AMIRULLAH, S.Pd.,M.Pd.
NIP. 19710221 199412 1 003
GURU MATEMATIKA
R E K O M E N D A S I
NO : 115/SMP.085/X/KP.2011
Yang bertandatangan di bawah ini kepala SMP Negeri Khusus Jeneponto Kabupaten
Jeneponto , menerangkan bahwa :
Nama
: Amirullah,S.Pd., M.Pd.
NIP
Pangkat/ gol.
Jabatan Guru
: Guru Pembina
Tugas
: Mengajar Matematika
Benar adalah guru yang masih aktif pada SMP Negeri Khusus Jeneponto Kabupaten
Jeneponto dan direkomendasi untuk mengikuti kegiatan Simposium Guru dan Tenaga
kependidikan Tingkat Nasional pada tanggal 24-25 November 2015, dengan judul
MEMPERMUDAH
MENGGUNAKAN
OPERASI
TARSER
HITUNG
PADA
BILANGAN
SISWA
KELAS
BULAT
DENGAN
VII SMPN
KHUSUS
KABUPATEN JENEPONTO
Demikianlah Surat Rekomendasi ini kami berikan untuk mengikuti Lomba
kegiatan Simposium Guru dan Tenaga kependidikan Tingkat Nasional pada tanggal 24-25
November 2015, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) pada
tahun 2015.
RUDIANTO,S.Pd
NIP. 19720409 200212 1 006
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini :
Nama
: Amirullah,S.Pd., M.Pd.
NIP
Pangkat/ golongan
: Pembina Tk I / IV/b
Tugas
: Mengajar Matematika
Kepala,
Amirullah,S.Pd.,M.Pd
RUDIANTO,S.Pd
NIP.19710221 199412 1 003
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
i
Halaman Pengesahan
ii
Surat Peryataan
iii
Kata Pengantar
iv
Abstrak
v
Abstract
vi
Daftar Isi
vii
BAB I. PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang.. 1
B. Ruang Lingkup.. 2
C. Ruang Lingkup.. 2
D. Tujuan dan Manfaat.. 2
E. Sajian Definisi........ 2
BAB II. KAJIAN TEORI
3
A. Media Pembelajaran. 3
B. Peranan dan Fungsi Alat Peraga Pembelajaran 4
C. Alat Peraga Dalam Pembelajaran. 6
D. Hipotesis Tindakan... 7
BAB III. LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN
A. Rancangan Alat... 8
B. Penerapan/Penggunaan Alat Tarser. 9
C. Alat Pengumpulan Data... 11
D. Prosedur Pembelajaran 12
E. Teknik Analisis Data 13
BAB IV. LAPORAN HASIL
A. Deskripsi Hasil Pembelajaran... 15
B. Analisis Hasil Pembelajaran. 17
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.. 19
B. Saran
19
KEPUSTAKAAN
20
Lampiran-lampiran
21
- Lampiran-1 Gambar Tarser. 22
- lampiran-2 Foto-foto Aktivitas Siswa 23
- Lampiran-3 RPP.. 24
- Lampiran-4 Data Hasil Tes/Kuis Siklus Pertama........................................ 25
- Lampiran-5 Data Hasil Tes/Kuis Siklus Kedua 26
- Lampiran-6 Lembar Hasil Kerja Siswa 27
- Lampiran-7 Biodata.. 28
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
11
Tarser (mistar geser) adalah Alat peraga operasi hitung pada bilangan bulat
yang merupakan hasil buatan penulis. Alat ini pengembangan dari nomograf atau
disebut juga nomogram, nomogram adalah suatu alat yang memberikan harga pada
suatu peubah, bila hubungan-hubungan lain diberikan.
12
A. Media Pembelajaran
Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti
perantara, dalam pelajaran fisika dikenal dengan perantara panas atau pengantar
panas, dalam bidang seni lukis dikenal media atau kanvas sebagai wadah untuk
melukis dan lain-lain. Istilah Media dikenal juga dalam bidang pendidikan yaitu
media pembelajaran atau media pengajaran.
Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran, bahwa
media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu ada beberapa definisi media
pembelajaran. Rossi dan Breidel (dalam Sanjaya, Wina 2007: 163) mengemukakan
bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk
mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan
sebagainya. Menurut Rossi dan Breidel alat dan bahan tersebut diatas kalau
digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran.
Pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat
peraga, sebagai perantara dalam menangkap, memproses, menyusun kembali informasi
visual atau verbal. Sementara itu pengertian lain tentang media dikemukakan beberapa
pendapat, dalam (Ahmad Rohani, 2007 : 3) sebagai berikut :
1. Media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga
ide atau gagasan itu sampai pada penerima (Santosa. S. Hamijaya).
2. Media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas
atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat
dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, dan dengan media batas-batas itu hampir
menjadi tidak ada (Mc Lauhan).
3. Media adalah medium yang digunakan untuk membawa / menyampaikan pesan,
dimana medium ini merupakan jalan atau kilat dengan satu pesan berjalan antara
komunikator dengan keunikan (Blacke and Harolsen)
4. Media adalah segala benda yang dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang digunakan untuk kegiatan tersebut NEA (National
Education Association)
13
yang bertujuan dalam Rencana Pembelajaran, sebagai titik awal dalam melaksanakan
proses belajar mengajar dengan siswa. Membuat rencana pelajaran gagasan guru perlu
diperhatikan, yang dapat menunjang kelangsungan pembelajaran tersebut. Hal ini sangat
penting agar proses berkomunikasi dengan siswa dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Salah satu contoh seorang guru mempunyai ide untuk menggunakan tingkat keabstrakan
pesan akan semakin tinggi ketika pesan itu dituangkan dalam lambang-lambang seperti
bagan grafik atau kata, untuk itulah peranan indra penglihatan dalam mengamati bendabenda tiruan berupa alat peraga sangat dimungkinkan dalam proses belajar mengajar,
utamanya dalam pembelajaran matematika yang tingkat keabstrakannya sangat tinggi dan
sulit untuk dipahami tanpa bantuan alat peraga.
Belajar dengan menggunakan indra ganda (pendengar dan penglihatan) akan
memberikan keuntungan bagi siswa dalam proses belajar dibandingkan dengan jika hanya
menggunakan indra dengar atau penglihatan. Para ahli memiliki pandangan yang searah
mengenai hal itu, perbandingan hasil belajar melalui, indra penglihatan dan indra
pendengaran sangat menonjol perbedaannya, menurut Baough dalam (Arsyad, 2003 : 10)
mengungkapkan bahwa kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh melalui indra
penglihatan, dan sisanya 50% melalui indra pendengaran dan 5% lagi melalui indra yang
lain. Sementara itu menurut Dale dalam (Arsyad memperkirakan bahwa hasil belajar
melalui indra pandang-pandang berkisar 75%, indra dengar 13% dan 12% yang lain. Hasil
belajar seorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada
dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai pada lambang
verbal (abstrak) seperti yang dikemukakan Edgar Dale bahwa peranan alat peraga sebagai
media antara lain :
14
a.
b.
c.
Mengatasi kesulitan apabila suatu benda secara langsung tidak dapat dialami karena
terlalu kecil misalnya : sel, bakteri, atom sehingga digunakan media gambar, slide
film dan sebagainya.
d.
Mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat, sedangkan proses gerakan
itu menjadi pusat perhatian siswa.
e.
Mengatasi masalah yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian demi bagian
untuk diamati secara terpisah.
f.
pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan digunakan
dan jenis alat peraga mana yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memilih dan
menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Fungsi media (alat peraga) pembelajaran menurut Derek Rowntree mengatakan
bahwa media pendidikan adalah : (a) Membangkitkan motivasi belajar, (b) Mengulang apa
yang telah dipelajari. (c) Menyediakan stimulasi belajar. (d) Membangkitkan respon siswa,
(e) Memberikan umpan balikan dengan segera mungkin, (f) melakukan latihan yang serasi.
Sedangkan menurut Mc Known dalam (Ahmad Rohani, 2007 : 8) mengemukakan
bahwa fungsi media (alat peraga) :
a. Mengubah titik berat pendidikan formal yaitu dari pendidikan yang menekankan
pada instruksional akademi menjadi pendidikan yang mementingkan kebutuhan siswa.
b. Membangkitkan motivasi belajar pada siswa karena : 1) Media pada umumnya
merupakan sesuatu yang baru bagi siswa sehingga menarik perhatian siswa. 2) Penggunaan
media memberikan kebebasan kepada siswa lebih besar dibanding dengan cara belajar
tradisional. 3) Media lebih kongkrit dan mudah dipahami. 4) Memungkinkan siswa berbuat
sesuatu. 5) Mendorong siswa untuk ingin tahu lebih banyak.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap penggunaan media alat peraga yang dilakukan
oleh Edgar Dale, YD Finn dan F. Hoban di Amerika Serikat membuat kesimpulan dari
hasil penelitiannya bahwa media alat peraga jika digunakan secara baik akan memberikan
15
sumbangan pendidikan sebagai berikut : (a) Memberikan dasar pengalaman kongkret bagi
pemikiran dengan pengertian-pengertian abstrak (b) Mempertinggi perhatian siswa (c)
Memberikan realitas, sehingga mendorong adanya (self acitivity), (d) Memberikan hasil
yang permanent (e) Menambah perbendaharaan bahasa siswa yang benar-benar difahami
(tidak verbalistik). (f) Mengaktifikan respon siswa (g) Memberikan refleksi dengan cepat
(h) Menggalakkan latihan yang serasi
Sementara itu menurut Rohani (2003 :10) mengatakan bahwa ada alat peraga sebagai
media pembelajaran adalah sebagai berikut :
(a) menyampaikan informasi dalam proses belajar mengajar (b) Memperjelas
informasi pada saat tatap muka dalam proses belajar mengajar (c) Melengkapi dan
memperkaya informasi dalam kegiatan belajar mengajar (d) Mendorong motivasi belajar
(e) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikan materi pelajaran (f)
Menambah variasi dalam menyajikan materi (g) Menambah pengertian nyata tentang suatu
pengetahuan (h) Mendorong terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan guru dan
sesama siswa itu sendiri serta dengan lingkungannya. (i) Mencegah terjadinya kesalahan
konsep (j) Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu (k) Mudah dicerna dan tahan lama
dalam menyerap pesan-pesan (informasi yang diterima tidak mudah dilupa, dan sangat
membekas). (l) Mengatasi watak dan pengalaman yang berbeda.
Dari uraian-uraian pendapat tersebut penulis menarik satu kesimpulan yang dikaitkan
dengan pembelajaran matematika adalah fungsi alat peraga sebagai media pembelajaran,
untuk menanamkan pemahaman konsep-konsep matematika yang sifatnya abstrak yang
dapat dihubungkan antara konsep matematika dengan dunia disekitar kita, serta aplikasi
konsep tersebut ke dalam kehidupan nyata.
C. Alat Peraga Dalam Pembelajaran
Matematika dikenal sebagai ilmu dedukatif artinya pengajaran matematika harus
bersifat dedukatif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan
(induktif) akan tetapi harus melalui pembuktian dedukatif perlu diketahui bahwa baik isi
maupun enetoum mencari kebenaran dalam matematika, berbeda dengan ilmu lain.
Metode yang dipakai dalam matematika dalam mencari kebenaran adalah ilmu dedukatif
sedangkan ilmu lain induktif dan experimen.
Matematika bersifat abstrak, untuk mempelajarinya dibutuhkan hal-hal yang
kongkrit dan dikaitkan dengan konsep-konsep matematika. Memahami konsep abstrak
siswa memerlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep
abstrak itu dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda, bahkan orang dewasapun
yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu sering
16
memerlukan benda kongkrit sehingga konsep abstrak yang diberikan akan mudah dipahami
dan melekat, mengendap dan tahan lama bila siswa belajar melalui benda yang kongkrit,
bukan hanya melalui mengingat-ingat fakta yang diberikan.
Pembelajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga, sehingga dalam
pembelajaran dengan menggunakan alat peraga guru mengharapkan :
1.
Siswa akan termotivasi dalam belajar, terutama rasa keingintahuannya, siswa akan
senang, terangsang, tertarik dan akan bersikap positif terhadap pengajaran
matematika.
2.
Konsep abstrak matematika yang disajikan dalam bentuk konkrit akan lebih mudah
dipahami dan dimengerti dan dapat ditanamkan ke tingkat yang lebih rendah.
3.
Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam sekitar akan
lebih mudah dipahami.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa media / alat peraga akan sangat
membantu siswa dalam mengantar mereka untuk memahami materi yang abstrak menjadi
lebih nyata atau kongkrit.
D. Hipotesis Tindakan
Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, maka dapat
diajukan hipotesis penelitian yaitu:
Jika menggunakan tarser maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan persoalan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
17
A. Rancangan Alat
Tarser (mistar geser) adalah hasil pengembangan dari nomograf yang dibuat
oleh penulis sendiri. Kata nomograf berasal dari bahasa Yunani yaitu Nomograph
yang mempunyai arti aturan tertulis, dapat diterapkan dalam matematika pada
sebuah teknik dengan grafik untuk menghitung dan penyelesaian persamaan
tertentu. Sobel (2001:13) mengemukakan bahwa nomograf dapat menjadi sumber
berbagai eksperimen yang membawa kepada penemuan-penemuan dan mengulang
keterampilan-keterampilan. Para siswa dapat memperoleh pengalaman yang
berharga dalam mengkonstruksi grafik ini dan membaca skalanya dalam memeriksa
hasil dari persoalan-persoalan perhitungan.
Lebih lanjut Sobel (2004:113) mengemukakan kegunaan dari nomograf
yaitu: (1) menemukan jumlah dua bilangan bulat; (2) mengilustrasikan bahwa
jumlah setiap bilangan bulat dan lawannya sama dengan nol; (3) mengilustrasikan
sifat komutatif untuk penjumlahan;dan (4) menghubungkan pengurangan bilanganbilangan bulat dengan penjumlahan
Dari nomograf standar seperti yang ditunjukkan sobel (2004:113), Penulis
mengembangkannya menjadi media tarser dengan langkah-langkah pembuatan
sebagai berikut:
1. Pada selembar kertas A3 dibuat tiga buah garis bilangan secara vertikal
dengan interval -15 s.d 15 atau lebih untuk dua garis bilangan yang berada
di pinggir, dan interval -25 s.d 25 untuk garis bilangan yang berada di
tengah.
2. Skala garis bilangan di pinggir dua kali garis bilangan di tengah, misalnya
angka 1 pada garis dipinggir sejajar angkah 2 pad garis bilangan di tengah.
3. Tiga garis sejajar yang berdiri vertikal berjarak sama antara satu dengan
yang lain, jarak angka-angka pada garis itu juga demikian. Apabila tidak
tepat, hal ini untuk mempengaruhi ketepatan penjumlahan.
4. Langkah berikutnya pada bagian atas ditulis A dan B pada garis bilangan
di pinggir, dan Hasil pada garis bilangan di tengah ditulis C. Gambar Tarser
dapat dilihat pada lampiran-1.
18
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
1
0
Jadi, 3 + 4 = 7
Contoh 2. Hitunglah 5 + ( -6 )
Penyelesaian:
4
3
2
1
0
19
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
2
1
-1
-2
Jadi, 5 + (-6) = -1
-3
-4
-5
-6
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-1
Jadi, -3 + (-4) = -7
-2
-3
-4
-5
0
-1
-2
-3
-4
-5
20
Contoh 4. Hitunglah 4 5
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
Jadi, 4 5 = -1
-1
-2
-3
-4
-5
-6
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
0
-1
-2
-3
-4
0
-1
-2
-3
-4
Gambar 5
C. Alat Pengumpul Data
21
orang.
Pengambilan data dan pelaksanaan penelitian adalah pada bulan JuliSeptember tahun 2015 , ini sesuai dengan rencana program pembelajaran pada
bilangan bulat mata pelajaran matematika Kelas VII SMP Negeri Khusus
Jeneponto.
3. Langkah-langkah Pembelajaran
Berdasarkan pada jenis penelitian, yaitu PTK maka ditempuh langkahlangkah sebagai berikut:
Perencanaan:
1) Membuat program pembelajaran atau skenario pembelajaran
dikembangkan
berdasarkan
kebutuhan
penulisan
laporan
yang
yang
22
guru
23
Kategori
86-100
Baik Sekali
71-85
Baik
56-70
Cukup
41-55
Kurang
<41
Sangat kurang
24
Siklus I
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif hasil tes pada siklus pertama
No
Nilai
Banyak Persentasi
Siswa
(%)
8
40
6
30
4
20
2
10
0
0
20
100
Minimun
50
Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Maksimun
100
25
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa skor rata-rata hasil belajar pada siklus
pertama pada pembelajaran operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat
adalah 79 dari skor ideal 100 Berdasarkan pengkategorian pada Tabel 1, maka
sesuai Tabel 2 di atas skor rata-rata 79 berada dalam kategori Baik atau nilai
dengan huruf adalah B.
2.
Siklus II
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif hasil tes pada siklus kedua
dengan menggunakan Microsoft Office Excel seperti dapat dilihat pada Lampiran 5
dan hasil analisis dengan menggunakan Excel pada Lampiran 4 diperoleh gambaran
hasil siklus pertama seperti pada Tabel 3 berikut ini.
No
Nilai
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai dengan
huruf
A
B
C
D
E
86 - 100
71 - 85
56 - 70
41 - 55
< 41
Jumlah
Rata-rata
Std. deviasi
88
12,88
Banyak
Siswa
8
6
6
0
0
20
Persentasi
(%)
40
30
30
0
100
Minimun
60
Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
Maksimun
100
26
No
1.
2.
3.
4.
5.
Nilai
86 - 100
71 - 85
56 - 70
41 - 55
< 41
Jumlah
Rata-rata
Hasil Siklus
Banyak Persentasi
Siswa
(%)
8
40
6
30
4
20
2
10
0
0
20
100
79
Hasil Siklus II
Banyak Persentasi
Siswa
(%)
8
40
6
30
6
30
0
0
0
0
20
100
88
Kategori
Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
27
pada umumnya tidak dapat membaca skala dengan baik, hal ini dimaklumi seperti
pada kajiaan pustaka bahwa siswa dengan kemampuan rendah akan mengalami
kesulitan ternyata benar dan perlu penjelasan berulang atau dengan melibatkan
teman sekolompoknya. Untuk kesulitan yang lain, yaitu mengubah bentuk
pengurangan ke penjumlahan, jalan keluarnya hanya perlu penguatan dan
pengulangan dalam mengubah bentuk tersebut,
Pada siklus kedua, kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada siklus
pertama sebagai hasil refleksi, menjadi perhatian pada siklus kedua dalam membuat
rencana-rencana tindakan. namun hasil tes pada pada siklus pertama berada pada
skor rata-rata 79 dengan kategori baik dan siklus kedua berada pada skor ratarata 88 dengan kategori baik sekali yang atau mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 9%.
28
A. Kesimpulan
Hasil tes materi penjumlahan pengurangan bilangan bulat dengan
menggunakan media tarser pada siswa kela VII SMP Negeri Khusus Jeneponto
Kabupaten Jeneponto disimpulkan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar yang diperoleh melalui tes pada siklus pertama adalah dari 20
siswa diperoleh: 8 siswa (40%) pada kategori Baik sekali, 6 siswa (30%)
pada kategori Baik, 4 siswa (20%) pada kategori Sedang, dan 2 siswa
(10%) pada kategori kurang. Skor rata-rata hasil belajar pada siklus I pertama
adalah 79 (79%) dengan kategori Baik. Meskipun rata-rata sudah berada
pada kategori baik namun ada 6 dari 20 siswa (30%) masih kategori sedang
dan kurang.
2.
Hasil belajar yang diperoleh melalui tes pada siklus kedua adalah dari 20 siswa
diperoleh: 8 dari 20 siswa (40%) pada kategori Baik sekali, 6 dari 20 siswa
(30%) pada kategori Baik, 6 dari 20 siswa (30%) pada kategori cukup,
Skor rata-rata hasil belajar pada siklus I pertama adalah 79 dengan kategori
Baik, dan skor rata-rata hasil belajar pada siklus II adalah 88 dengan kategori
Baik sekali.
3.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai berikut:
1.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
A
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15
C
30
29
28
27
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15
-16
-17
-18
-19
-20
-21
-22
-23
-24
-25
-26
-27
-28
-29
-30
B
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1
-2
-3
-4
-5
-6
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
-14
-15
31
32
33
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Alokasi Waktu
A. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat melakukan operasi penjumlahan pada bilangan bulat
b. Siswa dapat melakukan operasi pengurangan pada bilangan bulat
B. Materi Ajar
a. Penjumlahan bilangan bulat
b. Pengurangan bilangan bulat
C. Metode Pembelajaran
Pengajaran Langsung dan tugas kelompok
D. Langkah-langkah kegiatan
Pendahuluan
Apersepsi
: Membahas pelajaran yang telah dipelajari di sekolah dasar,
terutama materi yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan
bulat bilangan
Motivasi
: Memperlihatkan media tarser sehingga dan menjelaskan
penggunaanya
Kegiatan Inti
a. Guru dan siswa menyiapkan media Tarser
b. Siswa dibagi dalam kelompok kecil (2 orang siswa).
c. Guru memberikan beberapa penyelesaian contoh soal a + b dengan
menggunakan tarser.
d. Seorang siswa ditunjuk/diminta untuk ke depan mendemonstrasikan cara
penggunaan tarser dalam menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat.
e. Semua kelompok diminta menyelesaikan/mendiskusikan beberapa latihan
tentang penjumlahan.
f. Guru menjelaskan atau menegaskan bahwa operasi pengurangan a - b
adalah operasi penjumlahan denagn lawannya a + (-b).
g. Guru memberikan beberapa contoh penyelesaian soal-soal pengurangan.
h. Salah seorang siswa dari mewakili kelompok yang ditunjuk,
mendemonstrasikan cara penggunaan tarser dalam menyelesaikan soal-soal
pengurangan bilangan ulat.
34
i.
j.
Guru kembali memberikan beberapa soal latihan dalam hal ini penilian
proses.
Siswa diarahkan membuat rangkuman
Penutup
a. Guru memberikan penilaian proses akhir pada 10 menit terakhir.
b. Guru memberikan tugas (PR)
E. Alat dan Sumber Belajar
Buku teks, alat-alat tulis, Mister
F. Penilaian
Teknik
: Ekspositori, kuis, tes
Bentuk Instrumen : Pertanyaan lisan dan tertulis.
Contoh Instrumen : Lampiran-4
35
PENILAIAN PROSES I
: Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat
: VII / Ganjil
: 10 menit
36
NO
1 0043462588
2 0024390494
3 0040154400
4 0030432583
5 0030432614
6 0031713505
7 0030432726
8 0031898903
9 0034324584
10 0025395101
11 0030432580
12 0030432592
13 0030432624
14 0040114870
15 0031471674
16 0040034818
17 0030432594
18 0030470652
19 0030534556
20 0031278817
NAMA
JK
ANDIKA M EIKO AM IN
KHUSNUL KHATIM AH
M UH. YUSUF
M UHAM M AD M USYARY
1
M UHAM M AD NURFAJRI BAHSYAM
L
NAURAH AM IRAH AR
NUR AZISAH
NUR ISM I
L 1
L 1
Rata-rata
Minimun
Maksimun
Standar Deviasi
37
38
39
Nama
NIP.
Jabatan
Pangka/qol. Ruang
Tempat dan tanggal lahir
Jenis kelamin
Agama
Mata Pelajaran yang diajarkan
Masa kerja guru *)
Judul karya tulis
Amirullah, S.Pd.,M.Pd
132124312
Guru Dewasa
Pembina Tk.I /IV/b
Bontowa, 21-02-1971
Laki-laki
Islam
Matematika
20 Tahun
MEMPERMUDAH OPERASI HITUNG BILANGAN
BULAT DENGAN MENGGUNAKAN TARSER
PADA SISWA KELAS VII SMPN KHUSUS
KABUPATEN JENEPONTO
11.
12.
13.
14.
Pendidikan terakhir
Perguruan Tinggi
Status perkawinan
Sekolah
15.
a. Nama sekolah
b. Jalan
c. Kelurahan/Desa
d. Kecamatan
e. Kabupaten
f. Provinsi
g. Telepon
Alamat rumah
16.
a. Jalan
b. Kelurahan/Desa
c. Kecamatan
d. Kabupaten
e. Provinsi
f. Telepon
Kegiatan dalam Masyarakat
17.
40