Anda di halaman 1dari 11

Just another WordPress.

com weblog
Search...

Anshar Bonas Silfa's Blog

Caniago Nan Barampek

PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT


20 Agu
PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT
Ns. Anshar Bonas Silfa, S.Kep
PENDAHULUAN
Keamanan adalah prinsip yang paling fundamental dalam pemberian pelayanan kesehatan
maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling kritis dari manajemen kualitas.
Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem
tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan
implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008).
Tujuan dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan budaya
keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah sakit, menurunkan KTD
di rumah sakit, terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan.
Mengingat masalah keselamatan pasien merupakan masalah yang penting dalam sebuah rumah
sakit, maka diperlukan standar keselamatan pasien rumah sakit yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi rumah sakit di Indonesia. Standar keselamatan pasien rumah sakit yang saat ini
digunakan mengacu pada Hospital Patient Safety Standards yang dikeluarkan oleh Join
Commision on Accreditation of Health Organization di Illinois pada tahun 2002 yang kemudian

disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Penilaian keselamatan yang dipakai
Indonesia saat ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Akreditasi Rumah Sakit yang
dikeluarkan oleh KARS. Departemen Kesehatan RI telah menerbitkan Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) edisi kedua pada tahun 2008 yang terdiri dari
dari 7 standar, yakni:
1. Hak pasien
2. Mendididik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
Untuk mencapai ke tujuh standar di atas Panduan Nasional tersebut menganjurkan Tujuh
Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit yang terdiri dari:
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2. Pimpin dan dukung staf
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4. Kembangkan sistem pelaporan
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
ELEMEN PATIENT SAFETY
Adverse drug events(ADE)/ medication errors (ME)
Restraint use
Nosocomial infections
Surgical mishaps
Pressure ulcers
Blood product safety/administration
Antimicrobial resistance
Immunization program
Falls
Blood stream vascular catheter care
Systematic review, follow-up, and reporting of patient/visitor incident reports
MOST COMMON ROOT CAUSES OF ERRORS
Communication problems
Inadequate information flow
Human problems
Patient-related issues
Organizational transfer of knowledge
Staffing patterns/work flow
Technical failures
Inadequate policies and procedures

(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003. ) Agency for Healthcare Research and
Quality
INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS
1. Identify patients correctly
2. Improve effective communication
3. Improve the safety of high-alert medications
4. Eliminate wrong-site, wrong-patient, wrong procedure surgery
5. Reduce the risk of health care-associated infections
6. Reduce the risk of patient harm from falls
MEMBANGUN KESADARAN PERAWAT (NURSING AWARENESS) AKAN PATIENT
SAFETY
Perawat sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (sebesar
40 60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan, memiliki peran kunci dalam mewujudkan keselamatan pasien.
Nursing is the protection, promotion, and optimization of health and abilities, prevention of
illness and injury, alleviation of suffering through diagnosis and treatment of human response,
and advocacy in the care of individuals, families, communities, and populations (ANA, 2003).
Berangkat dari definisi inilah, peran-peran perawat dalam mewujudkan patient safety di rumah
sakit dapat dirumuskan. Antara lain sebagai pemberi pelayanan keperawatan, perawat mematuhi
standar pelayanan dan SOP yang telah ditetapkan; menerapkan prinsip-prinsip etik dalam
pemberian pelayanan keperawatan; memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang
asuhan yang diberikan; menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian
pelayanan kesehatan; menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya; peka,
proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian tidak diharapkan; serta
mendokumentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan
keluarga.
Perawat bertanggung jawab dalam:
- Memberikan informasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan-kemungkinan resiko
- Melaporkan kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD) kepada yang berwenang
- Berperang Aktif dalam melakukan pengkajian terhadap keamanan dan kualitas/mutu pelayanan
- Meningkatkan komunikasi dengan pasien dan tenaga kesehatan professional lainnya
- Mengusulkan peningkatan kemampuan staf yang cukup
- Membantu pengukuran terhadap peningkatan patient safety
- Meningkatkan standar baku untuk program pengendalian infeksi (infection control)
- Mengusulkan SOP dan protocol pengobatan yang dapat memimalisasi kejadian error
- Berhubungan dengan badan-badan profesional yang mewakili para dokter ahli farmasi dan lainlain
- Meningkatkan cara pengemasan dan pelabelan obat
- Berkolaborasi dengan sistem pelaporan nasional untuk mencatat, menganalisa dan mempelajari
kejadian-kejadian tak diharapkan (KTD)
- Mengembangkan mekanisme peningkatan kesadaran, sebagai contoh untuk pelaksanaan
akreditasi

- Karakteristik dari pemberi pelayanan kesehatan menjadi tolok ukur terhadap excellence dalam
patient safety
QUALITYWORKPLACES = QUALITY PATIENT CARE
- Secara terus menerus mengembangkan peranan keperawatan
- Menentukan ruang lingkup praktek keperawatan sehingga perawat, atau disiplin lainnya, dan
masyarakat menyadari terjadinya proses evolusi pada profesi
- Mengusulkan pengenalan profesional dan remunerasi
- Mengembangkan dan menyebarluaskan suatu pernyataan sikap tentang pentingnya suatu
lingkungan kerja yang aman
- Memastikan bahwa disiplin lain terlibat dalam pengembangan kebijakan untuk lingkungan
kerja yang aman
- Mendukung penelitian, mengumpulkan data untuk praktek terbaik, dan penyebarluasan data
setelah tersedia
- Mendorong Lembaga pendidikan untuk meningkatkan kerjasama dengan memberikan
kesempatan untuk kolaborasi dan penekanan pada teori kerja sama tim
- Menyajikan penghargaan kepada fasilitas kesehatan yang menunjukkan efektivitas praktik
lingkungan positif melalui rekrutmen dan inisiatif retensi, mengurangi tingkat drop out, opini
publik, memperbaiki perawatan dan tingkat kepuasan pasien lebih tinggi
- Menggunakan sebagai tool kit untuk memberikan informasi latar belakang tentang pentingnya
lingkungan kerja yang positif
PENDEKATAN KOMPREHENSIF DALAM PENGKAJIAN KESELAMATAN PASIEN
Pengkajian pada keselamatan pasien secara garis besar dibagi kepada struktur, lingkungan,
peralatan dan teknologi, proses, orang dan budaya.
1. Struktur
- Kebijakan dan prosedur organisasi : Cek telah terdapat kebijakan dan prosedur tetap yang telah
dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan pasien.
- Fasilitas : Apakah fasilitas dibangun untuk meningkatkan keamanan ?
- Persediaan : Apakah hal hal yang dibutuhkan sudah tersedia seperti persediaan di ruang
emergency, ruang ICU
2. Lingkungan
- Pencahayaan dan permukaan : berkontribusi terhadap pasien jatuh atau cedera
- Temperature : pengkondisian temperature dibutuhkan dibeberapa ruangan seperti ruang
operasi , hal ini diperlukan misalnya pada saat operasi bedah tulang suhu ruangan akan
berpengaruh terhadap cepatnya pengerasan dari semen
- Kebisingan : lingkungan yang bising dapat menjadi distraksi saat perawat sedang memberikan
pengobatan dan tidak terdengarnya sinyal alarm dari perubahan kondisi pasien
- Ergonomic dan fungsional : ergonomic berpengaruh terhadap penampilan seperti teknik
memindahkan pasien, jika terjadi kesalahan dapat menimbulkan pasien jatuh atau cedera. Selain
itu penempatan material di ruangan apakah sudah disesuaikan dengan fungsinya seperti
pengaturan tempat tidur , jenis , penempatan alat sudah mencerminkan keselamatan pasien.
3. Peralatan dan teknologi
- Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain dari alat.
Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga diperlukan pelatihan untuk
mengoperasikan alat secara tepat dan benar .

- Keamanan : Alat alat yang digunakan juga harus didesain penggunaannya dapat
meningkatkan keselamatan pasien.
4. Proses
- Desain kerja : Desain proses yang tidak dilandasi riset yang adekuat dan kurangnya penjelasan
dapat berdampak terhadap tidak konsisten perlakuan pada setiap orang hal ini akan berdampak
terhadap kesalahan. Untuk mencegah hal tersebut harus dilakukan research based practice yang
diimplementasikan.
- Karakteristik risiko tinggi : melakukan tindakan keperawatan yang terus menerus saat praktek
akan menimbulkan kelemahan, dan penurunan daya ingat hal ini dapat menjadi risiko tinggi
terjadinya kesalahan atau lupa oleh karena itu perlu dibuat suatu system pengingat untuk
mengurangi kesalahan
- Waktu : waktu sangat berdampak pada keselamatan pasien hal ini lebih mudah tergambar ada
pasien yang memerlukan resusitasi, yang dilanjutkan oleh beberapa tindakan seperti pemberian
obat dan cairan, intubasi dan defibrilasi dan pada pasien pasien emergency oleh karena itu pada
saat saat tertentu waktu dapat menentukan apakah pasien selamat atau tidak.
- Perubahan jadual dinas perawat juga berdampak terhadap keselamatan pasien karena perawat
sering tidak siap untuk melakukan aktivitas secara baik dan menyeluruh.
- Waktu juga sangat berpengaruh pada saat pasien harus dilakukan tindakan diagnostic atau
ketepatan pengaturan pemberian obat seperti pada pemberian antibiotic atau tromblolitik,
keterlambatan akan mempengaruhi terhadapap diagnosis dan pengobatan.
- Efisiensi : keterlambatan diagnosis atau pengobatan akan memperpanjang waktu perawatan
tentunya akan meningkatkan pembiayaan yang harus di tanggung oleh pasien.
5. Orang
- Sikap dan motivasi ; sikap dan motivasi sangat berdampak kepada kinerja seseorang. Sikap dan
motivasi yang negative akan menimbulkan kesalahan-kesalahan.
- Kesehatan fisik : kelelahan, sakit dan kurang tidur akan berdampak kepada kinerja dengan
menurunnya kewaspadaan dan waktu bereaksi seseorang.
- Kesehatan mental dan emosional : hal ini berpengaruh terhadap perhatian akan kebutuhan dan
masalah pasien. tanpa perhatian yang penuh akan terjadi kesalahan kesalahan dalam bertindak.
- Faktor interaksi manusia dengan teknologi dan lingkungan : perawat memerlukan pendidikan
atau pelatihan saat dihadapkan kepada penggunaan alat alat kesehatan dengan teknologi baru
dan perawatan penyakit penyakit yang sebelumnya belum tren seperti perawatan flu babi
(swine flu).
- Faktor kognitif , komunikasi dan interpretasi ; kognitif sangat berpengaruh terhadap
pemahaman kenapa terjadinya kesalahan (error). Kognitif seseorang sangat berpengaruh
terhadap bagaimana cara membuat keputusan , pemecahan masalah baru mengkomunikasikan
hal hal yang baru.
6. Budaya
- Faktor budaya sangat bepengaruh besar terhadap pemahaman kesalahan dan keselamatan
pasien.
- Pilosofi tentang keamanan ; keselamatan pasien tergantung kepada pilosofi dan nilai yang
dibuat oleh para pimpinanan pelayanan kesehatan
- Jalur komunikasi : jalur komunikasi perlu dibuat sehingga ketika terjadi kesalahan dapat segera
terlaporkan kepada pimpinan (siapa yang berhak melapor dan siapa yang menerima laporan).
- Budaya melaporkan , terkadang untuk melaporkan suatu kesalahan mendapat hambatan karena
terbentuknya budaya blaming . Budaya menyalahkan (Blaming) merupakan phenomena yang

universal. Budaya tersebut harus dikikis dengan membuat protap jalur komunikasi yang jelas.
- Staff kelebihan beban kerja, jam dan kebijakan personal. Faktor lainnya yang penting adalah
system kepemimpinan dan budaya dalam merencanakan staf, membuat kebijakan dan mengantur
personal termasuk jam kerja, beban kerja, manajemen kelelahan, stress dan sakit
WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan Nine
Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah
Sakit). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih
100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien.
Sebenarnya petugas kesehatan tidak bermaksud menyebabkan cedera pasien,tetapi fakta tampak
bahwa di bumi ini setiap hari ada pasien yang mengalami KTD (Kejadian Tidak Diharapkan).
KTD, baik yang tidak dapat dicegah (non error) mau pun yang dapat dicegah (error), berasal dari
berbagai proses asuhan pasien.
Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat, mampu mencegah atau
mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini
merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu RS, memperbaiki proses asuhan pasien,
guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah.
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong RS-RS di Indonesia untuk
menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving Keselamatan Pasien Rumah Sakit, atau 9 Solusi,
langsung atau bertahap, sesuai dengan kemampuan dan kondisi RS masing-masing.
Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike, Sound-Alike Medication
Names).
Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip (NORUM),yang membingungkan staf pelaksana adalah
salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini
merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Dengan puluhan ribu obat yang ada saat ini di
pasar, maka sangat signifikan potensi terjadinya kesalahan akibat bingung terhadap nama merek
atau generik serta kemasan. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk
pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang
dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektronik.
Pastikan Identifikasi Pasien.
Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering
mengarah kepada kesalahan pengobatan, transfusi maupun pemeriksaan; pelaksanaan prosedur
yang keliru orang; penyerahan bayi kepada bukan keluarganya, dsb. Rekomendasi ditekankan
pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam
proses ini; standardisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem
layanan kesehatan; dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini; serta penggunaan protokol untuk
membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama.
Komunikasi Secara Benar saat Serah Terima / Pengoperan Pasien.
Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/ pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan,
dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan,
pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien.

Rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan
protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis; memberikan kesempatan bagi
para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah
terima,dan melibatkan para pasien serta keluarga dalam proses serah terima.
Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar.
Penyimpangan pada hal ini seharusnya sepenuhnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan
pelaksanaan prosedur yang keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah
akibat dan miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor
yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah tidak ada atau
kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah
jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan;
pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur;
dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur Time out sesaat sebelum memulai prosedur untuk
mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah.
Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated).
Sementara semua obat-obatan, biologics, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko, cairan
elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya adalah berbahaya. Rekomendasinya
adalah membuat standardisasi dari dosis, unit ukuran dan istilah; dan pencegahan atas campur
aduk / bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan.
Kesalahan medikasi terjadi paling sering pada saat transisi / pengalihan. Rekonsiliasi
(penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat
(medication errors) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu
daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien juga
disebut sebagai home medication list, sebagai perbandingan dengan daftar saat admisi,
penyerahan dan / atau perintah pemulangan bilamana menuliskan perintah medikasi; dan
komunikasikan daftar tsb kepada petugas layanan yang berikut dimana pasien akan ditransfer
atau dilepaskan.
Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube).
Slang, kateter, dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar
mencegah kemungkinan terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) yang bisa menyebabkan
cedera atas pasien melalui penyambungan spuit dan slang yang salah, serta memberikan
medikasi atau cairan melalui jalur yang keliru. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya
perhatian atas medikasi secara detail / rinci bila sedang mengenjakan pemberian medikasi serta
pemberian makan (misalnya slang yang benar), dan bilamana menyambung alat-alat kepada
pasien (misalnya menggunakan sambungan & slang yang benar).
Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai.
Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran dan HIV, HBV, dan HCV yang
diakibatkan oleh pakai ulang (reuse) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah penlunya
melarang pakai ulang jarum di fasilitas layanan kesehatan; pelatihan periodik para petugas di
lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-pninsip pengendalian

infeksi,edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui
darah;dan praktek jarum sekali pakai yang aman.
Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk Pencegahan lnfeksi Nosokomial.
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia menderita infeksi
yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang efektif adalah ukuran preventif
yang pimer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong
implementasi penggunaan cairan alcohol-based hand-rubs tersedia pada titik-titik pelayan
tersedianya sumber air pada semua kran, pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan taangan
yang benar mengingatkan penggunaan tangan bersih ditempat kerja; dan pengukuran kepatuhan
penerapan kebersihan tangan melalui pemantauan / observasi dan tehnik-tehnik yang lain.
KESIMPULAN
Hal yang dapat kita simpulkan adalah bahwa untuk mewujudkan patient safety butuh upaya dan
kerjasama berbagai pihak, pasien safety merupakan upaya dari seluruh komponen sarana
pelayanan kesehatan, dan perawat memegang peran kunci untuk mencapainya.
Suka
One blogger likes this post.

Komentar 5 Komentar

Kategori Makalah

Penulis ansharbonassilfa

Movies
BCLS Singapore 2009

5 Tanggapan to PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT

1.
berita19 Januari 20, 2011 pada 11:54 pm #
Thanks atas artikelnya..
Balas

o
ansharbonassilfa Februari 20, 2011 pada 12:31 pm #
Sama-sama Pak, terima kasih telah berkunjung
Balas

2.
fira Mei 24, 2011 pada 10:22 pm #
sumber bacaan dari mana da bon??
Balas

o
retta siburian Juli 22, 2011 pada 9:15 am #
Mau tanya..kalo di rumah sakit kan katanya ada di buatkan pegangan di
sepanjang dinding koridor .baiknya pegangan nya dari kayu atau stainless steel
ya?
Balas

Trackbacks/Pingbacks
1. 2010 in review Anshar Bonas Silfas Blog - Januari 10, 2011
[...] PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT August 2010 4 [...]

Tinggalkan Balasan
Enter your comment here...

Guest

Masuk

Masuk

Masuk

Email (wajib) (Belum diterbitkan)


Nama (wajib)
Situs web

Beritahu saya balasan komentar lewat surat elektronik.

Beritahu saya tulisan baru lewat surat elektronik.

Agustus 2010
K

Jun
2
9
16
23
30

Jul
3
10
17
24
31

Arsip

Juli 2011 (1)

Agustus 2010 (1)

4
11
18
25

5
12
19
26

6
13
20
27

7
14
21
28

1
8
15
22
29

Juni 2010 (1)

Juli 2009 (1)

Mei 2009 (1)

April 2009 (2)

Tag
Kategori

Makalah

Uncategorized

Blogroll

Aktivasi Otak Tengah

Facebook

Global Dashboard

WordPress.com

WordPress.org

Blog pada WordPress.com.


Theme: Bueno by WooThemes.
Ikuti

Follow Anshar Bonas Silfa's Blog


Get every new post delivered to your Inbox.
Masukkan a

Powered by WordPress.com

Anda mungkin juga menyukai