manik dan tidak ada riwayat episode depresi
mayor sebelumnya.
2) Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
gangguan
waham,
atau
dengan
gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
diklasifikasikan.
3) Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
4) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau
menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
b. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Manik Saat Ini
1) Saat ini dalam episode manik
2) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik, depresi,
atau campuran
3) Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak bertumpang
tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham, atau dengan
gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
4) Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
5) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau
menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
c. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Campuran Saat Ini
1) Saat ini dalam episode campuran
2) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi, atau
campuran
3) Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan skizoafektif dan
tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan waham,
atau dengan gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan
4) Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
5) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau
menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
d. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Hipomanik Saat Ini
1) Saat ini dalam episode hipomanik
2) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran
3) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau
hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
4) Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan
waham,
diklasifikasikan.
atau
dengan
gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
waham,
atau
dengan
gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
diklasifikasikan
4) Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi medik
umum
5) Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup bermakna atau
menimbulkan hendaya dalam sosial, pekerjaan, atau aspek fungsi penting lainnya.
f. Gangguan Mood Bipolar I, Episode Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan Saat Ini
1) Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik, hipomanik,
campuran, atau episode depresi.
2) Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau campuran
3) Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform,
gangguan
waham,
atau
dengan
gangguan
psikotik
yang
tidak
dapat
pasien), atau adanya gaduh gelisah, aktivitas motorik yang berlebihan, dan lompatan gagasan
yang sangat berlebihan sehingga pasien tidak mungkin melakukan komunikasi seperti biasanya.
4. F.31 Gangguan Afektif Bipolar
Episod mania atau hipomania multipel atau depresi dengan mania/hipomania, episod saat
ini seperti yang didefinisikan di atas atau di bawah ini.
5. F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Saat Ini Episode Campuran
Sebelumnya, pasien mengalami, paling sedikit, satu episode campuran, depresi,
mania, atau hipomania dan saat ini, memperlihatkan suatu campuran atau pergantian yang cepat
antara simtom mania dengan depresi.
6. F 32 Episode Depresi
Paling sedikit, selama dua minggu, pasien mengalami penurunan mood, pengurangan
energi dan aktivitas. Berkurangnya kemampuan merasakan rasa senang, penurunan konsentrasi
dan minat. Pasien merasa lelah, berkurangnya nafsu makan, dan gangguan tidur. Berkurangnya
rasa percaya diri, adanya rasa tidak berguna atau ide-ide bersalah. Mood tidak berespons
terhadap lingkungan, dan disertai dengan simtom somatik misalnya, hilangnya minat dan rasa
senang, terbangun dini hari, depresi memburuk di pagi hari, retardasi atau agitasi psikomotor,
berkurangnya nafsu makan dan libido.
Episode depresi dispesifikasi sebagai derajat ringan (paling sedikit empat gejala), sedang
(paling sedikit enam gejala dan kesulitan secara terus-menerus dalam berktivitas rutin) atau berat
(paling sedikit delapan gejala dan gejala-gejala tersebut sangat nyata dan menimbulkan
penderitaan).
F. PENATALAKSANAAN
1.
Penentuan Kegawatdaruratan4
Pengobatan dari gangguan bipolar secara langsung terkait pada fase dari episodenya,
seperti depresi atau manik, dan derajat keparahan fase tersebut. Contoh, seseorang dengan
depresi yang ekstrim dan menunjukkan perilaku bunuh diri memerlukan/mengindikasikan
pengobatan rawat inap. Sebaliknya, seseorang dengan depresi moderat yang masih dapat
bekerja, diobati sebagai pasien rawat jalan.
a) Rawat Inap
i.
ii.
iii.
Hendaya Berat
Adakalanya depresi yang dialami terlalu dalam, sehingga orang tidak dapat melakukan
fungsinya sama sekali, meninggalkan orang seperti ini sendirian sangat berbahaya dan
tidak menyembuhkannya.
iv.
Mencari stressornya dan mencari cara untuk menanganinya. Stressor ini dapat berasal
dari keluarga atau pekerjaan, dan bila terkumpul dapat mendorong penderita menjadi
ii.
iii.
iv.
di masyarakat.
Edukasi. Klinisi harus membantu edukasi bagi penderita dan keluarga tentang penyakit
bipolar. Mereka harus sadar dan waspada terhadap bahaya penyalahgunaan zat, situasi
yang mungkin memicu kekambuhan, dan peran pengobatan yang penting. Dukungan
kelompok bagi penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.
Keadaan kesehatan tubuh penderita gangguan bipolar juga harus diperhatikan oleh para
a) Pelaksanaan, TEK hanya dapat dilakukan atas saran dari seorang dokter psikiater.
Seorang dokter yang hadir dalam pelaksanaan TEK harus seorang dokter psikiater
konsultan atau psikiater yang telah menyelesaikan kursus TEK dan berpengalaman dalam
mengelola TEK.
Dokter yang melakukan tindakan TEK adalah seorang dokter psikiater yang telah
mendapat pelatihan resmi, dalam penggunaan TEK, sesuai dengan kriteria masingmasing institusi (ECT Manual Victoria Gov., 2009).
b) Pemeriksaan status psikiatri, dokter psikiater menentukan bahwa pasien memiliki
kondisi kualifikasi untuk TEK berdasarkan evaluasi status medis dan status psikiatri
(Ghaziuddin, 2004).
c) Komunikasi dan penyediaan informasi, tersedia secara tertulis disertai pertemuan yang
cukup sering antara pasien, keluarga dan dokter untuk konsultasi sangat penting karena
beberapa pasien yang sakit parah mungkin kesulitan mengingat konsultasi pra-TEK.
Disarankan bahwa lembar informasi mencakup sifat pengobatan, prosedur dan manfaat
yang diharapkan serta risiko yang mungkin terjadi. (ECT Manual Victoria Gov., 2009).
d) Persetujuan pengobatan. Suatu bentuk persetujuan diberikan secara tertulis,
ditandatangani dan harus diperoleh dari pasien dan keluarga pada setiap pengobatan TEK
(ECT Guide, 2006).
e) Penilaian kognitif. Berdasarkan fungsi kognitif direkomendasikan menggunakan Mini
Mental State Examination (MMSE) (ECT Guide, 2006).
f) Pengobatan simultan, secara umum lebih baik untuk mengurangi atau menghentikan
obat sebanyak mungkin untuk mengurangi risiko delirium dan meminimalkan efek
samping kognitif. Obat obat yang akan mengganggu kejang (antikonvulsan dan
benzodiazepin) harus diminimalkan, dan obat yang mengoptimalkan kondisi medis
pasien harus diberikan sebelum TEK (Kellner, 2012)
Nama
Dagang
Depakote
Equestro
Lamictal
X
X
Abilify
Geodon
Risperdal
Seroquel
Thorazine
Zyprexa
Symbyax
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Langkah I
Evaluasi Status Medik
Langkah II
evaluasi kepatuhan
Kombinasi 2 obat
Memulai/mengoptimalkan,
Atau
Li atau
DVP
Tidak berespons
Langkah III
Tambahkan atau ganti obat
Tambahkan
atau ganti
dengan AA
AA
Tambahkan
atau ganti Li
atau DVP
Kombinasi 2
obat (Li atau
DVP + AA
Tidak berespons
Langkah IV
Tambahkan atau ganti obat
Pertimbangkan menambah
Ganti salah satu atau
atau mengganti dengan
kedua obat dengan
Lini II atau
III lainnya
= litium;
DVP = divalproat, AA =obat
antipsikotika
atipik
obatLi
Lini
I lainnya
Tidak berespons
Langkah V
Tambahkan atau obat-obat
eksprimental
Pertimbangkan menambah
feniitoin, asam lemak omega-3,
kalsitoinin, alopurinol, amisulprid
Terapi
Penatalaksanaan pada Episode Depresi Akut, GB I
Farmakologi
Episode
Lini I
Litium, lamotrigin, quetiapin, quetiapin XR, litium
Depresi
Akut
atau divalproat + SSRI, olanzapin + SSRI, litium +
GB I
divalproat
Lini II
Quetiapin + SSRI, divalproat, litium atau divalproat +
lamotrigin
Lini III
Karbamazepin, olanzapin, litium + karbamazepin,
litium atau divalproat + venlafaksin, litium + MAOI,
TKL, litium atau divalproat atau AA + TCA, litium
atau divalproat atau karbamazepin + SSRI +
lamotrigin, penambahan topiramat.
Tidak
Gabapentin monoterapi, aripiprazol monoterapi
direkomendasi
kan
Rekomendasi Terapi Rumatan
Pada GB I
Lini I
Litium, lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin,
quetiapin, litium atau divalproat + quetiapin,
risperidon injeksi jangka panjang (RIJP), penambahan
RIJP, aripirazol.
Lini II
Karbamazepin, litium + divalproat, litium +
karbamazepin, litium atau divalproat + olanzapin,
litium + risperidon, litium + lamotrigin, olanzapin +
fluoksetin
Lini III
Penambahan
fenitoin,
penambahan
olanzapin,
penambahan
ECT,
penambahan
topiramat,
penambahan asam lemak omega-3, penambahan
okskarbazepin
Tidak
Gabapentin, topiramat atau antidepresan monoterapi
direkomendasi
kan
Terapi
Farmakologi
untuk
Depresi
Akut GB II
Lini I
Lini II
Lini III
Terapi
Rumatan
GB
II
Lini I
Lini II
Lini III
Tidak
direkomen
dasikan
Gabapentin
Langkah I
Evaluasi Status Medik
Dengan
DVP
Langkah II
Memulai/mengoptimalkan,
evaluasi kepatuhan
Tidak berespons
Langkah III
Tambahkan atau ganti obat
Tidak berespons
Dengan
obat Lini I
Tambahkan
SSRI/Bup atau
Tambahkan
SSRI, Li atau
ti dengan Li,
Lam, atau Que
ganti dengan
Li, Lam, atau
Que
tambahkan/gan
Tambahka
n/ ganti
dg Li atau
Que
Lam atau
Tambahkan
SSRI/Bup atau
tambahkan/ganti
dg Lam atau Que
Lam
Que
Li
Tambahkan
SSRI, Li
atau Lam
atau ganti
dg Li,
Lam atau
Que
Li atau
DVP
+SSRI/
Bup
Li +
DVP
Ganti Li
atau DVP
Tambahk
an
atau Olz
atau ganti
SSRI/Bu
p dg Lam
p atau
ganti Li
atau DVP
dg Lam
atau Que
Olz+
SSRI
Ganti
dg Que,
Que +
SSRI,
L, Li +
SSRI/B
up atau
Lam
dg Que
Langkah IV
Tambahkan atau ganti obat
Ganti satu atau kedua obat dengan obat lini I atau
Tidak berespons
Langkah V
Tambahkan atau obat-obat
baru
Tidak
mengguna
kan obat
SSRI/Bu
bila diet mengandung rendah lemak dan menurun bila diet mengandung
tinggi lemak.
Dosis: Dosis terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproat
dalam serum berkisar antara 45 -125 g/mL. Untuk GB II dan siklotimia
diperlukan divalproat dengan konsentrasi plasma 50 g/mL. Dosis
awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari atau 250 500
mg/hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi serum
45- 125 g/mL. Efek samping, misalnya sedasi, peningkatan nafsu
makan, dan penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi bila
konsentrasi serum 100 g/mL. Untuk terapi rumatan, konsentrasi
valproat dalam plasma yang dianjurkan adalah antara 75-100 g/mL.
Indikasi: Valproat efektif untuk mania akut, campuran akut, depresi mayor
akut, terapi rumatan GB, mania sekunder, GB yang tidak berespons dengan
litium, siklus cepat, GB pada anak dan remaja, serta GB pada lanjut usia.
Efek samping: anoreksia, mual, muntah, diare, dispepsia, peningkatan
(derajat ringan) enzim transaminase, sedasi, dan tremor. Efek samping ini
sering terjadi pada awal pengobatan dan bekurang dengan penurunan dosis
atau dengan berjalannya waktu. Efek samping gastrointestinal lebih sering
terjadi pada penggunaan asam valproat dan valproat sodium bila
dibandingkan dengan tablet salut sodium divalproat.
Lamotrigin
Lamotrigin efektif untuk mengatasi episode bipolar depresi. Ia
menghambat kanal Na+. Selain itu, ia juga menghambat pelepasan glutamat.
Farmakokinetik
Lamotrigin oral diabsorbsi dengan cepat. Ia dengan cepat melewati sawar
otak dan mencapai konsentrasi puncak dalam 2-3 jam. Sebanyak 10% lamotrigin
dieksresikan dalam bentuk utuh.
Indikasi
Efektif untuk mengobati episode depresi, GB I dan GB II, baik akut
maupun rumatan. Lamotrigin juga efektif untuk GB, siklus cepat.
Dosis
Berkisar antara 50-200 mg/hari.
Efek Samping
Sakit kepala, mual, muntah, pusing, mengantuk, tremor, dan berbagai
pemberian
oral.
Ia
Dosis
Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu
tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya
dapat dinaikkan hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Sebagian besar pasien
membutuhkan 4-6 mg/hari. Risperidon injeksi jangka panjang (RIJP) dapat pula
digunakan untuk terapi rumatan GB. Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa
atau orang tua adalah 25 mg setiap dua minggu. Bila tidak berespons dengan 25
mg, dosis dapat dinaikkan menjadi 37,5 mg - 50 mg per dua minggu.
Indikasi
Risperidon bermanfaat pada mania akut dan efektif pula untuk terapi
rumatan
Efek Samping
Sedasi, fatig, pusing ortostatik, palpitasi, peningkatan berat badan,
berkurangnya gairah seksual, disfungsi ereksi lebih sering terjadi pada risperidon
bila dibandingkan dengan pada plasebo. Meskipun risperidon tidak terikat secara
bermakna dengan reseptor kolinergik muskarinik, mulut kering, mata kabur, dan
retensi urin, dapat terlihat pada beberapa pasien dan sifatnya hanya sementara.
Peningkatan berat badan dan prolaktin dapat pula terjadi pada pemberian
risperidon.
Olanzapin
Olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazepin yang memiliki afinitas
terhadap dopamin (DA), D2, D3, D4, dan D5, serotonin 2 (5-HT2); muskarinik,
histamin 1(H1), dan 1-adrenergik.
Indikasi
Olanzapin mendapat persetujuan dari FDA untuk bipolar episode akut
mania dan campuran. Selain itu, olanzapin juga efektif untuk terapi rumatan GB.
Dosis
Kisaran dosis olanzapin adalah antara 5-30 mg/hari.
Efek Samping
Sedasi dapat terjadi pada awal pengobatan tetapi berkurang setelah
beberapa lama. Efek antikolinergik dapat pula terjadi tetapi kejadiannya sangat
rendah dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan. Risiko terjadinya
diabetes tipe-2 relatif tinggi bila dibandingkan dengan antipsikotika atipik lainnya.
Keadaan ini dapat diatasi dengan melakukan psikoedukasi, misalnya merubah
gaya hidup, diet dan latihan fisik.
Quetiapin
Quetiapin merupakan suatu derivat dibenzotiazepin yang bekerja sebagai
antagonis 5-HT1A dan 5-HT2A, dopamin D1, D2, histamin H1 serta reseptor
adrenergik 1 dan 2. Afinitasnya rendah terhadap reseptor D2 dan relatif lebih
tinggi terhadap serotonin 5-HT2A.
Dosis
Kisaran dosis pada gangguan bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari.
Tersedia dalam bentuk tablet IR (immediate release) dengan dosis 25 mg, 100 mg,
200 mg, dan 300 mg, dengan pemberian dua kali per hari. Selain itu, juga tersedia
quetiapin-XR dengan dosis 300 mg, satu kali per hari.
Indikasi
Quetiapin efektif untuk GB I dan II, episdoe manik, depresi, campuran,
siklus cepat, baik dalam keadaan akut maupun rumatan.
Efek Samping
Quetiapin secara umum ditoleransi dengan baik. Sedasi merupakan efek
samping yang sering dilaporkan. Efek samping ini berkurang dengan berjalannya
waktu. Perubahan dalam berat badan dengan quetiapin adalah sedang dan tidak
menyebabkan penghentian pengobatan. Peningkatan berat badan lebih kecil bila
dibandingkan dengan antipsikotika tipik.
Aripiprazol
Aripiprazol adalah stabilisator sistem dopamin-serotonin.
Farmakologi
Aripiprazol merupakan agonis parsial kuat pada D2, D3, dan 5-HT1A serta
antagonis 5-HT2A. Ia juga mempunyai afinitas yang tinggi pada reseptor D 3,
afinitas sedang pada D4, 5-HT2c, 5-HT7, 1- adrenergik, histaminergik (H1), dan
serotonin reuptake site (SERT), dan tidak terikat dengan reseptor muskarinik
kolinergik.
Dosis
Aripiprazol tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20, dan 30 mg. Kisaran
dosis efektifnya per hari yaitu antara 10-30 mg. Dosis awal yang
direkomendasikan yaitu antara 10 - 15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila
ada rasa mual, insomnia, dan akatisia, dianjurkan untuk menurunkan dosis.
Beberapa klinikus mengatakan bahwa dosis awal 5 mg dapat meningkatkan
tolerabilitas.
Indikasi
Aripiprazol efektif pada GB, episode mania dan episode campuran akut. Ia
juga efektif untuk terapi rumatan GB. Aripiprazol juga efektif sebagai terapi
tambahan pada GB I, episode depresi.
Efek Samping
Sakit kepala, mengantuk, agitasi, dispepsia, anksietas, dan mual
merupakan kejadian yang tidak diinginkan yang dilaporkan secara spontan oleh
kelompok yang mendapat aripiprazol. Efek samping ekstrapiramidalnya tidak
berbeda secara bermakna dengan plasebo. Akatisia dapat terjadi dan kadangkadang dapat sangat mengganggu pasien sehingga sering mengakibatkan
penghentian pengobatan. Insomnia dapat pula ditemui. Tidak ada peningkatan
berat badan dan diabetes melitus pada penggunaan aripiprazol. Selain itu,
peningkatan kadar prolaktin juga tidak dijumpai. Aripiprazol tidak menyebabkan
perubahan interval QTc.
Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati GB, episode depresi.
Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka panjang
berpotensi meginduksi hipomania atau mania. Untuk menghindari terjadinya
hipomania dan mania, antidepresan hendaklah dikombinasi dengan stabilisator
mood atau dengan antipsikotika atipik
o Penjelasan biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini
mengurangi perasaan bersalah dan mempromosikan pengobatan
yang adekuat.
o Memberi informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit
terutama tanda awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan
terhadap
adanya
perubahan
memudahkan
langkah-langkah
4. Diet
Terkecuali pada penderita dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tidak
ada diet khusus yang dianjurkan. Penderita dianjurkan untuk tidak merubah
asupan garam, karena peningkatan asupan garam membuat kadar litium serum
menurun dan menurunkan efikasinya, sedangkan mengurangi asupan garam dapat
meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas.
5. Aktivitas
Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan olahraga/aktivitas
fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik aktivitas fisik dan
jadwal yang reguler meupakan kunci untuk bertahan dari penyakit ini. Namun,
bila aktivitas fisik ini berlebihan dengan peningkatan respirasi dapat
meningkatkan kadar litium serum dan menyebabkan toksisitas litium.
G. PROGNOSIS5
Prognosis pada penderita dengan gangguan bipolar I lebih buruk daripada
penderita dengan depresi berat. Dalam 2 tahun pertama setelah episode awal, 40
50 % penderita mengalami serangan manik lain.5
Hanya 50 60 % penderita gangguan bipolar I dapat dikontrol dengan
litium terhadap gejalanya.
Pada 7 % penderita, gejala tidak kembali/mengalami penyembuhan, 45 %
penderita mengalami episode berulang, dan 40 % mengalami gangguan yang
menetap.
Seringkali perputaran episode depresif dan manik berhubungan dengan
usia.
Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi lebih buruk antara lain :
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
A. antikonvulsan
Obat
Derivate carboxamide
Carbamazepine
Dosis
Mania akut
Dosis inisial :
400 mg/hari PO dalam dosis
terbagi
Dosis pemeliharaan :
400-600 mg/hari PO dalam
dosis terbagi
Dosis maksimal : 1600
mg/hari
Mania akut
Dosis inisial :
600-1000 mg/hari PO
Dosis dapat ditingkatkan 200
mg dalam interval 3 hari
hingga respon yang
diharapkan
400-800 mg pelan secara IV
(hingga 10 mg/kg) selama 3-5
menit lalu dilanjutkan atau
diulang
Dosis maksimal : 2.5 g/hari
Dosis pemeliharaan : 5002000 mg/hari PO selama 24
jam atau dibagi selama 12 jam
atau 20-30 mg/kg/hari
Dosis maksimal : 3000
mg/hari
2. Semisodium valproate
(Na Divalproex)
Antikonvulsan lain
Lamotrigine
Dosis inisial:
750 mg/hari PO dalam dosis
terbagi
Dosis maksimal : 60
mg/kg/hari
Monoterapi
Dosis inisial:
Minggu 1&2 : 25 mg
PO selama 24 jam
Minggu 3&4 : 50 mg
PO selama 24 jam atau
dibagi selama 12 jam
Minggu 5 : 100 mg PO
selama 24 jam atau
dibagi dalam 12 jam
Dosis maksimal : 200 mg/hari
Terapi tambahan dengan asam
valproate
Dosis inisial :
Minggu 1&2 : 25 mg
PO setiap hari
Minggu 3&4 : 25 mg
PO selama 24 jam
Minggu 5 : 50 mg PO
selama 24 jam atau
dibagi dalam 12 jam
Dosis target : 100 mg dalam
24 jam atau dibagi selama 12
jam
Dosis maksimal : 200 mg/hari
Terapi tambahan dengan
carbamazepine
Dosis inisial :
Minggu 1&2 : 50 mg
PO dalam 24 jam
Minggu 3&4 : 100
mg/hari dibagi dalam
12 jam
Minggu 5 : 200
mg/hari dibagi dalam
12 jam
Dosis target : 300 mg dibagi
dalam 12 jam dalam minggu 6
& 400 mg/hari dibagi dalam
12 jam dalam minggu 7, jika
diperlukan
B. Antipsikotik atipikal
Mania akut
Monoterapi :
10 mg SL selama 12 jam ; diturunkan 5
mg SL selama 12 jam jika dosis tidak
dapat ditoleransi
Terapi kombinasi
(lithium/valproate):
5 mg SL selama 12 jam:
Dapat ditingkatkan sampai 10 mg SL
selama 12 jam berdasarkan tolerabilitas
2. Clozapine
Mania akut
Dosis optimal tidak diketahui
Dosis inisial :
25-50 mg/hari PO ditingkatkan 25 mg
setiap 2-3 hari hingga respon yang
diinginkan
Dosis umum :
100-400 mg/hari PO
3. Olanzapine
4. Quetiapine
Fase manik
Dewasa :
Tablet immediate-release :
Hari 1 : 100 mg/hari PO
Hari 2 : 200 mg/hari PO
Hari 3 : 300 mg/hari PO
Hari 4 : 400 mg/hari PO
Dosis umum : 200-800 mg/hari PO
Tablet extended-release :
Hari 1 : 300 mg/hari PO (menjelang
tidur)
Hari 2 : 600 mg/hari PO & naik hingga
800 mg/hari (menjelang tidur) jika
diperlukan
Anak > 10 tahun
Hari 1 : 25 mg PO dalam 12 jam
Hari 2 : 50 mg PO dalam 12 jam
Ditingkatkan 100 mg/hari setiap hari
sampai dosis target 400 mg/hari
tercapai di hari 5
Dosis umum : 400-600 mg/hari
Fase depresi
Hari 1 : 50 mg PO (menjelang tidur)
Hari 2 : 100 mg PO
Hari 3 : 200 mg PO
Hari 4 : 300 mg PO
Dosis dapat di titrasi sampai 400 mg
pada hari 5 dan hingga 600 mg pada
hari 8
Derivate indol
1. Ziprasidone
Mania akut
Dosis inisial :
40 mg PO selama 12 jam
Dosis maksimal : 80 mg PO selama 12
jam
Pasien manik (agitasi)
10-20 mg IM
Dosis maksimal : 40 mg/hari
Durasi maksimal : 3 hari berturutturut
Antipsikotik lain
1. aripripazole
2.
risperidone
Mania akut
Dewasa :
Dosis inisial : 2-3 mg/hari PO dalam
24 jam
Dosis umum : 1-6 mg/hari
Anak 10-17 tahun :
Dosis inisial : 0.5 mg PO dalam 24 jam
C. Lithium
Lithium karbonat
Lithium sulfat
Mania akut
400 mg-2g PO dosis dibagi selama 5-7
hari pertama
Dosis pemeliharaan : 300 mg-1.2 g PO
6-8 jam
Controlled release : 1800 mg/hari PO
dalam dosis terbagi hingga kadar
konsentrasi dalam serum mencapai 0.81.2 mmol/L
Mania akut
Sustained release :
Hari 1-2 : 330 mg PO dalam 24 jam
Hari 3-4 : 330 mg PO dalam 12 jam
Hari 5-6 : 990 mg PO dalam 24 jam
Hari 7 seterusnya : 1320 mg dalam 24
jam
Sediaan obat anti mania dan dosis anjuran (yang beredar di Indonesia
menurut MIMS edisi 13, 2013/2014) (8)
No Nama generic
1
Lithium karbonat
Nama dagang
Frimania
Haloperidol
Haloperidol
Sediaan
Tab 200-400
mg
Tab 0.5-1.5-5
mg
Dosis anjuran
250-500 mg/h
5-20 mg/h
Haldol
Serenace
Tab 0.5-2-5
mg
Tab 0.5-1.5-5
mg
Liq 2 mg/ml
Amp 5mg/cc
Carbamazepine
Tegretol
Tab 200 mg
Bamgetol
Caplet 200
mg
Syr 250
mg/5ml
Tab 250 mg
Tab ER 500
mg
Asam valproate
Depakene
Na divalproex
Depakote
5 mg (im)
dapat diulangi
setiap jam
(maks 20
mg/h)
300-600 mg/h
2-3x/hari
2x250 mg/h
3x250 mg/h
1-2x500 mg/h
Penggolongan
Mania akut
divalproex
Profilaksis mania
Mekanisme kerja
Pengaturan dosis
Dalam pengaturannya perlu mempertimbangkan
Onset efek primer (efek klinis) : 7-10 hari (1-2 minggu)
Rentang kadar serum terapeutik : = 0.8 1.2 mEq/L (dicapai dengan dosis
sekitar 2 atau 3x500 mg/hari)
Kadar serum toksik > 1.5 mEq/L
Biasanya preparat lithium yang digunakan adalah lithium carbonate
mulai dengan dosis 250-500 mg/h, diberikan 1-2x/hari dinaikkan 250 mg/h
setiap minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar
serum lithium berefek klinis terapeutik (0.8-12 mEq/L). Biasanya dosis
optimal berkisar 1200-1800 mg/h. dipertahankan 2-3 bulan, kemudian
diturunkan menjadi dosis maintenance, konsentrasi serum lithium yang
dianjurkan untuk mencegah kekambuhan berkisar antara 0.5-0.8 m3Eq L,
ini sama efektifnya bahkan lebih efektif dari kadar 0.8-1.2 mEq/L, dan
juga untuk mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko intoksikasi.
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut, dan gangguan
ginjal. Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampel darah pada
pagi hari, yaitu : sebelum makan obat dosis pagi dan sekitar 12 jam setelah
dosis petang. Untuk mengurangi efek samping pada saluran cerna, obat
dapat diberikan setelah makan.
Lama pemberian
Sindrom mania akut : setelah gejala mereda, lithium carbonate harus
diteruskan sampai > 6 bulan, dihentikan secara tapering off bila
memang tidak ada indikasi lagi
Gangguan afektif bipolar dan unipolar : penggunaan harus diteruskan
sampai beberapa tahun, sesuai dengan indikasi profilaksis serangan
sindrom mania/depresi. Penggunaan jangka panjang sebaiknya dalam
dosis minimum dengan kadar serum lithium terendah yang masih
efektif untuk terapi profilaksis.
Perhatian khusus
Sebelum dan selama penggunaan lithium carbonate perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium secara periodic : kadar serum Na dan K, ureum,
creatinin, T3, T4
Pemeriksaan EKG
Wanita hamil : kontraindikasi
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan
ditandai oleh gejala-gejala manik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta
dapat berlangsung seumur hidup. Angka morbiditas dan mortalitasnya cukup
tinggi. Gangguan mood ini disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya faktor
genetik, biologik, dan psikososial. Dalam perjalanan penyakitnya, gangguan
bipolar ini berbeda-beda, tergantung pada tipe dan waktunya. Onsetnya biasanya
pada usia 30 tahun. Wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama. Semakin
muda seseorang terkena bipolar, maka makin besar kemungkinannya untuk
mengalami gejala psikotik dan semakin jelas terlihat hubungan genetiknya. Pada
gangguan bipolar perlu diketahui adanya tindakan gawat darurat, pasien dengan
gangguan bipolar yang diperlukan rawat inap yaitu :berbahaya untuk diri sendiri,
berbahaya bagi orang lain, adanya hendaya berat, terdapat kondisi medis yang
harus dimonitor. Pengalaman klinis menunjukkan bahwa jika diterapi dengan obat
mood stabilizer, penderita gangguan bipolar akan mengalami lebih sedikit periode
manik dan depresi. Obat ini bekerja dengan cara menstabilkan mood penderita
(sesuai namanya), juga dapat menstabilakn manik dan depresi yang ekstrim.
Antipsikosis atipikal seperti ziprasidone, quetiapine, risperidone, aripiprazole dan
olanzapine, kini juga sering digunakan untuk menstabilkan manik akut, bahkan
untuk menstabilkan mood pada depresi bipolar.
Sementara itu, terapi non farmakologi yang dilakukan berupa :konsultasi,
diet, aktivitas, dan edukasi. Prognosis ditentukan dari indicator-indikator berikut :
Fase manik (dalam durasi pendek), onset terjadi pada usia yang lanjut, pemikiran
untuk bunuh diri yang sedikit, gambaran psikotik yang sedikit, masalah kesehatan
(organik) yang sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta : PT NUH, 2003.
2. Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta : EGC, 2014.
3. Soreff, Stepen. Bipolar Affective Disorder. Medscape. [Online] Agustus 18,
2014. [Cited: Oktober 6, 2014.] emedicine.medscape.com.
4. Gilman, Goodman. Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta : EGC, 2011.
5. Roxanne DE. Bipolar disorder (mania) [Internet]. 2011 [diunduh 12 Januari
2016] Diunduh dari: http://www.medicinenet.com/bipolar_disorder/article.html
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa (PDSKJI). Pedoman
Tatalaksana Gangguan Bipolar.
7. MIMS.neurology&psychiatry.Indonesia : 2013/2014
8 Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.Jakarta : PT NUH,2014.