Upaya Yang Dapat
Upaya Yang Dapat
Dengan jarak tempuh 24 km, sejak dimulai hingga berakhir tidak ada hambatan ketika
melakukan patkor, jelas Komandan Satgas Pamtas 614/RJP, Rudi Setiawan kepada Radar
Nunukan, Minggu (28/8/2016).
Dengan jarak tempuh tersebut, sebanyak 277 patok perbatasan yang ada. Semua dinyatakan tidak
ada yang bergeser sedikitpun, baik karena kondisi alam mapun karena human error semua
berada pada titik koordinat yang telah ditentukan. 277 patok tidak ada yang bergeser. Semua
dinyatakan sesuai dengan koordinat, tambah pria yang gemar bermain tennis ini.
Sebanyak 26 personel yang dikerahkan dari tiap negara, jumlah keseluruhan sebanyak 52
personel. Hasil pemeriksaan antar kedua negara tersebut telah terdaftar bagian pemetaan
Malaysia TDM dan Topografi TNI.
Patkor yang dilaksanakan ini mampu meningkatkan keamanan perbatasan. Selain itu patkor ini
juga melatih personel ketika melaksanakan tugas menjaga perbatasan.Hasil dari patkor telah
didaftar bagian tipografi dan pemetaan kedua negara, jelasnya.
Ia berharap, hubungan baik yang telah dijalin tetap terus berlanjut. Sehingga, usaha menjaga
perbatasan yang dijadikan jalur peredaran narkoba dapat ditekan. Patkor kali ini tidak hanya
memeriksa patok perbatasan. Namun, diharapkan mampu menjaga wilayah perbatasan dari
tindak kriminal, pungkasnya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara kepulauan (archipellagic state)
dengan 17.508 btaaaspulau. Indonesia berbatasan dengan banyak negara tetangga, baik di darat
maupun laut. Indonesia berbatasan langsung di daratan dengan tiga negara yaitu Malaysia
(Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur dengan Serawak dan Sabah), propinsi Papua dengan
Papua New Guinea dan Nusa Tenggara Timur dengan Timor Lorosae. Di wilayah laut,
berbatasan dengan sepuluh negara yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam,
Philipina, Palau, Papua New Guinea, Australia dan Timor Lorosae. Perbatasan negara merupakan
manifestasi utama kedaulatan wilayah suatu negara. Perbatasan suatu negara mempunyai
peranan penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam,
menjaga keamanan dan keutuhan wilayah. Penentuan perbatasan negara dalam banyak hal
ditentukan oleh proses historis, politik, hukum nasional dan internasional. Dalam konstitusi suatu
negara sering dicantumkan pula penentuan batas wilayah.
Di Kalimantan Barat yang langsung berbatasan dengan Serawak Malaysia Timur membentang
sepanjang 966 kilometer, mempunyai luas sekitar 2,1 juta hektar atau hampir seluas Provinsi
Nusa Tenggara Barat atau Provinsi Sulawesi Utara. Secara administratif meliputi 5 wilayah
Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang dan Kapuas Hulu dengan 15 Kecamatan dan
98 Desa. Kondisi geografis dan Topografi wilayah perbatasan Kalimantan Barat yang masih
terisolir, karena keterbatasan prasarana jalan, transportasi darat, sungai serta fasilitas publik
lainnya. Kondisi ini berdampak pada kondisi kesejahteraan sosial, ekonomi, pendidikan dan skill
masyarakat daerah perbatasan yang masih tertinggal dibanding dengan masyarakat daerah
Serawak.
Penduduk Kalimantan Barat dalam melakukan aktivitas sosial ekonomi cenderung ke Serawak,
karena akses yang mudah serta ketersediaannya fasilitas yang lebih baik. Kawasan perbatasan
terdapat sekitar 50 jalur jalan setapak yang menghubungkan 55 desa di Kalimantan Barat dengan
32 kampung di Serawak, lebih 60% penduduk masyarakat Puring Kencana juga memiliki KTP
Malaysia dan termasuk Surat Peranak (Akte Kelahiran), hal ini dikarenakan mereka lebih senang
mendapatkan akte kelahiran dari Pemerintah Malaysia. Di bidang pendidikan, usia anak-anak
yang bersekolah, lebih memilih sekolah di Malaysia dengan perbandingan dalam tahun ajaran
2008 hanya 13 anak yang masuk SD di Puring Kencana, sedangkan 83 anak lainnya memilih
sekolah di Malaysia. Alat ukur (mata uang) yang digunakan lebih dominan ringgit dari pada
rupiah.
Realitas yang memprihatinkan ini disebabkan kondisi daerah yang pembangunannya terbelakang
dan terisolir (indikator daerah tertinggal dan aksebilitas rendah). Penduduk dalam melakukan
aktifitas sosial ekonomi cenderung ke Serawak, hal ini karena akses yang mudah serta
ketersediaan fasilitas yang lebih baik (menjadi hinterland Serawak). Ketergantungan
perekonomian masyarakat perbatasan hampir semua barang dan jasa, tempat menjual hasil bumi
masyarakat di wilayah Malaysia.
Kesenjangan kehidupan yang tejadi di daerah perbatasan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
ketimpangan infrastruktur dan fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah RI, contohnya
seperti harga kebutuhan pokok yang sangat mahal, masyarakat lebih memilih masuk ke wilayah
Malaysia untuk memenuhi kebutuhannya, bisa kita bayangkan harga semen 1 juta rupiah per sak,
bensin 25 ribu rupiah per liter, sementara di negara tetangga, lebih murah, di Aruk, Kecamatan
Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, warga bergantung pada pasokan listrik
dari Malaysia. Jalan aspal di kawasan itu juga dibangun kontraktor Malaysia. Karena
ketimpangan inilah masyarakat di perbatasan Kalimantan rela menyerahkan wilayahnya masuk
ke negara tetangga. Mereka telah memindahkan patok-patok perbatasan ke wilayah negara
tetangga, dan ini juga yang menjadi motivasi bagi masyarakat di perbatasan untuk berganti status
kewarganegaraan menjadi warga negara Malaysia. Yang lebih ironis lagi masyarakat di
perbatasan Kalimantan tidak mengenali presiden mereka sendiri, mereka lebih kenal dengan PM
mentri Malaysia.
c. SKA.
Potensi SKA di daerah perbatasan sangat besar meliputi hasil hutan, tambang migas, batubara, ikan dan
kekayaan laut lainnya, namun belum dikelola secara optimal. Disisi lain sistem pengamanan daerah
perbatasan yang tidak memadai menyebabkan terjadinya pencurian dan penjarahan SKA.
d. Ideologi.
Kurangnya pembinaan terhadap masyarakat dan akses pemerintah baik pusat maupun daerah ke kawasan
perbatasan dapat menyebabkan masuknya pemahaman ideologi lain seperti paham komunis dan liberal
kapitalis, yang mengancam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dari rakyat Indonesia.
Oleh karena itu perlu adanya suatu metoda pembinaan ideologi Pancasila yang terus-menerus, tetapi tidak
bersifat indoktrinasi dan yang paling penting adanya keteladanan dari para pemimpin bangsa.
e. Politik.
Tatanan politik di daerah perbatasan relatif belum berkembang dan cenderung diwarnai dengan isu-isu
primordialisme, dikotomi sipil-TNI, dropping pejabat dan pertentangan antara kepentingan Pemerintah
Pusat dan Daerah. Kebijakan pemerintah dalam membangun kawasan perbatasan bersifat sektoral dan
seringkali tidak menyentuh lapisan masyarakat di pedalaman. Penyaluran aspirasi masyarakat di daerah
perbatasan belum berlangsung seperti yang diharapkan, terbukti belum adanya struktur pemerintahan di
kampung-kampung di perbatasan belum ada dan kunjungan pejabat ke pedalaman daerah perbatasan dari
Pemerintah Pusat maupun Daerah sangat jarang dilakukan.
f. Ekonomi.
Kehidupan ekonomi masyarakat di daerah perbatasan pada umumnya masih jauh tertinggal dari
perekono-mian negara tetangga, hal ini disebabkan antara lain :
1) Lokasinya relatif terisolir dengan tingkat aksesibilitas rendah.
2) Rendahnya taraf sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan (jumlah penduduk miskin dan desa
tertinggal).
3) Langkanya informasi pemerintah tentang ekonomi dan pem-bangunan bagi masyarakat di daerah
perbatasan (blank spot).
Masyarakat yang berdomisili di sepanjang perbatasan lebih ber-interaksi dan berorientasi kepada desa
terdekat negara tetangga.. Kesenjangan sosial ekonomi masyarakat daerah perbatasan dengan masyarakat
negara tetangga mempengaruhi watak dan pola hidup masyarakat setempat dan berdampak negatif bagi
pengamanan daerah perbatasan dan rasa nasionalisme.
g. Sosial Budaya.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah berbagai bidang kehidupan dan pemerintahan
ke arah yang dicita-citakan. Akibat kemajuan tersebut, globalisasi telah melanda dunia, sehingga seluruh
tatanan kehidupan yang ada mengalami perubahan-perubahan. Dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu pesat, teknologi informasi dan komunikasi terutama internet, dapat mempercepat
masuk dan berkembangnya budaya asing ke dalam kehidupan masyarakat di perbatasan. Permasalahanpermasalahan yang dihadapi disebabkan karena :
1) Faktor eksternal yaitu :
a) Masyarakat daerah perbatasan cenderung lebih cepat terpengaruh oleh budaya asing, dikarenakan
intensitas hubungan lebih besar.
b) Kehidupan ekonominya masyarakat daerah perbatasan masih sangat tergantung dengan negara
tetangga.
2) Faktor internal yaitu :
a) Secara umum tingkat pen-didikan masyarakat daerah perbatasan relatif rendah (rata-rata tamat SD atau
SMP), dengan tingkat kesehatan yang relatif masih rendah.
b) Masyarakat lokal di sepanjang daerah perbatasan, khususnya yang tinggal di pedalaman belum
menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat di wilayah perbatasan serta pendayagunaan
potensi daerah secara optimal dan terpadu sesuai semangat otonomi daerah yang dinamis, serasi dan
bertanggung jawab sehingga pada gilirannya dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat persatuan
dan kesatuan bangsa. Pembangunan daerah perbatasan yang diarahkan untuk mengembang-kan tata ruang
daerah perbatasan menjadi kawasan strategis dan potensial dalam rangka penataan tata ruang wilayah
dengan memperhatikan pengamanan daerah perbatasan guna menjaga tetap tegaknya keutuhan dan
kedaulatan NKRI.
b. Tujuan Pembangunan Daerah Perbatasan. Tujuan jangka panjang pembangunan daerah perbatasan
yaitu untuk mewujudkan kehidupan masyarakat daerah perbatasan yang sejahtera dan berkeadilan dalam
keharmonisan hubungan dalam segala aspek kehidupan.
KEBIJAKAN PENGAMANAN.
Berdasarkan prioritas pembangunan daerah perbatasan sesuai dengan pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan kebijakan pengamanan daerah perbatasan yaitu :
Mengembangkan strategi pengamanan daerah perbatasan untuk memper-tahankan tetap tegaknya
keutuhan dan kedaulatan negara, melalui kesamaan visi dan misi bahwa daerah perbatasan merupakan
bagian integral dari NKRI dengan melakukan penanganan yang komprehensif dan terintegrasi serta
terselenggaranya stabilitas bidang pertahanan dan keamanan serta kesejahteraan masyarakat.
STRATEGI PENGAMANAN.
Mengingat kompleksnya permasalahan yang terjadi di daerah perbatasan, maka untuk melaksanakan
kebijaksana-an tersebut, disusun beberapa strategi pengamanan daerah perbatasan guna penegakan
kedaulatan negara dalam rangka pertahanan negara yaitu :
a. Mewujudkan pengamanan daerah perbatasan negara yang meliputi pengamanan terhadap SDA,
kejahatan trans-nasional (penyelundupan senjata, narkotika dan masuknya teroris) serta konflik antar
etnis.
b. Menjamin tetap tegaknya dan utuhnya wilayah kedaulatan negara. Hal ini mengandung arti bahwa
ancaman terhadap suatu wilayah di daerah perbatasan merupakan ancaman terhadap kedaulatan NKRI.
c. Mewujudkan terselenggaranya pertahananan negara di daerah perbatasan. Sesuai dengan UU No. 3
Tahun 2002 bahwa sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan semesta yang melibatkan seluruh
warga negara, wilayah dan sumber daya nasional.
UPAYA PENGAMANAN.
Berdasarkan kebijakan dan strategi yang telah disusun bagi pengem-bangan pengamanan daerah
perbatasan guna penegakan kedaulatan negara dalam rangka pertahanan negara dapat dilakukan upayaupaya sebagai berikut :
a. Pengamanan daerah perbatasan (pengamanan terhadap SDA, kejahatan trans-nasional dan konflik antar
etnis).
1) Meningkatkan pengawasan terhadap pencurian SDA seperti pencurian kayu, pencurian ikan dan
kekayaan laut, eksplorasi energi dan mineral secara ilegal.
2) Meningkatkan koordinasi antar instansi pemerintah yang terkait dalam pengamanan daerah perbatasan
seperti TNI, Polri, Kantor Imigrasi dan Departemen Kehakiman, Departemen Kehutan-an, Departemen
Kelautan dan Perikanan, Departemen Pertam-bangan dan Energi, Departemen Pertanian dan Pemerintah
Daerah.
3) Meningkatkan kualitas peng-awasan di pos-pos lintas batas terhadap lalu lintas barang dan orang.
Peningkatan pengawasan meliputi penambahan pos-pos pengawasan dan personil di pos lintas batas.
4) Meningkatkan dan membangun jaringan intelijen secara terpadu di daerah perbatasan untuk
mengantisipasi kemungkinan
penyelundupan barang, senjata api dan munisi serta narkoba dan penyusupan teroris dan adanya oknum
yang dapat memicu konflik antar etnis.
5) Meningkatkan BINWIL, BINTER dan BINMAS di daerah perbatasan.
6) Membangun jalan inspeksi di sepanjang perbatasan darat dan menambah frekwensi patroli perbatasan
di darat maupun laut.
7) Menambah dan meningkatkan kuantitas dan kualitas alat peralatan pengamanan di daerah perbatasan,
seperti radar, navigasi, alkom, ken-daraan patroli dan alut sista.
8) Mengalokasikan anggaran pengamanan daerah perbatasan secara terpadu (lintas pendana-an dan lintas
sektoral).
9) Membangun sarana jalan dan prasarana transportasi, tele-komunikasi sepanjang perbatasan untuk
membuka keterisolasian perkampungan di daerah perbatasan.
10)Melakukan survei dan pemetaan secara terpadu bagi pengaman-an terhadap SDA, jalur kejahatan
trans-nasional dan area rawan konflik etnis di daerah perbatasan sebagai integrated data base pengamanan
perbatasan negara.
11)Menciptakan iklim yang kondusif masyarakat perbatasan dalam pengamanan daerah perbatasan
sekaligus sebagai daya tarik bagi kegiatan investasi di daerah perbatasan.
12)Memperbaiki dan memper-baharui peraturan dan perundangan yang terkait dengan pengamanan
daerah perbatasan, baik yang menyangkut pencurian, penyelun-dupan dan penyusupan serta kejahatan
transnasional lainnya demi terwujudnya penegakan dan kepastian hukum di daerah perbatasan.
13)Merealisasikan terbentuknya suatu badan/lembaga pengaman-an daerah perbatasan secara terpadu,
dalam rangka meningkatkan pengawasan dan pengendalian segala bentuk kejahatan dan konflik yang
mungkin terjadi di daerah perbatasan.
b. Menjamin tetap tegaknya dan utuhnya wilayah kedaulatan negara.
1) Melakukan perundingan dengan negara tetangga dalam upaya mempercepat proses tercapai-nya
kesepakatan penyelesaian garis batas antar negara baik darat maupun laut .
2) Meningkatkan kapasitas diplomasi para penyelenggara negara, baik legislatif maupun eksekutif dalam
fora regional dan internasional, khususnya yang menyangkut penetuan garis batas dan kerjasama
pengaman-an batas negara.
3) Membangun dan menambah patok-patok batas legal dan permanen di sepanjang per-batasan darat dan
mercusuar di pulau-pulau terluar RI.
4) Melakukan standarisasi pembangunan pos lintas batas (custom, immigration and quarantine).
5) Menyamakan visi dan misi tentang daerah perbatasan antara pengambil keputusan di tingkat
Pemerintah Pusat maupun Daerah.
6) Meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat daerah perbatasan dalam rangka membina persatu-an dan
kesatuan bangsa serta menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI.
c. Mewujudkan terselenggaranya Pertahanan Negara di daerah perbatasan.
1) Meningkatkan kemampuan komponen pertahanan negara yang efektif (SDM, alat peralatan dan
sumber daya nasional lainnya).
2) Menata ruang pertahanan negara, dengan pendekatan propinsi, khususnya propinsi dengan titik rawan
terhadap ancaman tertentu (trouble spot area), sebagai basis pertahanan.
3) Memberdayakan Kabupaten dan Kota untuk turut melak-sanakan fungsi deteksi dini, khususnya bagi
daerah yang rawan ancaman berupa infiltrasi, pelanggaran lintas batas, pencurian SDA sampai dengan
ancaman kedaulatan negara.
4) Memberdayakan daerah dalam mengemban fungsi BINWIL dan/atau BINTER dan BINMAS secara
efektif dalam rangka membangun kesadaran bela negara masyarakat daerah perbatasan melalui kegiatan :
a) Bimbingan dan penyuluhan tentang penting peran masyarakat setempat sebagai komponen pendukung
b. Deregulasi, yaitu penataan atau perumusan kembali produk peraturan dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan pembangunan dan pengamanan daerah perbatasan, agar diperoleh seluruh implementasi pembangunan dan pengaman-an daerah perbatasan dapat dilakukan secara komprehensif dan integral,
lintas peran dan pendanaan. Dengan dilakukannya deregulasi terhadap seluruh produk hukum yang
berkaitan dengan daerah perbatasan, maka pembangunan dan pengamanan daerah perbatasan tidak lagi
dilaksanakan secara parsial, yang hanya melihat permasalahan daerah perbatasan berdasarkan
kepentingan sektoral.
c. Pendekatan Kesejahteraan dan Keamanan (Prosperity dan Security Approach), yaitu suatu paradigma
baru pembangunan daerah perbatasan yang harus dilakukan melalui pendekatan kesejahteraan rakyat dan
keaman-an secara bersama-sama. Hal ini berarti penanganan daerah perbatasan tidak bisa lagi
dilaksanakan hanya dengan mengedepankan faktor keamanan saja, tetapi harus dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan masyarakat daerah perbatasan dengan tetap melakukan penegakan hukum.
d. Partisipasi, yaitu pengamanan daerah perbatasan harus melibatkan seluruh lapisan masyarakat,
termasuk peran swasta. Partisipasi masyarakat daerah perbatasan dapat diwujudkan melalui peran aktif
masyarakat dalam menjaga kondisi yang aman di tempat tinggalnya, ikut serta secara aktif melakukan
pengawasan terhadap pelanggaran hukum yang terjadi di daerahnya, misalnya illegal logging, pergeseran
patok dan lain-lain.
e. Diplomasi, peran yang dilak-sanakan oleh para penyelenggara negara dalam memberikan infor-masi
yang benar dan mampu menyakinkan pihak asing dalam fora regional maupun interna-sional, khususnya
yang berkaitan dengan permasalahan garis batas negara dan kedaulatan NKRI.
f. Penegakan Hukum (Law Enforcement), mengimplementasikan aturan-aturan hukum positif baik
undang-undang maupun per-aturan daerah secara konsisten dan konsekuen melalui pemberian sanksi
hukum yang tegas demi tegaknya supremasi hukum terhadap pelanggaran atau kejahatan di daerah
perbatasan. Dengan penegakan hukum yang konsisten, maka dalam pengaman-an daerah perbatasan
mampu memberikan kontribusi positf bagi penegakan kedaulatan dan pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan di kawasan perbatasan NKRI.
PENUTUP
Wilayah perbatasan mempunyai nilai-nilai strategis dalam mendukung Keberhasilan pembangunan
nasional. Pemahaman pengamanan daerah perbatasan dalam kaitannya dengan kedaulatan negara dapat
diartikan bahwa ancaman terhadap satu
daerah ataupun pulau di daerah perbatasan negara berarti pula ancaman terhadap keutuhan dan kedaulatan
negara.
Pengamanan perbatasan negara dalam menjaga kedaulatan negara saat ini masih kurang optimal
dilakukan terlihat dari banyaknya kasus pelanggaran lintas batas (darat, laut dan udara) yang dilakukan
pihak asing dengan berbagai alasan adalah bukti kurang optimalnya pengamanan perbatasan negara.
Upaya pembangunan yang saat ini sedang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten
yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, menghadapi
problematika pembangunan yang cukup berat dan kompleks, seperti:
1. Kesenjangan dalam perkembangan sosial ekonomi yang mencolok antar wilayah
desa, antar desa dan kota, dan antar sektor ekonomi.
2. Kurangnya peranan dan keterkaitan sektor modern terhadap sektor tradisional.
3. Terbatasnya sumber daya manusia baik secara kualitas maupun kuantitas.
4. Masih rendahnya tingkat aksesibilitas wilayah dan kurangnya kemudahan
terhadap fasilitas berusaha sehingga menjadi kendala untuk menarik investasi.
5. Terbatasnya infrastruktur berupa sarana dan prasarana transportasi.
6. Keadaan topografi yang berat, sebagian besar bergunung-gunung, sehingga sulit
dijangkau oleh program pembangunan.
Pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten dan Provinsi
Kalimantan Timur khususnya dalam upaya membuka keterisoliran desa-desa yang
berada di perbatasan, merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat oleh karena itu maka pembangunan sarana
transportasi merupakan prioritas utama yang diarahkan pada peningkatan
peranannya sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik, dan
pertahanan keamanan serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dengan
meningkatkan sarana dan prasarana transportasi agar tercipta keterpaduan bangsa
antar sektor dan wilayah guna memantapkan sistem transportasi nasional terpadu,
tertib, lancar, aman, nyaman, cepat, terjangkau oleh masyarakat serta efektif,
efisien dalam mendukung pola produksi dan distribusi nasional, pengembangan
wilayah khususnya Kawasan Timur Indonesia serta sektor-sektor perekonomian
lainnya dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
dengan mendorong peran aktif masyarakat. Dengan melihat kenyataan ini maka
pembangunan transportasi pada daerah perbatasan perlu mendapatkan perhatian
dan menjadi prioritas utama dari pemerintah khususnya untuk memecahkan
permasalahan keterbelakangan, ketertinggalan, dan keterisoliran agar dapat
menunjang distribusi hasil produksi daerah perbatasan ke daerah lainnya.
Permasalahan besar yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan khususnya di
tiga Kabupaten yang ada di kalimantan Timur dan terletak di perbatasan tersebut,
antara lain disebabkan oleh letak geografis yang sebagian besar dimiliki oleh
kabupaten sebagai daerah perbatasan sangat terpencil sehingga pembangunan
sarana dan prasarana transportasi yang dapat dilakukan masih sangat minim.
Dimana hampir seluruh kawasan kecamatan/desa yang ada di perbatasan hanya
dapat dijangkau dengan menggunakan pesawat udara.
Hal ini disadari bahwa dalam proses pembangunan, dalam konteks pencapaian
keberhasilan, merupakan suatu tujuan yang terus-menerus diupayakan mengingat
hakekat pembangunan adalah melakukan perubahan dari kondisi yang kurang baik