Anda di halaman 1dari 5

MODUL 01

Interferometer dan Prinsip Babinet


Muhamad Hilmi Aufa, Anggita P., Retno D., Dita N., Leo W., Isna R.
10212057, 10212006, 10212069, 10212038. 1021210, 10212038
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : hilmiaufa@gmail.com
Asisten : Iis Pujiawati / 10211088
Tanggal Praktikum : (01-10-2014)
Abstrak
Percobaan pada praktikum ini adalah menentukan pola interferensi pada interferometer Michelson-Morley
dan Mach-Zehnder. Terjadi perbedaan rangkaian pada kedua interferometer tersebut sehingga menghasilkan
pola interferensi yang berbeda. Laser He-Ne digunakan sebagai sumber cahaya yang koheren dari percobaan
kali ini. Selain itu kita dapat menentukan tebal rambut dengan prinsip Babinet, rambut digunakan sebagai
komplemen itu memiliki ketebalan sebesar 0.0078 cm. Hal tersebut dilakukan dengan mengamati pola
difraksi yang terjadi, perhitungan dilakukan berdasarkan jarak gelap yang dilakukan berulang kali lalu
dilakukan regresi dan perhitungan dengan persamaan difraksi.

Kata kunci : Babinet, Beam Splitter, Difraksi, Interferometer, Interferometer


I.
Pendahuluan
Interferometer merupakan sebuah alat
yang digunakan untuk meneliti sifat gelombang
dengan menghasilkan pola interferensi dari
superposisi dua atau lebih gelombang[1]. Pada
percobaan kali ini kita menggunakan 2
rangkaian interferometer. Yang pertama
adalah interferometer Michelson-Morley
(MM) dan yang kedua adalah interferometer
Mach-Zehnder (MZ). Pada interferometer MM
kita menggunakan satu beam splitter dan dua
Gambar 2. Interferometer Mach-Zehnder [3]
buah cermin seperti pada gambar 1, sedangkan
interferometer MZ kita membutuhkan satu
Pola yang dihasilkan oleh interferometer MM
tambahan beam splitter seperti yang
dan MZ ditunjukkan oleh gambar 3 dan gambar
ditunjukkan pada gambar 2.
4.

Gambar 3. Pola
Morley [5]

Gambar 1. Interferometer Michelson-Morley [2]

Interferometer Michelson-

untuk kasus lebar celah jauh lebih kecil dari


jarak celah ke layar, maka sin tan maka
didapat hubungan

sin tan = (2)

dimana:
x = jarak dari pusat ke gelap n
L = jarak celah ke layar
Dari persamaan (1) dan (2) didapat

d = n .. (3)
dengan mengambil sebanyak 5 data dengan
variasi jarak, maka akan didapat hubungan
jarak layar ke gelap dengan L-nya sehingga

ketika diregresi akan menghasilkan sebagai

gradiennya
modifikasi persamaan (3):

= x . (4)
rangkaian pada percobaan prinsip babinet

Gambar 4. Pola Interferometer Mach-Zehnder


[6]

Interferensi merupakan fenomena


superposisi dari dua atau lebih gelombang yang
menghasilkan pola destruktif (gelap) dan pola
konstruktif (terang)[7]. Untuk menghasilkan
interferensi maka sumber cahaya yang
digunakan harus koheren[7]. Percobaan dengan
kedua interferometer ini bertujuan untuk
menentukan pola interferensi yang terjadi
serta membandingkannya dengan referensi.
Percobaan ketiga bertujuan untuk
menentukan ketebalan rambut dengan prinsip
Babinet. Prinsip Babinet menyatakan bahwa
pola difraksi dari sebuah celah (dengan lebar d)
akan sama dengan pola difraksi dengan
komplemen yang memiliki lebar d (sama
dengan celah).
Difraksi adalah gejala membeloknya
gelombang ketika melalui celah sempit.
Prinsip yang mendasari gejala difraksi adalah
prinsip Huygens yang menyatakan bahwa
setiap titik pada muka gelombang bisa
dianggap sebagai sumber gelombang baru.
Implikasi
dari
prinsip
ini
adalah
melengkungnya muka gelombang setelah
melewati celah sempit, dan jika muka
gelombang melengkung maka akan terjadi
pola terang gelap[8].
Pengukuran lebar celah dilakukan
dengan mengukur jarak antar gelap pada pola
difraksi yang ada pada layar.
Persamaan yang digunakan pada
difraksi[7]:
d sin = n . (1)
keterangan:
d = lebar celah (m)
= sudut gelombang dengan
horizontal (rad)
n = orde gelap
= panjang gelombang (m)

Gambar 5. Rangkaian prinsip Babinet [4]


II. Metode Percobaan
Untuk memperoleh dua berkas dari satu
sumber cahaya, dalam praktikum ini digunakan
metoda pembagi cahaya dari sumber
menggunakan beam splitter. Alat tersebut
membagi 2 gelombang, ada yang dilewatkan
atau ditransmisi dan yang dipantukkan
direfleksikan.
Kedua interferometer ini menggunakan
sumber cahaya laser He-Ne dan menggunakan
lensa sferis untuk memfokuskan hasil
interferensi pada layar.
Rangkaian yang digunakan pada percobaan
interferometer Michelson-Morley ditunjukan
pada gambar 1, dan interferometer MachZehnder pada gambar 2. Pada interferometer
MM laser diarahkan pada beam splitter yang
terletak
45,
hasil
dari
pembagian
gelombangnya dipantulkan oleh cermin cermin
lalu kembali pada beam splitter lalu ditangkap
oleh layar. Dengan posisi rangkaian yang
berbeda, interferometer MZ menggunakan
2

komponen yang sama hany ditambah beam


splitter saat pertemuaan pantulan dari dua
cermin. Saat pengamatan, dipasang lensa sferis
untuk memperjelas fenomena interferensi
pada layar.
Pada percobaan prinsip Babinet,
digunakan rambut sebagai komplemen dari
sebuah celah. Sehelai rambut tersebut disinari
laser He-Ne, lalu diamati hasil dari pola
interferensi-difraksi pada layar. Hal tersebut
dilakukan sebanyak 5 kali dengan variasi jarak
yang berbeda-beda. Untuk menghitung lebar
rambut, kita tentukan jarak dari 4 gelap
pertama pada kanan-kiri layar pengamatan

3. Prinsip Babinet
Tabel 3. Data difraksi Babinet
4. L
X

-2,6
0,6
-2,0
0,7
-1,3
0,6
-0,7
0,7
77
0
0,6
0,6
0,7
1,3
0,7
2,0
0,5
2,5
1,65
0,4
-1,25
0,4
-0,85
0,45
-0,4
0,4
52
0
0,5
0,5
0,5
1,0
0,35
1,35
0,4
1,75

III.
Data dan Pengolahan data
1. Interferometer Michelson-Morley
Tabel 1 Hasil percobaan interferometer
Michelson-Morley
Hasil Percobaan
Referensi

82

2. Interferometer Mach-Zehnder
Tabel 2 Hasil percobaan interferometer
Mach-Zehnder
Hasil Percobaan
Referensi

130

-2,5
-1,9
-1,3
-0,7
0
0,8
1,4
2,1
2,7
-4,3
-3,3
-2,2
-1,1
0
1
2,1
3,1
4,1

0,6375

0,423

0,6
0,6
0,6
0,7
0,8
0,6
0,7
0,6

0,65

1
1,1
1,1
1,1
1
1,1
1
1

1,05

Gambar 7. Hasil regresi dari data difraksi


Babinet

Gambar 6. Rangkaian yang digunakan saat


percobaan

2, sehingga sumber dilakukan 2 kali


pembagian. Beda fasa yang tetap ini
menghasilkan pola interferensi, dan beda
fasa ini ditimbulkan oleh perbedaan jarak
tempuh gelombang itu.
Pola interferensi MM yang diperoleh
berupa garis lurus, hal tersebut terjadi karena
penempatan beam splitter yang tidak sesuai
dengan rangkaian referensi. Harusnya
penempatannya 45 dan cermin harusnya
diletakan tegak lurus dengan layar sehingga
bayangan maya yang terbentuk tidak berada
segaris dengan pengamat sehingga pola
interferensi berubah menjadi garis.
Terjadi penambahan jumlah titik pada layar
setelah melalu pemantulan, ini terjadi karena cermin.
Masing-masing cermin dapat menambah satu buah
titik pada layar pengmatan.
Pola interferensi MM dan MZ seolah-olah
bergerak pada layar pengamatan, kemungkinan hal
ini terjadi karena cahaya yang dihasilkan tidak koheren
sempurna. Hal ini berdampak pada beda fasa yang
tidak konstan, maka pola interferensi yang berubahubah secara cepat sehingga menghasilkan efek yang
seolah-olah berjalan. Begitupun faktor berkas cahaya
yang sampai berbeda setelah dipisahkan oleh beam
splitter, karena ada nya perbedaan waktu sampai
maka terjadi pula beda pola interferensi yang
dihasilkan.
Pada percobaan babinet terjadi pola difraksi dan
interferensi, hal tersebut disebabkan karena
kemungkinan rambut yang tidak sama tebalnya
secara homogen dari atas ke bawah. Hal ini
menyebabkan rambut sebagai komplemen
menghasilkan pola interferensi pada pengamatan.
Pada perhitungan yang dihasilkan adalah ketebalan
rambut yang mencapai 0.0078 cm sedangkan pada
referensi didapat 0.017 0.018cm. Hal tersebut
menunjukan bahwa prinsip Babinet dapat digunakan
untuk menghitung ketebalan rambut. Untuk
mendapatkan dapat yang lebih akurat maka harus
dilakukan pengambilan data yang lebih banyak.

Gambar 8. Parameter dari hasil regresi dari


data difraksi Babinet
Perhitungan tebal rambut dengan persamaan
(7)
Didapat dari hasil regresi bahwa d/=124.49
Dengan = 633 nm.
Maka d= 0.78802 x 10-4 m 0.0078 cm
IV.

Pembahasan
Pada percobaan modul ini, salah satu
tujuannya adalah untuk dapat menentukan
pola interferensi yang dihasilkan pada
interferometer
Michelson-Morley
dan
interferometer
Mach-Zehnder.
Pola
interferensi menujukan pola gelap terang
pada layar, ini dihasilkan karena adanya sifat
gelombang cahaya yang mengalami
superposisi. Superposisi ini dihasilkan karena
adanya beda fasa, beda fasa ini timbul karena
cahaya yang sudah mengalami pembagian
lalu pemantulan sehingga jarak tempuh yang
berbeda menghasilkan beda fasa. Hal
tersebut menghasilkan pola konstruktif
(terang) dan pola destruktif (gelap).
Cahaya
yang
digunakan
pada
interferometer merupakan cahaya laser HeNe, cahaya tersebut haruslah koheren agar
dapat menghasilkan pola interferensi.
Koheren artinya adalah berfrekuensi sama
dan memiliki beda fasa yang konstan.
Metoda yang digunakan adalah dengan
menggunakan beam splitter sebagai pembagi
sumber cahaya yang koheren, ini bertujuan
untuk menghasilkan pola interferensi.
Kedua interferometer yang digunakan
menunjukan pola yang berbeda, hal ini
disebabkan oleh rangkaian yang berbeda dari
masing-masing interferometer. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2
pada bagian pendahuluan. Beam splitter
pada interferometer MZ digunakan sebanyak

V.
Kesimpulan
Pola interferensi pada interferometer
Michelson-Morley menunjukan perbedaan
dengan interferometer Mach-Zehnder.
Perbedaan dengan refensi sudah dijelaskan
pada bagian pembahasan.
Penentuan tebal rambut dilakukan
dengan prinsip Babinet yang menghasilkan
tebal rambut sebesar 0.0078 cm. Hasil
4

tersebut sesuai dengan hasil pada referensi


yaitu pada rentang 0.0014 0.018 cm.
VI.
Pustaka
[1] Bunch B, Hellemans A. The history of science and
technology. Boston: Houghton Mifflin Harcourt; 2004.
[2]http://astro1.panet.utoledo.edu/~ljc/bridgeq.html
(akses pada 3 oktober 2014 pukul 21.59)
[3]http://www.scienceclarified.com/HeIn/Interferometry.html (akses pada 3 oktober
2014 pukul 22.00)
[4]http://physicsed.buffalostate.edu/pubs/StudentIn
depStudy/EURP09/Young/Young.html (akses pada 4
oktober 2014 pukul 11.00)
[5]http://www.phy.davidson.edu/stuhome/cabell_f/
diffractionfinal/pages/michelson.htm (akses pada 4
oktober 2014 pukul 19.00)
[6]http://lqcc.ustc.edu.cn/news/path/hyf/research__
ID=13.html (akses pada 4 oktober 2014 pukul 19.00)
[7] Haliday D, Resnick R, Walker J. Fundamentals of
physics 9th edition. Hoboken: John Wiley & Sons,
Inc; 2011.
[8] interference.pdf by David Morin, copyright 2010.

Anda mungkin juga menyukai