Anda di halaman 1dari 6

3.

Pengukuran Waterpass Terbuka


Pengukuran sipat datar profil banyak digunakan dalam perencanaan suatu wilayah.
Pengukuran ini terbagi menjadi dua macam, yaitu profil memanjang dan profil melintang.
Dengan pengukuran profil ini, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari data yang dihasilkan
karena beda tinggi di setiap bagian di wilayah tersebut dapat diketahui. Informasi mengenai
beda tinggi sangat berguna dalam cut danfill suatu permukaan tanah yang tidak rata, misalnya
saja dalam pengerjaan jalan raya atau jalur kereta api.
Mengingat begitu besarnya manfaat sipat datar profil, maka pengukuran ini mutlak
harus dikuasai oleh surveyor ataupun mahasiswa teknik Geodesi. Salah satu cara untuk
menguasai pengukuran sipat datar profil adalah dengan pelaksanaan praktikum secara
sungguh-sungguh atau dengan memperbanyak jam terbang pengukuran.
Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain:
a)

Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis gradien
paling sesuai dengan topografi yang ada.

b)

Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.

c)

Menghitung volume pekerjaan tanah.

d)

Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.

e)

Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.


3.1. Prosedur Lapangan Menggunakan Waterpass
Operasi sifat datar membutuhkan kerja sama dari dua petugas, yaitu pemegang alat

dan pemegang rambu ukur pada saat pembacaan demi dicapainya hasil yang konsisten.
Ketepatan survei tergantung dari ketelitian membuat garis bidik horizontal, kemampuan
pemegang rambu ukur dalam memegang rambu ukur secara vertical, dan presisi rambu ukur
yang dibaca. Ketepatan alat yang memakai nivo gelembung gas juga harus memperhatikan
penyetelan tabung nivo dan presisi sejajar suatu nivo dan garis bidik. Tidak boleh terjadi
penurunan alat di antara waktu bidik belakang dan bidik muka pada stasiun alat. (Wirshing,
1995)
3.2. Pengoperasian Alat

Waterpass harus disetel sebelum memulai operasi sifat datar. Setelah alat disetel,
operasi waterpass terdiri dari memasang, mendatarkan, dan melakukan pembacaan sampai
ketepatan tertentu. Pembacaan terdiri dari penentuan posisi dimana salib sumbu tampak
memotong rambu ukur dan mencatat hasil pembacaan tersebut. Tiap alat yang dipasang
memerlukan satu pembacaan bidik belakang untuk menetapkan tinggi alat dan paling sedikit
satu pembacaan bidik muka untuk menentukan elevasi titik di sebelah muka (sebuah titik
stasiun atau elevasi). Pembacaan halus biasanya sampai 0,01 ft kecuali digunakan target pada
rambu ukur. Target tunggal yang dibaca dapat menimbulkan kesalahan tak sengaja. Tambahan
bidik muka dapat dilakukan terhadap titik-titik lain yang dapat dilihat dari tempat alat
dipasang apabila elevasi titik-titik ini juga diperlukan. Tergantung pada tipe survei dan alat
yang dipakai, baik benang tengah, semua ketiga benang salib sumbu, atau cara dengan
mikrometer dapat digunakan untuk melakukan pembacaan. (Wirshing, 1995)
3.3. Pengukuran Sipat Datar Memanjang (terbuka)
Sipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui
ketinggian titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai
kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat
datar terbuka dan tertutup.

Berikut cara pengukuran dengan menggunakan waterpass:


1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B yang akan kita ukur beda tingginya, gunaka nivo pada
rambu ukur supaya posisi rambu dalam keadaan vertikal.
2. Berdirikan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun
titik B sama), lakukan centering terhadap alat ukur.

3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2
4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2

Cara baca rambu ukur


5. Koreksi maksimum 2mm, apabila melebihi toleransi lakukan pembacaan dari awal.
6. Lakukan hal yang sama untuk mengukur beda tinggi titik yang lainnya.
7. Pada pengukuran pulang pergi, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B
menjadi bacaan belakang.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah:


a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.
b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.
c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.
d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.
e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.
f. Jarak alat ke rambu maksimum 50 m.
3.4. Perhitungan Beda Tinggi Waterpass Terbuka
Dalam perhitungan waterpass terbuka tidak ada nilai koreksi bacaan tinggi, karena
titik awal dan titik akhir pengukuran beda, apabila pengukuran kita lakukan dengan sistem
pulang pergi, maka beda tinggi dari suatu titik dapat kita tentukan dengan mencari nilai rerata
beda tinggi pergi dan pulang.

Nilai beda tinggi dari waterpass terbuka dapat kita cari dengan cara mengurangi
bacaan benang tengah belakang dan muka, dengan rumus:
hAB = BTA BTB
BTA = Bacaan benang tengah belakang
BTB = Bacaan benang tengah muka
Begitu selanjutnya untuk titik pengamatan yang lain, sehingga akan di dapat nilai
beda tinggi dari titik yang kita amati. Dalam perhitungan beda tinggi tidak membutuhkan
koreksi kesalahan beda tinggi. Dengan contoh gambar diatas beda tinggi dapat kita tentukan
dengan persamaan:

Beda tinggi pergi:


1. Beda tinggi A dan 1
hA1 = BTA BT1
2. Beda tinggi 1 dan 2
h12 = BT1 BT2
3. Beda tinggi 2 dan 3
h23 = BT2 BT3
.
.
.dst
4. Beda tinggi 5 dan B
h5b= BT5 BTb
Beda tinggi pulang:
1. Beda tinggi B dan 5
hB5 = BTB BT5
2. Beda tinggi 5 dan 4
h54 = BT5 BT4
3. Beda tinggi 4 dan 3
h43 = BT4 BT3
.
.
.dst
4. Beda tinggi 1 dan A
h1A= BT1 BTA
Tinggi sebenarnya:
h sebenarnya= (h pergi + h pulang)/2
Dengan contoh:

1. Beda tinggi A dan 1


h sebenarnya A1= (hA1 pergi + h1A pulang)/2
2. Beda tinggi 1 dan 2
h sebenarnya 12= (h12 pergi + h21 pulang)/2
3. Beda tinggi 2 dan 3
h sebenarnya 23= (h23 pergi + h32 pulang)/2
.
.
.dst
4. Beda tinggi 5 dan B
h sebenarnya 5B= (h5B pergi + hB5 pulang)/2
Apabila pengamatan yang dilakukan dengan sistem pulang pergi seperti contoh
diatas, maka nilai beda tinggi sebenarnya didapat dengan cara mencari rerata beda tinggi dari
pengamatan pergi dan pulang. Dari nilai beda tinggi yang didapat kita bisa menetukan
ketinggian dari masing masing titik yang kita amati dengan cara menjumlahkan ketinggian
titik sebelumnya dengan beda tinggi titik tersebut. Dari contoh diatas maka ketinggian antar
titik adalah:
1. Tinggi titik 1
H1 = HA + hA1
2. Tinggi titik 2
H2 = H1 + h12
3.

Tinggi titik 3
H3 = H2 + h23
.
.
.

dst

4. Tinggi titik B
HB = H5 + h5B

Anda mungkin juga menyukai