FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN KASUS
NOVEMBER 2011
HIPERTENSI
OLEH :
ACOB ZAINAL
110.203.
110.204.169
PEMBIMBING :
Dr. Hj.Hermiaty Nasruddin,M.Kes
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Rosmiah
Umur
: 51 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Bangsa/suku
: Makassar
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: B
: Sakt kepala
Anamnesis Terpimpin
Sakit kepala dirasakan seak kemarin pagi, rasa tegang pada leher (+), batuk (-), Mual (+),
Muntah (-), nyeri perut (-),BAB : Biasa, BAK : Lancar
Riw. Penyakit Sebelumnya :
Riw. Hipertensi (+) sejak beberapa tahun yang lalu dan tidak berobat teratur
Riw. Merokok (-)
Riw. Hiperkolesterol/ Hiperlipidemia (-)
Riw. Diabetes Melitus (-)
Riw. Penyakit Jantung (-)
Riw. Penyakit Keluarga :
Riw. Hipertensi (+) Bapak
Riw. Hiperkolesterol/ Hiperlipidemia (-)
Riw. Diabetes Melitus (-)
Riw. Penyakit Jantung (-)
Faktor-faktor Risiko lainnya :
Pola makan
: Pola makan rendah lemak tetapi asupan garam tidak pernah dibatasi.
Stress
Olahraga
: Tidak teratur.
PEMERIKSAAN FISIS
Tinggi Badan
: 152 cm
Berat Badan
: 47 kg
Tanda Vital :
Tekanan Darah
: 160/100 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,5 oC
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
DIAGNOSIS
HIPERTENSI GRADE 1
PENATALAKSANAAN
Pengobatan nonfarmakologi, berupa saran-saran kepada pasien antara lain :
1. Mengurangi asupan garam pada setiap makanan.
2. Membiasakan diri untuk beristirahat secara teratur
3. Membiasakan diri untuk tenang dan tidak memikirkan hal-hal negatif
4. Kontrol tekanan darah bila ada keluhan atau tiap bulan.
HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Tujuan dilakukannya kunjungan rumah ialah untuk mengetahui lingkungan tempat
tinggal pasien dan menelusuri apakah ada anggota keluarga lainnya yang meiliki penyakit atau
keluhan yang sam, juga untuk menilai pola psikososial pasien.
Profil Keluarga :
Pasien adalah seorang ibu yang tinggal bersama suaminya dan seorang anaknya
yang masih berumur 6 bulan. Pasien juga tinggal dengan ibunya yang berumur 60
tahun dan seorang keponakannya yang masih kuliah.
Lingkungan
Lingkungan pemukiman keluarga bersih dan tertata dengan baik. Sampah
tersimpan pada tempatnya demikian juga dengan tata letak peralatan dan
perlengkapan rumah.
DISKUSI
Pasien datang ke POLIKLINIK UNHAS Tamalanrea dengan keluhan utama sakit kepala
yang disertai rasa tegang pada leher dan dialami sejak kemarin pagi. Pasien sering mendatangi
POLIKLINIK apabila ada keluhan. Pasien juga pernah berobat ke dokter spesialis dengan
keluhan yang sama beberapa kali.Dari anamnesis dan pemeriksaan fisis pertama kali di
POLIKLINIK, maka pasien di diagnosa Hipertensi grade 1.
Setelah melakukan kunjungan rumah dan dilakukan anamnesis serta pemeriksaan fisis
untuk kedua kalinya, didapatkan keluhan pasien menetap dan tekanan darah masih diatas batas
normal. Dari anamnesis didapatkan pula bahwa pasien tidak memiliki riwayat penyakit lainnya
yang berhubungan dengan hipertensi. Tetapi pasien memiliki riwayat keluarga hipertensi, yaitu
bapak pasien.
DEFINISI
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume
aliran darah.
Faktor gizi yang sangat berhubungan dengan terjadinya hipertensi melalui beberapa
mekanisme. Aterosklerosis merupakan penyebab utama terjadinya hipertensi yang berhubungan
dengan diet seseorang, walaupun faktor usia juga berperan, karena pada usia lanjut (usila)
pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang.
. Berdasarkan JNC 7, hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut;
Klasifikasi
Tekanan Darah
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
TDS (mmHg)
< 120
120 - 139
140 159
160
TDD (mmHg)
dan
atau
atau
atau
< 80
80 89
90 99
100
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologis menunjukkan bahwa dengan main meningkatnya populasi usia lanjut, maka
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan juga akan bertambah, dimana baik hipetensi
sistolik maupun kombinasi dari hipertensi sistolik dan diastolic sering timbul pada lebih dari
separuh orang yang berusia > 65 tahun.
ETIOPATOGENESIS
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu primer dan sekunder.
Hipertensi primer (hipertensi esensial) artinya hipertensi yang belum diketahui penyebabnya
dengan jelas. Berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90% pasien hipertensi
diperkirakan termasuk dalam kategori ini.
Golongan kedua adalah hipertensi sekunder yang penyebabnya boleh dikatakan telah
pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya
keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.
Etiologi pasti dari hipertensi esensial belum diketahui tapi banyak penelitian yang
mencoba menelusuri patofisiologi hipertensi. Diantara yang berkembang, membagi 3 etiologi
mayor dari hipertensi esensial, yaitu :
1. Predisposisi poligenetis
Predisposisi secara genetis terbukti dengan ditemukannya perubahan yang berbeda
secara ras, etnis dan bangsa, riwayat keluarga (familiar). Perbedaan yang dibawa
secara genetis sehingga menderita hipertensi esensial, meliputi kepekaan (sensitivitas)
terhadap konsumsi garam, abnormalitas transportasi natrium kalium, respon SSP
terhadap stimulasi psikososial, respon pressor dan trofik neurohormonal (angiotensin
II, katekolamin, tromboksan, kalsium), fungsi barostat renal. Predisposisi genetis
kecil pengaruhnya terhadap tekanan darah tapi dapat manifest sehingga tekanan darah
jadi tinggi karena pengaruh lingkungan.
2. Faktor lingkungan
Ada 3 faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap predisposisi genetis sehingga
terjadi hipertensi esensial, yaitu : factor konsumsi garam, psikososial dan nutrisi
(kalori tinggi). Faktor psikososial melalui SSP dan pressor tropic neurohormonal
berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Faktor psikososial meliputi kebiasaan
hidup, stress mental, aktifitas fisik dan status sosial ekonomi.
3. Adaptasi struktural jantung dan pembuluh darah
Tekanan darah yang tinggi merupakan bentuk stimulasi fisika mekanik, sehingga
jantung dan pembuluh darah akan adaptasi secara structural. Pada jantung, terjadi
hipertrofi dan hyperplasia miosit.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
6,7
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik
cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah.7
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume
dan tekanan darah.7
ANGIOTENSINOGEN
RENIN
ANGIOTENSIN I
ACE
ANGIOTENSIN II
TROPHIE VASOCONSTRIKSI
EFFECT
DAN AIR
VASODILATORS
STIMULATION
DIURETIC
BLOCKERS
BLOOD PRESSURE
VASCULAR
HYPERTROFI
THE VISION
CIRCLE
FASE HIPERTENSI
1. Fase hipertensi dini
Merupakan fase peningkatan tekanan darah tahap awal, dimana terdapat
peningkatan curah jantung yang besar, sedangkan resistensi perifer masih dalam batas
normal. Secara klinis ditandai dengan peningkatan tekanan darah sistolik dan denyut
jantung sehingga dikatakan sebagai hipertensi hiperkinetik atau hiperdinamik.
Peningkatan curah jantung berkisar 10-15% dari normal.
Ciri-ciri hipertensi hiperkinetik atau hiperdinamik berupa :
Curah jantung yang besar kadar norepineprin yang meningkat.
Ditemui pada populasi dewasa muda
Didapatkan pada populasi yang mempunyai riwayat orang tua menderita
hipertensi.
Usia relative muda, berkisar 18-42 tahun, rentang usia produktif.
PENANGANAN HIPERTENSI
Bila tekanan darah tetap tinggi selama 3-6 bulan dengan intervensi nonfarmakologi, maka
terapi dengan obat-obatan telah dapat dimulai (WHO-ISH 1999). Pengobatan nonfarmakologi
merupakan terapi definitif dan prioritas utama karena telah terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, mengurangi dosis dan jenis obat antihipertensi yang dipakai. Terapi nonfarmakologi
meliputi pengurangan konsumsi garam, lemak, stop merokok, alkohol, kafein, disertai dengan
olahraga yang teratur.2
Hindari pemakaian obat-obat yang menaikkan tekanan darah, seperti :2
a. Preparat kortikosteroid (prednisone, deksametason)
b. Hormon-kontrasepsi (estrogen-progesteron, bromokriptin mesilat)
c. Obat flu dan analgesic yang mengandung kafein dan fenileprin hidroklorida
d. Vitamin-mineral yang mengandung kalsium dosis tinggi.
e. Obat rematik non-steroid, seperti fenilbutazon, indometasin, dan nafroxen sangat
kuat menaikkan tekanan darah. Piroksikam, aspirin, ibuprofen relative aman,
efeknya meningkatkan tekanan darah dapat diabaikan.
Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan,
terapi farmakologis harus diberikan. Pemilihan terapi antihipertensi berdasar pada patofisiologi,
hemodinamik, kerusakan organ akhir, adanya penyakit penyerta, demografik, efek samping obat
dan kualitas hidup, biaya pengobatan.
Penggunaan obat anti hipertensi terbaru dari golongan Angiotensin II Receptor Blocker
(ARB), semisal telmisartan dan irbesartan, juga perlu dipertimbangkan untuk menangani kasus
hipertensi. Sangat baik terutama bila dikombinasikan dengan golongan diuretic (HCT).
Penelitian di Switzerland (2006) menunjukkan bahwa penggunaan irbesartan mampu
meningkatkan usia harapan hidup, mengurangi angka kejadian gagal ginjal dan menghemat biaya
pengobatan. Target penurunan tekanan darah yaitu di bawah 140/90 untuk pasien tanpa
komplikasi dan dibawah 130/80 untuk pasien yang menderita diabetes atau kelainan ginjal.4,5,9
EVALUASI HIPERTENSI
Evaluasi pada pasien hipetensi bertujuan untuk :
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya atau
2. Menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis dan menentukan
pengobatan.
Kelompok A
Kelompok B
Tekanan Darah
Prehipertensi
Terapi
(120-139/80-89)
farmakologis
Kelompok C
tidak target,
termasuk diabetes)
non Terapi
diabetes,
ada
faktor risiko )
non Terapi
farmakologis
farmakologis
Terapi
Terapi
nonfarmakologis
nonfarmakologis
farmakologis
(140-159/90-99)
(sampai 12 bulan)
(sampai 6 bulan)
Terapi
Terapi
Terapi
farmakologis
farmakologis
atau
2
(160/100)
PEMANTAUAN
Pasien yang telah mulai mendapatkan pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi lanjutan
dan pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai.
Strategi untuk meningkatkan kepatuhan pada pengobatan :
1. Empati dokter untuk meningkatkan kepercayaan, omtivasi dan kepatuhan pasien
2,. Dokter harus mempertimbangkan latar belakng budaya , kepercayaan pasien serta sikap
pasien terhadap pengobatan.
Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat atau
lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai pengobatan
antihipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosis dan jumlah obat
anti hipetensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah pasti serta tetap
patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis.
DAFTAR PUSTAKA