Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah

menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan, artinya peralatan dan


teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Di samping itu, akan
terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial
yang mungkin akan timbul.1
Hal ini tentunya dapat dicegah dengan adanya antisipasi berbagai resiko,
antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja yang dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomi.1
Ergonomi merupakan studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan
desain peralatan.2 Desain tempat kerja, alat kerja, proses kerja selalu harus
mempertimbangkan kemampuan, kebolehan, batasan, kemauan serta sifat-sifat
manusia. Dengan harapan kemampuan dan kebolehan manusia seperti
kemampuan berkembang, belajar, berpikir, berkreasi maupun beradaptasi dipacu
agar lebih baik, sedangkan keterbatasannya seperti batasan fisik, metal, rasa lelah,
rasa bosan, cepat lupa, kurang konsentrasi dan sebagainya dapat diminimalkan.
Oleh karena itu, setiap desain haruslah menutupi kelemahan dan keterbatasan
manusia sebagai operatornya agar dapat tercapai hasil yang maksimal. Dalam hal
ini semua peralatan kerja, tempat kerja maupun lingkungan kerja harus
disesuaikan dengan manusianya bukan sebaliknya.3
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang ketentuanketentuan pokok tenaga kerja merupakan subjek dan objek pembangunan.

Ergonomi yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti
penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subjek maupun objek. Akan tetapi
seeringkali suatu tempat kerja mengesampingkan aspek ergonomi bagi para
pekerjanya, hal ini tentunya sangat merugikan perusahaan dan para pekerja itu
sendiri.1
Pada umunya ergonomi belum diterapkan secara merata pada sektor kegiatan
ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsur higienitas
perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini kegiatankegiatan baru sampai pada taraf pengenalan, khususnya pada pihak yang
bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi
pembinaan ergonomi secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina
Hiperkes dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui
pembinaan keahlian dan pengembangan penerapannya.4
Akan tetapi, sampai saat ini pengembangan kegiatan-kegiatannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima
ergonomi dan penerapannya. Daalam hal menunggu kesiapan tersebut maka perlu
pemberitahuan kepada masyarakat itu sendiri mengenai ergonomi ini. Salah satu
cara dalam pemberitahuan tersebut adalah melalui tulisan-tulisan formal maupun
informal, dimana salah satunya adalah melalui pembuatan makalah. Hal inilah
yang menjadi latar belakang penulis dalam membuat makalah berjudul ergonomic
di tempat kerja.
1.2.

Tujuan Makalah
Untuk lebih mengerti dan memahami mengenai Ergonomi di Tempat Kerja

serta untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik


Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
1.3.

Manfaat Makalah
1. Untuk memberikan informasi tentang Ergonomi di Tempat Kerja
2. Untuk meningkatkan informasi di dunia ilmu pengetahuan baik bagi

penulis maupun pembaca dan masyarakat luas untuk mencegah dampak


buruk akibat kerja yang menyebabkan kecacatan dan kematian
3. Sebagai tolok ukur bagi penelitian berikutnya.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi
Istilah ergonomi berasal dari bahas Latin yaitu Ergon (Kerja) dan
Nomos (Hukum Alam). Ergonomi adalah suatu ilmu tentang manusia dalam
usahanya untuk meningkatkan kenyamanan dilingkungan kerjanya.2 Definisi lain

dari ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam berativitas
maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun
mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.5
2.1.2 Tujuan
Menurut Santoso, ada empat tujuan utama ergonomi, yaitu memaksimalkan
efisiensi karyawan, memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja, menganjurkan
agar bekerja aman, nyaman dan bersemangat, dan memaksimalkan bentuk kerja
yang meyakinkan.6
Menurut Tarwaka, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan
ergonomi, antara lain sebagai berikut :5
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan
mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
2.1.3. Ruang Lingkup
Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Departemen Kesehatan RI,
menyatakan bahwa ruang lingkup ergonomi mencakup beberapa aspek keilmuan
yaitu :1
1. Teknik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat
mengurangi resiko cedera akibat ergonomi yang tidak baik.
2. Fisik, yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan keseimbangan
antara kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan
tugas lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi

ketidaknyamanan, kelelahan, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, serta


menurunya produktivitas. Sebaliknya, apabila tuntutan tugas lebih kecil
dari kemampuan tubuh, akan terjadi understress, seperti kejenuhan,
kebosanan, kelesuhan, kurang produktif dan sakit.
3. Anatomi, yaitu berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian.
4. Antropometri, yaitu suatu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia yang meliputi ukuran, bentuk dan
kekuatan yang nantinya berfungsi untuk mendisain tempat kerja
seseorang.
5. Fisiologi, yaitu berhubungan dengan fungsi-fungsi dan kerja tubuh, seperti
temperature tubuh, oksigen yang didapat saat bekerja, aktifitas otot dan
lain-lain.
6. Design, yaitu berupa perancangan tempat kerja yang sesuai dengan pekerja
supaya dapat bekerja secara layak, aman dan nyaman.
2.1.4. Prinsip
Memahami prinsip ergonomi akan mempermudah evaluasi setiap tugas
atau pekerjaan meskipun ilmu pengetahuan dalam ergonomi terus mengalami
kemajuan dan teknologi yang digunakan dalam pekerjaan tersebut terus berubah.
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat kerja,
terdapat 12 prinsip ergonomi yaitu :7
Bekerja dalam posisi atau postur normal;
Mengurangi beban berlebihan;
Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
Minimalisasi gerakan statis;
Minimalisasikan titik beban;
Mencakup jarak ruang;
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
Mengurangi stres.
2.2 Penerapan Ergonomi di Tempat Kerja
2.2.1. Sikap Kerja

Menurut Sumamur, dalam pekerja, sikap tubuh sangat dipengaruhi oleh


bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan seperti macam gerak, arah dan
kekuatan.8
2.2.1.1. Sikap Kerja Duduk
Pada saat posisi duduk, otot rangka (muskuloskletal) dan tulang belakang
terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar
dari rasa nyeri dan cepat lelah. Jika posisi duduk tidak benar maka tekanan pada
tulang belakang semakin meningkat.2
Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap
badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada
pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung.8 Sikap duduk yang benar
yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta
bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap
setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan
sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit.
Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks.9
Sanders & McCormick memberikan pedoman untuk mengatur ketinggian
landasan kerja pada posisi duduk sebagai berikut :10

Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diukur turun dan naik.

Landasan kerja memungkinkan lengan menggantung pada posisi rileks


dari bahu, dengan lengan bawah mendekati posisi horizontal atau sedikit
menurun (shoping down slightly).

Ketinggian landasan kerja tidak memerlukan fleksi tulang belakang yang


berlebihan.

Gambar 2.1 Sikap Kerja2

Keuntungan bekerja sambil duduk adalah mengurangi kelelahan pada kaki,


terhindar dari sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi,
berkurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.8
2.2.1.2. Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan
posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk
dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan
keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan
bergantian dengan sikap kerja duduk.11
Beberapa ahli memberikan rekomendasi ergonomis tentang ketinggian
landasan kerja posisi berdiri didasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai
berikut ini : 4,10
1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi
pembebanan statis pada otot bagian belakang, ketinggian landasan kerja
adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.

2. Selama kerja manual, di mana pekerja sering memerlukan ruangan untuk


peralatan, material dan kontainer dengan berbagai jenis, ketinggian
landasan kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri.
3. Untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan yang kuat, ketinggian
landasan kerja adalah 15-40 cm di bawah tinggi siku berdiri.
Orang yang bekerja berdiri dalam waktu yang lama akan berusaha untuk
menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga mengakibatkan terjadinya beban kerja
statis pada otot-otot punggung dan kaki sehingga berakibat aliran darah
mengumpul pada anggota tubuh bagian bawah.
2.2.2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya. Harus dibedakan ukuran
antropometri barat dan timur.12
Istilah antropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan
metri yang berarti ukuran. Antropometri dapat didefinisikan sebagai satu studi
yang berkaitan dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Data antropometri sangat
penting dalam menentukan alat dan cara mengoperasikannya. Kesesuaian
huubungan antara antropometri pekerja dengan alat yang digunakan sangat
berpengaruh pada sikap kerja, tingkat kelelahan, kemampuan kerja, dan
produktivitas kerja. Antropometri juga dapat ditentukan dalam seleksi penerimaan
tenaga kerja, misalnya orang gemuk tidak cocok di tempat pekerjaan yang
bersuhu tinggi, pekerjaan yang memerlukan kelincahan, dan lain-lain. Data
antropometri dapat digunakan untuk mendesain tempat kerja, lingkungan kerja,
mesin, alat kerja dan sarana kerja serta produk-produk untuk konsumer.2
Dalam mengukur data antropometri banyak ditemui perbedaan-perbedaan
atau sumber validitas yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran yang pada
akhirnya akan digunakan dalam perancangan suatu produk.2
Adapun faktor-faktor yang turut mempengaruhi dimensi tubuh manusia
yang menyebabkan timbulnya perbedaan antar populasi yaitu jenis kelamin, usia,
jenis pekerjaan, dan faktor kehamilan pada wanita.2
2.2.3. Mengangkat Beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dan sebagainya. Beban yang terlalu berat dapat
8

menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat


gerakan yang berlebihan.12
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat beban
adalah sebagai berikut :12
a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut, dan intensitas pembebanan
b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun,
dan lain-lain
c. Keterampilan bekerja
d. Peralatan kerja beserta keamanannya
Harus diperhatikan juga cara mengangkut beban. Cara-cara mengangkut
dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu : 12
a. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
b. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan

Berat beban maksimal yang boleh dipikul adalah :


Tabel 2.1. Berat Beban Maksimal yang Boleh Dipikul Pekerja1

Dewasa
Jenis

40

(kg)
15

Tenaga kerja muda


Wanita
Pria (kg)
(kg)
15
10-12

15-18

10

10-15

Pria (kg)

Sekali-sekali
Terusmenerus

Wanita

6-9

Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari


pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :1
a. Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metode ini termasuk 5 faktor dasar, yaitu posisi kaki yang benar, punggung kuat
dan kekar, posisi lengan dekat dengan tubuh, mengangkat dengan benar,
menggunakan berat badan.
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervise medis teratur,
berupa pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya,
pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan

mendeteksi bila ada kelainan, serta nasehat harus diberikan tentang hygiene dan
kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.12

Gambar 2.2.
Cara

Mengangkat
Beban

2.3. Sikap Kerja yang Ergonomi pada Pekerja yang Berhadapan dengan
Komputer
Dewasa ini komputer adalah suatu sarana yang sangat penting dalam dunia
kerja, hampir setiap kantor, lembaga pendidikan, tingkat rumah tangga atau dunia
usaha pasti dijumpai komputer. Pada awal munculnya alat ini, komputer hanya
digunakan sebagai sarana untuk pengolahan data. Seiring dengan perkembangan
teknologi, sekarang ini komputer juga mengalami kemajuan, yaitu sebagai sarana
informasi yang sangat cepat, murah, dan mudah yang tidak dimiliki oleh fasilitas
informasi lainnya seperti telepon, fax, maupun via pos. Dapat dikatakan bahwa
komputer adalah suatu sarana yang dapat mempermudah manusia dalam
beraktivitas baik dalam menyelesaikan tugas (mengolah data) maupun untuk
memperoleh informasi.13
Seperangkat komputer yang paling sederhana terdiri dari layar monitor,
CPU, keyboard, mouse. Dengan seperangkat unit ini kita sudah bisa melakukan
aktivitas magnetik. Untuk bisa menggunakan seperangkat komputer tersebut
dengan nyaman dan aman maka letak dari bagian-bagian komputer ini harus
diatur sesuai dengan fungsi dan disesuaikan juga dengan pengguna atau operator.
Hal ini dimaksudkan dalam pencapaian ergonomi di lingkungan kerja.14
2.3.1. Mouse

10

Mouse ini merupakan alat untuk menggerakkan kursor. Mouse harus pada
ketinggian dimana lengan, pergelangan tangan , dan tangan sejajar. Penggunaan
mouse dilakukan dengan menggerakkan bahu dan lengan atas, bukan pergerakan
pergelangan tangga. Tampatkan mouse sedemikian rupa sehingga tidak perlu
menggapai terlalu jauh dari jangkauan tangan (dekat ke keyboard adalah yang
terbaik).14

Gambar 2.3. Posisi Mouse (Sweere, 2005)

Pegang mouse dengan posisi pergelangan tangan dan jari sejajar dengan
lengan bawah. Hal ini dapat menghindari terjadinya kekakuan otot dan tendon.15

Gambar 2.4. Cara Memegang Mouse

2.3.2. Keyboard
Keyboard adalah peralatan untuk input. Data atau perintah dapat
dimasukkan ke dalam komputer melalui keyboard. Jadi, keyboard merupakan

11

penghubung antara manusia dan komputer. Jenis keyboard ada beberapa macam,
tetapi yang paling sering digunakan adalah jenis qwerty.14
Sejak awal keyboard qwerty dicipatakan belum terlalu memperhatikan
masalah ergonomic, sehingga sangat memungkinkan timbulnya gangguan atau
keluhan terhadapt tubuh manusia. Keyboard qwerty ternyata belum memberikan
beban yang sama untuk jari-jari tangan kiri dan tangan kanan.14
Penggunaan keyboard adalah dengan meletakkan pergelangan tangan dan
jari segaris dengan lengan bawah, untuk memberikan rileks pada otot dan tendon
yang ada di tempat tersebut.15

Gambar2.5. Cara Menggunakan Keyboard15

2.3.3. Layar/ Monitor


Layar komputer atau monitor adalah peralatan untuk menampilkan objek
yang akan ditampilkan. Objek tersebut dapat berupa tulisan, angka, maupun
gambar. Bentuk layar komputer juga terus mengalami perubahan. Monitor harus
sejangkauan lengan atau lebih jauh dari mata. Kebijakan ergonomi konvensional
umunya menyarankan bahwa pusat layar monitor seharusnya pada titik dimana
tatapan mata jatuh secara alamiah dan monitor harus agak miring untuk
menyesuaikan dengan sudut pandang seseorang. Penyangga monitor yang dapat
disesuaikan akan membantu membuat penyesuaian.13
12

Agar dapat bekerja dengan nyaman, monitor komputer dirancang berpijak


pada poros yang bisa digerakkan ke segala arah, sehingga posisi dan jarak serta
sudut kemiringannya dapat diatur. Pekerjaan komputer merupakan jenis pekerjaan
dekat yang berbeda dengan jenis pekerjaan dekat lain dimana dilakukan sambil
menatap menyudut ke bawah, tetapi pekerjaan komputer harus menatap pada
sudut horizontal pandangan. Ergonomis merekomendasikan adaptasi pekerja
dengan lingkungan kerja atau menyesuaikan lingkungan kerja dengan
pekerjanya.16
Monitor komputer harus berada tepat di hadapan operator, karena tampilan
di layar perlu dicermati. Pekerjaan terampil dan cermat hanya bisa dilakukan
sambil duduk, maka monitor harus sejajar dengan garis pandang mata operator
sehingga paling tepat posisinya di atas meja.17 Rekomendasi tinggi layar monitor
komputer berada sejajar atau sedikit di bawah (antara 2,5-5 cm) garis mata
operator saat duduk rileks dan nyaman.15
Posisi monitor yang diatur adalah :
a. Tinggi dari permukaan lantai
Bagian atas minimal sejajar dengan garis mata operator, karena posisi
istirahat melakukan fokus sekitar 5-76 cm di bawah garis mata. 18 Rekomendasi
tinggi monitor sejajar atau sedikit di bawah garis mata saat duduk rileks. Kecuali
pada pemakai kaca mata dengan lensa ganda, ketinggian monitor harus di atas
garis mata.15
b. Sudut kemiringan permukaan horizontal dan vertikal
Kemiringan permukaan monitor antara 10-20 cukup ideal, tergantung
ukurannya. Kemiringan tersebut dimaksudkan agar silau bisa berkurang.10,15 Sudut
horizontal diatur agar memungkinkan operator memperoleh sudut pandang
terbaik. Bidang pandang adalah 15-50 di bawah garis pandang horizontal mata,
atau 10-20 agar kenyamanan tidak terganggu tetapi antara 15-35.13
c. Jarak dengan operator
Jarak pandang bervariasi pada garis pandang normal karena melihat objek
jauh sangat nyaman dengan pandangan lurus dan datar.13 Mata melihat ke bawah
agar mudah melakukan akomodasi dan pemusatan, jarak sebaiknya 76,2 cm atau

13

lebih.13,15. Kebanyakan operator memilih jarak pandang 45-75 cm, lainnya lebih
memilih jarak pandang 50,8-66 cm, dengan rekomendasi jarak pandang 45,7-71,1
cm sudah diakui standar ergonomi.15 Teks kecil diatasi dengan memperbesar
ukuran atau bidang gambar daripada mendekatkannya dan tanpa mengubah posisi
kepala.13

Gambar 2.6. Posisi Tubuh Terhadap Monitor13

2.3.4. Meja Komputer


Beberapa persyaratan yang dibutuhkan untuk sebuah meja komputer
ergonomis adalah :14
1. Meja dibuat dekat dengan pengguna agar terhindar dari penjangkauan yang
terlalu jauh
2. Permukaannya harus dibuat sedemikian rupa agar tidak memancarkan cahaya
silau
3. Memiliki tempat pergerakan kaki yang cukup
4. Tinggi permukaan kerja untuk keyboard dibedakan dengan tinggi untuk monitor
komputer
5. Mempunyai jarak yang cukup antara kursi dan monitor komputer
6. Cukup untuk ruang dari peralatan yang digunakan
Konstruksi dan ukuran dari meja/ kursi harus disesuaikan dengan ukuran
dari tubuh manusia (antropometri) yang akan menggunakannya. Kesesuaian ini
akan menciptakan kenyamanan dan efisiensi dalam bekerja. Ukuran yang sesuai
dengan antropometri orang Indonesia adalah sebagai berikut :14
a. Tinggi Meja
Tinggi permukaan atas dari meja kerja dibuat setinggi siku dan disesuaikan
dengan sikap tubuh pada waktu bekerja. Untuk sikap duduk, tinggi meja yang
diusulkan adalah 64-74 cm yang diukur dari permukaan daun meja sampai ke
lantai.

14

b. Tebal Daun Meja


Tebal daun meja dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kebebasan bergerak pada kaki. Jarak antara permukaan bawah daun meja dengan
permukaan atas alas duduk > 15 cm.
c. Permukaan Meja
Permukaan meja harus rata dan tidak menyilaukan
d. Lebar Meja
Lebar meja tidak melebihi jarak jangkauan tangan pekerja. Ukuran yang
diusulkan adalah kurang dari 80 cm.
2.3.5. Kursi Komputer
Kursi yang ergonomis dapat membantu mengatur posisi tulang belakang
pada postur yang optimal dengan memberikan pendukung yang tepat. Kursi
komputer disini memiliki syarat dan ketentuan pembuatan sesuai dengan kursi
kerja lainnya.
2.4. Dampak Akibat Tempat Kerja yang Tidak Ergonomi
Penerapan ergonomi pada tata letak fasilitas tentu akan menimbulkan
beberapa manfaat yang menunjang kepentingan pekerja maupun perusahaan atau
pabrik tempat kerjanya. Begitu pula sebaliknya, sistem ergonomi yang tidak
diterapkan akan menimbulkan beberapa akibat negatif, yang kemudian dapat
menimbulkan penurunan produktivitas kerja. Akibat yang dimaksud yaitu seperti:7

Kejenuhan pada pekerja


Kejenuhan termasuk kelelahan secara psikis. Kejenuhan pada pekerja ini
dapat muncul karena kondisi ruang yang sama. Dimana seluruh fasilitasnya,
seperti komputer, meja, lemari, atau lainnya berada diposisi yang sama. Hal ini
akan memberikan kebosanan/kejenuhan tersendiri bagi pekerja yang berada
diruangan tersebut. Padahal agar sel-sel otak bisa bekerja dengan giat, kita
membutuhkan ruang kerja yang nyaman, memiliki privasi, sekaligus inspiratif.

Kelelahan
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya pasti terjadi
kelelahan, apa lagi didukung tata letak fasilitas kerja yang tidak menerapkan
sistem ergonomi. Kelelahan yang dimaksud disini adalah kelelahan dari segi fisik.

15

Timbul penyakit akibat kerja


Para pekerja yang sudah merasakan kelelahan, namun tidak melakukan upaya
untuk kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahannya itu, maka sudah dipastikan
penyakit akibat kerjapun akan muncul. Contohnya seperti para pekerja yang terusterusan berada di depan komputer, maka tidak menutup kemungkinan
penglihatannya akan terganggu.

Kematian
Kematian merupakan dampak yang paling fatal, hal ini tentu bisa terjadi
hanya karena tata letak yang salah di lingkungan kerja. Misalnya bila tata letak
mesin pengepres tidak sesuai prosedur dan kaidah ergonomi, maka berpotensi
menyebabkan kecelakaan kerja yang menelan korban jiwa.
2.5. Upaya Pencegahan
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari
berbagai dampak di atas, yaitu : 2,4
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat
makan siang
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor
d. Tempo kegiatan tidak harus terus-menerus
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat
kerja
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi, misalnya :
- Pekerja remaja dan usia tua
- Wanita hamil dan menyusui
- Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan
atau zat adiktif lainnya perlu diawasi.

16

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Ergonomi adalah suatu ilmu tentang manusia dalam usahanya untuk
meningkatkan kenyamanan dilingkungan kerjanya. Ruang lingkup ergonomi
mencakup beberapa aspek keilmuan yaitu teknik, fisik, anatomi, antropologi,
fisiologi, dam design. Penerapan ergonomi di tempat kerja meliputi sikap kerja,
proses kerja, dan cara mengangkat beban.
Lingkungan kerja yang tidak ergonomi dapat mengakibatkan dampak
buruk bagi tenaga kerja. Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah
melakukan pekerjaannya adalah kelelahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan
mengatur lingkungan kerja, pengaturan jam kerja, dan memberikan istirahat
kepada pekerja. Tujuan akhir dari ergonomi adalah menurunkan angka kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja, serta meningkatkan produktivitas dari pekerja.
3.2. Saran

17

Tenaga kerja memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan pada saat


bekerja. Untuk itu, diharapkan setiap tempat kerja menerapkan ergonomi di
masing-masing tempat kerja, agar terjadi penurunan angka kecelakaan kerja,
angka penyakit akibat kerja, serta dapat terjadi peningkatan produktivitas dari
tenaga kerja. Berbagai masalah yang berkaitan dengan ergonomi di tempat kerja
seharusnya dijadikan sebagai isu nasional agar dapat ditangani dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2010. Ergonomi. Available
from : www.scaro.who.int. Accessed : [03 Agustus 2016].
2. Nurmianto, E. 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya : PT.
Guna Widya.
3. Sutjana, I. 2015. Aspek Ergonomi dari Risiko Psikososial di Tempat Kerja.
Available from : download.portalgaruda.org. [Accessed : 03 Agustus 2016].
4. Manuaba, A. 2000. Ergonomi-Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya :
Proceeding Seminar Nasional Ergonomi.
5. Tarwaka, I. 2004. Ergonomi Untuk keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Produktivitas Surakarta : UNIBA PRESS.
6. Santoso, G. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan, dan Lingkungan. Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher.
7. Alfi, A., Nuraini, R., Silvester, W. 2014. Pentingnya Ergonomi di Tempat
Kerja.

Available

from

http://www.academia.edu/8652449/PENTINGNYA_ERGONOMI. Accessed :
[04 Agustus 2016].
8. Sumamur. 1996. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta : Yayasan
Swabhawa Karya.

18

9. Wasisto, S. 2005. Bekerja dengan Komputer Secara Ergonomis dan Sehat.


Available

from

http://www.wahanakom.com/infotek/ergonomis.html.

[Accessed : 04 Agustus 2016]


10. McCornick, E.J., Sanders, M.S. 1082. Human Factors in Engineering and
Design. McGraw-Hill, Inc.
11. Rizki, A. 2007. Gambaran Sikap Kerja Terhadap Keluhan Kesehatan Tukang
Sepatu di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan Tahun 2007. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
12. Wignjosoebroto, S. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis
untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Surabaya : PT. Guna Widya. 72-92.
13. Ankrum, D.R. 2004. Computer Monitor Height, Angl, and Distance. Available
from : http://www.google.com/ergonomics.guidelines.html. [Accessed : 07
Agustus 2016].
14. Mashud. 2008. Komputer Ergonomi dan Kesehatan Kerja. Available from :
http://www.mgmp-tik-dki.org/?pilih=news&aksi=lihat&id=6. [Accessed : 06
Agustus 2016].
15. Sweere, H.C. 2005. Ergonom Factors Involved in Optimum Computer
Workstation

Design

Pragmatic

Approach.

Available

from

http://www.ergotron.comm/5_support/literature/PDF/ERGONOMIC_FACTO
RS.pdf. [Accessed : 07 Agustus 2016].
16. Abeysekera, J. 2002. Ergonomic and Industrially Developing Countries.
Jurnal Ergonomi Indonesia, Vol. 1(1):3-12.
17. Yale University. 2005. Comfort and Health. Health Problems of VDT Work.
Available from : http//www.theoffice.com/office/yale/html. [Accessed : 06
Agustus 2016].
18. Cornell University. 2004. Arranging Your Workstation Eronomically.
Available from : http://www.google.com/CUergoweb/posturetyping.html.
[Accessed : 07 Agustus 2016].

19

Anda mungkin juga menyukai