Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
diberbagai daerah di Indonesia sebagai tanaman yang dipelihara. Tanaman ini banyak
digunakan sebagai ramuan obat tradisional dan sebagai bumbu dalam masakan sehingga
para petani banyak yang membudidayakan tanaman kencur sebagai hasil pertanian yang
diperdagangkan dalam jumlah yang besar.
diperdagangkan adalah buah akar yang tinggal didalam tanah yang disebut dengan
rimpang kencur atau rizoma (Soeprapto,1986).
Daun kencur berbentuk bulat lebar, tumbuh mendatar diatas permukaan tanah
dengan jumlah daun tiga sampai empat helai. Permukaan daun sebelah atas berwarna
hijau sedangkan sebelah bawah berwarna hijau pucat. Panjang daun berukuran 10 12
cm dengan lebar 8 10 cm mempunyai sirip daun yang tipis dari pangkal daun tanpa
tulang tulang induk daun yang nyata (Backer,1986).
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang cabang
dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam putih berair
dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda berwarna putih kekuningan dengan
kandungan air yang lebih banyak dan rimpang yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas
ruas rimpang berwarna putih kekuningan.
Bunga kencur berwarna putih berbau harum terdiri dari empat helai daun
mahkota. Tangkai bunga berdaun kecil sepanjang 2 3 cm, tidak bercabang, dapat
tumbuh lebih dari satiu tangkai, panjang tangkai 5 7 cm berbentuk bulat dan beruas
ruas. Putik menonjol keatas berukuran 1 1,5 cm, tangkai sari berbentk corong pendek.
: Plantae
Divisi
: Spermaiophyta
Sob Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Subfamili
: Zingiberoideae
Genus
: Kaempferia
Spesies
: Kaempferia .galanga
ceuku
(Aceh),
tekur
(Gayo),
kaciwer
(Karo),
cakue
Sulawesi
Sukung (Timor)
Maluku
Irian
: ukap (Irian)
OC2H5
OC2H5
H3CO
H3CO
1
2
CH3
CH3
CH2
CH2
CH3
CH3
CH3
4
CH3
H3C
H 3C
CH3
pabrik-pabrik jamu maupun dibuat sendiri, rimpang mempunyai khasiat obat antara lain
untuk menyembuhkan batuk dan keluarnya dahak, mengeluarkan angin dari dalam perut,
bisa juga untuk melindungi pakaian dari serangga perusak, caranya rimpang kering
kencur disimpan diantara lipatan-lipatan kain (Afrianstini,1990).
Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang banyak
dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta minuman dan
industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik. Kandungan etil pmetoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi bagian yang penting didalam
industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan pemutih dan juga anti eging atau
penuaan jaringan kulit (Rosita,2007).
terhadap kulit.
EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan
senyawa phenil propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah
para hidroksi sinamat (7), 3,4-dihidroksisinamat (8), dan 3,4,5 trimetoksisinamat (9):
OH
OH
(7)
CO2H
CO2H
CO2H
OCH3
H3CO
OCH3
OH
(8)
(9)
EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan
gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang
bersifat sedikit polar sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut
yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana.
Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara
lain pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang
sama atau mendekati sama. EPMS adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene
dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang
mengikat etil yang bersifat agak polar menyebabakan senyawa ini mampu larut dalam
beberapa pelarut dengan kepolaran bervariasi (Taufikhurohmah,2008).
Karena asam sinamat merupakan turunan fenil propanoid maka biosintesanya
termasuk jalur sikimat.
COOH
O
PO3H2
CH2OH
HO
H2C
CH2
OH
CH
COOH
HO
HO
CH
CH
OH
Fosfoenolpirufat
Eritrosa
OH
-H2O
COOH
COOH
COOH
HO
-H2O
OH
HO
OH
OH
OH
OH
OH
Asam 5-dehidroksisikimat
Asam 5-dehidrokuinat
O
CH2OOH
CH2OOH
CH2OOH
CH2OOH
OC2H5
O
NH2
NH3
Asam fenilpiruvat
NH3
Tirosan
Asam sinamat
OCH3
OH
Asam p-kumarat
Etil p-metoksisinamat
Gambar 2.1. Jalur asan sikhimat dalam biosintesa fenilpropanoid unruk menghasilkan etil
p-metoksisinamat. (Sumber dan Norman,1978)
Pengkajian
tentang
senyawa
turunan
sinamat
telah
lama
dilakukan.
Madhatil,1927, mengemukakan bahwa salah satu dari beberapa senyawa yang terkandung
dalam kencur adalah etil p-metoksisinamat. Beberapa cara mengekstraksi telah dilakukan,
dan ternyata etil p-metoksisinamat yang terkandung dalam kecur dapat dengan mudah
melalui ekstraksi-perkolasi. Dijelaskan pula bahwa spektrum infra merah etil p-
RC
Cl
asil klorida
R'
2 NH
-H
Cl
RCOCOR
anhidrida asam
O
RC
R'2NH
-RCOOH
RC
NR2
amida
NH
R' 2
'OH
-R
OR'
ester
membentuk suatu ikatan pi dengan karbon karbonil. Pelepasan elektron ini menstabilkan
hibrida resonansi (Bresnick,1996).
R C
RC
NH3
CH3OH
+
NH2
OCH3
Pembuatan amida sekunder dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan amina.
RCO2H
RNH2
150-200oC
RCONHR
H2O
Senyawa amina yang digunakan untuk reaksi tersebut antara lain etanolamin dan
dietanolamin, yang jika direaksikan dengan asam lemak pada suhu tinggi, 150o C-200o C
akan membentuk suatu amida dan melepaskan air. Reaksi aminasi antara alkil klorida
lebih mudah dengan gugus amina dibandingkan dengan terjadinya reaksi esterifikasi
dengan gugus hidroksil. Reaksi amidasi antara amina dan ester dengan bantuan katalis
NaOMe baru dapat terjadi pada suhu 100o-120o C, sedangkan apabila tidak digunakan
katalis maka reaksi baru dapat berjalan pada suhu 150o-250o C (Gabriel,1984).
Senyawa N-palmitoyl glisinida yang dihasilkan melalui reaksi amidasi Metil
Palmitat dengan Glisin dan di murnikan dengan metode rekristalisasi dari campuran
pelarut petroleum benzen:etanol = 1:1 (v/v). Reaksinya sebagai berikut :
O
H3C
(CH)14
O
H2N
OCH3
CH2
O
H3C
(CH)14
OH
HN
CH2
C
OH
(Naibaho,2008).
Sintesis senyawa-senyawa amida turunan etil p-metoksisinamat dilakukan dengan
memanfaatkan unit fungsional ester dari molekul etil p-metoksisinamat yang diperoleh
dari ekstrak etanol tanaman kencur, sebagai unit kimia yang potensial untuk
melangsungkan sintesis. Transformasi melibatkan pemutusan ikatan C-O asil melalui
adisi-eliminasi nukleofilik terhadap bentuk antara p-metoksisinamoil klorida oleh suatu
seri pereaksi anilin tersubstitusi para, yakni: anilin, p-nitroanilin, p-metoksianilin (panisidin) dan p-nitroanilin. Melalui amonolisis p-metoksisinamoil klorida ini, dapat
disintesis senyawa amida p-metoksisinamanilida (Nakanishi,1974).
Amida asam lemak digunakan sebagai bahan pelumas pada proses pembuatan
resin, maka amida tersebut digunakan baik sebagai pelumas internal maupun eksternal,
amida tersbut berperam mengurangi gaya kohesi dari polimer sehingga meningkatkan
aliran polimer pada proses pengolahan (Brahmana,1994).
Amida berperan untuk mempengaruhi polimer yang melebur agar terlepas dari
permukaan wadah logam pengolahan resin. Sebagai pelumas internal, amida berperan
untuk mengurangi gaya kohesi dari polimer dan meningkatkan aliran polimer pada proses
pengolahannya (Reck,1984).
Surfaktan adalah suatu senyawa aktif penurun tegangan permukaan (surfaceactive
agent) yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik dalam satu struktur
molekul yang sama. Senyawa ini dapat menurunkan tegangan antarmuka antara dua fasa
cairan yang berbeda kepolarannya seperti minyak/air atau air/minyak. Sifat yang unik
tersebut, menyebabkan surfaktan sangat potensial digunakan sebagai komponen bahan
adhesif, bahan penggumpal, pembasah, pembusa, pengemulsi, dan bahan penetrasi serta
telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri proses yang menggunakan
sistem multifasa seperti pada industri makanan, farmasi, kosmetika, tekstil, polimer, cat,
detergen dan agrokimia.
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan lingkungan yang
baik, permintaan surfaktan yang mudah terdegradasi dan berbasis tumbuhan juga semakin
meningkat, maka diperlukan kajian untuk memperoleh surfaktan yang mempunyai dua
kriteria tersebut yaitu diperoleh dari bahan baku yang dapat diperbaharui dan bersifat
degradatif di alam sehingga dapat diterima secara ekologis. Salah satu surfaktan yang
memenuhi kedua kriteria tersebut adalah surfaktan alkanolamida. Alkanolamida dapat
diperoleh dari hasil reaksi antara alkanolamina dengan asam lemak minyak nabati, dan
banyak digunakan sebagai bahan pangan, kosmetika dan obat-obatan. Surfaktan
alkanolamida yang mempunyai ikatan amida banyak dikembangkan dalam industri
pembuatan surfaktan karena ikatan amida secara kimia sangat stabil pada media yang
bersifat alkali.
Alkanolamida yang digunakan untuk formula pangan, kosmetika dan obat obatan
haruslah bebas dari bahan beracun, pelarut, asam lemak bebas, amina yang berlebih serta
harus tidak berbau dan bentuknya menarik. Namun penelitian untuk memproduksi
alkanolamida pada skala industri masih kurang karena penghilangan pelarut dan warna
yang tidak diinginkan memerlukan tahapan yang rumit dan biaya yang tinggi (Daniel,
2007).
2.4. Dietanolamina
Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus amina dan dialkohol. Dialkohol
menunjukkan adanya dua gugus hidroksil pada molekulnya. Dietanolamina juga dikenal
dengan nama bis (hydroxyethyl)amine, diethylolamine, hydroxtdiethylamine, diolamine
dan 2,2-iminodiethanol. Sidat-sifat dietanolamina adalah sebagai berikut :
a. Rumus molekul
: C4H11NO2
b. Berat molekul
: 105,1364 g/mol
c. Densitas
: 1,090 g/cm3
d. Titik leleh
: 28C (1atm)
e. Titik didih
: 268,8C (1atm)
f. Kelarutan
2.5. Surfaktan
Surfaktan adalahbahan yang memiliki gugus hidrofil (suka air) dan gugus lipofil (suka
minyak). Kedua gugus tersebut memiliki keseimbangan hidrofilik dan lipofilik
(Hidrophilic Lipophilic Balance = HLB) yang menggolongkan jenis surfaktan tersebut,
apakah pengemulsi, pembasah, deterjen, atau anti busa dan sebagainya (Martin,1993).
Hubungan antara silai HLB dengan penggunaanya sebagai surfaktan dapat dilihat
pada gambar berikut:
HARGA HLB
-SO4Na+
38.7
-COONa+
19.1
-N(amida tersier)
9.4
6.8
-Ester (bebas)
2.4
-Hidroksil (bebas)
1.9
0,5
GUGUS LIPOFIL
-CH3
0.475
-CH2
0.475
=CH-
0.475
Bedasarkan harga yang terdapat pada tabel 2.1. diatas dapat ditentukan harga HLB
secara teori dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
HLB = (gugus hidrofil) (gugus lipofil) + 7
Harga HLB dapat ditentukan dengan harga CMC (Critical micelle Concentrstion). Harga
CMC diperoleh dengan mengunakan alat tensiometer. Kemudian dengan menggunakan
rumus berikut maka akan diperoleh harga HLB (Brahmana,dkk,1993).
HLB = 7-0,36 ln (Co/Cn)
Dimana :Cw = Harga CMC Co = 100-Cw
Penentuan harga HLB dapat juga diperoleh bedasarkan harga bilangan
penyabunan dan bilangan asam yakni dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Shido
dan Firberg,1983).
Penggunaan
3-6
Pengemulsi w/o
7-9
Humectans
8-18
Pengemulsi o/w
15-18
Pemantap Turbiditas