Rabu
Rabu
Menurut Justinus, Great River banyak menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri dengan
bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi pembuatan
pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan dengan menjumlahkan
harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan.
Justinus menyatakan model pencatatan seperti itu bertujuan menghindari dugaan dumping dan sanksi
perpajakan. Sebab, katanya, saldo laba bersih tak berbeda dengan yang diterima perusahaan. Dia
menduga hal itulah yang menjadi pemicu dugaan adanya penggelembungan nilai penjualan. Sehingga
diinterpretasikan sebagai menyembunyikan informasi secara sengaja.
Johan Malonda & Rekan mulai menjadi auditor Great River sejak 2001. Saat itu perusahaan masih
kesulitan membayar utang US$150 Juta kepada Deutsche Bank. Pada 2002, Great River mendapat
potongan pokok utang 85 persen dan sisa utang dibayar menggunakan pinjaman dari Bank
Danamon. Setahun kemudian Great River menerbitkan obligasi Rp 300 miliar untuk membayar pinjaman
tersebut. "Kami hanya tahu kondisi perusahaan pada rentang 2001-2003," kata Justinus.
Sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah melimpahkan
kasus penyajian laporan keuangan GreatRiver ke Kejaksaan Agung pada tanggal 20 Desember 2006.
Dalam laporan tersebut, empat anggota direksi perusahaan tekstil itu ditetapkan menjadi tersangka,
termasuk pemiliknya, Sunjoto Tanudjaja.
Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi Aryanto, Amir Jusuf, dan Mawar, yang
menemukan indikasi penggelembungan accountpenjualan, piutang, dan aset hingga ratusan miliar rupiah
di Great River. Akibatnya, Great River mengalami kesulitan arus kas dan gagal membayar utang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan Bapepam terdapat indikasi penipuan dalam penyajian laporan keuangan.
Pasalnya, Bapepam menemukan kelebihan pencatatan atau overstatement penyajian account penjualan
dan piutang dalam laporan tersebut. Kelebihan itu berupa penambahan aktiva tetap dan penggunaan dana
hasil emisi obligasi yang tanpa pembuktian. Akibatnya,Great River kesulitan arus kas. Perusahaan tidak
mampu membayar utang Rp250 miliar kepada Bank Mandiri dan gagal membayar obligasi senilai Rp400
miliar.
Referensi :CRM, http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol16017/menteri-keuangan-membekukanakuntan-publik-justinus-aditya-sidharta.html