Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kajian hidrologi.
2.
Kajian hidrogeologi.
3.
4.
5.
V-1
KAJIAN HIDROGEOLOGI
MATERI KAJIAN
KAJIAN HIDROLOGI
Kondisi Morfologi daerah
Kondisi Hidrologi derah
Analisis data curah hujan
DATA MASUKAN
KAJIAN HIDROGEOLOGI
Kondisi Geologi
Kondisi air tanah
Kondisi kualitas air tanah
DATA MASUKAN
Gambar 5.1
Kerangka Kajian Hidrogeologi Daerah Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar,
Kabupaten Gunungkidul
5.1.
Kajian Hidrologi
Siklus hidrologi secara alamiah dapat ditunjukkan seperti terlihat pada
V-2
atmosfir kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi ke laut yang tidak
pernah habis, air akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dalam tanah
sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk lain.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es
dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.
Sumber :
Gambar 5.2
Siklus Hidrologi
Pada umumnya proses yang berkaitan dengan daur air mempunyai sifat
periodik terhadap ruang dan waktu dan tergantung pada pergerakan bumi terhadap
matahari serta rotasi bumi pada porosnya. Desa Pengkol, Kecamatan Nglipar,
Kabupaten Gunungkidul memiliki iklim tropis yang ditandai dengan adanya
pergantian dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Upaya penyaliran air menuju sumuran akan mencegah genangan air di
daerah penggalian atau front kerja. Air yang berada pada front kerja akan
mengganggu kegiatan penambangan batunapal yang direncanakan. Gangguan ini
dapat berupa kurangnya kekuatan material karena adanya air di front kerja atau
dapat menyebabkan kondisi kerja yang tidak aman.
5.1.1. Kondisi Hidrologi Daerah Nglipar
Daerah Nglipar beriklim tropis dengan dua musim yaitu musim kemarau
dan musim penghujan. Suhu / temperatur daerah rata rata 23-33 0 C. Hari
hujan maksimum terpadat bulan Desember tahun 2005 dan bulan Maret
V-3
tahun 2011 sebanyak 23 hari. Curah hujan maksimum terjadi pada bulan
Desember tahun 2007 sebesar 596 mm / hari.
5.1.2. Analisis Hujan
a) Daerah tangkapan hujan.
Daerah tangkapan hujan merupakan batas luasan dimana aliran air akan
mengalir dan menuju pada daerah terendah, dalam hal ini bisa berbentuk
paritan (saluran) maupun sumuran (sump).
b) Penentuan hujan rencana.
Hujan rencana adalah hujan maksimum yang mungkin terjadi selama umur
sarana penyaliran tersebut. Analisis curah hujan dilakukan untuk
mendapatkan curah hujan pada periode ulang hujan tertentu dan intensitas
hujan jangka pendek, dalam hal ini intensitas hujan satu jam.
1. Penentuan harga rata-rata tinggi hujan maksimum.
x=
Xi
n
Keterangan :
x = Rata-rata tinggi hujan maksimum (mm/24 jam).
Xi = Jumlah hujan maksimum n data (mm/24 jam).
n = Jumlah data.
2. Penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan Distribusi
Gumbell, yaitu penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan
cara partial (partial series anality). Cara ini dilakukan dengan
menentukan
ambang
batas
curah
hujan
harian
maksimum.
dengan hal tersebut dalam analisis curah hujan dikenal istilah periode
kemungkinan
ulang
(return
period),
yang
berarti
Rh=
1
Tr
1
Keterangan :
Rh = Resiko Hidrologi (%).
Tr = Periode Ulang Hujan (tahun).
n = Umur Tambang (tahun).
d) Penentuan intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu dalam waktu
relatif singkat. Intensitas hujan diperlukan untuk menentukan besarnya
debit atau kapasitas pompa dengan asumsi bahwa dalam satu hari terdapat
satu jam hujan.
Perhitungannya dapat dilakukan dengan persamaan berikut :
I=
24
t
R 24
24
mm/jam
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam).
t
= Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam).
R24 = Curah hujan maksimum (mm).
5.1.3. Air Limpasan
Air limpasan (surface run off) adalah bagian curah hujan yang mengalir
dalam bentuk lapisan tipis diatas permukaan tanah akan masuk ke parit-parit dan
V-5
Keadaan Topografi
Datar (< 3 %)
0,2
0,3
0,4
tanaman
hutan dan perkebunan
Curam (3-15%)
2.
Keadaan Topografi
0,4
0,5
tanaman
-
semak semak
tanah gundul,
daerah penimbunan
No.
V-6
0,6
0,7
3.
hutan
0,6
0,7
tanaman
-
0,8
0,9 - 1,0
tambang.
Sumber : Open Channel Hydraulic oleh Van Te Chow
5.1.4. Debit Air Limpasan
Metode yang dianggap tepat untuk menghitung debit air limpasan puncak
(peak run off ) adalah metode rasional (US Soil Conservation Service, 1973 dalam
Asdak, 1995). Metode rasional berasumsi bahwa intensitas curah hujan merata di
seluruh DAS (daerah aliran sungai) dengan lama hujan (durasi) sama dengan
waktu konsentrasi. Waktu konsentrasi adalah waktu perjalanan yang diperlukan
oleh air dari tempat yang paling jauh (hulu DAS) sampai ke titik pengamatan
aliran air larian.
Suatu DAS dianggap kecil apabila distribusi hujan dapat dianggap
seragam dalam ruang dan waktu, dan biasanya durasi hujan melebihi waktu
kosentrasi. Beberapa ahli memandang bahwa luas DAS kurang dari 2,5 km2 dapat
dianggap sebagai DAS kecil (Ponce,1989).
Pemakaian metode rasional sangat sederhana dan sering digunakan dalam
perencanaan drainase perkotaan dan pertambangan. Beberapa parameter hidrologi
yang diperhitungkan adalah intensitas hujan, durasi hujan, frekuensi hujan, luas
DAS, abstraksi (kehilangan air akibat evaporasi, intersepsi, infiltrasi, tampungan
permukaan) dan konsentrasi aliran air. Metode rasional didasarkan pada
persamaan berikut :
Qp = 0,278 C I A m3/detik
Dengan :
Qp : debit puncak (m3/detik).
C : koefisien air limpasan.
I
V-7
dan
hidrogeologi
daerah
penyelidikan
merupakan wilayah dengan kandungan air tanah yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan daerah tersebut mempunyai lapisan batuan yang berporositas tinggi.
5.3.2. Akuifer.
Akuifer adalah lapisan batuan/tanah yang permeabel yang dapat
menyimpan dan meloloskan air dalam jumlah yang berarti (memadahi).
Air tanah ditemukan pada formasi geologi permiabel yang dikenal sebagai
akuifer yang memungkinkan jumlah air berkapasitas besar bergerak melaluinya
pada kondisi lapangan yang biasa.
Jenis akuifer secara umum ada empat macam, yaitu:
1. Akuifer Bebas.
Akuifer bebas adalah lapisan permeabel yang terisi oleh air atau jenuh air
dimana tedapat lapisan impermeabel di bawahnya.
2. Akuifer Setengah Bebas.
Akuifer setengah bebas adalah lapisan semi-permeabel yang berada diatas
akuifer yang memiliki permeabilitas yang cukup besar sehingga lapisan horisontal
pada lapisan tersebut tidak dapat diabaikan.
3. Akuifer Tertekan.
Akuifer tertekan adalah lapisan permeabel yang sepenuhnya jenuh oleh air
dan dibatasi oleh lapisan lapisan impermeabel baik dibagian atas akuifer
maupun berada dalam kondisi tertekan yang lebih tinggi sehingga jika terdapat
sumur yang menembus akuifer tersebut akan lebih tinggi dari atas akuifer.
4. Akuifer setengah tertekan.
Akuifer setengah tertekan adalah lapisan yang jenuh air dan pada bagian
atasnya dibatasi lapisan semipermeabel dan bawahnya lapisan impermeabel.
Beberapa parameter akuifer:
a. Koefisien penyimpanan (S).
Koefisien simpanan diberi batas sebagai volume air yang akan dilepaskan
(diambil) oleh akuifer kedalam simpanan persatuan luas permukaan akuifer dan
persatuan perubahan tinggi.
V-8
b. Permeabilitas (K).
Merupakan suatu ukuran kemudahan alir mengalir melalui suatu media
porous.
Koefisien kelulusan dihitung dengan rumus Todd:
V
dH
dL
m/jam
Keterangan:
K
= Koefisien kelulusan (m/jam).
V
= Kecepatan aliran (m/jam).
dH/dL = Gradient hidrolik (m/jam).
5.4.
Tabel 5.2.
Data Curah Hujan
Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta Tahun 2004-2012
V-9
R 24 24
24 t
2/ 3
( )
mm/jam
Keterangan:
I
R24
Curah Hujan ( mm )
1 jam
V-10
24 jam
<1
<5
Hujan Ringan
15
5 20
Hujan Normal
5 10
20 50
Hujan Lebat
10 20
50 100
>20
> 100
2/ 3
( )
Tl
Keterangan :
Pr = Resiko Hidrologi,
Tr = Periode Ulang ,
Tl = Umur tambang.
1. Data Lapangan
Dari data yang didapat dari hasil perencanaan penambangan diketahui bahwa
umur tambang adalah 8 tahun dan periode ulang hujan digunakan 4 tahun.
2. Hasil Perhitungan
Umur tambang (Tl )
= 8 tahun
V-11
= 4 tahun
Resiko Hidrologi ( Pr )
1
= 1 1 Tr
Tl
1
4
( )
1 1
= 89,98%
Daerah Terbuka
0,5
Sarana Tambang
2-5
5-10
Sumuran Utama
10-15
25
100
V-12
[ {
Yn=ln ln
( n+1m )
n+1
}]
Keterangan :
n = jumlah sampel,
m = urutan sampel ( m = 1,2,3..... ).
Perhitungan reduced meanadalah :
Yn=ln ln
( 9+ 11 )
9+1
[ {
[ {
}]
= 1.340
Yn=ln ln
( 9+ 12 )
9+1
}]
= 1.014
(
{
[
9+ 13 )
9+1
}]
= 0.810
(
{
[
9+ 14 )
9+1
}]
= 0.654
Yn=ln ln
[ {
[ {
( 9+ 15 )
9+1
}]
= 0.521
Yn=ln ln
( 9+ 16 )
9+1
}]
= 0.400
Yn=ln ln
[ {
[ {
( 9+ 17 )
9+1
}]
= 0.282
Yn=ln ln
( 8+18 )
8+1
}]
= 0.156
[ {
( 9+ 19 )
9+1
}]
=0
Yn=ln ln
Yn=ln ln
Yn=ln ln
V-13
= 0.575
1 3 2
Q= A
R S
n
()
Keterangan :
A = Luas penampang basah saluran terbuka(m2 ),
Q = Debit aliran (m3/ dt),
n = koefisien kekasaran dinding saluran,
R = jari jari hidrolik ( A/P ).
Untuk mencari ukuran dari penampang saluran supaya dapat mengalirkan
dengan debit besar digunakan rumus Manning :
V-14
2
3
AR =
n .Q
s
Keterangan :
AR
2
3
= Faktor penampang,
V-15
Q=IxA
Keterangan :
Q
DTH
I
Intensitas hujan
( mm/jam)
29.98
Koef limpasan
0.5
Debit air
limpasan
(m3/detik)
0.375
V=K.i
Q = K . i . A sedangkan A = W . b
Keterangan :
K
= Landaian hidrolika
1.
antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah (air limpasan)
dengan curah hujan. Dalam penentuan koefisien limpasan mempertimbangkan
kemiringan lahan dan kondisi daerah pengaliran.Penentuan koefisien limpasan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 5.7
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
KEMIRINGAN
<3%
3 % - 15 %
>15 %
KONDISI DAERAH
PENAGALIRAN
KOEF. LIMPASAN
Sawah, Rawa
0,2
Hutan, Perkebunan
Perumahan dengan kebun
Hutan, Perkebunan
0,3
0,4
0,4
Perumahan
Tumbuhan yang jarang
Daerah Penimbunan,
0,5
0,6
Tanpa tumbuhan
Hutan
Perumahan, Kebun
0,7
0,8
0,9
0,6
0,7
V-17
1 3 2
Q= A
R S
n
()
Keterangan :
A = Luas penampang basah saluran terbuka (m2),
Q = Debit aliran (m3/ dt),
n = koefisien kekasaran dinding saluran,
R = jari jari hidrolik (A/P).
Di samping debit air tambang, parameter lain yang harus ditentukan terlebih
dahulu adalah nilai koefisien kekerasan dinding saluran dan kemiringan rata-rata
dasar saluran (n), serta luas penampang basah ( A ).
Gambar 5.3.
Penampang Saluran Terbuka
A
= b . h + m . h2
= 0,5 h
= b + (2m . h)
a = h/sin
Untuk dimensi saluran penyaliran berbentuk trapesium dengan luas
penampang optimum dan mempunyai sudut kemiringan dinding saluran sebesar
600, maka :
m = Cotg
= Cotg 600
V-18
= 0,58
Sehingga harga b/d adalah :
b
A = b.h+m.h
= 1,15 . h2 + 0,58 . h2
= 1,73 h2
3. Sumuran atau Sump
Sumuran berfungsi sebagai penampang air sebelum dipompa keluar
tambang dengan demikian dimensi saluran ini sangat tergantung dengan jumlah
air yang masuk serta keluar dari sumuran.
Jumlah air yang masuk kedalam sumuran merupakan jumlah air yang
dalirkan oleh saluran-saluran, jumlah limpasan permukaan yang langsung
mengalir ke sumuran dari curah hujan yang jatuh disumuran.
Sedangkan jumlah air yang keluar dianggap sebagai kapasitas pompa,
karena penguapan dianggap tidak terlalu berarti. Dengan adanya optimasi antara
masukan dan keluaran maka dapat ditentukan dimensi sumuran.
4.
harus dipertimbangkan, antara lain ukuran dan bentuk butiran padatan, kecepatan
aliaran, persen padatan, dsb. Hal ini perlu dilakukan agar kolam pengendapan
hasil rancangan dapat digunakan secara optimal.
A. Ukuran Partikel
Luas kolam pengendapan secara analitis dapat dihitung berdasarkan
parameter dan asumsi sebagai berikut:
a. Hukum Stope berlaku bila persen padatan kurang dari 40% dan untuk persen
padatan lebih dari 40% berlaku hukum newton
b. Diameter partikel padatan tidak lebih dari 9 x 10 -6m, karena jika lebih besar
akan diperoleh ukuran luas kolam yang tidak memadai.
c. Kekentalan air 1,31 x 10-6 kg/ms (Rijn,L.C.Fan,Tahun 1985)
d. Partikel padatan dalam lumpur dari material yang sejenis
e. Batasan ukuran partikel yang diperbolehkan keluar dari kolam pengendapan
diketahui.
V-19
V-20
Gambar 5.5.
Sketsa Kolam Pengendapan
a. Sebaiknya bentuk kolam pengendapan dibuat berkelok kelok (zigzag), lihat
Gambar 5.5. agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap.
b. Geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran Back hoe
yang biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan,
seperti mengeruk lumpur dalam kolam, memperbaiki tanggul kolam, dsb.
V-21